Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Warriors of The Rainbow: Film Tentang Perjuangan Suku Seediq Bale Dalam Memperoleh Kemerdekaannya!
Warriors of the Rainbow: Seediq Bale merupakan film drama sejarah Taiwan yang disutradarai oleh Wei Te - sheng. Film ini dirilis pada tahun 2011 yang diadaptasi dari insiden Wushe pada 1930 yang terjadi di Taiwan tengah. Cerita dan tokoh-tokoh dalam film ini sendiri diangkat dari kisah nyata kepahlawanan pemimpin suku Seediq, Mouna Rudo dalam mempertahankan keberadaan sukunya. Mouna Rudo juga dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Taiwan. Film ini ditampilkan dalam kompetisi di Festival Film Internasional Venesia ke-68 dan terpilih menjadi nominasi Academy Awards ke-84 untuk Film Berbahasa Asing Terbaik pada 2011. Film ini mengisahkan sebuah suku yang berada di Taiwan tengah bernama Suku Seediq yang gemar memburu dan memenggal kepala musuh-musuhnya. Dalam Suku Seediq terbagi lagi menjadi 12 kelompok namun, ada dua kelompok yang sudah bertahun-tahun bermusuhan, kelompok Mehebu dan Toda. Mouna Rudo dari Mehebu yang bersiteru dengan Temu Walis dari Toda melanjutkan perseteruan itu di saat mereka memperebutkan daerah perburuan. Di tengah perselihan tersebut, Jepang memanfaatkan momen itu untuk masuk dan menguasai perkampungan Seediq.
20 tahun kemudian, pemerintahan Jepang mendirikan Kota Wushe di kaki Gunung Shilai, kawasan yang dulunya milik suku Seediq. Kawasan tersebut berubah dari yang awalnya masih bergaya tradisional menjadi sebuah kota yang lebih maju daripada sebelumnya. Akan tetapi, orang-orang yang menduduki kota itu kebanyakan adalah orang Jepang sendiri, sedangkan para masyarakat Suku Seediq hidupnya masih terbelakang dan tidak sejahtera seperti orang Jepang lainnya. Di sana, masyarakat Suku Seediq dijadikan buruh angkat kayu yang digaji murah serta diperlakukan tidak pantas oleh orang Jepang. Setelah melihat hal itu, Mouna Rudo yang kala itu menjadi Kepala Suku Mahebu merasa kesal dan marah namun dia memilih untuk tidak melawan. Para golongan muda dari Suku Mehebu tidak diam saja setelah diperlakukan seperti itu. Mereka mencoba membujuk Mouna untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.
Setelah mendengar bujukan dari para golongan muda, akhirnya Mouna menyetujui untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang. Mouna mulai menyusun rencana untuk memerdekakan sukunya. Tidak hanya itu, Mouna juga mendekati 11 Kepala Suku Seediq yang lain untuk membantu dalam rencana tersebut namun hanya 5 suku saja yang bersedia membantu. Setelah mendapat bantuan dari Suku Seediq yang lain, mereka menyusun rencana pemberontakan pada tanggal 27 Oktober 1930. Pada tanggal itu bertepatan dengan acara Sports Day, yang diperkirakan akan ada banyak orang jepang yang datang dan berkumpul disana. Dengan berbekal 300 petarung dari gabungan ke-5 Suku Seediq, mereka memulai pemberontakan dengan menyerang kantor polisi untuk mengamankan senjata api.
Setelah berhasil, Mouna Rudo memimpin para petarung melakukan ritual persembahan darah untuk para leluhur dan memulai pembantaian orang-orang dengan ciri-ciri mencolok yaitu orang berpakaian kimono dan seragam di Kota Wushe. Peristiwa pembantaian bersejarah ini dikenal dengan insiden Wushe. Setelah ritual persembahan darah (pembantaian) berakhir, Suku Seediq mematikan semua saluran listrik dan komunikasi di sekitar daerah sehingga pemerintah pusat di Taipei telat mengetahui adanya pemberontakan terhadap Jepang. Saat mendengar berita ini, pemerintah Jepang langsung mengirimkan 3,000 tentara untuk membalikkan keadaan. Mouna Rudo memimpin pasukannya melakukan gerilya di hutan untuk menghabisi tentara Jepang. Perang gerilya ini berlangsung sekitar 50 hari lamanya, akibatnya terdapat 900 orang lebih yang mati terbunuh dan mati sebab bunuh diri.
Menurut saya film ini mengandung banyak makna kehidupan dan sumber pengetahuan bagi kita tentang kejadian di masa lalu. Budaya pada Masyarakat Taiwan pada masa lampau bisa kita lihat dan kita pelajari melalui film ini. Mereka sangat memegang teguh kepada adat para leluhur dan senantiasa menjaga alam agar tetap asri. Dengan adanya film ini saya menjadi tahu bagaimana gambaran perjuangan sebuah kelompok masyarakat yang telah tertindas sejak lama dan ingin memberontak agar tidak dijajah lagi oleh para penjajah. Kejadian ini mengingatkan saya kepada perjuangan para pahlawan Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa kesamaan yang saya temukan dari Insiden Wushu, seperti pemberontakan yang dipicu oleh para golongan muda dan semangat mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan.
1 note
·
View note