Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sekolah, Nilai, dan Ilmu
Mungkin ini bodoh. Ini POV ku tentang pendidikan di sekolah. Aku itu tidak terlalu pintar. Dan aku dan mereka malas sekali untuk sekolah berusaha menggapai nilai, dan ilmunya (tidak semua). Mereka seakan tidak memberiku penasaran, ketertarikan, dan mungkin pengetahuan. Bukankah sekolah itu tempatnya ilmu, dan para pemikir dengan segala keingin tahuan? kenapa mereka tidak memberikan itu?
Aku punya alasan tersendiri kenapa aku tidak mengincar nilai. Aku melihat nilai sebagai indikator seberapa paham aku di materi itu, ini membuatku memahami arah dan kemampuanku. Dan aku melihat juga bukan nilai yang harus dikejar, tapi ilmunya. Tidak peduli seberapa bagus atau jelek nilainya, tapi pemahamannya. Ini membuatku juga berpikir, aku tidak handal disini, kenapa harus di kejar? Kenapa tidak fokus saja pada kemampuanku yang lebih jelas? Sekolah juga tidak memberiku alasan yang jelas kenapa harus aku memahami hal ini. Entah tidak mendengar atau memang tidak diberi tahu.
Saat ini aku lebih sering mencari atau memahami hal yg membuatku penasaran atau tertarik saja. Aku suka membaca, mendengar, dan merasakan suatu yang memberikan kepuasan terhadap keingintahuanku. Itu tidak terasa seperti sebuah siksaan, tapi taman bermain yang menyenangkan dan bisa membahagiakan.
1 note
·
View note
Text
Teruntuk si Cantik
Maaf ya, aku gak sebaik itu. Aku punya banyak kekurangan, baik yang kamu sudah ketahui atau yang belum. Aku cuman mau bilang kalo aku masih suka. Aku tidak mengharapkan balasan, dan jangan berbohong pada ku. Jujur saja, bahkan jika itu menyakitkan, itu lebih baik.
Kamu tau? Aku pernah bermimpi tentang kamu beberapa kali tapi aku lupa memberi tahu kamu hehehe. Aku juga sebenarnya sering sekali memikirkan kondisi kamu. Entah kamu sadar atau nggak, aku sering memperhatikan sebagian postingan Twitter kamu. Setiap aku melihatnya ada banyak sekali emosi yang muncul.
Jujur saja, kesal rasanya jika ada yang disembunyikan. Ingin sekali aku membantu. Tapi sepertinya aku merasa jika kamu memilih untuk menyembunyikan itu dari aku. Itu terserah kamu, hak kamu... Aku gak ada hak menyuruh atau meminta hal ini. Jika selagi itu yang kamu ingikan. Gak papa, Sungguh.
Setelah kejadian buruk itu, aku merasa kamu mulai menjauh. Mungkin takut karena sudah pernah ku kecewakan. Ini hanya pemikiran ku, walaupun aku tidak tahu yang sebenarnya, jawabannya ada di kamu. Sering kali aku berpikir untuk menjauh darimu, sering kali aku mencoba menghilangkan perasaan ini, walaupun aku tidak ingin, dan membenci itu. Ini aku lakukan untuk membuatmu tidak terganggu atau dirugikan dan menyelamatkan diriku dari kejadian yang tidak aku harapkan.
Aku terkadang tidak menyukai sifat baik manusia yang seperti mencoba membohongiku. Entah apa yang membuatnya berpikir begitu. Itu membuatku kesal dan sedih di saat bersamaan. mungkin karena aku mulai sedikir bisa berempati?. Disisi lain aku juga paham, mereka pasti punya alasan dibalik semua itu.
Perasaan itu masih ada sampai saat ini, jadi jangan khawatir. Aku bukan orang yang peka terhadap perasaan/emosional, tapi aku berusaha. Aku membaca buku novel, mempelajari kepribadian, psikologi orang, walaupun itu cetek bangst sih. Berharap bisa memahami hal yang sangat abstrak itu. Aku berusaha memahami lewat media lain, agar aku bisa lebih peka terhadap emosional. Ternyata sulit bagiku, aku jarang sekali memakai perasaan sejak dulu.
Banyak maaf dan terima kasih yang ingin aku sampaikan kepadamu. Banyak hal yang aku pelajari walaupun kita tidak selama dan tidak dekat (jarak). Tapi momennya membuatku belajar soal emosi, diri sendiri, kerja keras, dll. Ini sebenarnya hal baru. Aku belum pernah mendapatkan ini dari siapapaun, bahkan itu adalah orang tua ku, mereka tidak membuatku paham sepenuhnya. Gak tau kenapa begini sih.
Itu aja yang mau aku sampaikan. Intinya jangan dibawa ribet/pusing, aku cuman mau menyampaikan ini. Aku bisa jamin aku tetap sama seperti di malam perjalanan itu, tentu dengan pengecualian yang tergantung pada kamu.
2 notes
·
View notes
Text
Apapun yang terjadi, terjadilah. Masa depan tidak bisa dilihat. Cukup berikan yang terbaik saat ini dan jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan.
4 notes
·
View notes