jdynner
jdynner
She, Renny DJ
44 posts
a very personal blog owns by Renny DJ,  but you can call her Ren or Renny. Ren means Loves and Lotus in Japanese. In Welsh, Means Ruler. Here For Sharing Positivity, Mental Health, Empowering Women, and Self Care. Her Instagram: @sayarennydj 
Don't wanna be here? Send us removal request.
jdynner · 2 years ago
Text
Tumblr media
There are so many reasons to keep going! Here are just a few.
8K notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
“Scared is how you’re feeling; brave is what you’re doing.”
— Emma Donoghue
226 notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
Tumblr media
439 notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
“Document the moments you feel most in love with yourself - what you’re wearing, who you’re around, what you’re doing. Recreate and repeat.”
— Warsan Shire
406 notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
“Beauty is not in the face; beauty is a light in the heart.”
— Kahlil Gibran (via perfectfeelings)
1K notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
“Always show kindness and love to others. Your words might be filling the empty places in someone’s heart.”
— Mandy Hale
305 notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
some simple but happy things
discovering new music
browsing a bookstore
visiting the library
watching the sunset
going on a road trip and listening to lots of music!
feeling excited about something
buying new stationery :)
seeing the full moon
reading an interesting book
going to the beach!!
walking into a bakery and smelling the scent of warm bread
going to bed after a long day
18K notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Photo
Tumblr media
8K notes · View notes
jdynner · 3 years ago
Text
All humans make mistakes. What determines a person's character aren't the mistakes we make. It's how we take those mistakes and turn them into lessons rather than excuses.
281 notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Text
My body is my home. It’s been through so much and it’s still doing it’s best. Thank you, body.
761 notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sadness can make us lethargic and want to isolate ourselves, but I often find that it helps to hang out with others and do things that I like, even if I feel like I don’t want to at the time. You do need to let yourself be sad sometimes, but you don’t have to sit in the sadness for too long!
Chibird store | Positive pin club | Webtoon
3K notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
“Untitled“ by | Andri Laukas
5K notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Text
recovery may seem scary but choosing to be stuck where you’re at now is far worse
2K notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Text
You don’t have to pretend it doesn’t hurt. You aren’t being too much.
1K notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Yosemite Valley, CA, USA | Meriç Dağlı
4K notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Text
Bisakah Dunia Pendidikan Bebas Dari Kekerasan Seksual?
Ketika saya sedang melakukan riset untuk penelitian skripsi saya pada tahun 2015, saya harus melakukan penelitian melalui berita-berita di koran yang merupakan salah satu bukti sejarah otentik. Saya meneliti berita dari tahun 1987 sampai 2004, jadilah saya mondar-mandir keliling perpustakaan di Jakarta dan Semarang untuk mengambil sebanyak mungkin berita yang berhubungan dengan skripsi saya waktu itu, koran-koran lama itu kebanyakan sudah dibundel menjadi satu. Yang menyenangkan dari proses ini adalah saya bisa membaca dan melihat berita, iklan, sampai gosip terhangat pada masa-masa itu. Sampai suatu hari, saya harus mencari sumber dari tahun 1995.
Saya menemukan satu berita yang cukup menarik perhatian. Berita itu dimuat di harian Suara Pembaruan tanggal 13 Desember 1995 dan berada di halaman pertama yang berjudul: “Dua Siswa Dikeluarkan Dari SDN Karena Orang Tua Lapor Anaknya Diperkosa Guru”. Isi beritanya kurang lebih seperti ini, ada orang tua murid dari SDN 78 Kampung Air Mangkok, Desa Air Itam di Pangkalpinang yang melaporkan bahwa anaknya yang duduk di kelas 5 SD, menjadi korban perkosaan oleh oknum kepala sekolah dan dua guru ke polisi. Dua anak yang menjadi judul berita itu adalah dua adik korban. Perkosaan itu terjadi pada Mei 1995, korban, yang dalam berita itu memakai nama Lifa, diajak naik motor dan kemudian dibawa ke sebuah rumah dan diberikan obat, Lifa kemudian diperkosa di sana. Lifa diancam oleh si Kepala Sekolah, jika cerita ini bocor, maka dia tidak akan dinaikkan kelas ke kelas 6 dan dua adiknya yang bersekolah di tempat yang sama akan dikeluarkan. Anak ini awalnya bungkam, bejatnya, pelaku mengajak dua oknum lainnya untuk memperkosa korban dari Mei 1995 sampai November 1995. Lifa yang tidak tahan pun mengadu ke orang tuanya, yang kemudian mengadukan kemalangan anaknya ke Polsek Pangkalpinang II. Naas, pelaku memakai posisinya sebagai Kepala Sekolah dan kemudian mengeluarkan kedua adiknya dari sekolah dan ketiga pelaku hanya ditahan selama dua hari saja dan kembali mengajar.
Saya hanya berhasil mendapatkan perkembangan kasus itu pada berita yang dimuat Suara Pembaruan tanggal 23 Desember 1995. Kesimpulan saya, mungkin efek dari berita yang masuk ke surat kabar nasional beberapa hari yang lalu, kemudian mendapat atensi yang besar dari pemerintahan pusat kala itu. Dalam berita yang berjudul: “Kasus Kepala Sekolah Perkosa Murid Diambil Alih Polres Bangka”, diberitakan bahwa kasus ini diambil alih oleh Polres Bangka, korban juga diperiksa secara intensif dengan “menanyakan ciri-ciri badan pelaku”. Ketiga pelaku juga ditarik ke dinas P dan K, untuk memberikan kesempatan kepada pihak berwajib melakukan penyelidikan. Diberita itu, terungkap bahwa dua oknum guru yang diajak untuk memperkosa tersebut dikenal memiliki moral yang bejat, salah satunya bahkan ada yang pernah mengajak muridnya untuk mencuri ayam warga di SDN sebelumnya. Desakan untuk menindak tegas pelaku ternyata juga dilontarkan oleh seorang tokoh masyarakat yang juga mantan ketua DPD AMPI waktu itu, Hasan Said.
Sayangnya, berita yang saya dapatkan hanya dua berita itu saja. Mungkin karena kala itu saya sedang sibuk skripsi dan tidak terlalu memperhatikan, tapi kalau diingat-ingat, berita ini tidak banyak dimuat, yang hanya saya tahu hanya ada di Suara Pembaruan saja, saya tidak tahu apakah berita ini sampai di radio atau televisi, karena ketika kasus ini terjadi, saya baru berumur 4 tahun. Saya pikir, untung saja berita ini berhasil masuk ke ranah nasional, sehingga hak dan suara korban jadi lebih didengarkan. Seandainya orang tua korban tidak melaporkan ke polisi dan tidak terdengar wartawan, mungkin kasus ini akan terkubur selamanya dan Lifa trauma seumur hidup. Keluarganya sangat berani dan suportif, padahal mereka tahu kalau sangat mungkin korban sekeluarganya akan mengalami intimidasi yang besar dari kepala sekolah dan guru-guru bejat itu.
Dua dekade lebih setelah kasus keji itu, ternyata kasus seperti di atas, masih merupakan salah satu masalah besar dalam dunia pendidikan Indonesia. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), menyebut kekerasan seksual di dunia pendidikan termasuk ke dalam “Tiga Dosa dalam Dunia Pendidikan”, selain Bullying dan Intoleransi. Kita, terutama perempuan, pasti masih ingat bagaimana orang tua kita sendiri jarang ada yang melek dengan sex education. Alih-alih mengajarkan, yang ada malah memberi celana sebagai dalaman rok sekolah (yang dikenal juga sebagai short), menyuruh anaknya “untuk berperilaku baik supaya tidak dianggap kecentilan”, dan tidak duduk mengangkang. Berdasarkan pengalaman saya, karena pesan itulah yang membuat saya kecil dulu sangat membatasi pertemanan saya dengan anak laki-laki dan sangat menjaga posisi duduk atau perilaku saya. Tapi tetap saja, ada saja anak lelaki yang nakal (dan tidak paham sex ed tentunya) yang suka bertindak aneh, salah satunya adalah memasang rautan yang mempunyai kaca di sepatunya dengan tujuan mengintip bagian dalam rok anak perempuan. Pernah sekali waktu ada seorang kawan yang melaporkan kejadian ini ke guru, tapi teman laki-laki itu hanya ditegur seadanya saja dan guru saya malah menyalahkan teman karena dianggap salah karena tidak memakai short-nya. Tindakan seperti ini yang sebenarnya keliru, seandainya si Guru menegur dan menghukum si anak laki-laki, otomatis si murid perempuan merasa tidak takut untuk melapor dan anak laki-laki jadi mengetahui bahwa mengintip rok anak perempuan itu bukanlah tindakan yang sopan.
Banyak juga cerita mengenai pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan, entah di sekolah, universitas, atau bahkan asrama, yang tidak pernah dilaporkan. Alasan korban untuk tidak melapor antara lain karena tidak ingin dikeluarkan dari sekolah, rasa tidak berdaya karena takut mengalami tekanan dari pelaku, takut dengan stigma kepada korban kekerasan seksual sampai khawatir karena tidak ada yang percaya dengan ceritanya. Akhirnya banyak kasus kekerasan seksual, pelecehan seksual yang berakhir menjadi cerita urban legend atau gosip belaka saja.
Ketika saya sedang menyiapkan bahan untuk tulisan ini, ada beberapa kasus kekerasan seksual yang terjadi di sekolah dan di universitas. Kasus yang pertama adalah seorang oknum guru SMA di Minahasa Utara yang terekam kamera sedang meraba payudara muridnya ketika sedang mengajar. Sedangkan yang di universitas adalah kasus di IAIN kediri, yakni mahasiswi dilecehkan oleh dosen pembimbingnya ketika sedang bimbingan. Kasus-kasus ini menimbulkan gejolak di publik, terutama netizen. Mereka berharap pelaku dihukum seberat-beratnya dan tetap mengawasi perkembangan kasusnya. Seperti yang terjadi di IAIN Kediri, korban yang melapor ke kampus sempat dibungkam oleh pihak kampus. Begitu beritanya beredar luas, banyak orang yang memberikan dukungan kepada korban, termasuk para alumni universitas yang beramai-ramai membuat petisi agar kasus ini cepat tuntas.
Apa yang terjadi di IAIN Kediri sebenarnya adalah contoh klasik bagaimana instansi pendidikan menangani kasus kekerasan seksual di lembaganya. Sama seperti yang terjadi pada SDN 78 Kampung Air Mangkok 26 tahun yang lalu, pihak sekolah atau kampus lebih memilih “cara-cara praktis” seperti, mengeluarkan korban dari lembaga pendidikannya, menegur mereka yang berani bersuara, memberi cuti kepada pihak yang bermasalah, dan bila kasusnya sudah terlanjur menyebar, cepat-cepat klarifikasi dan kalau sempat, salahkan korbannya, tapi kalau kontroversi lagi ya klarifikasi lagi, sama seperti yang terjadi pada kasus yang menimpa Agni beberapa tahun yang lalu. Para pelaku juga tidak segan-segan memakai relasi kuasa untuk membungkam korbannya. Lembaga pendidikan kita memang lebih memilih “nama baik instansi” dibanding membersihkan diri dari oknum-oknum cabul yang menyalahi jabatannya.
Kasus seperti ini harus menjadi perhatian lebih bagi kita, Sekjen DPR RI, Indra Iskandar dalam webinar “ Bergerak Bersama Mewujudkan UU Penghapusan Kekerasan Seksual” pada Maret 2021 bahwa angka kekerasan seksual pada 2020, meningkat sebanyak 6% dibanding tahun sebelumnya. Kemendikbudristek sendiri sedang menyiapkan Peraturan Menteri (PerMen) untuk mengatasi dan menangani kasus kekerasan seksual di bangku kuliah, sayangnya masih belum bisa diperkirakan kapan PerMen itu disahkan atau apakah PerMen ini bisa juga diaplikasikan ke jenjang pendidikan di bawahnya. PerMen ini akan berisikan 7 pasal bagaimana mencegah dan menangani bila adanya kasus kekerasan di lingkungan kampus, sampai pengawasan dan sanksi yang akan diberikan oleh kementerian. Dengan adanya PerMen ini, kampus harus melakukan pendampingan yang baik dan memberikan keadilan kepada korban, serta menindaklanjuti dengan tegas seluruh kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus.
PerMen ini saya apresiasi dengan baik, meskipun mungkin masih jauh dari yang diharapkan, tapi setidaknya menunjukkan bahwa kekerasan seksual di dunia pendidikan itu ada dan menjadi tameng bagi korban untuk mendapatkan perlindungan yang seharusnya. Di satu sisi, saya bersyukur dengan adanya internet. Saya paham bahwa tidak semua yang ada di internet itu positif, tapi bagi korban, mereka bisa mendapatkan pertolongan yang lebih besar dan mudah melalui internet, seperti mencari konseling, kantor bantuan lembaga hukum, atau bergabung dengan komunitas-komunitas ramah perempuan, bantuan psikologis seperti yang tersedia di aplikasi FIA (Female In Action), atau sekedar membagikan kisahnya secara anonim di media sosial.
Akhir kata, apa yang pernah terjadi pada tahun 1995, seharusnya sudah tidak boleh terjadi lagi di masa sekarang. Sudah seharusnya pelaku kekerasan seksual dihukum yang setimpal dan korban diberikan ruang yang aman dan nyaman untuk melapor dan memiliki hak untuk pulih untuk melanjutkan hidup di masa depan mereka. Salah satu tokoh kulit hitam, Malcolm X, berkata, “Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan masa depan.”
Refleksi dari kata-kata Malcolm X di atas, Apakah kita masih diam saja melihat kekerasan seksual di dunia pendidikan kita? Apakah kita harus diam melihat saudara, teman, adik, pacar kita rusak masa depannya karena apa yang mereka alami di sekolah? Mari kita pikirkan bersama.*****
dibawah ini adalah gambar dari koran Suara Pembaruan mengenai kasus Lifa tahun 1995: (dok:pribadi)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
8 notes · View notes
jdynner · 4 years ago
Text
“You can’t change the people around you, but you can change who choose to be around.”
— Unknown
464 notes · View notes