Text
V I R T U A L S H I T
Jatuh cinta dengan tulisan, bertahan dengan suara, tersesat dalam angan-angan, berakhir dengan kebodohan.
Anggaplah ini karangan semata, yang hadir dari imajinasi dan lewah pikir tengah malam. Jangan menebak-nebak, sebab aku hanya pemilik pikiran yang suka bertualang. Dunia tak seindah yang kita lihat, meski tak seburuk itu pula. Seperti yang selalu aku percaya dari kehidupan, akan selalu ada hitam dan putih, abu-abu juga warna lain.
Coba lihat dirimu di cermin malam ini, kamu cantik bukan? Iya, kamu cantik. Kamu pantas untuk siapapun, tapi tidak semua orang layak untukmu. Sebab kamu tak hanya cantik, kamu berempati, kamu baik, kamu pengertian, dan kamu tahu seberapa mengagumkan itu.
Sekarang, beritahu aku, oh tidak perlu, beritahu dirimu sendiri, apa yang membuat kamu yakin dengan cinta yang kamu bangun berdasarkan kata-kata, hanya suara tanpa pernah saling menatap mata? Apa yang membuatmu rela kehilangan akal hanya karena harapan-harapan yang kamu tahu itu maya?
Berhenti, jangan lanjutkan alasanmu, cinta tak pernah jadi alasan untuk menghilangkan nurani.
Aku tahu, hatimu berteriak kebenaran. Dan kamu menolaknya berkali-kali. Menerima semua kekurangan dia seolah itu prestasi. Mencintainya sepenuh hati dengan segala empati dengan kisah sedih yang ia bagi.
Atau kamu membunuh segala hal karena sepi yang menggerogoti. Tak peduli bila ia hanya delusi, cinta membuat kamu memilih jadi bodoh demi sebuah panggilan dini hari. Tunggu, cinta? Sepertinya kita menggunakan kata yang salah, kamu hanya merasa kekosongan dan saat ada yang bersedia mengisi kamu menyerahkan diri tanpa pamrih.
Tapi malam ini, aku ingin kamu melihat dari sudut pandang ini. Bagaimana, jika, apabila, seumpama, bilamana, kekasih yang tak berani menemuimu itu bukan pecundang, ia tak memiliki nyali bertatap wajah denganmu karena satu penjelasan yang masuk akal, yang kamu matikan dari pikiranmu. Bagaimana jika ia sepertimu, sesama pemilik rahim kehidupan?
Ayolah, aku hanya ajak kamu berpikir. Kenapa tidak memungkinkan jika ternyata ia adalah perempuan? Bukankah kamu mengenali perasannya yang lebih sentimental darimu, mengenali seleranya yang lebih feminim, emosinya yang tak stabil seperti perempuan yang datang bulan, kemampuannya menjadi korban dari cinta, dan kau juga sadar bukan, foto yang ia kirimkan, video yang ia kirimkan tak pernah sama, video itu tak pernah dengan suaranya, foto itu memiliki lima mata yang berbeda. Semua tampak jelas tak nyata di hadapanmu.
Sekarang lihat dirimu lagi? Seberapa percaya kamu kepadanya? Jika kamu ingin memakiku saat membacanya, artinya kamu telah sepercaya itu, dan selamat kamu telah berhasil menidurkan nurani. Apa kamu sekarang sedang memakiku karena merasa paling memahami hati? Benar kamu memahaminya, atau kamu sedang mencabik-cabik hatimu dengan segala rasa percaya itu. Mempercayai ketiadaan.
Aku tahu, sebenarnya kamu mengetahui banyak kebohongannya, bahkan membantu ia melancarkan aksi itu. Demi cinta? Cinta tertawa terbahak-bahak melihat kebodohanmu. Ayolah, kamu tak hanya cantik. Tapi kamu berotak, jangan ditidurkan otaknya. Tulisan yang berkeliaran di laman ini saja belum tentu isi otaknya, puisi-puisinya yang membuat kamu tertarik saja mungkin ia ambil dari puisi orang lain.
Eitsss, aku tak menghakimi. Aku sedang ajak kamu melihat sudut pandang lain. Hei, kenapa tidak terima dengan kata-kataku? Karena aku benar bukan, kamu terlalu penakut untuk tahu kebenaran. Bahwa kemungkinan kamu adalah salah satu yang telah menyumbang ketidakseimbangan alam.
Atau sebenarnya, kamu tahu kebenarannya melebihi aku. Tapi kamu memutuskan bertahan sebab kalian sama? Bagaimana kamu mengatakannya, 'apa yang salah dari dua jiwa kesepian yang ingin saling mencinta?' Ah, mungkin tak akan pernah ada yang salah. Kecuali fakta yang dilahirkan oleh ketiadaan.
Jika kamu anggap ini omong kosongku belaka, tidak apa. Teruslah hidup dengan duniamu, sebab aku juga iya. Anggaplah ini hanya kata-kata dari seseorang yang terlalu banyak melihat kehidupan yang pahit hingga begitu skeptis.
Teruslah jatuh cinta dengan bualan, dengan pola kasih sayang yang ia bagi rata untuk banyak orang. Aku juga sepakat segala hal layak dilakukan untuk bertahan. Hanya saja ingat pesan orang yang begitu kamu sayang, aku yakin ibumu tak pernah ingin kamu terluka, apalagi menjemput luka itu sendiri.
Pesanku satu, saat nanti kamu telah lelah dengan segala sandiwara yang ikut kamu perankan demi cinta yang kamu anggap nyata, matilah sendirian. Jangan biarkan orang lain mencaci kebodohanmu, jangan biarkan orang lain tahu akan pilihanmu yang begitu laknat. Hiduplah sendirian dalam penyesalan, sebab dunia yang begitu fana ini terlalu kejam untuk menerima ketidakseimbangan yang pernah kamu sumbang.
Ah, aku berharap aku selalu salah. Agar kamu berbahagia dengan kenyataan. Dan aku lega dengan kesalahan.
Januari - April, 2022.
301 notes
·
View notes
Text
Sabtu bersama aki². Pagi² niatnya dateng ke kamar mau pamit, berangkat ke pasar. Taunya malah ngobrol ngalur kidul kemana². Hhe katanya dulu waktu kecil gw pernah kecebur dan nyeburin orng.. Dan gw juga masih inget momet itu, tiba² kita ketawa bareng.
Kejadianya udah lama bgt, di swah di kandng bebek. Jdi gw tuh manggil crtanya mau nyapa bapak² yg lagi bawa beras sambil naik sepedah. Posisi si bpk² itu pas dibelokan.. Pas gw panggil eh ban depanya malah nyungsep bukannya belok. Hahahaha Langsung ketawa ngakak inget moment itu. 😂😂
Sehat² yaa aki², panjang umur. 🥰🥳
0 notes
Text
Mau Berubah, tapi Kebanyakan tapi....
Kecemasanku pada usia rasanya melebihi yang lain. Karena satu-satunya hal yang sepertinya tak bisa kukendalikan adalah usiaku ini, terus beranjak detik demi detik. Tapi aku merasa kehidupanku seolah berhenti sejak beberapa tahun terakhir.
Semenjak lulus kuliah dengan kebingungan mau menjadi apa, bekerja seadanya di depan mata sembari menikmati kesepian setiap hari. Karena teman-teman sudah sibuk dengan dunia kerja dan keluarganya masing-masing, aku sibuk dengan duniaku yang berhenti berputar. Kini di usiaku sekarang, aku merasa semakin jauh dari mimpiku padahal aku tidak tahu mimpiku apa sebenarnya. Bisa bertahan dari pagi sampai sore di kantor yang sangat membosankan ini saja sudah syukur.
Sembari menikmati kesepian karena tidak memiliki teman yang banyak. Aku tidak berpikir jauh bahwa harusnya dulu waktu sekolah, kuliah, aku harusnya banyak bergaul. Tapi aku hanya bergaul pada bangku kosong dan kesunyian perpustakaan, enggan berorganisasi, dan banyak hal lainnya yang membuatku tak membuka diri dengan pertemanan. Kini, aku menenggelamkan diriku ke dalam diriku sendiri. Tak ada yang bisa kuajak bicara, tak banyak yang mengenalku, maka wajar kalau tak ada yang tahu keberadaanku, apalagi jatuh cinta padaku dan berniat menikahiku. Rasanya semakin tidak masuk akal kalau aku akan bisa menikah di umur yang semestinya kata orang, ya sudahlah,
Aku tahu, bahwa sebenarnya jalan keluar dari semua ini adalah dengan membuat keputusan-keputusan besar. Tapi, aku tidak punya keberanian yang cukup untuk berhenti dari bekerjaan, untuk berkenalan dengan orang baru saja aku berkeringat dingin.
Rasanya saat aku sendirian saja, aku tidak ingin ditemani oleh diriku sendiri. Rasanya menyebalkan menjadi diriku sendiri. Tapi aku pun semacam tak punya hasrat untuk menjadi orang lain, rasanya tak bisa melangkahkan kaki untuk membuat hidupku berbeda. Aku berharap keajaiban, akan ada orang lain yang membantu hidupku ini. Tapi tidak ada.
Aku dan diriku sendiri, yang ingin berubah, tapi tidak kunjung bergerak. Hanya menatap orang lain dengan pertanyaan dan membandingkan. Begitu selama ini. Aku ingin marah, tapi ini diriku sendiri. KG
503 notes
·
View notes
Text
Kadang kita tuh terjebak di lebel "introvert dn ekstrovert". Padahal yg perlu dikenali adalah kebutuhan diri.
Misalnya, 1 hari dalam seminggu tuh, kita butuh energi dari ketemu orang. Dari ketemu dengan orang, sebetulnya apa ya kita cari? Interaksinya? Human touchnya? Atau justru perlu ketemu supaya merasa "kelihatan" sama orang lain?
Jika yang dibutuhkannya interaksi, maka kita bisa mengobrol dengan teman², membuka forum diskusi. Namun jika yang dibutuhkanya human touch, kita bisa mengobrol dengan pasangan kita dsb.
Karna itu belajar ilmu psikologi penting. Setidaknya kita paham dengan diri kita sendiri, kalau begini sudah tdk repot lagi.
0 notes
Text
mencari keresahan
saya selalu percaya bahwa masalah dan tantangan hidup tidak pernah hilang. yang ada, mereka hanya berganti, berubah bentuk, beralih rupa. namun, mungkin ada kalanya kita akan sampai pada titik di mana semua tantangan itu tidak berarti lagi.
pekerjaan banyak, tetapi itu sudah biasa, tinggal dikerjakan saja. tugas rumah juga menumpuk, tetapi semuanya terasa ringan.
urusan keluarga berjalan baik, hubungan dengan pasangan hangat, anak-anak juga tumbuh dengan sehat. urusan karier terus meningkat. urusan keuangan aman. urusan kesehatan alhamdulillah. urusan pendidikan juga lancar. urusan ibadah, insyaallah semakin berkah.
semoga kita semua merasakan masa-masa itu ya, merasa benar-benar selesai dengan diri sendiri. tetapi, kalau kita sudah sampai di sana, lalu apa?
kita bisa memilih untuk tetap menikmati zona nyaman. atau kita bisa memilih untuk mencari keresahan baru‐‐sesuatu yang memberikan kita tantangan.
caranya bisa macam-macam. bisa dengan memulai proyek diri baru. mengeset target capaian baru. bisa juga dengan melakukan semua hal yang biasa dilakukan dengan lebih baik.
yang jelas, rupanya mencari keresahan ini perlu pembiasaan dan latihan. kalau tak biasa, keresahan yang dicari malah yang tidak-tidak, seperti berpikir yang tidak-tidak, melakukan yang tidak-tidak, atau hal lain yang intinya membuang waktu, energi, bahkan uang kita.
mencari keresahan itu perlu. dengan keresahan yang cukup, kita terbantu untuk menjejak dan menghayati hidup. maka, cari dan pilihlah dengan bijak.
303 notes
·
View notes
Text
Sambil ngantuk-ngantuk, ada murrotal surat dhuha lewat di Youtube. Tiba-tiba kepikiran sesuatu tapi ndak sempet ngetik panjang. Tapi kalau dirangkum tuh kurang lebih begini:
Allah sudah menjamin kehidupan setiap makhluk-Nya. Hal yang tersulit bagi kita justeru menjaga akal kita agar tetap menghadap kepada Allah saat kita dikaruniai kebahagiaan ataupun diuji dengan kesedihan.
Hal yang perlu kita syukuri adalah....
Permintaan Allah kepada hamba-Nya tidak muluk-muluk. Dia menyediakan ladang amal di setiap kondisi. Dalam kelapangan ataupun kesempitan. Di waktu dhuha ataupun di waktu malam.
Melihat bagian akhir di surat dhuha yang mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada dhuafa semacam memberi insight bahwa atas segala hal yang telah lama kita khawatirkan, biarlah semua dalam genggaman Allah. Kita percayakan kepada-Nya.
Selebihnya, seperti firman Allah dalam surat dhuha, kita jalankan peran sebagai manusia untuk berbuat baik kepada sesama dan melindungi yang lebih lemah.
Apa yang ada di bumi itu amanah kita bersama. Kita tidak perlu menjadi orang dengan kemampuan super dan karya monumental. Cukuplah menjadi manusia yang selalu berusaha sadar atas kewajibannya baik di waktu lapang ataupun sempit.
...
Kalau surat Al Fatihah dianggap intisari isi Al Qur'an, mungkin surat dhuha memperjelas Iyyaaka na'budu, wa iyyaka nasta'in. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Bahkan untuk menjalankan peran sebagai manusia yang sederhanapun, kita tetap butuh pertolongan dari Allah....
...
Fa amma bini'mati robbika fahaddist. Semoga kita bisa menjadi manusia yang selalu bersyukur dan menampakkan rasa syukur atas nikmat Allah melalui perbuatan baik kepada sesama. Sehingga orang di sekitar kita juga bersyukur atas kehadiran kita. Kemudian rasa syukur mereka juga membuat mereka istiqomah berbuat baik.
...
What a random ~XD
492 notes
·
View notes
Text
Mengkutip HijabiRockstars, Kadang roda hidup membawa kita jauh ke dasar lubang. Tak ada alat untuk memanjat. Tak ada orng yg bisa dimintai pertolongan. Diri kitapun sedang tidak bisa diandalkan. Didasar lubang, kita tidak bisa terjatuh lebih dalam lagi. Satu-satunya arah yg bisa dituju adalah ke atas. Yakin lah bahwa pertolong Allah itu dekat. Kehebatan Allah bukan hanya membuka pintu yg terkunci, tetapi juga pintu yang keberadaannya tak pernah kita sadari. 👌
0 notes
Text
Manusia kalau hidupnya udah bisa sekelas biksu dan kiyai² kampung yg masih menghargai adat dan budayanya, damai bgt. Tangki hatinya cuman dipenuhi cinta kasih dan kebijaksanaan. Di zaman skrang susah bgt nemuin orang yg penuh akan wisdom.
Zaman sekarang, lebih banyak dibenar kan oleh logika dan IQ. Engga salah si, memang itu tugasnya logika membenarkan. Tapi hati pun juga punya peranya, karna di hati itu tempatnya tuhan dan kebijaksanaan. *Selamat menanamkan kebijaksanaan wahai tuan dan puan. 🤍🕊️
0 notes
Text
Aku puas dengan hidupku saat ini. Aku merasa lebih puas, karena aku bahagia. Aku tidak hanya menemukan apa yang benar-benar ingin kulakukan, tetapi juga orang-orang yang kusayangi ada disisiku. Aku melakukan apa yang ingin kulakukan dan apa yang kuinginkan akan mengikuti. Aku pun juga tidak berpikir orang lain akan menyukai yang ku sukai.
Alhasil aku tidak berharap untuk menerima sebanyak yang Kuberikan. Janganlah membenci hal-hal yang tidak kamu sukai karena akan merugikan perasaan dan waktumu teruslah mencintai semua yang indah. Jadilah orang yang hangat dan bisa menjaga hubungan dengan tepat. Pada akhirnya aku ingin hidup tanpa mengotot.
0 notes
Text
Rasanya enak bgt ya ngumpet dihalaman biru ini :"
Tidak ada satu orang pun yg tau aku disini. Hari ini rasanya lelah bgt, matanya terasa berat mau tdr, tapi pikiran ku selalu ribut dan berisik.
Yasudah telen aja, aku percaya fase ini ga akan lama. Setelah fase ini akan ada diri ku yg baru. Yang siap untuk naik kelas. Yuu tanggung jawab sama pilihan dan keputusan mu!
0 notes
Text
persetan
52/365
Rumah Bajingan
Rumah seperti apa yang pernah kau temukan hingga kau meragu kepada semua pembuktian?
Aku tak ingin menyebutnya rumah, sebab ia hanya bajingan yang mempermainkan hatiku hanya untuk menyeretku ke ranjangnya dalam masa kelamnya. Lalu ia akan menghilang saat pagi tiba, dan bertamasya dengan Kirana, Bunga, Senja dan banyak wanita lainnya.
Saat semua nama itu tak memenuhi kebutuhannya untuk bersenang-senang, ia akan datang padaku, merayu memuja dan sederet hal bajingan lainnya yang aku sadari di hari kesebelas kami bersama.
Bodohnya semua cinta adalah, aku bertahan hingga hari ke-392. Setelah aku tak tahu berapa wanita yang meneriakiku tak waras perihal dia, suatu waktu aku melihat seorang wanita yang tak meneriakiku seperti lainnya. Ia memuja lelaki itu persis seperti yang aku lakukan, saat itulah aku bisa membaca, seberapa bodoh cinta yang aku pertahankan.
Hari ke-393, aku pensiun untuk percaya pada cintaku.
Dan bajingan itu melanjutkan hidup bertingkah seolah aku yang melukainya, menimbun simpati, dan berbahagia atas kehancuran banyak orang.
Aku tak berharap ia mati, atau menyumpahi dia apapun, karena saat aku memutuskan berhenti, aku sungguh-sungguh.
Jadi, persetan dengan kehidupannya.
33 notes
·
View notes
Text
Teruntuk yang sedang memperjuangkan ia yang sedikit lebih 'keras'. Ia mungkin pernah disakiti sebelumnya. Ia telah bertemu dengan tipe second person yang telah mengecewakannya berkali-kali. Tapi ia tetap tegar. Sedikit penguat, Ia hanya butuh dicintai sedikit berbeda, diyakinkan lebih lagi.
127 notes
·
View notes
Text
Kamu dibentuk dari rasa sakit dan air mata yang mengalir karena usaha keras untuk tetap bertahan. Tidak penting bagaimana orang berpikir tentangmu. Aku ingin menyampaikan, hiduplah sebagai dirimu! Karena, semua kekurangan dan kesulitan itu adalah kekuatan pendorong yang memimpin hidupmu.
0 notes
Text
Sabtu Bercerita
Baru pulang, abis keliling kota tanpa arah, ngabisin sejaman lebih di atas motor dengan bahasan nikah dan cinta. Sempai kamar jadi mikir, pengen uneg-uneg pemikiran sendiri, karena belum semua lepas diobrolin.
Pertama, kalau ada yang nanya ke aku nikah dan cinta itu sepaket apa nggak? Jawabanku enggak. Kayak kata mbah Sujiwo Tejo, “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa.” Tapi, aku tetap ngotot cuma mau nikah sama laki-laki yang aku cinta, titik, harga mati.
Jadi tadi itu bahasannya, sebagai perempuan yang tahun ini dua puluh tujuh tahun, udah segalau apa mikirin nikah, udah siap belum kalau dilamar, mau nyari apa lagi?
Kalau ditanya mau nyari apalagi, ya banyak. Tapi sebenarnya kan mimpi itu nggak terkoneksi dengan pernikahan. Aku bisa aja melanjutkan mimpi meski harus menikah. Poinnya adalah, orang yang aku cari belum ketemu aja. Entah ngumpet dimana, nggak ngerti.
Pas ditanya, emang nyari gimana, bingung juga jawabnya. Abis, sebenarnya nggak banyak mau, yang penting masuk aja obrolannya di banyak aspek. Standar lah ya, ngertiin pemikiran aku yang random, mengimbangi pikiran aku yang suka ngaco, dan memahami tingkah aku yang aneh, dan keseringan nyeleneh. Sisanya kan bisa menyesuaikan. Ya, semua itu juga sebenarnya nggak perlu si kalau aku udah cinta, suka hilang otak kalau udah terlibat sama cinta, begonya nggak karu-karuan.
Aku punya teori sendiri kenapa aku keseringan bucin kalau udah cinta, ya karena frekuensinya jarang aja, aku juga nggak bisa multitasking. Bisa tuh seluruh atensiku ke doi doang kalau udah klepek-klepek. Nah itu juga yang buat aku menjadikan cinta harga mati dalam pernikahan. Ya bayangin aja, kalau nggak cinta abis kali kubuat suamiku, dengan tipeku yang aduh, kadang aku aja nggak abis pikir sama diri sendiri.
Kalau ditanya udah siap, sebenarnya mah selow aja. Aku belajar ini dari seseorang yang gagal aku tikung disepertiga malam. Dia bilang gini, “Li, siapapun yang kau nikahin, kapanpun kau menikah, dalam keadaan apapun kau nikah, masalah itu tetap ada. Kita itu nggak akan pernah siap kalau banyak pertimbangan, jadi ya hadapi aja. Yang penting kau menikah dalam keadaan sadar dan mau.” Pas dengar si rasanya pengen teriak, ‘lamar aku sekarang bego.’ Tapi ya cuma ditenggorokan aja, soalnya langsung dia langsung bilang, “Meski nggak sama aku, kau harus tetap baik ya.” Ish, kok jadi mengeang si kampret si. Aduh.
Jadi ya, aku siap, asal ketemu yang tepat aja. Nah, yang tepat ini aku skeptis ada si di muka bumi. Karena belajar dari pengalaman, aku bukan tipikal orang yang bisa berhubungan dengan baik. Tau nggak si, orang-orang egosi yang sesuka hati. Datang kapan aku mau, pergi kapan aku mau. Istilah kecenya, tipe merdeka.
Jadi ya, mana ada orang yang tahan banting dengan sifat gitu. Masalah besarnya lagi, aku bukan orang yang bersedia merubah diri buat orang lain, ya buat apa gituloh. Paling nggak bisa, kalau aku berubah ya harus dasar kemauan sendiri, nggak akan bisa pakai alasan lain. Dan aku cuma berubah setelah dapat dampak buruk dari suatu sifat, kalau belum cukup nyentil aku ke ulu hati, gitu aja mah aku sampai mampus, stagnan gitu emang.
Kalau ditanya galau apa enggak, ya adalah masa-masa galaunya. Cuma ya sekilas aja, misal pas sahabat nikah. Kalau mantan yang pernah diidamkan yang nikah mah selow aja, tapi kalau sahabat, beh, kepikiran seharian tuh. Sisanya selaw, karena masih merasa muda, padahal dua puluh tujuh tahun ini.
Tuh kan, kelamaan nggak bacot jadi nggak ngira-ngira. Masih banyak sebenarnya yang pengen aku tulis, cuma udah malam kali. Mungkin tulisan ini bakalan aku hapus, tapi hari ini pengen cerita aja. Semoga pada skip karena panjang, hehehe.
32 notes
·
View notes
Text
Proses perjalanan ini serta rintannganya membuatku bersyukur bisa melahirkan 'aku' yang baru.
1 note
·
View note
Text
keluarga kita
saya dan adik perempuan saya suka ngomongin orang. bukan maksudnya menggibahi, biasanya sih nama-namanya kami sensor dari satu sama lain. ini sekadar untuk belajar dari pengalaman teman-teman kami, menyadari konsekuensi dari sebuah pilihan.
misalnya ada seorang teman yang harus tinggal berjauhan dari pasangannya. ada seorang teman yang karena penempatan kerja, harus tinggal berjauhan dari keluarga besar dan kerepotan mengasuh anak-anaknya, kekurangan support system. ada seorang teman yang laki-lakinya memilih tidak bekerja untuk menemani yang perempuan sekolah di luar negeri. ada seorang teman yang memilih berpisah dari pasangannya karena hubungannya toksik, dan sebagainya.
sering saya jadi bertanya-tanya. kira-kira, di luar sana ada nggak ya yang ikut "belajar" dari pernikahan saya dan mas yunus? jawab adik saya, "ada-lah! yang kasihan juga banyak. gila saja 5 tahun residensi harus jauh-jauhan. sudah selesai residensi, masih jauh-jauhan juga." ini membuat saya tertawa sendiri.
intinya sih, ada dua hal yang ingin saya angkat. pertama, belajar dari rumah tangga orang lain itu boleh loh. malahan, kisah dan pengalaman orang lain adalah guru yang baik. yang penting, jangan sampai kita menghakimi pilihan dan tindakan orang lain itu. yang kita ketahui tentu hanya permukaan. selalu ada alasan, dorongan, atau tujuan yang tidak tampak.
lalu bagaimana jika kita berbagi cerita tentang keluarga kita? ini berbeda-beda jawabannya bagi setiap orang. buat saya, tak masalah selama tetap menjaga nama keluarga dan tujuannya agar sama-sama belajar.
kedua, meskipun sesuatu itu bekerja bagi keluarga lain, belum tentu sesuatu itu bekerja bagi keluarga kita. saya dan mas yunus mungkin kuat-kuat saja (meskipun banyak sedihnya juga) harus tinggal berjauhan dulu. ada keluarga yang tidak bisa begitu, itu tak masalah. tidak berarti keluarga yang bisa berjauhan lebih kuat dari yang tidak. tidak berarti keluarga yang selalu berkumpul lebih harmonis dari yang tidak.
apa yang terjadi, berjalan, dan bekerja bagi keluarga kita--kitalah yang mengetahuinya karena kita yang melakoninya. jangan pusing dengan apa kata orang. pandailah memilah mana yang cukup menjadi pelajaran mana yang perlu menjadi pertimbangan dalam mengambil pilihan. begitu pula dengan nasihat bahkan yang datang dari orang-orang terdekat seperti orang tua sendiri.
dewasalah, bijaklah. itulah yang idealnya dilakukan rumah tangga kepada kita: membuat kita lebih dewasa dan bijak.
251 notes
·
View notes
Text
Aku nggak punya anjing, pelihara pun belum pernah. Suatu pagi ada tetangga yang menangis jejeritan karena menemui anjing yang ia rawat sejak kecil hingga dewasa tergeletak di jalan depan rumah akibat tertabrak kendaraan yang lewat.
Sebagai orang yang nggak pernah punya anjing, apa iya pantas andai kukatakan padanya “ya elah anjing doang ampe segitunya, lebay amat, baper amat, berlebihan banget cuma anjing yang mati sampe sebegitu sedihnya”, apa iya?
Coba wanita, ketika kalian marah sungguh-sungguh dengan sebab yang pasti dan bisa disajikan dengan alat bukti yang sah secara hukum, tiba-tiba ada orang menyahut, “oh biasa lagi lebay, paling karena PMS”, gimane?
Padahal di depan mata emang beneran ada manusia bebal yang nyetel musik keras-keras sampai bikin orang sekitar terganggu, ada juga yang beneran marah karena bagian tubuhnya dicolek-colek tanpa persetujuan oleh manusia bedebah, ada juga yang beneran marah karena merasa risih diperlakukan usil berkali-kali. Namun, reaksi yang diterima justru seolah marah kita tidak berarti apa-apa di hadapan orang lain.
Emang ya, dengan adanya kata baper dan lebay perlahan mengikiskan rasa kemanusiaan kita.
Coba perhatikan, orang-orang yang kerap menggunakan kata baper dan lebay untuk memvalidasi tiap salinan kalimatnya yang tanpa diasah otak pasti berkarakter penjilat korporat, tiap jam dua siang badannya udah bau prengus, baru lari 1 kilo sudah menggeh-menggeh, kalau makan mulutnya berisik, dan kalau main excel pasti dominan pake mouse, alias cupu, culun, dan katrok.
“Kalau kerja sama gue jangan baperan”, lah sudah tau dan secara sadar mengetahui kata-katamu rentan menyakiti perasaan orang alih-alih introspeksi diri malah berkilah harus orang lain yang mempersiapkan praktik perlindungan mentalnya sendiri.
Ini teh sama kaya pengendara motor yang sambil merokok menyuruh pengendara lain agar senantiasa disiplin berkendara menggunakan helm fullface dan sarung tangan supanya abunya tidak mengenai mata atau kulit. Pinter banget, kan? Emang.
Kalau ada orang yang tersinggung sama kata-katamu, monggo bisa minta maaf dan introspeksi, bukannya mengontrol orang lain untuk menyingkirkan respon perasaannya atas kata-katamu yang tidak pantas.
Sampai sini paham jingan?
Oke mari kita asumsikan tidak semua orang punya kecerdasan emosional untuk menghargai perasaan orang lain, termasuk atasan-atasanmu yang sebenarnya nggak pinter-pinter amat itu.
Sisanya berarti di kita, mari mulai belajar menjadi manusia.
Dia manusia, kita juga manusia, kemudian tanyakan pada diri sendiri, “mau diperlakukan atas hal yang sama?”
***
Kook Yeon-soo aja sepakat sama aku.
Emang keren sih aku.
Aku berterimakasih sekali untuk kalian-kalian yang berhati baik dan selalu baik kepada siapa saja. Dunia ini udah sumpek dan butuh banget banyak kebaikan. Tetap baik meski direndahkan, dihinakan, dipermalukan, dan sebagainya, huhu.
Ditambah pula anak-anak metropolitan ini baru saja lari tunggang-langgang sambil terkencing-kencing sampe menggeh-menggeh menuruni anak tangga dari lantai sekian-sekian. Nggak lucu donk kalau sampai bawah ada security nyaut “lebay banget sih kalian harus lari-lari, santuy aja bosku”.
Tapi tadi emang lucu dan seru sih, hehe.
Yah, semoga proses tersiksa yang harus kita alami berulang-ulang sepanjang hayat ini membawa kebajikan bagi kita.
Semoga acap kali kita menghadirkan kesalahan, kita tetap diberi kesempatan untuk memperbaiki dan jadi lebih baik.
Dan semoga, semua juga akan berbalas kebaikan pada waktunya.
Saya Vino G Bastian, sampai jumpa lain waktu.
173 notes
·
View notes