Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Akan kumulai ceritaku dengan mengenalkan diri. Aku wanita sudah menikah dan memiliki satu anak. Saat ini, usia anakku 2 bulan 4 hari, masih kecil sekali kan? Masih imut, masih lucu banget, masih susah digendong karena berat dan masih belajar angkat kepala. Aku tinggal di Jakarta bersama suamiku, anakku dan satu ART alias asisten rumah tangga. Emang tinggalnya di Jakarta dari dulu? Enggak.
Aku lahir di Bandung, kota yang kalau menurut aku sih paling cocok buat ditinggalin, paling cocok untuk hidup di usia dini hingga produktif, kalau mau sampai usia tua juga bisa sih. Tapi maksud aku disini, Bandung adalah tempat yang luar biasa indah. Aku gatau ini subjektif atau engga (karena belum buat research juga sih), walaupun ini subjekif, tapi aku tetep bakal bilang Bandung is the best city to live. Mulai dari cuaca yang pas (karena sekarang Bandung udah mulai panas, jadi pas lah, gak terlalu dingin), makanan yang super duper enak, manusia-manusia yang ramah, dan fasilitas pendidikan yang lengkap. Aku bisa bilang gini karena aku bandingin ini sama pas aku tinggal di Jakarta ini hehe.. dan aku sempet traveled ke beberapa kota di pulau jawa dan luar pulai jawa. Di Jogja panas banget, Surabaya juga panas, Banyuwangi Situbondo dan sekitarnya juga lumayan panas dan makanannya no banget buat aku, malang lumayan sih tapi tetep no, lampung, padang, riau, dan banjarmasin juga no no no.
Enak dong tinggal di Bandung, ya kan? Lha terus kenapa kamu pindah ke Jakarta? Ibukota yang panas, kotor, polusi dimana-mana, orangnya ngga seramah di Bandung, pokoknya kehidupannya keras banget di Jakarta. Cuma satu alasan kenapa aku bisa pindah, yaitu suami. Aku ketemu suami aku karena dijodohkan, hmmm ya dikenalkan deh, soalnya bukan kayak Siti Nurbaya yang dipaksakan untuk menikah. Dulu aku diberi kebebasan kok, mau nikah sama orang ini atau ngga. Kenapa mau nikah sama orang ini? nanti aku cerita di postingan selanjutnya ehe.
Aku dulu masih di Bandung pas kenalan sama suami. Dan suami aku ini dulu udah tinggal di Jakarta. Aku memutuskan mau menikah dengan lelaki ini juga tidak lepas dari satu hal yang dulu sangat dipikirkan yakni tempat tinggal setelah menikah. Kalau aku menikah dengan orang ini, artinya aku mau dibawa kemana saja (ke Jakarta). Jadi aku yoweslah kita berangkat tinggal di Jakarta, toh banyak yg survive orang Bandung yang tinggal di Jakarta.
Dulu, pandangan aku tentang Jakarta adalah ibu kota yang keren, fasilitas segala lengkap, orangnya pintar-pintar paling maju di Indonesia. Jadi kalau nanti aku lanjutin studi aku di Jakarta, aku bakal termasuk orang yang pintar dan orang paling maju itu. Menggiurkan bukan? Mau kan tinggal di Jakarta?
Seminggu dua minggu aku tinggal, tidak ada yang dirasakan. Karena aku pengangguran dulu haha, di rumah doang, ngurusin kerjaan rumah. Satu hal yang sangat jelas perbedaannya. Cuaca. Puanassss banget. Aku ngerjain pekerjaan rumah, udah mandi keringet, kebanjiran.
Sebulan dua bulan aku tinggal, 1000 macam rasa aku rasakan. Ini toh Jakarta tuh, yang udah bikin aku nangis, badan remuk, ingin aku berteriak, gak betah! Mau pulang aja ke bandung! Yang jelas gak mungkin aku lontarkan depan suamiku. Aku akhirnya dapat pekerjaan yang membuat aku harus ke tengah-tengah ibu kota. Aku belum bisa nyetir jadi pakai angkutan umum. Dan aku harus pindah dari gojek, ke tempat busway, dari satu halte ke halte lainnya, belum lagi penuh banget mpet-mpetan, gak duduk sepanjang perjalanan, alhamdulillah sih ada AC. Yah begitulah aku selama setahun. Dan rasanya.... warbyasah. Lelah jiwa dan raga. Belum lagi aku di tempat pekerjaan
0 notes
Text
hellow everyone
Bismillahirrohmaanirrohiim
hellow everyone, siapa pun yang baca tulisan ini, kayaknya gak faedah banget hidupnya. Kenapa? Ya karena tulisan ini tidak membahas informasi apa pun hahahaha... this story is just one of thousands ways to killing my stress. lol
Jadi ceritanya... (eh, jadi inget kata2 guru bahasa indonesia aku dulu. Ga’ boleh pakai kata ‘jadi’ di awal cerita kamu, emang udah nyampe kesimpulan?)
Disclaimer dulu ya.. tulisan ini ga akan ada faedahnya, kecuali kalau mau mikir banget buat curi-curi hikmah dibalik kejadian yang ada. Tapi percayalah, bahwa dengan rangkaian tulisan ini bakal membuat penulisnya menurunkan tingkat stresnya hoho. Semoga. Oiya satu lagi, penulis bakal pake bahasa dia, dan gak lagi membedakan mana yang baku dan mana yang engga (dengan memiringkan hurufnya) karena males.
Well, sebenernya penulis a.k.a (also known as) aku bukan orang yang suka nulis. Gimana engga, ini blog kedua aku setelah aku punya satu blogspot yang udah lama banget ga aku buka sama sekali dan sudah hilang entah dimana, bahkan aku lupa aku nulis apa di blog itu hahaha. Jadi buat anda-anda yang baca dan berasa ga nyaman, anggaplah ini tulisan anak SD dengan serangkaian kata-kata yang menceritakan wanita berusia 25 tahun. Ya karena emang lagi belajar nulis juga.
Ada banyak hadis yang menyuruh kita untuk menulis. "Tulislah, karena sesungguhnya engkau jika tidak menulisnya maka sungguh engkau telah menyia-nyiakan (hadits tersebut)." Yah walaupun yang aku mulai tulis ini bukan tulisan yang berfaedah tapi gapapa.. kan namanya juga mulai menulis. Lumayan lah aku mulai menulis di usia 25, walaupun tetep nyesel sih karena ini udah tua banget haha, tapi daripada ngga sama sekali kan. Lumayan juga udah mau mulai belajar nulis walaupun masih pake bahasa ngga baku, tapi aku bakal belajar sedikit demi sedikit untuk memperbaiki tulisanku ini dengan bahasa yang lebih baku agar nyaman untuk dibaca. :) Dengan kita menulis, percayalah kita akan semakin banyak membaca karena tulisan juga butuh isi gaes. Contohnya saja di tulisan sekarang, aku nyari hadis tentang menulis, yang artinya aku baca one or more articles, kan?
So, selamat menikmati yang mau baca, tapi kalau ga mau baca juga gapapa sih kan tadi udah dibilang ga begitu faedah-faedah banget isinya haha.. just wanna killing these abundant stress
1 note
·
View note