myfacepaper
myfacepaper
Untitled
1 post
Don't wanna be here? Send us removal request.
myfacepaper · 4 years ago
Text
PKM-AI (Program Kreativitas Mahasiswa-Artikel Ilmiah) Sebagai Upaya Pengenalan Budaya di Masa Pandemi.
Terjadinya Pandemi Covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu telah mempengaruhi berbagai bidang, tak terkecuali bidang pendidikan. Namun dengan adanya wabah yang memberikan jarak dalam setiap segi kehidupan, tidak membatasi kreativitas mahasiswa dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan ditengah pandemi Covid-19 yakni melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan suatu wadah yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia untuk mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu dan teknologi yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada masyarakat luas. Program ini merupakan penerus dari Program Karya Alternatif Mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1997, yang kemudian berganti menjadi Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2001 demi memperluas cakupan dan mengurangi batasan bagi mahasiswa dalam berkreasi.
Program Kreativitas Mahasiswa-Artikel Ilmiah (PKM-AI) adalah salah satu skema PKM yang mempunyai tujuan utama membantu dan menyediakan media bagi mahasiswa Indonesia untuk membuat artikel ilmiah hasil dari kegiatan akademik yang telah dilakukan. PKM-AI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan pemikiran hasil dari studi literatur dan hasil-hasil kegiatan ilmiah yang telah dilakukan kedalam bentuk sebuah artikel ilmiah sesuai kriteria standar penulisan jurnal ilmiah. Dengan demikian, program ini diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa kepada keterampilan atau keahlian dalam menulis artikel ilmiah. Melalui keahlian tersebut, mahasiswa secara runtut mampu menguraikan suatu permasalahan sehingga hasil analisis tersebut mendorong perlu adanya usaha penyelesaian atau pencarian solusi dengan tujuan tertentu, baik untuk permasalahan yang sifatnya masih dasar maupun permasalahan terapan di lapangan.
Pada tanggal 30 Juni 2021 peraih dana insentif PKM-AI 2021 dipublikasikan, salah satu artikel ilmiah yang lolos untuk didanai yakni artikel ilmiah berjudul TRADISI MAKAN BEDULANG: BENTUK KEBERSAMAAN MASYARAKAT BELITUNG DI ERA MODERNISASI. Artikel ini disusun oleh Safirah Wulandah (mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan IPS angkatan 2018) sebagai ketua kelompok, Syifa Aryanti Azzahra S (mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan IPS angkatan 2018) sebagai anggota 1, dan Dimas Dwi Prayogi (mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan IPS angkatan 2017) sebagai anggota 2.
Artikel ini mengangkat salah satu kebudayaan masyarakat Belitung, yakni tradisi makan bedulang. Makan bedulang merupakan bentuk kuliner khas etnis melayu Belitung yang memiliki tata cara dan adat tersendiri di dalamnya. Banyak pandangan yang mengartikan makan bedulang ini, namun intinya sama yaitu makan dengan cara bersama-sama (berage) diatas dulang. Makan bedulang menjadi wujud kebersamaan untuk merpererat hubungan kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Belitung. Makan bedulang ini memiliki 2 jenis yang berbeda, yaitu makan bedulang ketika upacara adat atau tradisi lainnya dan makan bedulang dalam kehidupan sehari-hari. Pada makan bedulang ketika ada upacara adat atau tradisi lainnya seperti muang jong, maras taun, pernikahan adat dan lainnya itu memiliki tata cara dan adat khusus. Tata cara makan bedulang pada saat upacara adat, yaitu:
1.         Makan dengan jumlah 4 orang dalam satu dulang dan duduk berhadapan dengan duduk bersila serta makan menggunakan tangan.
2.         Pengantaran harus dilakukan dar satu orang ke orang lain secara berurutan dengan mengantar dulang terlebih dahulu, nasi, dan kemudian air.
3.         Orang yang lebih muda membuka tudungan saji, mengambil dan menyerahkan piring kepada yang lebih tua serta mempersilahkan orang yang lebih tua dulu unuk makan terlebih dahulu
4.         Diutamakan mengambil nasi dan lauk serta menggunakan air kobokan.
5.         Untuk tata cara terakhir setelah prosesi makan dan cuci tangan, maka lap tangan yang digunakan itu satu untuk empat orang. Namun, lap tangan tersebut sudah dilipat dengan cara khusus agar semua kebagian untuk mengeringkan tangan tanpa terkena bekas lap tangan dari anggota yang lainnya.  
Berbeda dengan makan bedulang dalam kehidupan sehari-hari itu seperti pada ruang lingkup keluarga. Pada zaman dulu setiap keluarga di Belitung, prosesi makan dalam keluarga di setiap harinya harus dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan dulang hanya saja anggotanya tidak dibatasi harus 4 orang. Namun sama halnya yaitu harus duduk bersila dan makan menggunakan tangan. Hanya saja pada makan bedulang di keluarga ini seorang ayah membuka tudung saji dan mengambil lauk-pauk untuk istri dan anak-anaknya sebagai tanda tanggung jawab kepala keluarga.
Dari tata cara tersebut bisa dilihat banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu adab baik itu kepada orang tua maupun adab ketika makan, kebersamaan, dan rasa syukur. Menyiapkan dan mendahulukan orang tua terlebih dahulu itu merupakan bentuk wujud adab kepada orang yang lebih tua sebagai sosok yang harus dihormati dan dihargai. Kemudian adab ketika makan yaitu harus bersila dan menggunakan tangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pakpahan dan Kristiana (2019) bahwa duduk bersila merupakan salah satu poriri duduk yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Nilai kebersamaan sangat didapatkan dari tradisi makan bedulang, baik gotong royong maupun kerjasama saat menyiapkan prosesi makan, kegiatan begalor untuk meningkatkan kekerabatan,  serta istilah “duduk sama rendah berdiri sama tinggi” sehingga semua masyarakat baik ketua adat ataupun masyarakat lainnya menggunakan cara makan, tempat makan, serta duduk bersila diatas alas tikar yang sama. Selain itu sebagai ucap rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dalam bentuk makanan. Sehingga tradisi makan bedulang ini penting untuk dipertahankan karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya sangat banyak dan bermanfaat untuk kehidupan masyarakat Belitung.
Pakpahan, R., & Kristiana, Y. (2019). Pengenalan Kuliner Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata Belitung. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 2, 1054-1060.
1 note · View note