All my Facebook notes, old, new and never published notes. My thoughts, my feeling, my brain neuron reaction, just to keep my head not to explode
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Gadis Suri, masih aku simpan rapi senyum-senyummu kemarin hari Padanya, kutemukan senja berada. yang dulu rumpang dan hilang entah ke mana. Maaf, telah ambilnya tanpa permisi.
1 note
·
View note
Text
Ketika Kamu Bertanya Kenapa...
Aku tau kamu sedang duduk menanti malam Di setiap jam nya kamu berdoa agar dapat melihat satu saja meteor jatuh Tak apalah kali ini bukan bintang Karena kamu sedang tak ingin ajukan permohonan Tapi sekedar ingin bertanya Pertanyaan sama yang juga pernah kamu lontarkan kepada pagi Tapi ia malah menitipkannya kepada senja Hingga berujung di malam ini Pertanyaan yang coba kamu sampaikan kepada matahari Tapi langit malah menurunkan hujan Yang karenanya tercipta pelangi Pertanyaan sederhana yang entah kenapa kamu selalu ingin tau jawabannya " Kenapa kamu mencintaiku?" Sederhana bukan? Tapi tak setiap pertanyaan sederhana memiliki jawaban sederhana pula Hingga aku pun diam dan kamu anggap aku tak pernah bersungguh menginginkanmu..... Hey kamu...... Jika aku menjawab karena kamu cantik...... Bukankah tentu ada yang lebih cantik darimu? Jika aku menjawab karena kamu baik...... Bukankah tidak hanya kamu seorang yang baik padaku? Jika aku menjawab kamu adalah wanita terindah...... Percayakah aku tulus mengatakannya? Jika aku bilang ini bilang itu..... Apakah itu sungguh akan membuatmu merasa cukup? Maka wanitaku..... Sesungguhnya aku mencintaimu karena aku benar mencintaimu Tolong berhenti bertanya Kenapa aku mencintaimu Karena tak akan ada masa dan penjelasan yang masuk logika jika menyangkut rasa Jadi kamu..... Apa itu cukup menjawab pertanyaanmu?
0 notes
Text
Adakah cinta seperti ini?
CERITA BINTANG : Akulah Bintang yang begitu mencintai Mentari....
Pagi ini cerah sayang...seperti biasa selalu aku yang membukakan tirai jendela untukmu, agar bila kau membuka mata nanti, sinar mentari akan menyinari rambut indahmu. Rambut yang akan berwarna terang kecoklatan. Warna kesukaan kita.
Perlahan aku singkap tirainya....terasa hangatnya masuk kamar melalui jendela. Kau bahkan yang meminta agar kamar kita bisa mendapat sinar matahari yang cukup setiap paginya. Hangat, pemberi kehidupan...seperti dirimu. Seperti namamu. Mentari.
Ah matahari pagi ini masih enggan menampakan kekuasaannya. Mungkin itu yang membuatmu masih terlelap enggan membuka mata. Nyenyak sekali tidurmu akhir akhir ini sayang. Hal yang selalu aku sukai ketika kau sedang tidur adalah memandangi wajah lugumu. Wajah polos tanpa makeup yang selalu membuatku jatuh cinta berkali kali. Oleh karenanya aku selalu tidur setelah kau terlelap dan bangun sebelum pagi menyapamu. Untuk sejenak atau berlama lama mengagumi indah parasmu.
Pelan kucium keningmu. Berharap engkau membuka mata sambil mengerjap manja. Lalu berkata : "selamat pagi, sayang"
Tapi mata itu nampak terlalu lelah untuk menyambut hari panjang ini. Maka kubiarkan ia terlena dalam belaian mimpi. Aku pastikan salah satu dari mimpinya adalah tentangku. Mengenai pria yang selamanya akan terus mencintai dan memujamu. Seperti siang yang tak kan pernah bisa hidup tanpa kekuasaan sang mentari. Seperti itulah hidupku jika tanpamu.
Aku turun ke lantai bawah menuju dapur. Setiap pagi pun aku selalu membuatkan sarapan untukmu. Tidak...bukan hanya sarapan. Tapi makan siang, pun makan malammu. Aku bahkan menyuapimu. Menyendokan satu persatu suapan itu ke mulut manismu. Menyendokan nasi dengan lauk yang tak pernah boleh dicampur.
"Harus satu satu" Itu pesanmu. Dan setiap pesan darimu ibarat titah. Karena kaulah ratu di istanaku.
Ah, ketika aku buka pintu kamar kau masih saja terlelap. Cepatlah sayang. Sebentar lagi aku harus pergi ke kantor. Ada meeting penting hari ini. Atau mungkin kau hanya menggodaku saja dengan pura pura terus tertidur padahal daritadi kau pelan pelan memperhatikan semua yang kulakukan?
Lima menit. Duapuluh menit. Setengah jam. Kau begitu lelah hingga ingin waktu tidur lebih panjang, sayang? Baiklah. Akan kusimpan sarapanmu di samping tempat tidur. Jangan sampai kau tak memakannya seperti hari hari kemarin. Katamu kau ingin diet. Padahal dalam kondisi apapun aku bersumpah bahwa selalu kau yang tercantik.
Tak lupa aku siapkan air di kamar mandi. Pun handuk dan sikat gigi berpastamu. Lalu aku pilihkan pakaian terbaikmu untuk hari ini.
Aku berangkat sayang. Hati hati dirumah.
CERITA MENTARI : Akulah Mentari yang beruntung bisa dicintai Bintang
Namaku Mentari. Dan pria yang sedari tadi melayaniku bak seorang ratu bernama Bintang. Entah aku merasa ini bukan hanya sekedar cinta. Perlakuannya padaku lebih seperti kepada perlakuan hamba pada tuannya. Aku selalu dilayaninya hingga kadang aku kikuk. Tapi tak mampu menolak untuk alasan karena aku melihat binar mata itu begitu bahagia ketika melakukannya. Mata lugu itu. Mata yang mampu membiusku untuk jatuh dan jatuh cinta lagi....untuk kesekian kalinya.
Satu yang paling aku tahu tentang dirinya. Bahwa ia tak pernah ingin kehilanganku. Benarlah dia takan bisa melewatkan satu haripun tanpa membukakan tirai jendela untukku, membuatkan sarapan dan menyuapiku lalu menyiapkan peralatan mandi hingga pakaian yang harus aku kenakan. Semuanya ia lakukan dengan tulus. Untuk alasan apa aku tak bisa mencintai pria sebaik dia?
Jam menunjukan pukul 11 siang. Sebentar lagi telephone genggamku pasti berdering. Yah, Bintang selalu saja menghubungiku disela sela kesibukannya untuk memastikan keadaanku baik baik saja sepeninggal dirinya.
Benarlah telephone ku kemudian berdering. Hingga puluhan kali bahkan. Sudahlah Bintang, cukup! Sampai kapanpun aku tak kan bisa menjawab panggilanmu itu. Dan berhenti kau kirimkan sms yang menanyakan kenapa tak ku angkat panggilan darimu. Sudahlah Bintang, kau sudah tau alasannya apa.
Namaku Mentari. Entah berkah atau kutukan jika aku harus dicintai terlalu berlebihan oleh pria bernama Bintang. Hari ini. Seperti hari hari sebelumnya. Aku selalu berdiri di tempat yang sama. Menyaksikannya membuka tirai, menuruni tangga menuju dapur untuk membuatkan sarapan. Meletakan piring berisi sarapanku dan segelas orange juice di samping tempat tidurku. Menyiapkan air, handuk dan sikat gigi berpastaku. Lalu memilihkan pakaian untukku.
Sudah berminggu minggu aku memandang iba melihatnya melakukan hal itu.
Sudah berminggu minggu aku melihat jasad itu terbaring kaku diatas tempat tidur berseprai coklat.
Sudah berminggu minggu bahkan Bintang masih saja belum bisa menerima kepergianku.
Sudah berminggu minggu aku tak bisa tenang menghadapNya karena jasadku belum saja dikebumikan.
"Ah, sayang...lagi lagi tak sedikitpun kau sentuh sarapan yang sengaja aku persiapkan untukmu"
Bintang pun menutup tirai jendela. Menyambut malam bersama mentarinya. Mentari yang tak akan pernah dilepaskannya.
2 notes
·
View notes
Text
Gila..
Ketika seribu bintang memilih bermalam di rumahmu
aku akan duduk diam di ruang tamu, mengenakan kacamata,
dan tersenyum-senyum. Sepasang matamu berpijar terlalu terang.
Seandainya malam ini listrik padam,
atau hanya ada nyala lilin yang temaram
barangkali aku bisa melihatmu lebih jelas.
Wajahmu serupa lautan cahaya yang tumpah ruah
di kedalaman batinku. Melarungkan renjana dan kata cinta
ke arah samudera yang penuh dengan gelak tawa.
Barangkali asmara telah menjadikanku sebagai pujangga gila
yang akan memeluk syair-syair seperti merengkuh hatimu, Sayangku.
8 notes
·
View notes
Text
Kota Tua
Setelah perjumpaan kita kali ini, aku tak mampu melihat apa-apa, selain: kota tua, jalan aspal, dan debu sisa kepergianmu.
Dalam batinku, kota itu tampak seperti sejarah tua dan muram yang menjadi prelude dari segala duka dan kemurunganku. Memeluk kenangan bagai menyeduh segelas air mata pada malam hari di musim dingin, kekasih.
Di titik itu, kau hilang. Sehelai suraimu yang jatuh diterbangkan oleh angin, aku masih sempat mendengarnya berbisik setelah mengecup dahiku terlampau lama,
"Cinta adalah kedustaan yang kau percayai dengan sepenuh hati, Sayangku."
0 notes
Text
Rahasia
“We do the sex, but not the talk. Its strange to feel so close to you, but knowing nothing about the hell you are.”
Sebaris pesan itu masuk ke aplikasi percakapan di gawai ku, aku tercenung sesaat, membaca baris pesan itu berulang kali. Mencoba mengerti perasaan di balik penulis pesan itu, mencoba memahami kamu.
Berulang kali aku baca pesan itu, tak juga aku menemukan kata-kata untuk membalasnya. Aku terdiam, berulang kali aku mengetik, tapi berulang kali pula aku hapus kembali.
Kita, sudah ada sejak beberapa bulan lalu, kita, menjadi kisah tersendiri dalam hidupku, dan hidupmu. Kita sama-sama harus saling berusaha untuk mencuri waktu berdua, karena orang tuamu tidak akan pernah setuju dengan kita. Kita sama-sama saling memanaskan gairah diantara kita, kita bagaikan bara yang bertemu dengan sekam, membakar, perlahan tapi membesar.
Bara, sejak aku tahu namamu, aku mengenalmu, hari-hariku selalu tentang kamu, tentang kita, tentang hasrat yang ada diantara kita, menggelegak, mendidih, membakar.
Petualangan kita begitu panas, hari-hariku menjadi lebih bersemangat, kita sam-sama seperti mendapatkan bahan bakar baru untuk hidup, seakan tak ada yang mampu menghentikan langkah kita, semua kita terjang, semua rintangan tak ada yang berat, semua terasa ringan
Tapi kita harus menutup rapat-rapat tentang kita, bahkan kepada orang tuamu, tak boleh sedikitpun tau atau mencurigai tentang kita, meskipun kita bisa tiap hari bertemu, berbincang, sedekat 2 langkah jemari, tak siapapun boleh tau bahwa kita memang mempunyai kisah yang panas membakar
Aku tak tahu tentang hatimu kepadaku, jika kita berbicara tentang hati, aku juga belum bisa memastikan perasaanku kepadamu, kita sama, hanya menikmati apa yang ada di depan kita. Kita saling mengisi kekosongan biologis kita masing-masing
0 notes
Text
Kapan ?
"Kapan ?"
Entah sudah berapa kali kutanyakan hal yang sama padamu. Maaf, bukan maksudku mendesakmu. Tapi salahkah kalau aku butuh kepastian ?
Kita sudah 3 tahun bersama. Sejak janji itu mulai terucap, kuyakinkan diriku, engkau lah yang telah memberikan tulang rusukmu untuk membuatku ada. Segala perhatianmu, kebaikanmu bahkan sedikit keotoriteranmu dan keegoisanmu, indah di mataku.
Lalu dengan segala keyakinan yang kupunya, salahkah jika aku bertanya ?
Sejak kecil aku memiliki impian, bisa membina rumah tangga di usia muda. Melihat ibuku begitu energik dan berjiwa muda ketika anak-anaknya sudah beranjak dewasa membuat keinginanku semakin menguat. Bahkan ketika akhirnya aku bertemu kamu, Tuhan seakan menjawab semua harapan dan impianku.
Lalu, ketika kau tidak bisa menjawab kapan. Dan aku memutuskan lelah menunggu. Mengapa tak kau ijinkan kupergi darimu ? Mengapa terus kau mohon untuk bersama denganku ? Sedangkan kau tau, aku tak pernah bisa menolakmu
Jadi salahkah aku jika bertanya "Kapan ?"
Kau tak harus menjawab 'besok' atau 'bulan depan'.Aku hanya ingin tau dan meyakinkan diriku, kapan aku bisa mewujudkan semua impianku.
------------------------------------
Terinspirasi dari seorang sahabat yang tengah gundah dengan pertanyaan 'kapan ?'
0 notes
Text
Random
Mimpiku tentangmu, malam itu,
Mengantarku untuk mengirim doa kepadamu
Kenangan kampus biru,
Kenangan yang telah berlalu
biarlah seperti itu, seperti sekarang yang saling menghilangkan kabar
biarlah seperti itu, karena kita hanya sepenggal kisah masa lalu
Jangan pernah mencariku, sepertiku tak pernah mencarimu
Aku sudah memaafkanmu sedari dulu, biarlah setiaku, sayangku, cintaku, tetap seperti ingatanmu
Berbahagialah dengan lelakimu
0 notes
Text
Ada mata yang ragu-ragu
melirik dari balik ramai suara
dari sela-sela rintik rindu yang berisik.
Mencuri detik sekali
menguntip dengan asing; sendiri.
Direstui waktu yang salah
mata kita bertaut arah
Dan mencintainya adalah sebuah kutukan
yang begitu menyenangkan.
0 notes
Text
masih related dengan kondisi WFH sekarang
Mengapa Aku Butuh Jarak untuk Mencintaimu…
Kau pernah bayangkan, andai bulan hanya muncul sekali dalam seratus tahun, betapa kita akan memandangnya dengan penuh takjub dan kekaguman. Tapi dia menyapa hampir di setiap malam. Kita lupa, dia selalu berjaga, saat kau larut dalam lelapmu, saat aku menulis surat ini, digoda sunyi pada detak parau jam di dinding. Juga bisakah kau bayangkan, andai bulan ada di sini, menggantikan bumi. Akan kita injak-injak dia tanpa beban, tanpa terima kasih, tanpa kekaguman. Akan kita perkosa hutan-hutannya, kita reguk sari dari perutnya. Kau tahu berapa biaya yang dikeluarkan para “astronot” komersial itu, pergi ke luar angkasa? Puluhan, atau mungkin ratusan miliar rupiah, hanya agar punya jarak dengan bumi. Dan di sana, dia tercengang, melihat bola raksasa dengan biru atmosfirnya, di tengah pekatnya semesta. Dia jatuh cinta kepada alas kakinya sendiri selama bertahun-tahun kehidupannya. Dan andai pungguk pernah tahu betapa wajah bulan tak selembut itu, penuh jerawat seperti muka ABG yang kebanyakan makan fastfood, dia mungkin tak akan menghabiskan malamnya untuk merindu. Cinta bukan perbuatan, bukan sentuhan. Sebab jika iya, berarti cinta bisa dibeli. Dengan uang ditanganmu, akan ada saja orang yang mau berbuat apa pun untukmu, siap menyentuhmu dengan cara yang paling kau inginkan. Berhentilah berharap pada happy ending itu. Cinta sejati memang tidak boleh happy ending, tak boleh berakhir bahagia, karena dia sesuatu yang tak punya akhir. Sayangku, cahayaku… Jarak adalah vaksin bagi kebinatangan kita. Jarak adalah juru selamat kita dari dosa berikutnya. Jarak merenggut semua, menyaring segala, hingga yang tersisa adalah butiran-butiran murni kerinduan, tetes-tetes bening cinta. Hiduplah di sana, bagi tawamu dengan siapa saja. Tangismu biar untukku, dalam sepi kau menengadah. Tak setahu dunia, tak tercatat jadi dosa. Kita pengantin di luar cuaca, tak kematian pun bisa memisah. *aku bisa menghadapi “jarak” kita, tapi aku tetap membutuhkanmu untuk melewatinya, menjadikannya keindahan di jenjang berikutnya…
4 notes
·
View notes
Text
Tentangmu
Ini tentang seni. Bukan seni rupa. Bukan pula seni bermusik.
Ini adalah karya seni tentang memahatmu dalam kata-kata.
Ini adalah karya seni tentang melukismu dalam baris-baris puisi.
Ini adalah salah satu cara indah mengunci dirimu dalam laci kenangan.
Ini adalah rindu dalam romansa.
Tentang aku yang terduduk sendiri menunggumu, bersanding dengan secangkir kopi panas penggantimu.
1 note
·
View note
Text
Another thing about you
/1/ Cinta ini aku beri cuma-cuma seperti cahaya pagi yang jatuh menghangatkan roti dan seduhan kopi Seperti udara yang kau hirup meresap di setiap nadi lalu kau hembuskan dengan penuh kehidupan /2/ Namun, cinta juga seperti gerimis yang jatuh perlahan dan diam-diam membasahi rambut dan kulitmu. Lalu kau sadar dan pergi menghindar mencari teduh dari jatuhnya Saat mereda, di jalan yang masih basah oleh cinta cuma-cuma yang diserap akar bunga-bunga; yang mekar. di sepanjang langkahmu pergi menjauh.
1 note
·
View note
Text
Hilang darimu
Malam kembali Pagi akan datang Hai bidadari ku Mengapa kau tak nampak Hari ini... Apa kau sibuk.. Apa kau kesepian... Jawablah padaku Wahai bidadari ku.. Malam telah kembali.. Angin mulai terhembus Ke arah ufuk barat Mengapa kau tak memberi tahuku.. Bahwa kau sakit menderita.. Disana... Aku doakan setiap malam Pagi, siang dan malam Sepertiga malam... Aku akan mendoakan Semoga kau sembuh...
0 notes
Text
Cinta itu unik, bukan?
Bahas soal cinta membutuhkan berpuluh ribu liter tinta pena, namun yang kan kubahas kali ini hanyalah secuil topik dari cinta itu sendiri, Keunikan Cinta
Cinta itu unik, benar begitu?
Kadang kita mencintai orang yang sudah menyakiti kita berkali kali
Atau sebaliknya
Kita menghindari orang yang sangat mencintai kita
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang sebelumnya kita benci
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang belum pernah kita temui
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang saat ini milik sahabat kita sendiri
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang saat ini telah memiliki pasangan hidup
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang tidak memiliki agama yang sama dengan kita
Unik bukan?
Ya, cinta itu unik. Tapi dari keunikan itulah kita mengerti betapa menjadi berwarnanya kehidupan yang kita miliki saat ini.
1 note
·
View note
Text
Kisah kita.
Kisah kita bukan kisah yang tak tertebak endingnya seperti apa.
Kita berdua sama-sama tau akhir dari kisah kita.
Hati kita akan patah.
Waktu tak bisa menjanjikan kesembuhan.
Saling cinta juga tak bisa memastikan kebersamaan.
Tapi anehnya kita masih tetap melanggar aturan yang ada, seolah sakit didepan mata tak pernah ada.
0 notes
Text
Aku, Kamu, belum kita
Kita tidak sepenuhnya bertemu. Kita saling menemukan. Takdir telah menggariskan bahwa kita akan terikat sebuah kisah yang penuh kejutan. Kau adalah cinta tak terduga pada waktu yang tak terkira.
0 notes