ilovesitinurdianti-blog
ilovesitinurdianti-blog
Diarium
45 posts
my simple life  | sangat random | nocturnal human| belajar sejarah
Don't wanna be here? Send us removal request.
ilovesitinurdianti-blog · 5 years ago
Text
Tumblr media
Percaya engga sih kalau jodoh kita itu sudah ada yang mengatur? Maksudnya, kamu sudah dipilihin jauh-jauh hari sebelum kamu nyari siapa sebenarnya jodoh kamu.
Seperti kelahiran dan kematian, jodoh adalah sesuatu yang mutlak berada dalam kuasa-Nya.
Kamu memang bisa berencana dan mengusahakan untuk memperjuangkan siapa, tetapi jika itu bukan jodohmu, kamu pasti gagal entah bagaimana caranya.
"Kalau tidak dicari, kita ga bakal bertemu jodoh kita siapa." Sering banget orang-orang disekitar kita bilang seperti ini, bahwa jodoh adalah hal yang perlu kita usahakan.
Tetapi bukannya setiap pertemuan sudah ada yang mengatur? Kita sering tidak sengaja dipertemukan seseorang di mana, melalui siapa, dan dengan cara apa.
Masih mau bilang kalau jodoh itu kita yang pilih? Jodoh itu kehendak-Nya. Kemantapan hatimu, keyakinanmu, semuanya Allah yang gerakin supaya hatimu mau bilang "IYA"
Memang sesederhana itu. Tiba-tiba ada, tiba-tiba yakin, tiba-tiba mungkin, dan tiba-tiba mudah. Ada saja jalannya, entah restu orang tua, atau caranya yang diluar dugaanmu.
Banyak yang pacaran lama, melalui berbagai macam masalah, tidak direstui, berkali-kali menyerah, tetapi akhirnya mereka menikah. Ya, karena memang itu jodohnya.
Ada juga yang sudah berencana menikah, mempersiapkan segalanya, lalu tiba-tiba gagal, dan tiba-tiba menikah dengan yang lain. Ya, karena memang itu bukan jodohnya.
"Kalau gitu untuk apa pacaran?" Kita tidak sedang mencari pembenaran dan perdebatan antara yang pacaran dan tidak pacaran.
Kita hanya sedang menempuh ikhtiar kita masing-masing untuk menemukan siapa jodoh kita. Tetapi pada akhirnya Allah yang akan memilihkan. Siapa yang kita butuhkan dan siapa yang paling pantas untuk kita.
Jika sekarang ada yang masih sendiri dan tidak kunjung menikah. Ya, karena memang dia belum waktunya. Bukan usianya yang menjadi ukuran, tetapi ketepatan waktu yang Allah tetapkan.
Setiap orang akan dipertemukan dengan cara dan waktu terbaiknya masing-masing. Jika sudah waktumu, tidak ada alasan lagi bagimu untuk mengatakan suatu keraguan.
—ibnufir
1K notes · View notes
ilovesitinurdianti-blog · 5 years ago
Text
Bisakah kamu mencintaiku sebagaimana aku mencintaimu?
Bisakah kamu memperhatikanku seperti aku memperhatikanmu?
Bisakah kamu memikirkan perasaanku sebagaimana aku memikirkan perasaanmu?
dari aku, yang sudah tidak mampu memarahimu.
yang sedang lelah dan ingin menyerah.
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 5 years ago
Text
HAI,
Jagat tumblr!
aku kembali. kupikir tumblr adalah tempat teraman tempat menumpahkan perasaan.
Sebab orang yg kukenal sangat bertebaran di platform lain.
Aku benci, saat orang yg kukenal mengetahui perasaan dan pikiranku.
meski aku sering bercerita tentang kehidupanku dengan sukarela, tentu aku tak benar-benar mau: dimasuki dan diobrak-abrik siapapun.
Seharusnya, masing-masing orang punya batasan pengetahuan perihal kehidupan orang lain bukan?
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Bagaimana
Bagaimana jika aku benar-benar sinting?
1 note · View note
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
1. Mengajarkan Sejarah
Tadi, saya diminta salah satu guru memasuki kelas XI. mintanya mendadak dan saya belum pernah masuk kelas itu sebelumnya.
Biasanya, pertama kali masuk ke satu kelas, saya selalu basa-basi perkenalan. perkenalan itu memakan waktu yang panjang, bisa hampir dua jam pelajaran saya habiskan. Saya selalu memanggil peserta satu persatu dan bertanya hal-hal yang bersifat individu seperti hobi atau tokoh idola. kalau menceritakan hal-hal pribadi itu anak-anak di kelas suka riuh. kelas jadi rame. behapakan. saya jadi tahu, dinamika kelas: mana peserta yang jadii aktornya, peserta yang bullyable, peserta yang perhatian, dan macem-macem. dengan begitu, saya berharap bisa mengenali masing-masing peserta didik saya lengkap dengan segala keunikan pribadinya. baru, di akhir perkenalan saya bisa menyisipkan pesan-pesan moral sesuai dengan apa-apa yang mereka sebutkan.
Tapi siang ini beda, saya tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan sebagaimana sebelumnya. hanya, sebatas memperkenalkan nama panggilan, tujuan saya datang ke sekolah ini, lalu saya bercerita tentang peristiwa sejarah yang berkaitan di daerah Banjar. karena baru-baru ini saya ikut seminar tentang Ibnu Hadjar, saya ceritakanlah cerita tentang pemberontakan Ibnu Hajar. awalnya, saya tidak berencana sama sekali, demi melihat beberapa peserta yang (kelihatannya) memperhatikan dengan sungguh-sungguh, saya teruskan cerita itu sampai akhir. saya mengajak mereka memahami kondisi Ibnu Hadjar, bagaimana kondisi sosial dan politik saat itu, saya ingin mereka memahami alasan-alasan yang mendorong Ibnu Hadjar dan komplotannya
di awal-awal bercerita hanya satu-dua peserta yang memang memperhatikan cerita saya, yang lain mereka saya bebaskan sambil minum, cerita sama teman-temannya yang lain, bahkan sambil makan nasi di dalam kelas. kelas benar-benar ramai. banyak yang gojek, saya perhatikan sisa dua orang yang mendengarkan saya. hiks. kasihan.
saya tetap bercerita, tanpa sedikitpun mencoba meminta mereka memperhatikan saya. saya bertekad dan menyiapkan hati akan terus bercerita, walaupun sisa dua orang yang memperhatikan. saya hanya ingin lihat, sejauh mana mereka akan gojek sendiri. apakah mereka akan tertarik dengan cerita saya?
ternyata kesabaran saya tidak sia-sia. di sela menyampaikan fakta, saya selalu meminta mereka berimajinasi, bagaimana jika seandainya mereka yang berada di posisi Ibnu Hajar? apa yang akan mereka lakukan? bagaimana perasaan mereka jika seandainya mereka berada di posisi Hassan Basry? apa yang dipikirkan Muhammad Hatta ketika memberlakukan reorganisasi dan rasionalisasi tentara?
Dari situ mereka mulai antusias, satu persatu kelas menjadi hening dari kegaduhan-kegaduhan yang mereka lakukan. mereka (kelihatannya) mulai berpikir keras menimbang cerita-cerita saya. apalagi cerita saya itu beda jauh dari cerita yang ada di buku paket mereka. sesekali mereka bergumam, bisik-bisik sama teman sebangkunya, mengerutkan kening, berbicara sendiri, mengatakan perasaan mereka; pasti sedih, pasti sakit hati, pasti nggak tega, harusnya gitu, dll.
merasa diperhatikan, (ciehakhirnya) saya meneruskan cerita dan menyisipkan pertanyaan-pertanyaan semacam itu lagi, saya berusaha membuat mereka menyelami apa yang dipikirkan orang lain, bagaimana karakter orang lain, bagaimana kemudian tokoh itu mengambil keputusan yang nantinya akan tertulis dalam catatan sejarah. saya berusaha mengajak mereka agar tidak terjebak dalam menghakimi satu tokoh secara sepihak tanpa mempertimbangkan perspektifnya. sayangnya, buku paket di depan mereka tidak mengakomodasi keinginan saya itu. #hiks2. mengajarkan sejarah itu dilematis.
ketika saya sudahi cerita karena jam pelajaran habis, mereka berhambur ke depan berebut mencium tangan saya. saya tolak ketika mereka mau mencium tangan saya. cukup berjabat tangan saja sambil saya tepuk bahunya. atas sikap saya itu, mereka bertanya-tanya dan mereka berkata bahwa cium tangan itu suatu bentuk penghormatan.
saya jelaskan, untuk menghormati saya ketika di kelas tidak perlu dengan cium tangan. cukup perhatikan ketika saya berbicara dan lakukan apa yang saya instruksikan dengan sungguh-sungguh. itu jauh lebih dari cukup.
the end.
#ceritappl
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Film Penghianatan G30S/PKI kembali menjadi kontoversi akhir-akhir ini. Pasca dihentikan penayangannya oleh Rezim Habibie 1998 silam, nobar film propaganda ini kembali marak atas instruksi Panglima TNI. . Kami tidak berniat menghakimi apakah maraknya pemutaran film itu salah atau benar. Meski ada berbagai sumber yang menyatakan bahwa banyak sekali fakta sejarah yang tidak sesuai. Melihat dari perspektif positif, kami justru bersyukur. Pemutaran kembali film itu membuat banyak orang bertanya-tanya penasaran akan kebenaran sejarah G30S. Termasuk generasi kami, yang diperkenalkan oleh Sosiolog Mannheim sebagai generasi Milenial. . Karenanya, kami berinisiatif mengadakan nobar dan diskusi film Jagal (The Act of Killing). Bukan niat kami untuk mengadakan nobar dan diskusi tandingan. Sama sekali tidak. Bukan juga kami ingin mewacanakan untuk meluruskan sejarah. kami bukan siapa-siapa yang berdaya untuk menandingi atau meluruskan sejarah. Lagi pula, kami telah belajar bahwa kebenaran sejarah tergantung siapa yang membuat atau selera penguasa. Kami paham, tidak ada kebenaran mutlak dalam sejarah. . Hanya, sebagai generasi yang sedang belajar sejarah bangsa, ingin berdiskusi dan mencoba melihat peristiwa G30S dari perspektif yang berbeda. Bahwa sebagai kaum intelektual kami harus melihat fakta-fakta lain untuk memperkaya wawasan hingga akhirnya kami kaya sudut pandang untuk menilai dengan bijak. Lalu gilirannya, kami dapat mengambil pelajaran sebagai bekal ketika menerima estafet kepemimpinan. . Bagi kami, film ini bukan sumber kebenaran sejarah dan bukan pula rekayasa sejarah. Semata-mata hanya sebagai bahan diskusi, untuk memperkaya wawasan diri. #lpmkinday
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Sebab
Adakalanya aku ingin menjadi sebab
Adakalanya kupikir akan jauh lebih baik kalau aku punya rasa minder yang tinggi. Sebab aku tidak akan berani melangkah.
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Kalah
Aku kalah,
Rindu ini tak tahu malu
Atau aku yang justru tak punya malu?
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Alhamdulillah, Allah kasih kesempatan bertumbuh sebesar ini. 21 tahun? Dulu aku membayangkan, usia 20 plus-plus ini adalah usia dimana seseorang sudah dewasa sepenuhnya. Punya penghasilan yang mampu mencukupi semua kebutuhan hidupnya secara mandiri. Punya sikap yang tegas, bijak, tenang, konsisten, nggak mencla-mencle, bisa ngatur kehidupan pribadi dengan baik, tidak hanya sekedar tahu hal yang baik tapi juga mampu melakukan hal baik, bisa jadi contoh yang keren buat adek-adek, anak yang berbakti sama orang tua. Tapi nyatanya, saya masih gini-gini aja. Masih unyuk-unyuk nggak jelas, detik ini bilang A, detik depan bilang B, sesekali kalau kepepet masih suka minta tambahan dari ortu, masih suka nunda-nunda kerjaan, masih suka ngopi walau udah dilarang Bu dokter tapi aku udah berusaha ngurangin dan nyetok susu coklat kok apasihkamudiannnnn, masih suka senyum-senyum bahagia kalau liat kelakuan anak kucing yang sok nggak punya dosa itu padahal mereka kadang sering jengkelin. Hiks. Macem-macem deh, pokoknya yang masih bisa dikeluhkan. Dan yaampuuunnn aku merasa aku ini masih bocah, suerrrrrr 😂😂 ... Tapi sejauh ini aku nggak menyesal. Atas pilihan-pilihan yang kubuat secara spontan, atas kesalahan-kesalahan yang nggak sengaja kulakukan, atas kegagalan-kegagalan yang tak terhingga, atas menjadi diriku yang seperti ini. Termasuk menyukaimu, aku tidak menyesal. Sekalipun tidak berbalas. Karena kamu orang baik. Justru aku bersyukur mataku masih bisa mengenali orang baik. 😊 ... Terimakasih, Allah. Aku akan berusaha menjadi manusia yang lebih sabar lagi dari hari-hari kemarin. Belajar mengeluarkan uang dengan bijak, Nggak gampang ngambek, nggak gampang bemamai, nggak gampang ngrepotin orang lain, jadi orang yang kehadirannya selalu dirindukan. Semoga kehadiranku menjadi manfaat. Amiiinnn. 😊 (di South Kalimantan)
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Mereka ke Banjar bukan dalam edisi ultah lho yaaaaaaa FYI, nggak ada istilah ultah dalam kamus keluarga kami. Kami belajar, bahwa semua hari adalah sama. Semua hari adalah proses. Semua hari adalah kebermanfaatan satu sama lain. Colek @mubu61
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Tentang Praktek, Teori, dan Kuliah Saya Sore Tadi
Tadi, di mata kuliah kewirausahaan di kelas, dosen saya menawarkan dua pilihan  untuk mengerjakan tugas UTS dan UAS. Pilihan pertama praktek dan kedua dengan teori. Semua mahasiswa di kelas saya diminta untuk memilih tanpa dijelaskan terlebih dahulu seperti apa pengerjaannya ketika memilih praktek atau teori. Pada pilihan UTS, sebanyak 44 mahasiswa memilih praktek, 4 orang memilih teori dan 2 orang (termasuk saya) memilih abstain. Dosen saya  kemudian menjelaskan, pilihan praktek tugas UTS dengan cara mahasiswa ditawarkan melihat potensi ekonomi yang unik di Banjarmasin, di buat laporan dan selesai. Cara kedua menggunakan teori, mahasiswa ditawarkan untuk membuat jurnal khusus dengan sumber-sumber yang rata-rata menggunakan bahan berhasa Inggris. Setelah dijelaskan, salah satu teman saya yang memilih teori mengeluh tidak menyangka dan ingin pindah ke praktek. Malang, dosen saya tidak mengizinkan teman saya untuk pindah ke UTS praktek. Lalu giliran dosen saya bertanya kepada saya dan satu teman saya yang memilih abstain. Saya memilih teori, dan teman saya memilih praktek.
Kedua, untuk tugas UAS. Dosen saya kembali melemparkan pilihan kepada kami, pilih mengerjakan dalam bentuk praktek atau teori.  Kedua ini, semua teman saya memilih praktek. Saya sendiri, tetap kembali memilih teori. Beliau menjelaskan, untuk praktek Final kami akan melakukan perjalanan ke luar daerah Banjarmasin sekaligus refreshing melihat potensi yang ada di daerah tersebut untuk diberdayakan, buat laporan selesai. Beliau bilang, selama tujuh tahun mengajar baru kali ini ada mahasiswa yang memilih mengerjakan tugas dengan cara teori.
Agaknya, sepengamatan saya, beliau kurang menyukai pilihan saya. Beliau bilang di depan kelas, untuk apa memilih teori sedang selama ini kita di kampus selalu dijejali dengan teori-teori. Sesekali lah kita keluar dari dunia kampus, melihat potensi yang ada di masyarakat. Ada usaha apa yang menarik dan potensial untuk dikembangkan sehingga bisa mendongkrak daya ekonomi masyarakat setempat. Kata beliau, orang-orang yang memilih praktek adalah orang-orang yang suka bermetamorfosis, sedang orang yang menyukai teori tidak berkembang karena hanya sampai ranah pemikiran. Dengan pernyataan beliau, saya merasa dianggap bahwa saya orang yang kuper atau kurang pergerakan. Bahwa saya adalah manusia yang monoton hanya suka menonton suatu permasalahan dan mengolah solusi hanya sampai ranah pemikiran.
Sejujurnya saya ingin sekali menceritakan motif mengapa saya memilih teori daripada praktek. Ada alasan-alasan tertentu, yang ingin saya dapatkan  dengan memilih mengerjakan tugas berbentuk teori. Bahwa selama ini, hampir 21 tahun saya hidup saya selalu diajari berpraktek oleh lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat tempat saya berproses. Di keluarga, sejak saya berusia 5 tahun saya sudah melihat bagaimana ibu saya berinovasi membuat panganan-panganan yang berbahan dasar hasil produksi tani masyarakat di desa saya.
Desa saya, di Sambeng, mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian petani palawija, termasuk bapak saya.  Jagung, singkong, pisang, kedelai, benar-benar melimpah. Biasanya, mereka menjual hasil tani mereka ke tengkulak. Hasil tani dijual mentah begitu saja tanpa ada produksi lanjutan. Alhasil produk tani desa saya dijual dengan harga yang sangat-sangat murah karena harus melalui rantai perdagangan pertengkulakan.  Di sini, ibu saya muncul dengan inovasi-inovasinya membuat panganan-panganan dari singkong, jagung, pisang, dan lain-lainya. Krupuk, kue, dan olahan-olahan lain yang saya tidak tahu namanya karena asli inovasi ibu saya. Ibu saya hanya membuat produk-produk inovasinya itu dalam skala kecil untuk di makan di rumah dan dijual di sekitar desa. Tenaga ibu saya terbagi karena harus mengurus rumah tangga (bapak, saya, adik-adik saya, dan segala macam keperluan rumah) dan menjahit. Saya masih ingat pengalaman saya saat belum masuk SD, sore-sore ditemani Pak Lik saya harus ider keliling desa jualan krupuk olahan ibu saya. Lengkap dengan segala komentar dari pembeli, ada yang bilang tidak suka dan ada yang bilang suka. Sayang, Ibu saya tidak sempat mengembangkan produksinya itu dalam skala besar maupun menularkan ide-idenya kepada tetangga sekitar karena harus hijrah dari kampung halaman medio 2010an. Mentok, ibu saya hanya mengajak diskusi malam dengan saya memikirkan situasi dan kondisi masyakarat di desa saya. Kadang, diskusi-diskusi ini juga masih sering berlanjut di antara kesibukan saya dan ibu saya masing-masing via telpon atau saat saya berkunjung ke rumah ibu saya. Kami masih suka membicarakan apa-apa tentang desa saya di Klumpit, kota kecil tempat ibu saya tinggal sekarang, bahkan kadang-kadang kami membicarakan negara yang begitu jauhnya dari kami. Dari keluarga, saya diajari untuk melihat potensi ekonomi yang ada di masyarakat dan melangkah sedikit untuk berinovasi membuat olahan lanjutan dari hasil tani yang melimpah.
Ketika saya melanjutkan sekolah ke SMK Pasawahan di Ciamis (Salah satu sekolah yang didirikan Serikat Petani Pasundan), saya belajar sedikit tentang pertanian dan berwirausaha. Sekolah kami adalah sekolah perjuangan yang didirikan oleh masyarakat, semua pembelajaran kami sebisa mungkin diarahkan agar peserta didik yang belajar di sana akan kembali dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat tempat asalnya. Di sana kami belajar menanam sayur-sayuran. Hasilnya dijual dan sebagian kami makan sendiri. 3 tahun belajar di sana, saya tidak hanya belajar bertani tetapi lebih lanjut mengolah hasil tani kami agar mempunyai nilai guna tambah. Saya jadi mengingat, saya dan teman-teman membuat kelompok produksi di bawah bimbingan guru saya yang bersedia mendanai modal awal kami. Kami memproduksi susu kedelai, sisa ampasnya kami manfaatkan untuk membuat kue-kue dan donat yang juga kami jual. Susu kedelai itu pun kami buat macam-macam rasa, bahkan ada yang cair dan ada yang beku. Kami juga tidak segan-segan bereksperimen membuat olahan-olahan seperti manisan cabai, manisan terong, dan gajlok, seblak, cimol, selai dari nanas, teh rosella, minuman coklat kesukaan saya, kopi kedelai dan makanan-makanan lain yang bahan dasarnya hasil tani dari hasil praktek di sekolah. Sekarang, setelah saya berpisah jauh dari teman-teman saya, mereka semakin maju dan sangat luar biasa keren mengemas hasil produksi pertanian masyarakat di daerah mereka masing-masing. Saya salut. Sesuatu yang belum bisa saya lakukan secara konsisten karena masih disibukkan ini dan itu.
Tepat saat ini sudah tiga tahun saya menimba ilmu di Banjarmasin. Kota yang membuat saya benar-benar jatuh hati. Awal tinggal di sini, saya sering mengeluh karena alasan para manusianya, tapi setelah sedikit demi sedikit saya mengenal Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum saya benar-benar jatuh cinta. Kalimantan Selatan benar-benar kaya dan punya potensi luar biasa yang harus diberdayakan agar mampu mendongkrak tingkat kemakmuran masyarakatnya. Tidak sekali dua saya datang ke suatu daerah (seringnya ke desa pinggiran), melihat keadaan masyakarat yang masih belum mampu mandiri secara ekonomi padahal mereka punya banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan dan memakmurkan mereka. Melihat realitas di Kalimantan Selatan seperti ini, saya juga seringkali berdiskusi dengan teman-teman saya untuk kembali lagi ke sini suatu hari nanti. Kami ingin, masyarakat Kalimantan Selatan mampu membuka mata dan memakmurkan diri mereka dengan memberdayakan potensi-potensi yang mereka miliki.
Sebenarnya, soal tugas praktek meneliti dan membuat laporan seperti yang ditawarkan oleh dosen saya, saya sudah berkali-kali mempraktekkannya jauh hari sebelum hari ini. Saya bisa mempraktekkanya kapanpun, di manapun, dan ke manapun saya berkunjung. Sedang masalah teori, saya tidak akan mendapatkannya setiap saat, hanya selama kuliah yang singkat inilah saya mendapatkan kesempatan resmi berbicara teori-teori dengan dosen yang ahli di bidangnya. Lagi pula, kalau masalah berkunjung dan jalan-jalan cari sesuatu yang baru ke luar daerah Banjarmasin kan saya bisa nyempil ikut-ikutan teman-teman saya saat mereka praktek. Jadi rencananya saya mau dobel, ngerjakan teori untuk alasan saya sendiri dan tetap bisa ikut nyempil jalan-jalan sama teman-teman yang berpraktek tanpa bikin laporan.  J
Seandainya tugas praktek yang ditawarkan adalah mendampingi para pelaku usaha untuk meningkatkan nilai guna produksi secara langsung, mungkin saya akan menjadi orang yang berada di garda depan mengangkat tangan memilih tawaran praktek itu. Praktek-praktek semacam ini akan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk tidak hanya belajar melihat potensi juga memberdayakan potensi yang ada di sekitarnya. Mungkin tidak perlu nyari usaha-usaha yang unik dan nyeleneh, tapi usaha-usaha sederhana yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar lingkungan hidupnya. Contohnya, mahasiswa diberikan waktu dan kesempatan mendampingi pelaku usaha penjual tempe goreng di pinggir jalan. Dengan semangat muda, kreativitas, inovasinya, dan segala potensi yang dimiliki oleh mahasiswa bisa dikerahkan untuk memodifikasi usaha tempe goreng di pinggir jalan ini agar lebih wow sehingga mampu menambah omset penjualan si pelaku usaha tempe goreng ini. Dengan demikian, praktek yang dilakukan akan jauh lebih bermanfaat, bagi para pelaku usaha kecil mereka akan terbantu meningkatkan omsetnya dan bagi mahasiswa ia punya pengalaman tidak hanya melihat peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru tapi juga tapi juga praktek langsung.
Sayang, saya tidak mendapatkan kesempatan untuk menyuarakan pendapat saya itu. Selain kepanjangan, saya secara pribadi tidak di beri ruang menyampaikan alasan pilihan saya. Kedua waktu perkuliahan benar-benar singkat, tidak memungkinkan mengacungkan tangan dan nekad menyampaikan pikiran-pikiran saya. Masalahnya, ketika dosen mempersilakan mahasiswa untuk bertanya, teman-teman saya telah kehabisan energy dan terlihat lelah sehabis PPL yang fulllll day. Pun dosen saya juga benar-benar (terlihat) kelelahan. Saya jadi tidak tega untuk angkat bicara.
Akhirnya, perkuliahan hanya satu pihak. Seperti perkuliahan-perkuliahan biasanya. Untungnya ada medsos seperti facebook yang siap menampung keluh kesah mahasiswa kurang jelas seperti saya. Hihi. Entah pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan atau tidak, yang pasti untuk hari ini perasaan saya telah tersampaikan.  
(14/9/2017)
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Bapak!
Kapan aku bisa menghubungimu sesuka hatiku?
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Selamat untuk esok Esok, setelah 3 tahun berproses, akhirnya saya dan teman-teman seangkatan akan melaksanakan praktek ngajar di sekolah. Mungkin tidak hanya mengajar. Lebih jauh, saya akan belajar mendidik manusia agar menjadi manusia. Esok, adalah momen yang benar-benar saya tunggu sejak pertama kali memilih kuliah di fakultas keguruan. Saya pribadi sangat suka hal-hal yang berkaitan dengan berbagi ilmu, diskusi, membicarakan pengetahuan, tanya jawab, dan saling memotivasi. Bagi saya, hal-hal demikian adalah bagian dari berproses. Kita akan bertumbuh dengan merawat pikiran dan perasaan melalui kegiatan belajar mengajar. Meski, tidak melulu di ruang kelas kita bisa belajar dan bertumbuh di manapun. Besok selama 3 bulan ke depan, saya dengan senang hati akan terpaksa bangun pagi-pagi. Malam sebelumnya akan belajar menyiapkan materi apa yang akan dibagi dan didiskusikan di antara sibuknya mengemban tangung jawab di organisasi. Yang pasti, saya akan belajar mendisiplinkan diri dan mempelajari banyak hal. 3 bulan ke depan, saya akan berproses. Kalau boleh jujur, menghadapi esok membuat saya berpikir dan menarik diri menuju perjalanan saya selama 3 tahun terakhir. Apa yang telah saya pelajari selama ini, adalah bekal yang akan saya bawa untuk menghadapi hari esok selama 3 bulan ke depan. Rasanya, saya begitu melewatkan banyak hal. Rasanya bekal saya sangat-sangat sedikit, bahkan tidak cukup sama sekali untuk sekedar berdiri di depan kelas. Saya jadi mulai ragu. Apa yang akan saya bagikan esok? Saya punya apa? Saya merasa tidak punya hal berharga untuk dibagikan kepada calon murid-murid saya. Apakah saya kemudian akan membuang waktu mereka secara percuma dengan mengambil alih waktu mereka selama jam pelajaran? Uh, Si goblok yang malang! kata Foucoult. Saya benar-benar malang, masih saja mampu tersenyum optimis meski sadar betapa aku tidak melakukan apapun dengan benar selama 3 tahun terakhir. (di South Kalimantan)
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Perihal perlakuan yang tidak menyenangkan
Kadang, kita tidak bersuka hati ketika diperlakukan dengan tidak menyenangkan oleh orang lain, sedang kita kadang tidak menyadari bahwa perlakuan tidak menyenangkan itu sebenarnya datang dari kelakuan kita yang memicu perlakuan tidak menyenangkan itu.
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Tentang jadi diri sendiri
Aku pernah baca quote. kurang lebih isinya mengajak pembaca untuk mempunyai karakter sendiri, karena pribadi yang lain sudah milik orang lain.
Aku adalah jenis orang yang suka sekali mengamati orang lain. Bagaimana cara seseorang bersikap. seseorang berinteraksi. Seseorang berpikir. Seseorang menyampaikan pikiran. seseorang menulis. Seseorang memperlakukan dirinya. Dan bahkan hal-hal sederhana seperti bagaimana seseorang lain tertawa.
Dari sana aku melihat, mengapa satu orang bisa menjadi begitu (terlihat) baik. sedang satu orang lain (terlihat) kurang begitu. Kadang, ketika melihat orang-orang baik (di mataku) aku juga ingin seperti mereka.
Kenapa ia luwes sekali. Kenapa senyumnya manis sekali. Kenapa ceria sekali. Kenapa percaya diri sekali. Kenapa cekatan sekali. Kenapa disiplin sekali. Kenapa-kenapa seperti itu, kadang membuatku begitu iri.
Ya, aku pengiri pribadi lain dengan karakter baik. Sesekali. Salahkah, jika aku juga ingin menjadi seperti pribadi-pribadi baik yang tak kumiliki?
Banjarmasin, 9/9/2017
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Tentang Kedewasaan dan Jalan Raya
Suatu ketika saya pernah bertanya tentang kedewasaan, seseorang berkata kepada saya "dewasa itu kalau udah bisa nyebrang jalan raya sendirian". Sesederhana itu. Padahal saya sudah membayangkan akan mendapat jawaban yang lebih bernada intelek atau filosofis seperti jawaban dari orang-orang lain. Macam kalimat-kalimat keren di mata remaja. Saya penasaran dan saya tanya balik, teori dari mana? Lalu dengan santai dia menjawab, "Teori deviasi.... haha". Saya tertawa refleks. Sampai sekarang saya masih sering tertawa sendiri kalau sedang teringat dialog itu. Haha. Dia yang menjawab pertanyaan saya itu tahu betul, (saat itu saya masih kelas 2 SMK) saya masih belum berani nyebrang jalan raya sendirian. Jadi, secara tidak langsung dia bilang bahwa saat itu saya masih belum dewasa. Saya tidak protes sama sekali karena kenyataannya saya sering kesulitan menyebrangi jalan raya sendirian walau seingat saya tidak pernah mengalami kecelakaan traumatis di jalan raya. Dan saya mengiyakan, bahwa benar juga orang-orang dewasa memang pandai menyebrang jalan raya sendirian. Keberanian tidak hanya sekedar berbicara tentang kebenaran, menulis kritikan dengan tajam, atau mendengarkan kepahitan dengan tenang dan sabar. Lebih dari itu, keberanian juga bisa jadi soal hal-hal sederhana seperti menyebrang jalan raya dengan penuh kesadaran. Keberanian-kebe ranian semacam itu, hanya dimiliki oleh orang yang sudah dewasa dan sadar sedangkan saya belum memiliki keberanian yang berjenis seperti itu. Sesederhana jawaban itu. Sesederhana pula pemikiran saya saat itu. Setelah saya pikir-pikir kembali, dalam konteks menyeberang jalan raya memang sangat diperlukan sikap dewasa. Mari bersepakat terlebih dahulu, dewasa dalam KBBI adalah sampai umur; Akil balig (bukan anak-anak atau remaja lagi); (2) telah mencapai kematangan kelamin; (3) matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya). Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menyebrang jalan raya agar selamat. Menyebrang jalan raya diperlukan kematangan dalam berpikir. Untuk itu kita harus cerdas melihat peluang saat sela kendaraan dan time yang tepat kita perlukan untuk melangkah. Baru, kita bisa kita memutuskan kapan saat yang tepat untuk menyebrang. Namun, masalah menyebrang tidak selesai hanya dengan keputusan. Bagian terbesar dan terpenting adalah keberanian. Keberanian pun bukan yang asal berani, namun berani yang telah melewati kematangan berpikir sehingga menghasilkan keputusan yang tepat. Ini masalah saya, seringkali saya tidak mampu melangkahkan kaki walau saya tahu itu saat yang tepat untuk melangkah. Sehingga saya sering menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk meyakinkan diri melangkah menyeberang di jalan raya. Beruntung sekali apabila jalanan agak sepi. Saya bisa cepat bergegas menyelesaikan urusan saya di seberang jalan. Di pinggir jalan raya, saya bukan pemberani yang hebat. Celaka lagi, pada semester awal perkuliahan saya tinggal di kos-kosan di seberang dari kampus saya. Setiap pagi, saya harus berjalan kaki dan menyeberangi jalan raya kecil yang cukup ramai. Karena masalah saya itu, alhasil saya seringkali terlambat bermenit-menit masuk kuliah. Dari sana, saya belajar perlahan-lahan. Melihat cara orang lain menyeberang dan memberanikan diri melangkah di jalan raya. Setiap kali berada di pinggir jalan raya, secara spontan otak saya mengingat kalimat teman saya, bahwa menjadi dewasa itu ketika seseorang berani menyeberangi jalan raya sendirian. Dalam situasi itu saya jadi sering merenungi makna kedewasaan. Kalimat lama saya masih bisa berlaku, bahwa seseorang akan bisa karena terbiasa. Untuk terbiasa kita harus melatih membiasakan diri. Ternyata, mematangkan diri bisa saja lewat belajar menyeberangi jalan raya. Setelah sekarang saat saya sedang menyeberang jalan raya saja jadi sering bertanya-tanya; apakah, saya benar-benar sudah masuk kategori dewasa walau sudah bisa nyebrang jalan raya? Jawaban itu masih sunyi. Hanya bising kendaraan yang berlalu lalang tanpa permisi. Banjarmasin, 13 Juli 2017
0 notes
ilovesitinurdianti-blog · 8 years ago
Text
Setidaknya
Setidaknya kamu perlu tahu kalau aku memikirkanmu.
Lewat pesan-pesan yang sengaja kupaksa singgah.
Setidaknya, sampai kegilaan ini mereda dengan sendirinya.
0 notes