laksmi2001
laksmi2001
Nastiti Laksmi Pramesti
405 posts
Mari belajar menemukan hikmah dalam setiap kejadian. Let's say, "masyaaAllah tabarakallah"
Don't wanna be here? Send us removal request.
laksmi2001 · 2 years ago
Text
[Tidak Jatuh Cinta dengan Diri Sendiri]
Kita tidak sedang mengungguli orang lain. Kita juga tidak sedang membuktikan kepada orang lain. Kita juga tidak sedang berteriak menunjukkan siapa diri kita. Sombong sekali kalau benar begitu.
Kita saat ini hanya sedang berjalan mengenal diri sendiri, termasuk lebih dan kurangnya. Kita sedang belajar mensyukuri segala karunia Allah yang tercurah di sepanjang hidup ini. Kita sebenarnya hanya sedang mengeja pesan apa yang Allah selipkan melalui kemampuan yang Ia beri.
Lebih tepatnya kita hanya dititipi, bukan sepenuhnya diberi. Lalu titipan inilah yang nantinya akan jadi tools amal shaleh apa yang mau kita kerjakan. Semuanya bisa jadi ladang pahala asalkan kita mau mengembalikan semuanya padaNya dan menganggap semua ini pemberianNya.
Dengan begitu, kita tidak akan jatuh cinta dengan diri kita sendiri, menyombongkan diri sendiri. Wong kita aja ndak bisa sekedip pun berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah.
20 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
[Waktu dan Masa Mudanya Jauh Lebih Mahal]
Biarkan terjadi natural. Tidak ada yang perlu diada-adakan, dibuat-dibuat, apalagi didramatisir. Bukan berarti tanpa effort apapun termasuk doa. Bukan juga hanya berpangku tangan. Tetapi maksudku, biarlah sewajarnya saja. Tidak perlu berlebihan. Mengapa? Karena aku tidak ingin ada yang dirugikan di sini jika terlalu berlebihan. Untuk urusan ini, biarkan aku sedikit egois sedikit boleh, ya? Aku selalu mengatakan pada diri, jangan berlebihan ya. Ada hal-hal yang hanya bisa kalian tukar setelah sekat itu dibuka dengan cara yang ahsan. Salah satunya apa? Perhatian. Yap, karena tidak semua bisa mendapatkannya.
So, biasa saja, ya. Aku tahu ini tidak mudah untuk sebagian orang. Penulis juga masih belajar. Belajar apa? Belajar menahan. Tanggapi sewajarnya, jawab seperlunya, bersikap seperti biasanya. Biarkan ia menggunakan waktunya dengan hal lain yang lebih layak diperhitungkan. Termasuk kita. Waktunya lebih mahal, masa muda dengan segala kekuatan fisiknya lebih mahal, sayang bila tak digunakan untuk kebaikan. Benar bukan?
3 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
[Karakternya itu lhoh...]
Ternyata di balik semua karakter mereka yang menginspirasi itu, pekerja keras salah satunya, ternyata semuanya itu terbentuk oleh keadaan. Mereka mungkin dibesarkan tidak seperti kita yang penuh dengan kenyamanan. Tapi itu justru yg bikin mereka punya daya juang yang patut diperhitungkan. Mereka bukan hanya memikirkan diri sendiri. Banyak yang jadi pertimbangan, tidak hanya urusan diri sendiri. Tentang apa yg akan mereka beri, tentang sejauh apa kontribusi, dan tentang sedalam apa kebermanfaatan mereka dilahirkan di dunia ini. Pikirku, karakter inilah yang patut jadi panutan, termasuk untuk penulis sendiri. Kalaulah mereka mati karena sibuknya memperjuangkan kemaslahatan banyak orang, mereka mati terhormat. Bukan mati kerdil yang disebabkan karena sibuk hanya memikirkan seputar urusan diri sendiri.
2 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Bukan Main Sandarannya
Kupikir, aku saja yang begini.. Bingung pada awalnya dan banyak sekali pertanyaan di kepala. Tetapi ternyata, semuanya orang juga mengalami begitu ya pada awalnya.
Salah sekali, tak lantas membuat mereka berhenti di tengah jalan. Ketika kutanya tentang tahan bantingnya mereka itu, ternyata jawabannya sangat menampar. Mereka bisa bertahan sejauh ini, pertama karena pertolongan dan kekuatan dari Allah lah jawabannya. Kepada siapa kita bersandar lah jawabannya. Lalu muncul pertanyaan dalam benakku. Pertanyaannya "kepada siapa kita bersandar?" kalau selama ini sandaran kita hanya bertumpu pada kemampuan diri sendiri, maka mungkin saja inilah yg bikin kita gampang jatuh di tengah jalan. Kita pikir kita mampu sendiri mengatasi, ternyata itu hanya ilusi. Kita pikir yang kita dapat selama ini adalah hasil kerja keras kita sendiri, tapi ternyata Allah lah yang mencukupi. Padahal mudah saja bagi Allah ambil dengan begitu mudahnya saat itu juga:(
Kalau poin pertama Allah yang jadi sandaran.. Kedua, ternyata mereka tidak egois memikirkan dirinya sendiri. Banyak orang yang mereka ikut pikirkan. 'jika aku begini, bagaimana mereka?', 'apa kontribusiku untuk bantu mereka?', 'aku bisa ngasih apa ya buat nolong mereka?' masyaaAllah #tertampar
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
MELAYANI DAN MEMBERI
Adalah kerugian yang haqiqi bila tak mampu merawat kepercayaan yang sudah diberi.
Adalah omong kosong belaka bila apa yang sudah dideklarasikan tak mampu direalisasikan.
Adalah sia- sia bila kesempatan seberharga itu dilewatkan begitu saja.
Minimal, rawatlah niat baik itu.
Minimal, berusahalah apa yang kamu bisa.
Minimal, tunjukkan semangatmu.
Menunggu semuanya berjalan, baru kamu jalan, adalah buang waktu. Tantang dirimu, kamu harus jadi teladan.
Jika kamu merasa itu perlu dan berguna, lakukan. Awali, bukalah jalan bagi mereka.
Panggilah jiwa melayani dan memberi yang ada dalam diri. Latih, latih, dan latih. Jika orientasimu hanya melayani dan memberi, maka nantinya kamu tak akan mengenal kecewa bila usahamu tak dihargai. Kamu juga tak terobsesi tuk jadi sempurna di hadapan mereka dan tak membuktikan bahwa kamu layak. Jiwa 'melayani' dan 'memberi' yang kamu latih, justru akan memompa semangatmu, melampaui batas lelahmu, dan mengerahkan segala upaya yang kamu bisa.
2 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
_Tidak Selalu Jadi Pelaku, Bisa juga Hanya Jadi Pengamat, Lalu Menulis_
Ia tak selalu jadi pelaku yang menuliskan ceritanya, karena bisa jadi ia hanya pengamat yg hanya ingin menuangkan apa yg ada di pikirannya. Ia sadar bahwa tulisannya juga tak selalu benar, oleh karenanya ia persilakan siapa saja pembaca yang mau mengingatkan. Ia terbuka akan komentar dan memberi kesempatan kepada siapa saja yg mau beri saran. Pernah waktu itu ada celetukan membangun dari seseorang. Dari situ ia perbaiki apa saja yg kurang, ia belajar dari kesalahan. Berkat seseorang tadi, akhirnya ia tahu dimana letak salah satu kekurangannya. Itu baru satu, sampai saat ini pun ia merasa masih banyak yg perlu tuk diperbaiki dan ia siap belajar kapanpun juga.
Satu hal yg sampai saat ini ia pun masih tertatih tatih ialah menahan dari rasa ingin komentar, penghakiman, dan memberikan penilaian. Iya kalau baik dan membangun, tapi kalau sebaliknya? Semoga Allah memaafkan. Semoga ia selalu ingat bahwa ia pun punya banyak aib dan kesalahan.
4 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
*Harus Mau Mikir*
Ketika kita pisahkan menulis dari kebiasaan membaca, maka bersiaplah tuk sering bertemu dgn kebuntuan saat menulis. Begitu pula dgn memetik hikmah yg gak bisa dipisahkan dari kegiatan berpikir. Ketika kita pisahkan keduanya, maka akan sulit kita petik hikmah itu. Hikmah, atau yg sering kita menyebutnya wisdom atau kebijaksanaan, menurutku gak akan menghampiri mereka yg gak mau memaksakan diri mereka utk berpikir. Menerka nerka, kira² apa ya pelajaran yg mau Allah kasih ke aku melalui peristiwa ini? Kira² Allah mau aku belajar apa ya? Melalui peristiwa ini, kira² apa yg bisa aku perbaiki ya? Kira² Allah pingin ngasih pelajaran atau pengalaman apa ya ke aku?
Mungkin gak hanya berpikir, melainkan juga ada proses merenung, merunut peristiwa, & bertanya ke diri sendiri di sana. Melalui serangkaian proses bepikir itu, kita bisa menggali banyak hal, yg mungkin kita akan dikejutkan dgn begitu indahnya rencana Allah yg di luar nalar manusia, dll.
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
**
Berhenti berpikir kamu akan diubah cara pandangmu olehnya, diubah nasibmu oleh kehadirannya, diterima segala ketidakbisaanmu dengan lapang dadanya. Biarkan orang lain begitu, tetapi tolong kamu jangan. Kamulah driver dalam hidupmu. Sayang sekali jika kamu jadi penumpang dalam hidupmu sendiri, sayaaang sekali. Kamu berhak menentukan akan kemana kamu melangkah. Kamu berhak explore potensi yg ada pada dirimu sendiri. Kamu berhak berpikir dan menetapkan cara pandangmu sendiri.
Tidakkah kamu penasaran tentang apa potensimu? Tidakkah kamu ingin tau, seberapa daya juangmu memenuhi kebutuhan diri sendiri sebelum punya tanggungan yg lebih besar nanti? Tidakkah kamu ingin berdiri di atas kaki kamu sendiri? Tidakkah kamu ingin menuliskan skenario di hidupmu dengan pensil lalu menyerahkan penghapusnya kepada Allah?
Naik kelaslah. Tak usah melihat ke keseluruhan kelasnya. Kamu hanya perlu melangkah satu per satu tangganya dengan pelan dan fokus. Seiring kamu naik kelas, kamu akan mendapatkan cinta yang lebih berkelas:)
#sampai aku bingung judulnya apa hehe
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Jika yg kita tahu masih saja segitu, barangkali kita perlu tambah bacaan baru. Jika referensi kita cuma satu buku, barangkali kita perlu beli buku baru. Jika kita sudah bosan menyelami suatu buku, barangkali kita perlu menggantinya dengan yang baru. Tapi ini bukan tentang buku.
Kita yang masih dangkal ilmu ini memang sudah semestinya menambah bacaan baru. Semoga setelahnya, kita gak jadi sok tahu. Semakin banyak baca buku, semakin merasa belum tahu apa apa. Tapi justru itu yg kita tuju. Saat kita merasa belum tahu apa-apa, di situlah kita haus pingin tau. Akhirnya, kita jadi terus belajar hal baru.
Kadang² kita juga perlu buat baca buku yg bertolak belakang dengan pemikiran kita. Buat apa? Buat perbandingan, biar kita gak merasa paling benar. Buat apa lagi? Buat jadi pengingat bahwa setiap akibat, pasti selalu ada sebab yang mendasari. Buat apa lagi? Buat apa lagi? Buat diri introspeksi, bukan malah mudah menjustifikasi karena minimnya referensi.
Semoga kita gak lelah buat nambah buku buku baru, tapi sekali lagi.. Ini bukan tentang buku:)
*Ganti atau Tambah Buku Baru*
#tapi ini bukan tentang buku
Jika yg kita tahu masih saja segitu, barangkali kita perlu tambah bacaan baru. Jika referensi kita cuma satu buku, barangkali kita perlu beli buku baru. Jika kita sudah bosan menyelami suatu buku, barangkali kita perlu menggantinya dgn yang baru. Tapi ini bukan tentang buku.
Kita yang masih dangkal ilmu ini memang sudah semestinya menambah bacaan baru. Semoga setelahnya, kita gak jadi sok tahu. Semakin banyak baca buku, semakin merasa belum tahu apa apa. Tapi justru itu yg kita tuju. Saat kita merasa belum tahu apa², di situlah kita haus pingin tau. Akhirnya, kita jadi terus belajar hal baru.
Kadang² kita juga perlu buat baca buku yg bertolak belakang dgn pemikiran kita. Buat apa? Buat perbandingan, biar kita gak merasa selalu benar. Buat apa lagi? Buat jadi pengingat bahwa setiap akibat, pasti selalu ada sebab yg mendasari. Buat apa lagi? Buat introspeksi, bukan malah mudah menjustifikasi karena minimnya referensi.
#background buku2nya isma
3 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Kekayaan itu Netral
Cara pikir kita aja yg belum sempurna terhadap kekayaan, sampai menganggap kekayaan itu kotor. Hingga itu tertanam di alam bawah sadar kita. Padahal sejatinya kekayaan itu netral, kita sendiri yg memberi label dan makna kurang baik, yg akhirnya jadi mental block buat diri kita. Sehingga, kita selalu penuh dengan sejuta alasan yang membatasi kita buat berjuang.
Sebaliknya, jikapun saat ini kita belum mencapai level kecukupan, setidaknya kita punya keinginan buat itu. Kita bukan miskin kalau kita nggak punya apa apa. Kita baru miskin kalau kita nggak pernah gak punya mimpi dan gak ada keinginan buat jadi kaya.
Betapa Allah menyukai dan mencintai hambanya yg kuat, termasuk kuat ekonominya agar bisa bermanfaat lebih banyak. Semoga Allah mampukan kita semua.
Semoga kita gak hanya punya keinginan untuk jadi kaya, tetapi berkomitmen untuk menjadi kaya, aamiin
3 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Ga Harus Jadi Everything untuk Memulai Something
Kamu belum punya apa², aku tutup mata.
Kamu belum jadi apa², aku juga tutup mata.
Tapi aku tidak akan tutup mata jika kamu tak punya mental dan mindset yang aku butuhkan, yaitu sebagai nakhoda kami dalam mengarungi luasnya lautan dengan segala pasang dan surutnya. Dialah nakhoda tangguh yg tak ditemukan kata menyerah dalam kamus kehidupannya. Dialah seorang pekerja keras ingin kebermanfaatannya meluas.
Ingat, kamu gak harus jadi everything untuk memulai something. Cukup mindset yang terus mau tuk belajar dan maju. Tidak hanya baik sendiri, tetapi juga membaikkan orang orang di sekitarnya.
-judulnya terinspirasi dari seminarnya Pak Ippho Santosa
3 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Ingatkan diri bahwa segala yg di luar kendali sejatinya adalah netral. Semuanya bisa jadi tidak mengenakkan atau sebaliknya tergantung pada diri kita sendiri, mengizinkan atau tidak hal itu masuk ke pikiran kita. Sekalipun itu benar tidak mengenakkan. Kita adalah diri kita dengan segala prinsip, value, dan jati diri yang melekat dalam diri. Sikap kita pun diusahakan selaras dengan itu semua. Artinya apa? Apapun yang di luar kendali kita, sikap dan pikiran orang lain terhadap kita misalnya, hal itu semestinya tidak boleh jadi acuan dan tolak ukur kita dalam bersikap. Ketika sudah berkomitmen atas itu, semestinya kita sadar bahwa kita punya cara sendiri dan tak mudah goyah atas apapun yang terjadi di luar kendali.
Melenyapkan perkara sepele terkait dengan interaksi sosial itu memang tidak mudah, tetapi berlaku hanya untuk orang² yg tidak terbiasa melakukannya. Jika masih bisa ditolerir, kenapa mesti dibesar besarkan? Hidup terlalu singkat kalau semua yang tidak mengenakkan kita izinkan masuk ke pikiran kita.
3 notes · View notes
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Ingatkan diri bahwa segala yg di luar kendali sejatinya adalah netral. Semuanya bisa jadi tidak mengenakkan atau sebaliknya tergantung pada diri kita sendiri, mengizinkan atau tidak hal itu masuk ke pikiran kita. Sekalipun itu benar tidak mengenakkan. Kita adalah diri kita dengan segala prinsip, value, dan jati diri yang melekat dalam diri. Sikap kita pun diusahakan selaras dengan itu semua. Artinya apa? Apapun yang di luar kendali kita, sikap dan pikiran orang lain terhadap kita misalnya, hal itu semestinya tidak boleh jadi acuan dan tolak ukur kita dalam bersikap. Ketika sudah berkomitmen atas itu, semestinya kita sadar bahwa kita punya cara sendiri dan tak mudah goyah atas apapun yang terjadi di luar kendali.
Melenyapkan perkara sepele terkait dengan interaksi sosial itu memang tidak mudah, tetapi berlaku hanya untuk orang² yg tidak terbiasa melakukannya. Jika masih bisa ditolerir, kenapa mesti dibesar besarkan? Hidup terlalu singkat kalau semua yang tidak mengenakkan kita izinkan masuk ke pikiran kita.
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Biarkan orang menganggap terlambat untuk menyadari. Daripada gak sadar? Hehe.. Ternyata ya, emang bener bahwa dunia itu gak sesempit daun kelor. Ada banyak orang² hebat yg belum kita temui, banyak kota yg belum kita jelajahi, pemikiran² lain yg belum kita jadikan referensi atau pun perbandingan, dan masih banyak pengalaman² baru yg belum kita coba. Kita hari ini masih dibuat nyaman dan puas dengan yg sudah kita punya, yg sudah kita coba, yg sudah kita tau, dan yg sudah kita temui. Padahal, semua itu hanyalah ilusi kita saja. Kita sudah terlampau puas dgn yg sedikit, yg sempit, yg kenikmatannya hanya setetes. Sampai sampai kita enggan untuk mau menggali lebih dalam lagi dan beredar lebih luas lagi. Ibaratnya, yg baru kita alami ternyata baru setetes, dan itu pun mudah menguap.
Kita sadar bahwa kita belum punya apa² dan belum tau apa². Maka salah satu jalan yg bisa kita maksimalkan ialah menambahkan variabel² yg kita butuhkan sebagai bekal diri dalam bertanding. Ya kita bertanding, tetapi tandingannya bukan orang lain, melainkan diri sendiri dengan mindset² melemahkan atau tidak memberdayakan.
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Tidak jarang kita sudah terkalahkan oleh bayang bayang kita sendiri sebelum melangkah. Kita terlalu fokus ke keseluruhan tangganya, hingga terlihat sulit tuk didaki. Bayang bayang ketakutan itu makin besar manakala kita dapati cerita bahwa di setiap tangga ada kerikil kerikil maupun batu besar yg menghalangi. Sampai sampai kita lupa bahwa melangkah ke tangga pertama pun kita belum. Kata orang jawa, kita belum _jejeg_ dengan kaki kita sendiri. Kita mudah goyah, kita belum kuat pendirian. Barangkali bayang bayang ketakutan itu tadi yg bikin kita susah beranjak, lama naik ke tangga tangga berikutnya, dan terjebak oleh zona nyaman yang kita tapaki saat ini.
Masalah batu dan kerikil, bukankah sebuah keniscayaan ya? Sebenarnya, mereka bukan penghalang, mereka adalah challenge yg harus kita menangkan. Seharusnya mereka jadi pemacu, bisa gak kita? Tenang, kita kan gak melangkah sendiri. Selalu ada Allah yg bantu. Kita kalah, kita payah, kita susah, kan biasanya karena ngandelin diri sendiri. Kita lupa bahwa kita punya Allah. Andai kata batu penghalang tadi besar, kita punya Allah yg lebih besar. Mudah bagi Allah buat menyingkirkan batu itu.
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Pulang dari menjenguk seorang tetangga paruh baya yg qadarullah udah lama sakit stroke, adikku langsung lari memasuki kamar dan menangis tersedu sedu. Sontak membuat orang rumah bingung dan melahirkan tanda tanya pada benak kami. Saat ditanya langsung pun adik tetap saja menangis. "Biarin nangis dulu aja gapapa pak, mungkin dia kasian sampe terharu" - ucapku.
Setelah reda tangisannya, bertanyalah ibu pada adik soal kejadian tadi. Maka benarlah, adik menangis karena kasian melihat tetangga paruh baya yg biasa kami panggil "Mak" itu hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur, sudah agak pikun pula. Jika ditanya mengapa baru jenguk, karena adik sudah lama gak pulang dari pondok, jadi baru secara nyata melihat kondisi Mak. Fyi, Mak dulunya adalah orang yg ngemong kami, aku dan kecil saat bapak ibu belum pulang kerja. Jadi bisa dibayangkanlah hubungan di antara kami dan Mak.
Dari cerita tadi, aku jadi ingin menuliskan sesuatu. Bahwa di balik kesehatan kita yg kita anggap biasa aja ini, ternyata ada orang berjuang mati matian buat sembuh, pingin lekas sehat.
Mengenai tangisan adik juga, itu tandanya Allah masih beri hati yg lembut buat adik, hingga adik bisa merasakan kasian dan terharu melihat kondisi Mak tadi. MasyaaAllah alhamdulillah.
Kalau lihat yg begini begini jadinya kok agak mellow ya. Kita yg saat ini dikasih sehat, ngerasa biasa aja. Yaudah _take it for granted_ aja gitu. Gak cuma masalah kesehatan aja deh. Tentang makan juga, kayak yaudah ngerasa biasa aja bisa makan. Padahal, banyak orang orang di luar sana yg masih kesusahan buat makan. Tentang orangtua yg perhatian juga, ngerasa biasa aja gitu. Ya udah emang udah kewajibannya. Padahal banyak di luar sana yg belum berkesempatan dpt kasih sayang orangtua.
Semoga Allah kayakan hati kita supaya selalu ngerasa cukup, mudah peka dengan nikmat walaupun sedikit, mudah bersyukur dengan pemberian Allah, juga gak nyia nyiapin apa yg udah Allah kasih, aamiin
1 note · View note
laksmi2001 · 2 years ago
Text
Selalu ada cerita setiap tahunnya di penghujung ramadhan. Mungkin dua tahun lalu, kita sedang disibukkan dengan seabrek laporan praktikum, responsi, juga urusan organisasi. Tahun berikutnya, mungkin agak naik kelas lagi, yaitu dihadapkan dengan magang dan tugas akhir dengan segala nano nanonya. Tahun berikutnya, dengan target² pekerjaan yang harus terpenuhi. Tahun berikutnya kira kira apalagi ya? Mari kita tunggu saja kejutan hidup selanjutnya:)
Semoga, rangakaian hidup yang kadang nanjak dan kadang juga nyungsep ini bisa kita bisa jadikan cerita buat anak anak kita nanti. Biarlah, walaupun sederhana, tetapi semoga kita bisa ambil hikmah dari setiap peristiwa:)
Gak lupa kan bahwa kita aktor dari hidup kita sendiri?kalau bener gak lupa, pastinya kita gak akan buang buang waktu buat kepo dan ngurusin hidup orang, karena kan kita udh sering ribet atas urusan kita sendiri yakan? Wkwk.
Semangat bangun cerita di hidup kita ya. Walaupun dah kayak roller coaster gpp bangett wkwk, yg penting kita tetep gerak dan fokus sama tujuan.
1 note · View note