Text
Mengapa manusia termotivasi untuk makan?
Sewaktu-waktu, tubuh manusia dapat merasa kekurangan energi. Ketika terdapat sinyal bahwa energi berkurang, hipotalamus yang berperan dalam menjaga homeostasis akan merespon. Aktivasi secara otomatis respon humoral dan respon visceromotor neuron hipotalamus menyebabkan mobilisasi cadangan lemak di tubuh. Pembongkaran cadangan lemak bertujuan untuk menyediakan kebutuhan energi. Akan tetapi cara ini tidaklah efektif. Cara yang lebih cepat dan efektif untuk mengatasi kekurangan energi yaitu dengan “makan”. Kebiasaan manusia untuk makan ketika merasa dirinya kekurangan energi, disebut dengan motivated behavior. Motivated behavior digerakkan oleh somatic motor system, yang dipicu oleh aktivitas hipotalamus lateral.
Kekurangan makanan (glukosa) di otak, sebenarnya tidaklah semengerikan kekurangan oksigen. Jika dalam beberapa menit saja, tubuh masih bisa mengelola dirinya sendiri. Kekurangan glukosa dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan individu kehilangan kesadaran. Kekurangan glukosa dalam jangka waktu yang panjang tentu akan berbahaya, dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi kekurangan energi, sebenarnya tubuh telah memiliki mekanisme untuk menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang disimpan ini dapat dimanfaatkan oleh tubuh ketika glukosa di dalam tubuh sudah tidak dapat mencukupi. Jika kebutuhan akan energi sudah dipenuhi, lantas mengapa manusia termotivasi ingin makan?
Keinginan manusia untuk makan sebenarnya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia untuk tetap merasa cukup. Manusia butuh yakin bahwa cadangan makanan di tubuhnya ini akan tetap cukup tersedia dan tidak akan menyebabkannya kekurangan energi. Tubuh manusia butuh merasa nutrisi di tubuhnya akan tersedia jika digunakan sewaktu-waktu. Keadaan ketika di darah terdapat nutrisi yang cukup disebut dengan “Prandial state”. Dalam keadaan ini, energi akan disimpan (sebagai cadangan makanan) dalam 2 bentuk, yaitu glikogen dan trigliserida. Glikogen memiliki kapasitas yang terbatas, disimpan dalam liver dan otot. Sedangkan trigliserida akan disimpan dalam jaringan adiposa (lemak). Proses penyimpanan ini disebut sebagai anabolisme.
Energi yang telah disimpan ini, akan dibongkar ketika tubuh merasa membutuhkannya. Karena sudah tidak ada ketersediaan sumber energi dari luar. Ketika tidak ada nutrisi yang masuk (post absortive state), terjadi mekanisme katabolisme, yaitu pembongkaran glikogen dan trigliserida untuk menyediakan bahan bakar metabolisme seluler. Pembongkaran tersebut akan menghasilkan glukosa, asam lemak, dan keton. Glukosa akan memberikan nutrisi ke semua sel, sedangkan asam lemak dan keton memberikan nutrisi ke semua sel kecuali neuron. Kelaparan sendiri bisa terjadi akibat cadangan energi yang masuk lebih kecil dibanding yang keluar.
Sel lemak (adiposit), sebagai cadangan makanan, berkaitan erat dengan keinginan manusia untuk makan. Adiposit akan menghasilkan suatu hormon yang berfungsi untuk komunikasi dengan sel otak. Ketika neuron di zona periventrikular hipotalamus mendeteksi adanya penurunan hormon yang dilepaskan oleh sel adiposa, feeding behavior yang terpusat di lateral hipotalamus juga akan terpicu. Hormon yang berpengaruh terhadap komunikasi ini, rupanya dikodekan oleh gen yang mengatur obesitas, gen ob. Penelitian yang dilakukan Douglas Coleman (1960), menunjukkan bahwa tikus yang mengalami obesitas ternyata tidak memiliki gen ob (disebut ob/ob). Gen ob mengodekan hormon yang bertugas untuk memberitahu otak bahwa cadangan adiposit di tubuh sudah cukup. Tikus yang memiliki gen ob/ob mengalami kekurangan hormon komunikasi ini. Akibatnya, otak dibodohi, salah mengira bahwa cadangan lemak di tubuh tidaklah cukup. Kesalahan otak dalam mengenali keadaan ini menyebabkan manusia akan termotivasi untuk makan.
Jeffrey Friedman (1994), menemukan bahwa protein yang dikode oleh gen ob merupakan hormon leptin. Leptin dilepaskan ke darah oleh adiposit. Peningkatan leptin dalam darah, mengaktivasi reseptor leptin yang ada di neuron disebut dengan arcuate nucleus hipotalamus, mengandung peptida neurotransmitter αMSH dan CART. Peningkatan neurotransmitter αMSH dan CART memicu sekresi TSH dan ACTH dari anterior pituitary, mengurangi keinginan untuk makan. Sebaliknya, penurunan leptin akan menginaktivasi αMSH dan CART. Aktivitas ini menstimulasi arcuate nucleus neuron lain yaitu NYP dan AgRP. NYP/AgRP bekerja secara antagonis dengan αMSH dan CART. Aktivasi NYP/AgRP menghambat aktivasi TSH dan ACTH, menyebabkan timbulnya keinginan untuk makan. AgRP dan αMSH yang bekerja secara antagonis ini memiliki situs binding yang sama pada post-sinaptic neuron, yaitu di reseptor MC4. Neurotransmitter αMSH akan bekerja dengan mengaktifkan reseptor MC4. Pengaktifan reseptor akan menyebabkan terhambatnya feeding behavior. Sebaliknya, ikatan antara neurotrasmitter AgRP dengan reseptor MC4, dapat menyebabkan inaktivasi MC4 yang akan menstimulasi feeding behavior.
Selain itu, makan dilakukan manusia untuk memenuhi kepuasannya, sebagai hedonic reward. Dengan melakukan aktivitas makan, terjadi lonjakan dopamin yang dilepaskan oleh forebrain. Hal ini terjadi jika makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang enak. Dopamin merupakan neurotransimitter yang menyebabkan candu, sehingga kita akan terus ingin makan sampai mencapai batas kepuasan yang diperoleh oleh tubuh. Selain dopamin, makan juga dipengaruhi oleh neurotransmitter pengatur mood yaitu serotonin. Kadar serotonin yang rendah akan menurunkan keinginan untuk makan.
Source: Bear, M.F., B.W. Connors, and M.A. Paradiso. 2016. NEUROSCIENCE: Exploring the Brain. Philadelphia: Wolters Kluwer.
0 notes
Text
Sel Kanker dan Manusia-manusia Manipulatif (Part 1)
Mengerjakan tugas akhir dengan topik kanker, dan diwaktu yang bersamaan dihadapkan dengan (mantan) pasangan yang manipulatif membuat saya menyadari bahwa keduanya memiliki kemiripan. Kanker bertahan hidup dengan mengacaukan regulasi normal yang ada di tubuh. Mengeksploitasi sistem di tubuh dengan berpura-pura sebagai sel normal, merampas nutrisi dan segala aspek yang dibutuhkan oleh tubuh. Sel normal, akan mengerti kapan waktunya untuk tumbuh dan kapan harus berhenti. Pada sel kanker, tidak berlaku demikian, sel ini akan terus menerus tumbuh tanpa kontrol, tidak peduli apakah pertumbuhannya akan berbahaya bagi sekitarnya atau tidak.
Bagaimana dengan manusia manipulatif?
Saya mencurigai bahwa mantan pasangan saya ini adalah seorang NPD (Narcissistic Personality Disorder). Tentu saja ini hanya dugaan, bukan sebuah kepastian, karena memang saya tidak pernah mengajak dia ke psikolog untuk diagnosis. Sejak awal berkenalan dengan orang ini, ada beberapa kecurigaan karena perilakunya tidak seperti kebanyakan individu yang saya temui.
Kembali ke permasalahan utama terkait manipulasi, setelah melakukan beberapa kali validasi terhadap tindakannya, saya menjadi yakin bahwa (mantan) pasangan saya ini adalah individu yang manipulatif. Saya selalu mengumpulkan data terhadap perilaku seseorang sebelum mengambil kesimpulan atas perilaku orang lain. Hal ini untuk membuktikan bahwa hipotesis saya terhadap perilaku orang terhadap saya adalah valid. Saya melakukan riset selama kurang lebih 5 bulan. Sama seperti hubungan kami yang juga hanya berumur sekitar 5 bulan. Sejak pertama berkenalan dengannya saya agak sedikit curiga dengan pernyataanya yang menurut saya agak terasa aneh ketika diucapkan oleh orang normal, seperti misalnya “Mantanku lho si Momo (nama samaran) mau nyuciin bajuku”. Agak terkejut tentu saja, karena bagiku untuk dalam tahap pacaran itu sesuatu yang agak berlebihan, dan cukup aneh ketika dia membanggakan tindakannya mempekerjakan orang lain, yang bagi dia itu adalah pengorbanan seseorang untuknya. Dia selalu membanggakan dirinya dengan mengatakan bahwa pihak perempuanlah yang selalu mengejar-ngejar dia, mendatanginya ke rumah, bahkan dengan bangganya dia menceritakan bahwa mantannya sampai depresi karena kehilangan dia. Sebenarnya pernyataan ini agak sedikit kontras dengan tindakannya kepadaku, di mana dia selalu memaksaku untuk ke rumahnya bertemu orangtuanya, sendirian, naik bus ke kotanya, lalu ke rumahnya dengan naik ojek. Terbersit dalam benakku saat itu, bahwa manusia ini unik sekali, mengapa keinginannya untuk ‘merasa diinginkan’ oleh individu lain sangat tinggi.
Risetku terhadap (mantan) pasangan tentu saja tidak seru jika berhenti sampai di sini. Data yang aku peroleh selanjutnya lebih mengejutkan. Suatu ketika, dengan beralasan laptopnya rusak, dia memintaku untuk mengerjakan tugas kuliahnya (dia menempuh studi S2 di salah satu universitas negeri), dengan bidang studi sosial. Bagiku, ini adalah kesempatan untuk mengetahui karakter asli dari manusia ini. Aku selalu mengiyakan permintaan pertama dari seseorang, untuk menguji karakter orang yang sedang kuhadapi. Setelah selesai mengerjakan tugasnya dengan apa adanya karena backgroundku adalah sains dan tidak terlalu paham dengan ilmu sosial, dia protes karena kerjaanku tidak sempurna. Aku mengernyitkan dahi, agak tidak logis. Setelah itu aku sadar, bahwa ternyata dia sudah mengerjakan tugas tersebut tetapi salah, dan dia memberikan contoh kerjaan temannya yang hanya mengambil dari wikipedia. Lalu marah-marah atas kerjaanku, yang sejujurnya lebih bagus dari kerjaan temannya, dari sumber yang jauh lebih kredibel. Saat itu dia memberikan alamat emailnya kepadaku untuk mengirim tugas tersebut ke dosennya. Dalam benakku saat itu, wah kesempatan besar, karena aku memang sudah tidak yakin dengan manusia ini. Dari email tersebut aku menemukan fakta bahwa, dia punya pasangan lain, yang sama saja, dimanfaatkan dia untuk mengerjakan kebutuhannya. Tetapi untuk memenuhi kebutuhanku riset terhadap tindakannya, aku berpura-pura tidak tahu. Setelah membuka email dia dan semua orang yang pernah dekat dengannya, benar sekali hipotesisku bahwa orang ini adalah orang termanipulatif yang pernah kukenal. Bahkan dia bisa memnfaatkan seorang dosen di suatu universitas tempat dia mengambil profesi, seorang kakak tingkatnya ketika S1, dimanfaatkan untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya, dengan cara ditawari rumah dan pembicaraan soal pernikahan. Hal-hal yang selalu dia tawarkan ke padaku, yang tak pernah kugubris karena aku tak pernah yakin. Barangkali selingkuhannya ini, dosen ini, juga dinikahi hanya untuk mengerjakan tesisnya suatu saat nanti.
Risetku terhadapnya berjalan lebih lanjut. Dalam suatu kesempatan ketika akan melakukan seminar proposal, dalam kepanikan dan kalutnya otakku saat itu, dengan tanpa berdosa si (mantan) pasangan ini kemudian memaksa tetapi dengan cara yang sedikit merayu memintaku untuk membantu mengerjakan keinginannya mencari beasiswa dimana deadline pengumpulan berkas adalah besok dan besok adalah hari sabtu yang seperti kita tahu kantor administrasi tutup. Saat itu aku sudah cukup lelah belajar bersama tim risetku dari pagi sampai jam 10 malam. Ketika aku ingin istirahat, dia menelfon dan memintaku mengerjakan artikel serta proposal untuk melengkapi berkas beasiswa yang aku bahkan bukan dalam lingkup bidang studinya. Dengan bernada agak sedikit meninggi dia mengatakan “Kamu itu egois ya”. Agak aneh rasanya, ada manusia yang melepas tanggung jawabnya sendiri dan meminta orang lain untuk menyelesaikan tanggung jawabnya.
Tidak terasa, selama 5 bulan itu sel kanker yang terwujud dalam bentuk manusia ini, cukup merusak kehidupanku. Menguras energi, emosi, dan segalanya. Menjadikan berat badanku yang hanya 38kg turun menjadi 36kg. Sama seperti kanker yang tanpa sadar membuat seseorang kehilangan berat badannya. Berpura-pura sebagai manusia normal yang hadir dalam kehidupanku, membuatku tidak menyadari bahwa pertumbuhannya di hidupku adalah sesuatu yang membuatku merusak diriku sendiri.
2 notes
·
View notes
Text
Hidup itu random, dan akan selamanya begitu. Penuh ketidakpastian. Segala sesuatunya, terjadi tiba-tiba. Lihat aja semut, yang sedang asyik-asyiknya berjalan. Harus bersiap dengan segala risiko. Karena barangkali sebentar lagi ada orang nyiram air, nginjak dia, menyeretnya dengan sapu, atau iseng nabok dia.
Iya kan? Hidup itu random.
Dan yang bisa kita lakukan,
adalah menerima segala ketidakpastian.
0 notes
Text
Manusia: sekumpulan kode Tuhan
Kenapa manusia suka ngode?
Ya karena hidup ini isinya cuma soal kode-kode. Bahasa dari kehidupan manusia berasal dari “kode”. Serangkaian kode yang harus diterjemahkan agar bisa terbaca dan dimengerti. Dengan menerjemahkan kode-kode tersebut, manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai makhluk hidup.
Apa yang membedakan makhluk hidup dan benda mati? Pertanyaan ini akan membawa kita untuk mengingat sesuatu yang disebut sebagai hereditas. Bagaimana makhluk hidup bisa mewariskan informasi genetik yang ada di dirinya ke generasi selanjutnya. Apa yang membuat eksistensi manusia di bumi ini dapat bertahan? Ya karena kemampuannya untuk mewariskan kode. Kode-kode yang tidak dimiliki oleh benda mati. Dan untuk dapat tetap hidup, selama hidupnya, manusia harus berhasil untuk menerjemahkan kode-kode yang diberikan oleh nenek moyangnya. Ketika kode yang ada di diri manusia mulai mengalami kekacauan, gagal diterjemahkan, secara perlahan manusia akan mulai mendekati masa akhirnya.
Hal ini membawa kita pada satu pemikiran, bahwa barangkali Tuhan menciptakan manusia di dunia ini dengan misi tertentu. Dan misi apakah itu? Tidak ada yang mengerti kecuali Tuhan itu sendiri. Tetapi, manusia bisa mencari, melalui kode-kode yang sudah ada di tubuhnya sendiri. Sesuatu yang sangat dasar dari diri manusia, yang disebut sebagai informasi genetik: A (Adenin), T (Thymin), G (Guanin), dan C (Cytosin). Kode-kode yang disusun secara teratur, menyandikan pesan informasi tertentu, yang membuat manusia tetap bisa menjalankan fungsinya sebagai makhluk hidup. Urutan kode dari 4 huruf ini saja, membuat manusia menjadi makhluk yang sangat kompleks. Kode yang ketika diterjemahkan, membuat manusia bisa melakukan hal-hal yang sederhana sampai memiliki kemampuan-kemampuan yang luar biasa. Mulai dari menciptakan lingkungan di dalam tubuh agar tetap stabil, sampai mempengaruhi bagaimana cara manusia berkomunikasi dengan makhluk lainnya.
Lalu, apakah kode-kode ini akan bermakna jika tidak diterjemahkan? Tentu saja tidak. Tubuh membutuhkan serangkaian proses yang kompleks untuk melakukan penerjemahan kode-kode genetik. Sesuatu itu disebut sebagai ekspresi genetik. Gen yang berisikan kode-kode, ditranskripsikan menjadi mRNA, kemudian diterjemahkan menjadi protein. Setiap tiga basa nukleotida, akan diterjemahkan sebagai satu asam amino, yang kemudian berderet membentuk protein tertentu. Protein inilah yang kemudian akan berperan dalam berbagai proses di tubuh manusia. Kode-kode ini akan berguna, ketika diterjemahkan. Untuk menerjemahkannya diperlukan proses yang rumit.
Sesuatu yang sangat dasar, sangat kecil di tubuh manusia, ini memberikan pemahaman, barangkali tujuan manusia diciptakan memang untuk memahami kode-kode Tuhan. Kode-kode yang ketika terjadi kesalahan dalam menafsirkan, akan menjadikan informasi yang diterima salah, atau bahkan pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan tidak akan dapat terbaca oleh manusia, terdegradasi menjadi sesuatu yang tidak lagi bermakna. Dari ekspresi genetik, kita mengerti bahwa proses memanglah penting untuk hasil akhir. Kegagalan di proses, akan bermakna besar di hasil akhir. Barangkali oleh sebab itulah, penilaian Tuhan tidak pernah berdasarkan apa yang telah dan akan manusia peroleh, melainkan bagaimana cara manusia dalam mengejar apa yang diinginkan. Hal ini juga menjadikan kita belajar, bahwa ketika hidup manusia mulai tidak terarah, apakah kodenya yang salah, ataukah manusia gagal dalam menerjemahkan kode Tuhan?
Jadi, jika hidup ini memang tujuannya untuk memroses kode-kode Tuhan, apakah kita sudah paham pesan apa yang sebenarnya Tuhan ingin sampaikan?
0 notes