Text
Di sini saja
Tetap di sini saja, masih di halaman yang sama
Kapan mau mengakhiri halaman 23 ini?
Tik tak tok si jam dinding terus berbunyi
Mau apa?
Lagi, lagi, dan lagi
Kaki melangkah bahkan kadang berlari
Lagi, lagi, dan lagi
Tangan menadah menunggu diberi
Ada yang salah
Harus mengganti arah?
Atau memang tidak berhak kah?
Kemana mau Kau bawa kaki ini melangkah?
Tolong, asal jangan buat berdiri di tempat
Apa memang tak pantas meminta
Sudah ribuan pinta
Tapi tak ada yang berberita
Tolong, jangan buat buta
Tolong
Tolong aku
Tolong, jangan buat aku berdiri
Tolong, biarkan aku berlari
0 notes
Text
Pulang Ulang Juang
Kau goyang di bak mandi isi perang Lanjut ia merajang bak kambing berjiwa setengah layang Kau tunggang kuda kabur ke timur dengan pelana yang hilang Gumam geram kau tak curang tapi kalah tanpa juang
Sayang, harusnya kau pulang ulang perang dengan mengadang
Kau tikam jantung yang tak beri kau untung Bungkam lisan yang menikam kau untuk buntung Pakai matamu meramu racun beri si sang usung Biar kau dan usung merambang dalam kubang ketiban pulung
Sayang, tak apa patah arang asal kau hidup dalam riah riang
Serang, 4 November 2020
1 note
·
View note
Text
Marah
Marah bersua, tinggal itu yang menetap menolak pergi. Katanya ingin menjadi umpan untuk melengkapi emosi. Kerjanya hanya memukul kepala hingga tersisa kata tak berakal, kapan saja siap untuk berlari.
Satu, dua, tiga kali, pintu nurani masih tahan mengunci. Empat kali, itu terpukul terkikis, kesusahan untuk tegak berdiri. Lima kali, itu terkena api, melalap dengan haus seperti batu yang tiba-tiba menjadi sapi. Enam kali, hanya tersisa arang dan abu, menyerpih tertiup angin hingga hilang fungsi.
Lalu nurani bercermin kehilangan bangganya, mengasihi, menangisi, pun mengaisi. Dan kata tak berakal, kau dipersilahkan berlari.
Serang, 18 Oktober 2020
0 notes
Text
Kemana Saja Saya?
Sebuah perjalanan sendiri memang paling bisa membuat pikiran berkontemplasi, seperti sekarang di bus menuju Bandung.
Oktober 2019 sebentar lagi berakhir, banyak pengalaman baru yang masuk ke dalam catatan harian. Salah satunya mengenal. Mengenal di bulan yang harusnya banyak perpisahan. Miris.
Saya baru mengenal banyak orang yang harusnya dikenal dari tiga tahun lalu. Kemana saja saya.
Sebut saja mereka.
Ada yang saya kagumi karena pikiran dan sikapnya. Setelah kenal, saya anggap dia orang yang keren. Pikiran politiknya, tulisannya, kalimat yang ia pilih, dan pandangannya, satu kata, keren. Ditambah cara penyampaiannya yang tanpa emosi. Padahal kemarin menyapa saja tidak, dan sepertinya juga masih sering tertukar nama dengan orang lain hehe.
Ada yang saya kagumi karena baik dan pedulinya. Orang yang mungkin dianggap cemen oleh orang lain karena tidak ada bidang keahlian yang menonjol, tapi setelah mengenalnya, saya yakin dia orang yang benar-benar peduli. Dia tau tempat untuk berkata A dan Z. Namun sikap pedulinya tidak kenal tempat, apalagi ke teman-temannya.
Ada yang saya kagumi karena kenekatannya. Sudah jarang kan ada orang yang benar-benar nekat ditambah tegas. Kalimatnya minim sekali dan termasuk blak-blakan, tapi tindakannya patut diacungi jempol. Inisiasinya tinggi dan peduli dengan cara dia sendiri. Dia tipe orang yang dibutuhkan buat perjalanan panjang.
Ada yang dari luar menjengkelkan karena ejekannya. Cukup aneh malah kalau dia tak mengejek saat ketemu. Tapi di balik itu, dia orang yang bertanggung jawab dengan keluarganya. Bukan hanya keluarga, pacarnya juga. Kalimatnya memang minim manis-manis, tapi apa yang dia lakukan menunjukkan sikap peduli dan tanggung jawabnya.
Mereka baru empat dari sekian banyak orang yang baru saya kenal akhir-akhir ini. Terlambat sih untuk mengenal mereka, karena sebentar lagi perpisahan ya? Ini saja ke Bandung karena merupakan hari terakhir salah satu orang di Bandung.
Salah satu penyesalan karena tidak mengenal mereka dari dulu. Mungkin terlalu sibuk mengurus yang lain jadi seakan-akan pakai kacamata kuda. Hanya bisa melihat ke depan.
Tapi benar-benar bersyukur sempat mengenal mereka dan kagum. Selamat menemukan jalan masing-masing, teman!
0 notes
Text
Dua minggu melalang buana bagian 1
Mau mengabadikan perjalanan ini dalam sebuah tulisan karena seberkesan itu. Terimakasih dulu kepada para kawan jalan dan semua yang berkontribusi hehe
Pertama-tama mau bilang dulu kalau ini adalah perjalanan yang hemat (sebenernya masih bisa diteken lagi sih budgetnya) dengan konsekuensi lama di jalan dan pertahanan diri harus kuat. Juga hampir semua hal direncanakan dadakan. Jadi mungkin kalau direncanain jauh-jauh hari bisa dapet akomodasi dan transportasi yang lebih murah.
Buat merangkum, kami punya 5 destinasi yaitu Yogyakarta (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur), Ubud (Bali), Lombok (Nusa Tenggara Barat), dan Gili Trawangan (Nusa Tenggara Barat). Biar lebih gampang, saya mau cerita di setiap tempatnya hehe maafkan kalau jadi panjang banget.
YOGYAKARTA
Sebetulnya saya adalah member baru karena yang lain sudah sampai jogja dari hari minggu dan saya baru sampai di hari rabu. Awalnya mau berangkat bareng tapi saya mendadak sakit jadi batal barengan. Dan udah ga ada niat buat nyusul, tapi mata ini gatel liat instastory orang-orang dan akhirnya memutuskan buat gow di hari senin dan langsung beli tiket kereta api deh.
Tiket kereta api ini saya pilih ekonomi berangkat jam 5 subuh dan perjalanan sekitar 8 jam seharga 88rb. Keretanya seadanya lah ya. Sama sekali ga bosan karena di sepanjang perjalanan ada bapak-bapak yang ternyata beliau traveller yang sudah pernah keliling pulau jawa pakai motor sama istrinya jadi banyak banget cerita beliau. Beliau juga pernah ke Labuan Bajo dan kasih banyak banget tips kalau ke sana. Oh iya fyi, saya berangkat ke jogja dengan informasi di otak tuh Labuan Bajo sebagai destinasi terakhir kata ical hehe tapi apa daya.
Sampai di Stasiun Lempuyangan, saya langsung ke gelato karena yang lain ada di sana. Mengandalkan ojek online dengan tarif sekitar 20rb. Gelatonya? Cuma 20rb buat 2 scoops, jauh lebih murah dibanding yang di Bandung. Lalu kami menuju ke penginapan pugeran homestay, karena yang lain sudah di jogja 2 hari jadi penginapan buat saya sudah disiapkan. Penginapannya berupa homestay seharga 70rb untuk kamar fan (ini kamar saya) dan 100rb untuk kamar AC (ini kamar mereka 3 orang). Di penginapan ini cuma taruh barang dan sholat.

Langsung lanjut ke gumuk pasir dengan transportasi motor pinjaman temennya fadlan hehe. Perjalanan ke gumuk pasir dari penginapan kira-kira 1 sampai 1,5 jam dan di sana cuma bayar parkir. Gumuk pasir yang kita pilih tuh yang paling deket dan beneran isinya pasir semua. Dari situ lanjut makan Sate Pak Pong yang adalah bm saya banget hehe di sini abis sekitar 40rb. Nah dari sini pada pisah-pisah. Saya sama rais ke House of Raminten dan ternyata menunya murah-murah dan tempatnya bagus, ada kudanya juga! Ini juga menjadi akhir destinasi di Yogyakarta. Besoknya, yang adalah hari kamis, kami berangkat ke Banyuwangi pakai kereta jam 7.

Dan di Yogyakarta juga jadi tempat perpisahan sama cesar karena dia ga dapet izin buat lanjut sampe ke lombok.
BANYUWANGI
Transportasi ke Banyuwangi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu pakai kereta ekonomi dengan harga 94rb dengan perjalanan sekitar 13 jam. Keretanya cuma ada jam 7 pagi fyi. Sampailah di Stasiun Banyuwangi. Karena lapar, kami pun langsung ke tempat makan khas Banyuwangi yaitu Sego Tempong Mbok Wah. Ini sangat patut dicoba sih apalagi yang suka pedas, buat saya sendiri karena ga kuat pedas, sambalnya ga manusiawi tapi lauknya tetep enak. Dari tempat makan, kami pergi ke penginapan karena sudah lelah juga. Perjalanan di Banyuwangi baru dimulai di hari Jumat.

Penginapan selama di Banyuwangi yaitu di kos-kosan. Kosan ini punya temennya fadlan jadi dapet harga murah 50rb per malam per kamar dan kami sewa tiga kamar selama dua malam. Udah dapat sarapan juga dan bisa nyuci baju hehe. Kata ibunya kalau ada yang mau nginep di Banyuwangi bisa banget kontak ibunya. Dapet bonus ibunya baik banget dan sarapan tuh bukan fasilitas tapi ibunya tetep mau bikinin terus menunya lengkap dan enak.
Buat transportasi selama hari Jumat, kami sewa dua motor dengan harga 145rb buat 24 jam. Awalnya kami mau sewa mobil dengan lepas kunci karena lebih nyaman dan harganya tidak terlalu jauh dengan sewa dua motor. Tapi di Banyuwangi ini ada masalah trust issue karena banyak banget penyewa yang bawa kabur mobilnya ke bali jadi susah banget sekarang buat dapet sewa mobil yang tanpa driver. Jadilah pakai motor saja.
Destinasi pertama yaitu De Djawatan dengan perjalanan 1,5 jam dari penginapan di deket Pelabuhan Gilimanuk, taman di tengah kota yang buat saya cukup bagus dan asri banget sih. Nilai jualnya ada pohon-pohon berbentuk unik yang berjejer dengan rapih kaya hutan pinus tapi bukan pinus. Tiket masuknya 6rb perorang dan sangat puas dengan harga segitu. Di sini cukup lama karena mereka sholat Jumat kan dan hampir dua jam karena ternyata ngobrol dulu di masjid sama bapak-bapak, sampe saya bingung mau ngapain lagi.


Destinasi selanjutnya yaitu Pantai Pulau Merah dengan perjalanan 1,5 jam dari De Djawatan. Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke Rujak Soto yang adalah makanan khasnya Banyuwangi. Saya pribadi ga merasa cocok sih, tapi cukup enak lah rasanya kaya soto dicampur bumbu kacang. Harganya 15rb dan saya kaget sendiri karena beli es campur di situ dengan harga 4rb wow. Oke sampailah di Pantai Pulau Merah, tiket masuknya itu 11rb per orang dan kami sewa gazebo seharga 50rb. Wah ini pantainya bagus banget sih, kalau kata ical, mirip Pantai Tanjung Layar di Sawarna tapi kalau kata saya bagusan Pulau Merah. Bersih banget pantainya, pasirnya putih dan halus, dan ada pulau kecil yang bisa dicapai dengan basah-basahan sedikit terus warna ijo gitu bagus banget. Kami di sini dari jam tiga sampai sunset karena pas sunset itu pantainya udah tutup:(


Di perjalanan pulang, kami mampir ke Sego Tempong lagi tapi bukan Mbok Wah dan saya lupa sih dia siapa namanya. Saya pribadi lebih memanusiakan Sego Tempong yang ini karena pedesnya masih bisa ditahan sama lidah saya. Tapi yg lain lebih pilih Sego Tempong Mbok Wah hehe. Sudah deh perjalanan di Hari Jumat.
Di hari Sabtu, kami kedatangan satu personil baru. Dan juga kami pun memutuskan sewa mobil karena kami mau ke Taman Nasional Baluran yang katanya sih serem kalau pake motor soalnya hewan liarnya bebas dilepas takut ada macan ceunah. Sewa mobil ini sekaligus langsung bawa semua barang karena bakal langsung ke nyebrang setelah semua destinasi di Banyuwangi terpenuhi. Harganya 450rb dengan driver dan bensin 250rb.
Destinasi pertama di hari Sabtu adalah Waduk Bajulmati yang ga kaya waduk dengan tiket masuknya 25rb permobil. Buat sebuah waduk, ini bagus banget karena banyak bukit-bukit di tengah waduknya dan jadi kaya Raja Ampat. Airnya juga warnanya hijau. Sayang banget ke sini dateng pas musim kemarau jadi bukitnya gersang ga ada ijo-ijo sama sekali. Dan siapa coba yang mutusin ke tempat sepanas ini jam 12 siang?! Tapi gapapa, karena tempatnya bagus jadi termaafkan.


Lanjut ke destinasi kedua yaitu Baluran dengan tarif masuk total buat 5 orang plus mobil itu 102rb, destinasi yang menjadi kewajiban kami. Sesungguhnya di luar ekspektasi karena lagi kering banget jadi ga ada ijo-ijo sama sekali dan kami datang di waktu yang salah yaitu tengah hari. Harusnya di sore-sore karena banyak binatang yang keluar di waktu itu. Tapi gapapa, cukup puas karena dapet susana savana yang lagi kering dan ga kaya di Indonesia gituloh plus liat monyet dan kerbau lagi berendam. Baluran ini, di ujungnya ada pantai yang saya lupa namanya apa dan ada hutan mangrovenya, sayangnya kami ga ke hutannya. Pantainya sangat friendly buat berenang sih tapi b aja hehe.



Next Pantai Boom dengan tiket 25rb per mobil. Ke sini cuma buat melengkapi trip senja ala bung fadlan sih tapi pantainya lumayan unik dengan dibikin timbunan biar ada kolam renangnya, aduh gimana ya jelasinnya. Pokoknya sangat friendly buat anak kecil berenang. Lanjut ke pasar malam di sebuah pantai yang lupa namanya. Dan ada jembatan yang ampun beneran isinya manusia semua. Tapi patut diakui jembatannya bagus. Salah kami juga yang ke sini di malam minggu. Ke destinasi ini sebenernya cuma buat membunuh waktu karena mau ke gunung ijen di malamnya. Dari sini kami lanjut makan ke kafe sambil sekalian charger seluruh peralatan elektronik dan sambil nunggu jam 10 buat caw ke ijen.

Pada aneh ga, kami ke Banyuwangi jauh-jauh tapi malah ke kafe? Itu karena supirnya! Selama bareng beliau, kami dibawa makan ke tempat yang mahal. Pertama dibawa ke ayam bekakak yang perorang abis sekitar 50rb padahal udah bilang mau makan pinggir jalan dan yang terdekat. Terus ga berhenti-berhenti dong, ada kali sejam jalan mulu dan berhenti di tempat ini. Yaudah hamdalah sih enak. Dan yang ke kafe itu adalah ternyata punya temen SMA-nya hehe. Tapi enak juga jadi okelah. Beliau juga bantuin kami banget sih pas di ijen.
Jam 10 kami berangkat ke Ijen dengan peralatan seadanya. Malsha yang pake sendal fadlan dan ian yang sendalnya tiba-tiba jebol. Ical dengan cuma bawa jaket PS dan itu pun punya cesar. Jam 11-an kami sampai Ijen, tapi pendakiannya baru boleh dari jam 1 jadi kami nunggu dulu. Di sana, kami sewa masker seharga 20rb dan saya pribadi beli sarung tangan 15rb kayanya.
Jam 1 kami mulai manjat dan langsung disuguhi jalan yang nanjak tapi jalannya enak sih udah dirapihin gitu kaya jalan setapak. Dan lagi-lagi kayanya salah waktu, soalnya berpasir banget. Oke jujur saya cuma bisa nanjak sekitar 40 menit hehe karena pas istirahat pertama kali, cape banget dan mual. Sebenernya bisa sih lanjutin sampe ke atas tapi takut nanti nyusahin jadi memilih buat turun aja apalagi perjalanan masih panjang banget ini baru sampe Banyuwangi kan. Dan turunnya ditemenin fadlan, susah pula turunnya karena rame banget orang huhu seriusan penuh banget orang-orang naik dan licin dan sendalnya kegedean pake punya fadlan.
Fyi kalau yang ga kuat jalan kaki, bisa pake ojek gerobak yang didorong dengan tenaga manusia. Kalau buat naik harganya 600rb dan turun 300rb. Waktu itu sempet liat banyak yang pake, ada bule, ibu-ibu, dan ada yang pake buat barang juga.
Yaudah jadi saya nunggu di mobil tapi karena dingin banget saya pun keluar mencari api unggun dan nemu. Ternyata rame banget yang cuma nunggu di bawah hehe dan akhirnya saya pun makanan singkong sambil ngobrol sama bapak-bapak. Nanti yang mau tau cerita ijen tanya yang lain aja ya. Pokoknya yang saya tau, turun ke kawahnya tuh terjal banget dan banyak semprotan belerang dari bawah. Rais kena semprotan dan perih banget katanya. Terus dapet blue fire walaupun kecil, kalau kata ical kaya api kompor.


Oh iya lupa, masuk ijen ini bayarnya ada dua kali. Pertama ke warlok sebesar 20rb dan bayar tiket masuk perorang 7.500 dan mobil bayar 10rb. Lanjut sarapan indomie pake telor. Dari Ijen, kami langsung caw ke Pelabuhan Gilimanuk buat nyebrang ke Pelabuhan Benoa di Bali.
BALI
Tarif kapalnya cuma 6000 guys dan lama nyebrangnya kira-kira 45 menit. Oh fyi kami salah pilih jalan masuk ke kapalnya, harusnya lewat pintu masuk kendaraan tapi kami lewat pintu pejalan kaki yang ujungnya ga nyambung ke kapal wkwk jadi harus nekat dikit buat lompat-lompat dengan kondisi kapal yang goyang-goyang. Ini kayanya b aja tapi saya deg-degan sih hehe.

Sampai di Bali kami langsung ke hotel yang udah dipesan di Banyuwangi. Hotelnya di daerah Denpasar dan satu kamar harganya 90rb ada dua kasur. Dan buat jalan versi hemat, ini sangat direkomendasikan sih. Nyaman dan murah. Plus di sebrangnya ada warung makan yang murah abis, tempat makan termurah yang kami kunjungi. Saya cuma abis 10rb udah pake ayam, tempe, dan pecel sayur.
Oke, di hari minggu, kami cuma istirahat seharian karena cape. Sambil merencanakan mau ngapain aja di Bali dan cara ke Lombok. Iya, emang namanya juga dadakan ya jadi direncanainnya juga dadakan. Sempet panik dikit karena informasi cara ke lomboknya simpang siur. Fyi lagi, di Bali ini emang tujuannya cuma buat istirahat bentar sebelum ke lombok jadi cuma satu hari doang.
Keputusan hari Senin, kami akan pergi ke Ubud tanpa ke pantainya karena udah pas kulap. Oh transportasi selama di Bali juga pas hari Senin belum dapet, jadi pas pagi-pagi, kami cari dulu motor sewaan tapi ga dapet-dapet karena minimal sewanya pada dua hari, jatohnya jadi mahal permotor 70rb itu harga satu hari. Jadi kami pun cari sewa mobil buat 12 jam. Nah dapet deh harganya 500rb udah sama driver dan bensin. Ini termasuknya untung sih karena dianterin sampai pelabuhan juga yang kalau naik grab dari hotel harganya bisa 210rb. Iya, jadi kami sekalian check out di jam 10.
Destinasi pertama adalah Monkey Forest tiketnya 80rb perorang. Ini beneran isinya monyet semua dan parah rame banget monyetnya. Uniknya lagi, orang lokalnya cuma kami sisanya bule. Awalnya di sini santai banget karena monyetnya di deket pintu masuk jinak semua. Mendekati ke hutannya, monyet-monyet semakin agresif. Ada yang buka-buka tas, ngerogoh kantong, tiba-tiba loncat ke pundak, nyolong cokelat, teriak-teriak, banyak deh pokoknya. Fadlan sampe dikejar monyet terbesar di sana karena ngeliat matanya wkwk sampe fadlan yang awalnya paling berani jadi paling takut. Total fadlan dikerjain monyet tuh tiga kali fyi. Cukup melatih adrenalin di sini dan seru deg-degannya.




Destinasi selanjutnya adalah rice field aka sawah. Ga guys, sebagai orang yang sering liat sawah dan terrasering, ini kayanya b aja sih hehe emang isinya juga bule semua yang ga pernah liat sawah. Jadi kami cuma numpang makan doang itu pun cuma di pintu masuknya ga sampe turun karena lumayan jauh juga turunnya. Kalau mau turun, tiket masuknya perorang 10rb.
Lanjut ke Desa Panglipuran, desa budaya di Bali yang tenanggg banget dan asri banget. Perlukah dikunjungi? Yaa, karena bagus dan apa ya suasananya beda aja gitu, kaya bukan di Bali. Tiket masuknya per orang 15rb dan cocok dikunjungi di jam sore gitu hehe. Jangan lupa kata orang-orang kalau ke sini beli minuman khasnya karena enak banget ceunah tapi sayang kemarin kami ga beli apa-apa di sini.




Nah dari Panglipuran, kami langsung caw ke Pelabuhan Benoa buat nyebrang ke Pelabuhan Lembar di Lombok. Karena perjalanan di Lombok sangat amat banyak ceritanya dan seru-seru semua, saya mau bikin di post lain hehe
0 notes
Text
Changing
Di kehidupan perkuliahan ini, banyak banget yang didapat. Di luar akademik yang ga terlalu berkesan karena yaudah aja gitu belajar cuma bidangnya emang disukai.
Kepanitiaan yang amat sangat berkesan terutama satgas dan keamanan, wisgard. Unit-unitku, himpunan, dan banyak banget kalau disebutin ternyata saya rakus juga dulu.
TPB belum menemukan teman yang klop, masih terombang-ambing banget. Bukan cuma tentang teman sih, tentang jurusan juga, pakaian juga karena masih amat sangat nyaman pakai celana jeans terus kaos doang tapi punya keinginan juga buat pakai rok, dan banyak banget hal yang baru-baru.
Nah di jeda liburan tingkat 1 ke tingkat 2, ini benar-benar berubah drastis banget. Diklat keamanan. Kesannya banyak banget dan apa yang didapatin juga banyak banget. Mungkin orang lain liatnya ini perpeloncoan ya, tapi menurut saya engga sih karena hampir semua hal yang dilakuin punya alasan termasuk pushup berseri-seri.
Dekat sama banyak orang sampai-sampai waktu itu pernah kosan ga pernah ga dapet pengunjung. Selalu ramai hehe punya temen yang 1x24 jam siap sedia buat menolong. Dan merasa amat sangat terbekati di hidup ini.
Kelas PKP, ini kayanya jadi kesan pertama deket sama seseorang. Bolos kelas cuma buat makan siang dan saling tag tempat. Seru sekali.
Masalah pun datang bertubi-tubi, masalah yang ga pernah dibayangin bakal terjadi. Pertemanan, akademik yang agak anjlok, organisasi yang keos, dan perasmaraan yang keos abis.
Semenjak itu, merasa banyak banget yang berubah di diri saya. Sudut pandang, pemikiran, hari-hari, dan banyak banget. Sudah konsisten pakai rok juga dan kenal skincare.
Dan baru sadar kalau 3/4 hidup di ITB dihabisi dengan hal-hal berbau asmara yang lumayan menguras waktu.
Sampai sekarang, yang sudah tidak ada kelas lagi. Setiap mau tidur, bingung nanti setelah bangun mau kemana dan mau ngapain. Kalau pertanyaan mau ngapain jelas lah ya ngerjain skripsi. Tapi kemananya itu yang bingung. Merasa sudah tidak punya sesuatu yang mengikat jadi bingung ya ternyata.
Sudah selamat tidur!
1 note
·
View note
Text
Permintaan maaf
Sebenarnya sekarang sedang merasa bersalah sama banyak orang, mulai dari hal kecil karena balas chat yang lama atau malah ga dibales sama sekali sampai hal yang sifatnya menyakiti orang lain.
Tapi bingung juga, apa sebenarnya perlu meminta maaf? Atau malah orang lain tidak menganggap ini kesalahan? Atau parahnya dengan saya meminta maaf malah membuka luka lama?
Kalau balas chat yang lama dan tidak balas chat, takut (lagi-lagi isinya takut mal) disangka lebay aja sih karena gini aja minta maaf. Tapi sesungguhnya beneran ngerasa ga enak aja, karena siapa tau orang lain saat itu butuh dijawab cepat tapi malah nihil.
Dan hal lain yang ketakutannya sama, takut disangka lebay.
Satu yang paling kepikiran, rasanya setiap hari mikirin hal ini. Tentang menyakiti orang lain. Bingung perlu minta maaf atau tidak. Takut (lagi-lagi takut) orangnya tidak menganggap ini kesalahan. Atau sudah berusaha melupakannya. Atau jadi canggung kalau saya minta maaf. Atau membuka luka lamanya.
Jadi masih bingung perlu atau tidak.
Dan entah sih, dulu juga sempat minta maaf ke orang yang saya hilang dari hidupnya secara tiba-tiba. Dan setelah minta maaf jadi lega. Terus beberapa hal yang tadinya stuck jadi bisa berjalan lagi (sebut saja pemodelan tugas akhir). Terus jadi merasa kalau tugas akhir dan masalah di kehidupan yang selalu datang berurutan itu karena ada permintaan maaf yang belum tersampaikan. Dan hal ini jadi alasan pendukung yang lumayan kuat buat meminta maaf.
Tapi takut beneran kalau membuka luka lama orang atau dianggap aneh.
Jadi masih tetap bingung perlu atau tidak.
1 note
·
View note
Text
This one is not a weird feeling anymore but a hopeless
Halo, sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang dikejar deadline pengumpulan tugas akhir saya juga mau sedikit menceritakan ini.
Saya memang menyukai topik tugas akhir yang saya ambil, tentang energi, tentang model, tentang analisis finansial. Dulu waktu pilih topik ini benar-benar percaya diri kalau jadinya bakal keren dan menyenangkan karena suka. Iya sih mungkin nanti kalau selesai (aamiin) bakal jadi keren.
Di awal sudah dikasih tau oleh dosen pembimbing kalau ini akan jadi sulit, terutama karena lokasinya yang terlalu banyak daratan jadi pemodelannya akan sangat sulit. Ingat banget dulu bapaknya ngomong ini sampai dua kali, terus saya malah dengan yakin dan polosnya bilang "ga apa-apa pak, saya soalnya penasaran juga potensi di lokasi ini".
Dan berjalanlah waktu, diiringi dengan banyak kegagalan pemodelan yang entahlah sudah ada berapa kali, tidak terhitung. Saya masih senang-senang saja karena deadline juga masih lama. Mau iterasi berapa kali pun ayo deh gapapa. Mau ngerjain tiap hari sampai subuh juga ayo.
Dan terjadilah, sampai orang-orang tuh hafal apa yang saya kerjain karena emang itu-itu doang. Tidak sedikit yang bilang "kok ga ada progress?". Iya soalnya progressnya ga keliatan ditutupin kegagalan terus. Tapi akhirnya karena gagal terus, jadi harus melakukan banyak analisa kenapa gagalnya dan jadi dapat banyak banget ilmu. Jadi harus mengerti sampai konsep-konsepnya, dasar teorinya, tools aplikasinya, dan persamaan-persamaan nan panjangnya. Baru merasa KL banget nih.
Mendekati deadline seminar, bahan seminar masih banyak banget yang belum berhasil, harusnya modelin 5 kali tapi baru berhasil 1:( malu banget saat itu sama dosen pembimbing tapi beliau tetap kasih semangat dan kasih izin buat seminar cuma sampai sini doang bahannya. Makasih banget, jadi kesempatan lulus wisokto masih kebuka.
Seminar berjalan lancar banget, semua pertanyaan berhasil di jawab, dan dosen penguji ga ada yang mempermasalahkan konsep dan pemodelannya. Yang direvisi malah latar belakang yang terlalu banyak data (iya ada 7 lembar latar belakangnya), dan ga ada flowchart garis besar keberjalanan tugas akhir ini. Padahal flowchart detailnya udah lengkap banget sih tapi emang kalau dibaca sekilas susah dimengerti karena emang step tugas akhir ini juga ribet banget dan panjang banget dan iterasinya banyak banget dan huft gitu deh, bingung banget juga waktu bikin flowchartnya. Tapi kalau disuruh jelasin tanpa terikat waktu, saya tuh bisa banget gituloh jelasinnya.
Sudah, dan paling membahagiakannya adalah, nilai yang dikasih dosen pembimbing saya semua nilai mulai dari nilai presentasi, bahan, jawab pertanyaan, konsep tugas akhir, metodologi, penguasaan tugas akhir, sampai kemampuan komunikasi dinilai di poin tertinggi kecuali buat penulisan laporan karena latar belakangnya yang kepanjangan. Dan itu memuaskan banget, soalnya saya tuh cuma pengen membanggakan dosen pembimbing saya karena saya adalah mahasiswa kedua yang beliau bimbing. Dan senang banget beneran, jadi penyegar di tengah pengerjaan tugas akhir yang sudah membosankan ini.
Ditambah senang lagi karena dosen penguji saya itu terkenal banyak kasih revisi dan yang satunya sempat tidur saat menguji mahasiswa lain. Terus, revisi dari beliau cuma dua lembar! Kalau liat mahasiswa lain bisa hampir setengah tugas akhir yang direvisi dan senang! Entahlah karena memang tidak ada yang bisa direvisi atau sudah sore juga jadi tidak terlalu fokus. Lalu lalu dosen yang satunya dari awal sampai akhir benar-benar melototin saya, beliau fokus banget dengan presentasi saya dan cukup membuat percaya diri saat itu karena diperhatikan dan beliau juga kasih banyak banget pertanyaan yang semua bisa saya jawab!
Oke kesenangan itu sudah berakhir, saya harus kembali ke realita. Pemodelan kedua dari lima yang sampai sekarang belum berhasil. Sebenarnya sudah hampir menyerah karena bosan banget dan lelah banget kerjaannya gini-gini saja kaya tidak ada progressnya gitu tapi sebenarnya ada sih hmm. Sekarang yang jadi motivasi buat masih berusaha lulus oktober hanya dosen pembimbing sih. Beliau sebenarnya tidak memaksa harus lulus kapan, hanya saja saya jadi malu kalau nantinya lulus april karena beliau sebegitunya membantu dan menyemangati saya.
Dan belum sampai seputus asa itu sih, masih putus asa dengan syarat.
0 notes
Text
Bukan Tugas Akhir
Dari SMP, malsha adalah orang yang seneng nulis karya tulis ilmiah yang bentuknya percobaan atau penelitian. Sering banget ikut lomba dan akhirnya menghasilkan belasan judul karya tulis ilmiah, walau cuma satu sih yang dapet juara hehe. Tapi segala proses penyusunannya tuh sangat amat malsha nikmati, karena merasa seru gitu daripada belajar di kelas tentang teori, lebih asyik kalau menerapkan langsung kan.
Jadi karena itu lah, saat menyusun tugas akhir, si Malsha ini agak sedikit sombong karena merasa sudah terbiasa menyusun karya tulis ilmiah. Jadilah memilih topik yang seangkatan ga ada yang ambil, topik yang susah dan ribet dan kata dosen pembimbing juga "kalau pemodelan, ga ada gagal itu namanya aneh". Tapi waktu itu bener-bener percaya diri bisa menyelesaikan.
Dan berakhirlah si malsha di sini, yang sudah tiga minggu run model belum ada yang berhasil satu pun. Belasan kali bikin ulang tapi belum ada yang benar. Cari data juga sulit karena memang bukan data yang lazim dipakai, proses nemuin data butuh lima bulan hehe.
Sebenarnya sangat suka dengan topiknya, karena nyambung ke energi yang adalah topik kesukaan dari SMP. Dan alhamdulillah teorinya juga ngerti. Dan itulah yang menyebabkan si malsha bertahan buat ambil topik ini. Entahlah, walaupun jujur sudah pusing liat ratusan ribu kotak-kotak di laptop setiap hati, tapi setiap prosesnya tetap dinikmati saja dan belum ada kata menyerah.
Ada sih kata menyerah, menyerah buat cari tau masalahnya sendirian. Sekarang sudah mulai tanya-tanya ke kakak tingkat, teman-teman, dan forum online. Sudah dari seminggu yang lalu, dan sebenarnya belum menuai solusi sampai sekarang. Tapi tak apa, ayo semangat!
Ingat-ingat masih banyak yang bisa dan mau bantu kok, masih ada Pak Alam yang sedang menunggu untuk ditanya setelah pulang dari Bangkok nanti. Dan sudah dikasih ekspektasi yang tinggi juga sama dosen pembimbing, jadi mari buktikan kalau si Malsha ini memang mampu!
Tapi kalau boleh jujur, jadi minder juga karena selama ini kan belum pernah ngerjain tugas akhir sendiri, pasti sama teman. Dan mereka progressnya keliatan jelas banget di saat si malsha masih macet di Bab 4 dari 8 selama berbulan-bulan. Pokoknya kalau pemodelan ini udah berhasil, malsha akan benar-benar mendedikasikan diri buat tugas akhri setiap hari!! Semangatttt
Iya maaf curhat._.
0 notes
Text
Ada hikmahnya kok
Mari membahas sebuah kalimat:
"Semua yang terjadi di dunia ini, baik dan buruk, pasti ada hikmahnya"
Aku gamau bilang, kalau di umur yang katanya quarter life ini adalah masa-masa susahnya kehidupan karena banyak masalah dan pilihan yang harus diambil. Kenapa aku gamau bilang? Mungkin di hidupku sendiri, ini belum terbukti kalimatnya. Aku masih (mungkin) punya waktu sampe umur 50 tahun, 70 tahun, atau 100 tahun? Jadi aku belum tau, lebih susah mana kehidupan saat ini, atau nanti? Tapi ya aku bakal bilang, kalau dibandingin sama kehidupan sebelum ini, mari sebut kehidupan di masa sekolah, kehidupan di dunia kuliah itu lebih susah. Jauh.
Dulu, masalah aku cuma berkutat di akademik, pertemanan yang amat sangat sederhana, pengen beli suatu barang tapi ga punya uang, atau cape belajar. Sekarang? Wah, banyak banget deh. Masalah pertemanan yang lebih complicated, akademik yang bebannya tinggi, dibenci sama orang, asmara, kesehatan, mental, sampai masalah teman yang rasanya jadi masalah sendiri.
Ditambah, sudut pandang aku sendiri di umur segini udah semakin luas. Informasi mudah banget didapatkan lewat social media. Dan lingkaran pertemanan yang "dipaksa" harus semakin luas dan berbeda. Hal-hal itu, bikin semua masalah yang terlihat sederhana jadi susah buat diselesaikan karena pertimbangan yang lebih banyak. Ngerasa ga sih?
Terus entah aku doang yang baru ngerasain saat ini atau orang lain juga, kalau pikiran manusia, kehidupan manusia, dan apapun tentang manusia, itu bener-bener suatu hal yang rumit. Iya, manusia itu rumit, berarti aku yang manusia ini juga termasuk. Bagaimana manusia bertindak, memilih keputusan, memilih "topengnya", memilih sifatnya, sampai melancarkan sisi egoisnya. Itu rumit.
Dan jumlah manusia itu banyak. Oke, ga perlu lihat manusia yang ada di dunia ini. Coba lihat manusia-manusia yang jadi temen sendiri, temen apapun, kenalan juga boleh. Lebih dari 10 kan? Dan bayangin 10 orang itu punya apa-apanya sendiri, 10 orang itu berbeda satu sama lainnya. Dan apa yang harus aku lakukan dengan mereka? Memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda dong, disadari atau engga. Kaya perlakuan ke temen deket sama temen belajar pasti beda. Jadi sekarang merasa kagum dengan manusia, karena bisa dan harus menempatkan diri berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Kalau dipikir-pikir, hal serumit ini, dilakuin oleh setiap manusia. Serumit ini loh?
Lalu paragraf di atas ini, baru kepikiran sekarang, padahal pasti udah dilakuin dari kecil. Pekerjaan memperlakukan orang lain berbeda itu udah dari dulu banget dilakuin, ya kan? Tapi baru dipikirinnya sekarang dan jadi merasa susah. Oke, jadi sampai sini, bisa lah ya menyalahkan masalah-masalah tentang quarter life ini disebabkan oleh pikiran! Pikiran kita, mungkin, dan pastinya aku sendiri, jauh lebih rumit dibanding dulu. Sampai hal-hal kecil pun jadi dipikirin. Dulu mana kepikiran hubungan manusia serumit ini.
Jadi aku sekarang sudah menemukan benang merah dari rumitnya masalah-masalah sekarang ini, yaitu pikiran! Pikiran aku sendiri yang bikin ini rumit. Pikiran tentang harapan, ekspektasi, ketakutan, alasan, apapun itu.
Mari kembali ke kalimat di awal. Dari semua masalah yang udah terjadi ini, bener sih, aku jadi nemuin banyak banget hikmahnya. Dan paragraf sebelum ini adalah salah satu hikmahnya. Yang inti hikmah itu adalah, biar aku belajar dan punya pengalaman. Ditambah aku merasa, cara berpikir aku jauh lebih dewasa dibanding dulu karena sering terasah kan.
Menurutku, pelajaran-pelajaran yang didapatkan di quarter life ini bakal berefek banget di kehidupan aku nanti. Saat punya jauh lebih banyak tanggung jawab, sama suami, keluarga, anak, dan diri sendiri. Kaya apa ya, kehidupan sekarang ini buat coba-coba dalam proses mencari yang terbaik buat di kehidupan nanti. Sekarang masih bebas buat mengambil keputusan karena cuma bertanggung jawab sama diri sendiri, kalau nanti kan bakal lebih banyak tuh tanggungannya. Jadi yaudah semesta kaya bilang gini "silahkan gagal, jatuh, dan berusaha dengan keras buat sekarang. Nanti, biar kamu tau apa yang harus kamu lalukan".
Yaudah jadinya sekarang punya mindset apapun yang terjadi pasti ada manfaatnya. Allah ga mungkin ngasih ujian atau nikmat tanpa tujuan kan?
Yang sebenarnya kalau boleh jujur, masih susah kok melakukannya. Terutama buat menerima hal-hal buruk selama ini. Masih ada masalah yang belum dikasih kerelaan untuk selesai begitu aja. Tapi ya mau gamau, hidup bakal terus berjalan kan, jadi mau gamau harus berusaha juga buat ikhlas dan rela. Harus lebih percaya kalau Allah udah menyiapkan jalan terbaiknya, susah kok emang apalagi kalau keinginan kita beda sama jalan yang Allah pilihin ini. Tapi tetep ga bisa berbuat apa-apa selain percaya, kan?
Bandung, 20 Mei 2019
0 notes
Text

Buka puasa dengan harga mahal tapi enak, baru menemukan ikan bakar enak di bandung. Karena biasanya, ikan bakar di bandung amis rasanya.

Tiga dari 9 orang yang jadi peserta bukber ini. Dan tepuk tangan kepada malsha karena menjadi peserta pertama yang hadir padahal 10 menit lagi buka puasa
Bandung, 13 Mei 2019
0 notes
Text
Ada kan?
Jadi baru menyadari, kalau ada saja manusia yang mencari tau orang lain buat cari celah di kisahnya. Kaya mencari tulisan di sini buat tau apakah dari tulisannya bisa memperburuk atau memperbaiki keadaan dia sendiri, toh hasilnya memperburuk kan. Padahal apa yang ditulis di sini cuma 0.000000000001 mm dari keseluruhan cerita yang ada di otak saya. Dan yang saya tulis adalah yang saya rasa sedikit pantas buat dibaca beberapa orang.
0 notes
Text
Terimakasih ojek online
Hari ini seperti biasa, masih tetap bangun dengan berleyeh-leyeh di kasur. Tapi dengan sedikit perbedaan, karena bisa tidur sebelum suara adzan subuh terdengar, walaupun ketiduran. Bangun dengan sedikit takjub dan senang karena ketiduran.
Masih berleha-leha di kasur dengan tambahan mandi dulu, nonton film, baca novel, menunggu jawaban chat di line yang kian hari dijawabnya sekali sehari kaya minum obat, tidak ada yang istimewa.
Lalu sekitar jam 3 sore, dikirim sms sama umi isinya "teh, udah tansfer buat ongkos pulang" dan itu artinya umi udah minta buat anak perempuan satu-satunya ini pulang ke rumah setelah menunda-nunda terus buat pulang.
Tapi belum merasa ingin pulang, walaupun di Bandung juga merasa sendirian.
Akhirnya memutuskan buat keliling Bandung sendirian di hari-hari terakhir sebelum pulang, tanpa memikirkan ongkos perjalanan yang akan didominasi dengan naik ojek online.
Di jam 5, baru siap buat berangkat dan tempat yang dituju pertama kali adalah Braga. Karena kepo, seramai apa Braga di malam hari dan di hari libur. Dengan memesan grab seharga 6000 termasuk diskon ke Jalan Suniarja (jalan masuk ke Braga), tempat tujuan pertama adalah Toko Kopi Djawa karena lagi diskon 50% dan termasuk toko beken di Braga. Setelah masuk, ramai banget sih tapi masih ada tempat duduk buat sendiri.
Di sana memutuskan buat baca Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan dengan suasana yang ramai karena ya emang tempat buat ngobrol sih, walau disediakan buku juga di sana.
Sambil baca buku yang tidak bisa fokus itu, saya mengamati orang-orang yang datang-pergi. Kebanyakan datang, lalu memesan kopi, duduk untuk berfoto-foto lalu pergi. Dua kali saya diminta buat fotoin mereka. Ada juga gerombolan cewe-cewe yang mengobrol bentar sambil ketawa-ketawa yang kalau boleh jujur, itu ganggu banget. Ada juga yang bisa menugas di sana pakai headset sendirian. Ada orang malaysia yang beli banyak barang di tokonya.
Sekitar jam 8, memutuskan buat pergi dari toko itu karena semakin ramai dan bikin pusing. Ternyata saya belum bisa ada di tengah keramaian, masih pusing dan mual.
Tujuan saya ke Braga Citywalk karena mau menumpang toilet. Dan lucunya, sepanjang perjalanan, saya terus dihalangi oleh orang-orang yang foto di Jalan Braga. Lucunya lagi, mereka foto tidak kenal tempat dan waktu, karena menghabiskan area trotoar dan lama, jelas bikin macet orang. Dan semakin lucu karena hasil fotonya backlight terus diulang-ulang lagi. Maaf saya nyinyir.
Tapi beneran deh, kalau foto jangan ngalangin jalan dan lama gitu.
Selesai urusan di toilet memutuskan buat makan salah satu sate legendaris di Bandung, sate asin pedas Mas Acong dengan tarif 4k pakai grab sudah diskon. Tidak ketinggalan buka Maps karena pernah disasarin sama driver, jadi gamau hal itu terulang.
Sampai tempatnya, ternyata tutup. Tapi di google buka..
Karena di dekat situ ada Indomart point, jadi duduk sebentar di sana. Duduk di deket keluarga yang sepertinya bukan orang Bandung dan lagi jalan-jalan ke Bandung. Ada dua anak laki-laki yang satu kayanya udah SMP dan yang satunya masih TK, ada neneknya, dan ayah ibu tentunya.
Saya baru saja duduk, dan si ibu langsung meneriaki anak lelaki tertuanya karena minum kopi indomart yang harusnya buat bapaknya. Dan merasa kasian, karena ibunya teriak kenceng banget. Terus anaknya tanpa ba bi bu langsung jalan ke mobil, ketemu ayahnya.
Dan saat anaknya pergi, ibunya diomelin sama neneknya karena anak itu beli dua kopi, yang satu buat dia sendiri dan yang satu buat bapaknya. Diomelin juga karena ibunya marahin anaknya tanpa kasih kesempetan si anak buat bicara.
Dan jujur saya langsung mikir, bukan karena si ibu, nenek, dan anaknya. Tapi mikir "saya nanti pas jadi ibu kaya gini ga ya?"
Akhirnya setengah jam cuma diam di Indomart buat mikir, gimana nanti kalau punya anak dan menghasilkan beberapa keinginan nantinya, termasuk harus ikut sekolah pra nikah hehe
Ini tulisan lama yang kesimpen di draft, pengen post aja sih hehe tapi lupa kapan ini ditulisnya, kayanya akhir tahun lalu sih
0 notes
Text
Tujuh Bulan, Tujuh Hari, namun Satu Hati
Seperti sebuah surat tanpa penerima, dengan pengirim tentunya. Aku akan menulis, buat kamu, sebagai perayaan kematian yang sekarang masih punya nafas kehidupan. Iya, di satu sisi ia hidup, di sisi lainnya ia mati.
Bandung, 14 Mei 2019
0 notes
Text
Cermin Berangka Biru
Hendak pergi aku ke tempat pengisian perut
Mandi sampai wangi sabun kayu manis memenuhi hidung
Memilih memilah baju ditambah rok dan kerudung, pernak-pernik lainnya tak terlupa
Lagi-lagi hitam, biru dongker, abu-abu masih bermain di tengah mata
Bersolek aku memakai sunscreen supaya tak hitam kulit muka ini
Bersolek ria lagi membubuhkan bedak dan mewarnai sekujur wajah
Tersenyum bersama si cermin berangka biru yang aku tak tau benar atau tidak kalau wajah di situ adalah wajahku
Maksud si aku adalah tak pernah tampak langsung tanpa bantuan alat apapun seperti apa rupa wajah si aku ini
Jadi haruskah aku menaruh kepercayaan kepada si cermin, si benda asing yang tak bersuara?
Bandung, 11 Mei 2019
0 notes
Text
Apakah saya baik kepada diri saya sendiri?
Beberapa hari yang lalu, ada suatu pertemuan yang lumayan berkesan. Dan banyak banget yang didapatkan sepulang dari pertemuan itu. Salah satunya, kalimat dari seorang teman setelah saya bercerita tentang ini.
"Kenapa ga lu bilang aja kalau bukan cuma orang itu yang bisa down. Harusnya lu tanya kaya gini ke dia, emang lu gabisa down atau jatuh juga? Jangan cuma mikirin orang itu doang dan lu jadi down"
Dan setelah denger kalimat itu, cuma bisa diem sejenak dan mikir. Kaya, iya juga ya?
Kenapa malah pas di pertemuan itu, saya rela lagi-lagi mengalah buat orang lain. Lagi-lagi me-nomor-dua-kan keinginan saya. Dan jadi berpikir, apa yang jadi prioritas saya? Keinginan saya kah atau malah keinginan orang lain?
Dan dari kalimat itu, jadi mikir banyak hal. Lebih ke inget-inget udah sejahat apa saya sama diri sendiri sih. Karena ternyata banyak banget, sebanyak itu, bahkan hal-hal penting, dan hal-hal yang bikin saya menyesal sampai sekarang. Parahnya hal-hal itu saya putuskan karena orang lain bukan karena saya yang benar-benar menginginkannya.
Beberapa keputusan yang bikin saya jatuh sampai sekarang pun, bukan karena saya yang memilih sesuai yang saya inginkan. Tapi, karena saya lebih memilih keinginan orang lain, dan membuat mereka bahagia. Sesederhana karena alasan "ga enak sama dia", atau "takut dia jatuh", atau "yang penting dia senang", yang bikin saya jadi membuang apa yang sebenarnya saya mau.
Sebenarnya beberapa bulan lalu juga saya sudah sadar kalau saya harus memprioritaskan diri saya sendiri, egois memang, tapi harus. Dan saya tidak terlalu berusaha buat egois, saya tidak berusaha mengutamakan diri saya sendiri. Sampai pada titik saya disadarkan oleh orang lain dan saya malu. Ternyata saya belum bisa menjadikan diri saya sebagai prioritas.
Lalu saya jadi merasa tidak baik kepada diri saya sendiri sedangkan saya bisa sebaik itu dengan orang lain. Padahal harusnya, orang yang paling ingin membahagiakan saya adalah saya sendiri, kan? Tapi saya sendiri malah tidak berusaha membuat diri saya bahagia. Oke kalimatnya sudah mulai mengambang.
Dan akhir kata, saya akan lebih egois kali ini. Saya akan berusaha mengutamakan diri saya sendiri, membahagiakan diri saya sendiri, dan ga ada tuh alesan karena ga enak sama orang lain. Karena saya juga harus baik dengan diri saya sendiri bukan cuma orang lain, bukan cuma baik dengan orang itu, padahal jelas-jelas saya juga kecewa, tapi saya malah, ah sudahlah.
0 notes
Text






Pasar simpang dago di jam 4.30, saat bahan-bahannya masih seger banget, masih lengkap semua bahan, dan ayamnya gendut-gendut.
Dan menemukan fakta baru, kalau pagi-pagi gini harganya lebih murah daripada siang
0 notes