Text
Dia Menagis Karena Bawang
Setelah kejadian di Rabat itu, kami pun menjalani kegiatan kuliah seperti biasanya. Kalau ingin masuk ya tinggal masuk, kalau ingin bolos yang bergantian. Setidaknya, ada satu orang yang bolos kuliah dalam satu hari. Yang terjadi seringnya seperti itu. Teman-temanku yang lain juga menjalani hari-hari dengan normal seperti biasanya. Syifa, Budairi, Gus Ali, Afkar, dan Faris. Semuanya normal-normal saja. Kami seperti halnya mahasiswa normal di belahan dunia manapun yang tidak begitu rajin tapi malas. Eits, kecuali Gus Ali. Ia rajin. Tidak seperti kita.
Hari itu hari selasa, kami ada pelajaran Tafsir di pagi hari. Kau tahu, kawan? Kuliah di Ta'lim Atiq di Maroko seperti kau jadi kuli bangunan yang pergi pagi pulang malam. Bisakah kau bayangkan kuliah dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Ya walaupun ada teggang waktu dari jam 12 sampai jam 2 untuk kita beristirahat, tapi mungkin karena sugesti dari diri kita sendiri makanya kita lebih merasakan capek. Ya aku tak tahu lah. Setidaknya, kami yang malas ini akan dengan cepat berbangga diri kalau sudah masuk dari pagi hingga sore. Haha…dasar.
Beliau syekh Mahfudz, menjelaskan kepada kami tentang tafsir Ahkamul Quran karya Ibnu al-Araby. Beliau memang alim sekali. Keilmuannya sudah tidak diragukan lagi. Apalagi di kalangan masyarakat Tetouan, Beliau termasuk syekh besar disini. Yang paling membekas dariku waktu itu adalah,
"Kebenaran itu seperti matahari dan bulan. Ada yang memang sumber cahaya, ada yang memantulkan cahaya" beliau menjelaskan dengan suaranya yang agak lirih.
Kebenaran seperti halnya matahari dan bulan? Setelah melalui pemikiranku yang dangkal, aku menemukan kesimpulan. Kebenaran ada dua macam. Yang benar-benar itu kebenaran itu sendiri dan pantulan dari kebenaran. Jika kita ibaratkan kebenaran adalah cahaya, maka ada sumber cahaya, ada pantulan cahaya. Atau sinar ya? Ah yang penting seperti itu. Jika seperti itu dan kita kaitkan dengan Tuhan, maka Tuhan adalah sumber kebenaran dan segala kebenaran yang ada di dunia adalah pantulan dari kebenaran Tuhan. Seperti halnya cahaya, ia memantul dan menuju kemana saja. Kita tidak tahu mana yang benar-benar asli pantulan dari sumbernya. Walaupun semuanya asli sih. Setidaknya kita tahu, kebenaran yang kita yakini, bersumber dari kebenaran Tuhan. Memang, yang sudah menjadi guru dan sepuh lagi, kebijakannya memancar dan meneduhkan.
Hari rabunya, kami seperti biasa berkunjung ke rumah mas Aniq. Liburan yang berharga lebih baik kita gunakan sebagaimana mestinya. Liburan ya liburan, kuliah ya kuliah. Kalau boleh mengambil dari perkataan mas Rijal, temannya mas Aniq,
"Haram hukumnya belajar saat liburan"
Dan itu sudah menjadi budaya bagi mereka yang dulu kuliah di Tanger. Asal kau tahu, Tanger dengan Madrasah Imam Nafie' nya lebih mengerikan dan kejam.
Rumah mas Rijal dan mas Aniq terletak di Martil. Sebuah kota yang masih masuk dalam iklim Tetouan ini adalah kota di pesisir pantai. Kau bisa menikmati sejuknya angina pantai di musim panas dengan hanya berjalan kaki sejauh 300 meter-an dari rumah. Sambal menikmati jus alpukat dan sebungkus rokok, terkadang aku bisa menulis puisi atau cerita setelah dari sana. Kau tahu, kesepian membuatmu berpikir. Seperti halnya menunggu. Ia membuatmu melakukan hal-hal yang berguna.
Malam jumat biasanya kami isi dengan maulid. Membacakan sholawat untuk nabi Muhammad SAW. Ah, malam yang indah. Kadang mbak sarah dan mbak tika juga ikut. Nanti akan kuceritakan perihal mereka. Dua perempuan yang ada di Tetouan.
Malam jumat ini, jadwalku untuk memasak. Aku dibantu Faris. selagi yang lain khusyuk dengan Maulidnya, kami mmepersiapkan makan untuk mereka. Lalu tiba-tiba Faris mengagetkanku.
"Zul, coba buka IG nya Dina" ia memintaku
"Kenapa?" buat apa dia memintaku, bukannya tinggal buka sendiri.
"Udahlah, buka dulu aja" akhirnya aku membukanya.
Normal seperti biasa. Dina yang selalu update status.
"Wah…bener. IG saya diblokir sama dia"
Heh?!! Ada apalagi ini?!!...
1 note
·
View note
Photo

Meow Meow . Siapa itu? "Kucinggg" Cuma kucing yang minta makan Setiap hari ia datang ke rumahku Meminta sesuap pindang Minumnya ia cari di comberan Tak pernah kukasih makan dia Meow Meow . Siapa itu? "Kucinggg" Cuma kucing yang kelaparan Jangan kau kasih makan dia Dia akan minta makan padamu esok hari Meow Meow . Siapa itu? "Kucinggg" Kenapa kucing itu selalu kemari sih!?? Padahal tak pernah kukasih makan Kenapa ia masih ke sini Meow meow . Siapa itu? "Meow meow meow" Aku keluar lalu kasih makan dia Kuelus-elus bulunya yang halus Esoknya ia bisa berlari sendiri Rabat, 2018 (di Rabat, Morocco) https://www.instagram.com/p/BnsEQIKH9TE/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=16iz30rl7yiih
1 note
·
View note
Photo

Jadilah asap yang mana bila dibuang ia akan membumbung ke atas. Selamat Pagi, Selamat mencintai #mbedulers https://www.instagram.com/p/BmFcYF7gUsk/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=n45i8jr8kx3f
0 notes
Photo

Masjid Hassan II Casablanca . Dan aku merendahkan diriku padaMu wahai yang maha Tinggi. Dan aku membusungkan badanku pada yang memaha-mahakan dirinya. Hanya ada satu maha di hidup ini. Hanya ada satu yang berhak menyandang jubah kesombongan di hidup ini. Dan aku tunduk kepada hamba-hamba yang merendahkan dirinya di hadapanMu. Bukan dihadapan hamba-hamba yang lain! Lalu Tuhan menepuk pundakku dari belakang, "Heh, awakmu lapo gembar-gembor ngarep mejid?" "Kulo ngagung ngagungke njenengan gusti" "Lapo??!! Aku lho ora usah mbok agung-agungke wes agung dewe" Dia berhak sombong. "Njih Gusti, sendiko dawuh" "Melbu mejid terus sembahyang dak luih apik? Kono! Melbu!" Lalu aku ke dalam, sholat dua rokaat. Entah sholatku ini yang membawaku ke surga atau obrolanku dengan Tuhan tadi yang menuntunku kepada surga. Wallahu a'lam bis showab...Allahummagfirlana. Rabat, 2018 (di Hassan II Mosque) https://www.instagram.com/p/BmAYhytguGt/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=4vkxtzgiushd
0 notes
Photo

<<< BURAM >>> . Kau tahu, mataku ini buram Kacamata dari dokter ternama pun Tak bisa mengatasi buram mataku Dari jarak dua meter Aku tak mengenali wajah orang Dan jika malam tiba lalu aku melihat bintang Entah kenapa aku bisa melihat senyummu Berkilo-kilo meter jauhnya Rabat, 2018 . in frame : @ichakiysa (di Rabat, Morocco)
0 notes
Photo

LORONG GELAP . Aku berjalan di lorong gelap Buatan negara Lampunya ada Tapi gelap Hanya seorang anak kecil Sambil meminum susu kemasan Ia terang, bukan bajunya Ia terang Lihatlah sendiri Aku tak bisa menjabarkannya Lalu di sisi kanan Ada bayi menyusu pada ibunya Ibunya merintih kesakitan Tergigit puting susunya Bayinya meronta Tak ingin diambil miliknya Tak ingin meminum lainnya Hanya murni milik ibunya Saat keluar lorong Cahaya memenuhi mataku Cahaya ini Buatan Tuhan Rabat, 2018 (di Tokyo, Japan)
0 notes
Photo

MENJAGA INGATAN . Setiap menit melihat jam tangan Satu, dua, tiga, seterusnya Untuk menjaga ingatan Agar tidak hilang Ingatan sangat penting Lebih penting dari nilai ujianmu Atau sebesar apa rasa cintamu Pada kekasihmu Sama saja jika kau lupa? Satu jam berlalu Enam puluh kali aku melihat Jam tanganku sendiri Untuk menjaga ingatan Menebus dosaku kepadamu Karena denganmu Aku tak pernah kenal waktu Hingga aku tak ingat menit berapa Detik berapa jam berapa Kita begini begitu Makanya, Aku ingin menjaga ingatan Dengan menghitung waktu Walau tanpa ingatan tentangmu Rabat, 2018 In frame : @sirojachmad @billanabiel @tazkiarr @alyssa.ps (di الرباط عاصمة الأنوار Rabat, la capitale des Lumières)
0 notes
Photo

Amigdala-Ku Kira Kau Rumah . Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup Dan pamit ketika purnamaku belum seutuhnya Kau yang singgah tapi tak sungguh Kau yang singgah tapi tak sungguh Ku kira kau rumah Nyatanya kau cuma aku sewa Dari tubuh seorang perempuan Yang memintamu untuk pulang Kau bukan rumah Kau bukan rumah Kau bukan rumah Kau bukan rumah @musikamigdala (di Jakarta, Indonesia)
0 notes
Photo

. Yak, kembali lagi berkenalan dengan kawan-kawan saya. Ini Muhammad Faza Rosyada. Biasa dipanggil "Doeng" sama kawan-kawan yang manggil dia "Doeng". Anak asli pekalongan yang makannya Sego Megono. Suka buat puisi dan berkata-kata juga dikata-katain. Belajar di Aioun sama kawan-kawan yang sebelum ini aku kenalkan. Punya dua panggilan yang dilekatkan oleh dirinya sendiri, "Dilancuk" dan "Fazanicole". Mungkin besok kalo dia liat filmnya Adipati Dolken nanti berganti panggilan jadi "Adipati Faza" atau apalah terserah dia. Jika kau bertemu dengannya dia Cafe, dekati saja, nanti ia akan menyapamu dengan "UYE!" . Inframe : @rosyadafaza.mohammad (di Aïn Chock, Casablanca, Morocco)
0 notes
Photo

YAK JEBRETTT!!!!! . Saya memang orang yang ndak suka bola. Umumnya, ndak suka olahraga. Tapi ya melihat orang-orang bersemangat mengejar kemenangan timnya. Mereka yang menendang bola, teriak sana sini. Bikin strategi ini itu, dan pada akhirnya yang punya tekad kuat dan strategi cemerlang lah yang akan memimpin. Sama saja kau bermain sebagus apapun tanpa tekad yang kuat. . Kita memang hidup dari tekad. Kita turun ke Planet Bumi ini karena tekad Ibu kita untuk melahirkan. Kita bisa tumbuh besar karena tekad seorang Ayah untuk membesarkan anaknya. Kita dapat mencapai apa yang kita mau karena tekad kuat kita untuk mencapainya. Kita hidup dari tekad yang kita buat dan tekad orang banyak. Yakinlah! Tuhan bersama orang-orang yang yakin bahwa Tuhan akan memberikannya kekuatan untuk menghadapi segala persoalan yang ada di Planet Bumi beserta makhluk bumi. . 19072018, Casablanca . In frame : @_hecomes @chusein_kontonk @muhammadrejanajib (di Aïn Chok, Casablanca, Morocco)
0 notes
Photo

"Garis Keturunan Tetouan" . Mereka adalah rupa keluarga di Maroko yang saya rindukan. Menggantikan sosok Ayah, Ibu, Kakak, Adek yang selalu ada dalam kehidupan kita. Memang tidak seperti keluarga yang tidak sewajarnya, tapi setidaknya mereka berperan penuh dalam kehidupan saya. . Hehe...kata teman saya "Ya karena kita jauh dari keluarga kita yang sesungguhnya, ya kalian inilah keluarga kita di Maroko" dengan bahasa betawinya. . Keluarga itu apa sih menurutmu? Apakah sebuah ruang dimana ada Ayah, Ibu, Kakak, Adek? Atau lebih luas dari itu? . Menurutku, keluarga adalah tempat dimana kamu nyaman hidup di dalamnya . @assyifa_milano22 @aniqnawawi @fariz_f.f @aly_dahrie @avkar_ @5yauqi @amry_gayo @sarahlathoif @nduktyka . Rabat, 2018 (di Rabat, Morocco)
0 notes
Photo

Hidup hanya menunggu mati. Tapi biasanya, dengan menunggu kita bisa melakukan kegiatan yang tidak sempat kita lakukan terkadang. Membaca, menulis, ngupil, garuk-garuk, nyanyi sendiri, buat status di Whatsapp, IG, dan twitter sekaligus, ngutik-ngutik kotoran kuku, sampai terkadang kita merenung. Merenungi apa? Untuk apa sebenarnya kita menunggu? Untuk siapa sebenarnya kita menunggu? Kenapa kita menunggu? Sampai kapan kita akan menunggu? Dimana enaknya kita menunggu? Bagaimana nanti kalau orang yang kita tunggu datang/tidak datang? Yang menyenangkan dalam menunggu adalah kita bisa melakukan kegiatan yang jarang pernah kita lakukan di rumah Selamat Menunggu! Untuk hati dari merah jambu hingga jadi biru Dan yang selamanya merah jambu In frame : @fariz_f.f @ihsan_azzen
0 notes
Photo

. "Umurmu berapa?" Kata seorang kawan. "17 kawan. Ada apa?" "Masih muda ya?" "Heh, memang umurku ini masih muda. Sejarah hidupku lebih panjang darimu" "Kenapa?" "Karena aku menangi hidupnya para nabi, Napoleon, Beethoven, R.A Kartini, dan kakek-kakekku" "Alah, ngaco aja kau ini. Emang aku percaya dengan yang namanya mesin waktu" "Lho, ndak tau dia" "Emang gimana?" . "Dengan membaca!" . Jepretan oleh @assyifa_milano22 Inframe : @kemalfasas
0 notes
Photo

Indahnya Menunggu . Menurutku Menunggu itu indah Seperti menunggu kekasih Aku selalu terbiasa menunggu Hingga menunggu seberapa lama waktu Aku terbiasa Aku tak terasa . Hingga satu jam Dua jam Tiga jam . Menunggu membuatmu tahu artinya waktu Membuatmu ingin membaca Mencari apa saja Ketimbang dirumah tak ada kerja Lalu Ibu memanggil "Le...mbok ya bantuin Ibu masak" Lalu turun, masak, kembali lagi . Menunggu adalah menunggu Menunggu adalah membaca Menunggu ya menunggu saja Sambil menyunggingkan senyum Jika kekasihmu datang "Lama nungguin ya?" "Iya...lama banget!" Kujawab "Tapi ya, menunggumu adalah inspirasi bagiku. Aku bisa mencipta ribuan kata untuk membuatmu bahagia. Jadi saat kencan nanti, aku tak usah memikirkan puisi lagi...hihi" . Menunggu Ah, kasihku Kapan kau datang? Rabat, 2018
0 notes
Quote
Jatuh cinta itu layaknya main trampolin. Kau akan dihempaskan ke atas lalu dijatuhkan kembali ke bawah. Hatimu selalu berdegup kencang dana dadamu terasa sesak. Jika kau ingin menyudahi sesak dadamu, menyerahlah dan biarkan dirimu jatuh!
Kunoizzm
0 notes
Text
Kekhawatiran yang berdendang
Malam ini Rizal menulis puisi lagi. Begini bunyinya,
Jajaran bintang-bintang runtut
Aku mendengar mereka mendendang
Hebat bukan? Aku bisa mendengarnya
Aku bisa mendengarnya segala semua pujian tentangmu
Kekasih...
Ia sudah tiap malam menulis puisi buat kekasihnya yang sedang berada di ranah perantauan. Mencari mozaik-mozaik ilmu yang tercecer di setiap sudut di dunia ini. sedangkan ia hanyalah seoran wartawan koran lokal di Jogja. Mencari masalah yang tercecer di setiap sisi kota Jogja. Tadi kemarin dia meliput Warga Gusdirian yang melaksanakan bela sungkawa atas pemboman yang terjadi di Surabaya akhir-akhir ini. Dengan judul “Kemanakah hati Manusia?”. Semua warga negara Indonesia mengecam keras terorisme. Hanya orang-orang bodoh yang mendukung gerakan tersebut. Mereka hanya kumpulan orang-orang egois yang memikirkan diri merek sendiri. Mereka tidak memikirkan keluarga mereka, apalagi masyarakat umum yang bukan keluarga mereka. Kemanakah persaudaraan Indonesia saat kita berada pada jaman penajajahan? Ah, pada akhirnya akan ada orang-orang yang berani berjuang demi kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa ini.
Ia terdiam pada suatu titik henti, mungkin memikirkan bangsa ini atau memikirkan kekasihnya. Titik hentinya pecah oleh bunyi dering ponselnya. Ada dua pesan disana dari kekasihnya dan dari kantor. Ia membuka dulu yang dari kantor yang isinya, “Zal, besok kamu meliput ke Surabaya. Kita harus meliput dari sumber berita berada. Hati-hati! Kalau kamu merasa tidak kuat atau merasa tidak enak dengan pekerjaan ini, kamu bisa menolak. Terserah kamu”
Jawabannya satu “Ya pak, saya siap”
Ia lalu membuka pesan dari kekasihnya, “Mas, kamu baik-baik aja kan?” Ia lalu menelepon kekasihnya. Melepas rindu, mendoakan sesama. Kekasihnya khawatir dengan dirinya karena melihat kejadian yang menimpa Indonesia. Ia hanya menipalinya dengan “Aku akan baik-baik saja, Da” Ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya besok. Ia hanya bisa berdoa untunya dan untuk Kekasihnya terlebih untuk Bangsa Indonesia.
Ia beranjak dari meja kejanya lalu mulai menyiapkan apa saja yang dibutuhkannya besok. Lalu meninggalkan sepucuk surat di mejanya. Puisi yang tadi ia buat. Ia khawatir dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya besok. Ia khawatir dia akan berpisah dengan kekasihnya dengan cepat. Ia khawatir tidak lagi bisa menulis puisi. Ia khawatir tidak bisa meliput lagi.
Dan ia khawatir tidak bisa berdoa demi Bangsa Indonesia lagi....
0 notes
Photo

Kalo yang ini namanya Mas Aniq Nawawi. Dikalangan orang Maroko dipanggil Abdullah. Karena di nama pertamanya ada "Abdullah". Orang Gorontalo yang sekarang sedang mengejar Master di Tetouan juga. Kita doakan semoga nggak males nulis Tesis dan lulus Tahun ini "juga". Oh ya, dan sekarang juga tahun terakhirnya menjabat sebagai ketua Tanfidziyah PCINU Maroko. . Orang yang humoris, berwawasan luas, dan suka menolong. Dan juga suka gassaki orang-orang disekitarnya. . Kalau ketemu dia panggil aja "Mas Aniq!" dan kamu harus punya hati lapang kalau ketemu dia. Dan hati-hati aja. . in frame : @aniqnawawi . #sahabatppimaroko #pcinumaroko #nu #ppimaroko #rabat #tetouan (di Martil مرتيل)
1 note
·
View note