Text
Hal yang tidak diketahui orang ketika aku tinggal di Pulau.
Lucu rasanya, ketika aku tidak banyak bercerita tentang kesusahan ku yang terdahulu, lalu orang berasumsi aku tidak pernah kesulitan.
Tapi, tolong, setelah membaca ini, kamu jangan merasa kasihan kepada hidupku. Sekarang, aku sudah jauh lebih baik.
Baiklah,
2020, ketika pertama kali merantau ketempat ini. Aku tidak pernah ingin menaruh ekspektasi apapun. Termasuk apakah aku akan lulus atau tidak. Apakah aku akan bertahan sejauh mana. Aku hanya bertindak atas dasar apa yang harus kulakukan.
Setelah melewati masa test, aku sama sekali tidak berharap banyak. Ku pikir, akan meneruskan usaha dan dagangan ku di sana.
Setahun sebelumnya, aku menyiapkan diri dengan mengikuti kursus, mana tau, aku bisa membuka usaha sendiri. Selama masa Covid-19, aku juga belajar baking kue. Apapun itu, aku berusaha untuk menapaki masa depan dengan optimisme.
Tibalah saatnya ujian test , test pertama aku lulus di peringkat ketiga. Test kedua, hal yang tidak ku sangka, aku lulus sebagai peringkat pertama.
Pada saat tahap pemberkasan, Selvi terlambat datang ke kabupaten ini. Beberapa kali mengecek tiket pesawat, semua ada di harga 3,000,000. Satu-satunya yang bisa ku beli adalah tiket di hari Jum'at.
Aku menggunakan waktu yang ada, untuk membuat SKCK di Polda Sultra. Setelah menelfon panitia kabupaten, bukannya diberi dukungan, aku dimarahi, sebab tidak datang pada saat pemberian arahan di tanggal 4-6 November 2020. Bapak-bapak yang memarahiku itu menyuruhku agar memindahkan domisili ku ke kabupaten yang baru secepatnya, agar nanti aku mengurus SKCK di provinsi Maluku Utara. Aku malah berpikir, bahwa untuk apa aku repot-repot mengganti domisili ku, jika yang diinginkan adalah SKCK.
Uang 5,000,000 yang diberikan mama diluar dari uang tiket. Seterusnya aku pakai untuk bayar penginapan 3 malam.
Lanjut, aku dibantu oleh orang yg berbaik hati, mencarikanku kos-kosan. Ia tidak bisa menempatkanku di rumahnya karena alasan rumahnya sudah full. Oma yang juga masih keluarga jauh, mengatakan, aku tidak bisa tinggal lama di rumahnya. Sebaiknya aku segera mencari kos-kosan. Lewat teman seangkatan, yg juga seorang guru, tantenya mendatangiku di penginapan dan mendorongku untuk segera mencari tempat kos. Dia membawa motor, dan dengan membawa bersama satu koper dan satu ranselku.
Aku datang di sebuah kosan, ibu kostnya menyambutku ramah. Disitu aku belum memiliki apapun. Jadi aku merentangkan celana jeans+jaket tebal+selimut+sarung untuk menjadi alas ku tidur. Tidak lama kemudian, si ibu di samping, memberikan bantal untuk ku pakai.
Dua hari berselang, temanku, kak Uli, membantuku untuk mencari tempat tidur, rice cooker, dan alat-alat dapur. Sempat tidak yakin, dengan harga kasur, sepertinya memang diberikan harga mahal. Tapi bagaimanapun, aku butuh bed utk tidur. Setidaknya malam itu, aku tidak lagi kedinginan. Karena belum memiliki kompor, ibu kos memberikan kompor minyak tanahnya untuk ku pakai.
Tentang handphone, jangan tanyakan, apa yang terjadi.
Handphone terakhir yang kupakai adalah Samsung J, hp ini udah ga bisa dipakai, untuk dinyalakan saja sudah tidak bisa. Kakak ku menyarankan agar membelikan ku hp yang baru, tapi aku bersikeras, biarlah tetap aku memakai hp lamanya. Sebagai gantinya, aku minta dibelikan beberapa buku. Jadilah ketika merantau lagi, aku memakai hp bekas kakak ku. Pas ngetik di hp, layar nya harus dipindahkan sedemikian rupa, entah naik ke sudut kiri, ke bawah, ke kanan, dsb. Mama ku sempat bertanya beberapa kali, apakah aku ingin dibelikan kendaraan atau tidak. Jawabku, "belum ma".
Aku berpikir, ini adalah langkah paling nol besar. Aku memulai segalanya dengan kesederhanaan. "Yang penting ada dulu, yang bisa dipakai. Yang penting ada dulu, yang bisa dimakan untuk mengganjal perut".
Sepatu yang kubawa 2 pasang, 1 pasang sendal , 1 jeans, 2 rok, 2 celana kain, 3 kaos, 2 baju tidur dan 2 jaket. Sisanya, aku membawa buku-buku, setrika, selimut, handuk dan sarung.
Kami mulai pemberkasan di November 2020. Banyak dari kami yang berharap agar di Desember 2020 kami sudah mulai kerja. Mama dan Bapak berulang kali menanyakan apakah aku akan pulang atau tidak. Dengan menguatkan hati, aku bilang belum bisa pulang.
Natal 2020 , yang paling sepi diantara yang lainnya. Semua orang mengira, akan mendapatkan SK di bulan Desember. Januari pun datang, tapi tidak pernah ada tanda-tanda.
Sepulang, natal, aku tinggal berdiam diri di kos. Beberapa kali menerima telpon dari bapak, mama, saudara sepupu dan om. Mereka memastikan kabarku baik baik saja.
Aku sangat dan lebih excited ketika pertama bertemu teman satu kantor serta kepala sekolah ku. Mungkin kesenangan serta semangat ku itu cukup menutupi segala gundah gulana, dan kekurangan di dalam kamar kos ku.
Tetapi hari berlalu, aku tidak benar-benar paham apa yang terjadi di sekolah. sepertinya ada sesuatu yg terjadi. Guru-guru di pulau mengeluhkan sering terjadi miskomunikasi antara guru dengan kepala sekolah. Kecenderungan mereka untuk bercerita tentang hal yang tidak ku ketahui, membuat aku menaruh curiga baik kepada kepala sekolah maupun kepada guru-guru.
~to be continued
0 notes
Text

Aku baru tau, hal-hal yg semestinya tak terjadi di sekolahku.
Aku baru sadar, sesuatu mengganjal terjadi di sekolahku.
Aku baru paham mengapa beberapa orang bertingkah aneh.
Aku baru menangkap semua tanda-tanda.
Dan tidak semua orang sedang menunjukkan wajahnya, mereka sedang berlakon diatas panggung bernama sekolah.
Sedih untuk itu :(
0 notes
Text
Di suatu persimpangan
Kamu tidak benar-benar yakin. Sebenarnya kejadian hanya mengisyaratkan beberapa petunjuk saja.
kamu juga tidak benar-benar tau apa yg kan terjadi di depan, kamu asal tau saja.
Sampai akhirnya kamu sadar sudah terlalu jauh mengambil langkah.
Atau ternyata semua benar, dan kamu ditunjukkan alasan mengapa semua sudah terjadi.

0 notes
Text
Murid-murid ku harus tau betapa aku ingin menyadarkan akan potensi besar yang mereka miliki.
Namun, untuk sampai kepada kesadaran tersebut, sangat perlu untuk mendapatkan banyak ilmu, mereka perlu mengalami sendiri dunia yang luas, mereka perlu untuk bertumbuh dalam ketidaktahuan mereka. Ilmu bahasa akan membantu mereka berkomunikasi dengan warga dunia, ilmu hukum membantu mereka memahami aturan dan cara untuk menghindari kesesatan berpikir, ilmu bisnis akan membantu mereka memperluas jaringan perdagangan mereka, ilmu lingkungan membantu mereka untuk tetap merawat serta bergantung pada alam.
Terkadang, aku ingin memberitahukan cara agar mereka tidak jatuh ke dalam jurang kemiskinan dan terjebak dalam keterpurukan keadaan.
Aku sangat sadar, mereka dikelilingi oleh kaum kapitalis ekonomis, hanya saja mereka kurang menyadari hal tersebut dan bersikap lempeng .
Banyak diantara mereka sebenarnya memiliki kekayaan tak terbatas, namun tak terhitung dalam bentuk cash. Semua kekayaan tersebut masih bersifat potensial.
Tidak ada pilihan lain , seakan memberikan sinyal bahwa pemerintah desa, guru setempat, Bumdes, serta Puskesmas Pembantu tidak memaksimalkan potensi mereka.
Masyarakat ini dibiarkan berada dalam ketidaktahuan. Lalu ditipu karena tidak mengetahui hal sebenarnya. Jika mereka tau pun, mereka tak punya andil besar dalam melawan. Kurangnya pengetahuan serta tidak adanya orang yang berpihak pada kelemahan mereka akan memperparah nasib keturunan mereka.
Pentingnya Kesadaran Kolektif
Beramai-ramai merampok masyarakat sendiri
Tidak ada yang tahu jika tidak ada yang memberi tahu. Kita aman jika semua mendapatkan jatah kue.
Membiarkan seseorang atau sekelompok orang berada dalam keabu-abuan tanpa kejelasan dan sifat transparansi merupakan bentuk penjajahan modern. Dimana perlawanan kita akan lebih sulit sebab melawan orang-orang dalam golongan kita sendiri.
Kapan terakhir kamu merasa merdeka ?
Merdeka sesungguhnya ialah ketika kamu mengalami kebebasan. Bebas untuk memilih ingin menjadi siapa, bebas untuk dapat memulai usaha, bebas untuk memiliki pemikiran berbeda, bebas untuk mengalami dan memiliki perbedaan pandangan.
Dimana untuk orang-orang yg berada di garis kemiskinan, kebebasan itu tak pernah nampak. Kebebasan itu hanya fana. Sebab, dalam pemikiran terbatas yg dimilikinya, ia tak mampu bercita-cita akan masa depan yg lebih panjang dari sekedar mau makan apa esok hari ?
0 notes
Text
Ketika kami masuk di tahun 2021. Kami sebenarnya belum paham banyak hal yang harus kami lakukan. Saya sendiri juga berharap adanya bimbingan dari seseorang yang lebih senior. Namun, saya tak kunjung mendapatkan arahan yang mendetail.
Maka, banyak hal yang berpotensi mengecewakan hati saya, saya mengubahnya menjadi bara agar tidak menjadi orang yang stagnan. Saya harus membuat diri saya sendiri belajar.
Tahun 2022, atas desakan beberapa guru, saya berupaya untuk mengubah nama bendahara agar dialihkan ke teman guru saya.
Tahun 2023 ini saya berupaya lagi untuk mempersiapkan guru-guru di sekolah untuk menjabat kurikulum dan kepala perpustakaan. Dimana pada Juli 2023 ini, ibu kepala sekolah membebankan tanggung jawab yang dua kali lipat kepada saya. Beliau memberikan saya memegang dua mata pelajaran Bahasa Inggris dan IPA, saya juga ditunjuk Kurikulum, Kepala Lab IPA dan Kepala Perpustakaan. Maka dari itu , saya akan memberikan dua jabatan tersebut kepada guru-guru yang lain.
Sepertinya, kedatangan ku mengajar di tempat ini, memang untuk meluruskan banyak hal yang tidak semestinya terjadi di sebuah institusi sekolah.
0 notes
Text
Salah satu hal yang ikut aku pelajarin ialah "Bertanggungjawab atas kebahagiaan mu".
Kita tidak dapat membebankan masa sekarang karena masa lalu kita. Kita menyelesaikan yang sudah berlalu, dan menjalani kehidupan sekarang.
Ini juga termasuk tindakan "tidak berandai-andai" , banyak orang bertanya kepada saya "andaikan kau tidak mengambil tes pekerjaan di luar daerah? Mungkin sekarang kau ..... " . Kemudian saya jawab dengan kata "tidak" . Dalam hati, saya memang sangat jarang melakukan permisalan tersebut.
I think, there are so much things in life we need to explore, enjoy. Dan betapa bahagianya, jika kehidupan yang kita bangun adalah kehidupan yang ringan dan penuh makna berbagi kebaikan kepada orang lain.
Karena manusia yang terbatas oleh ruang dan waktu, maka ada baiknya jika diri manusia kita tidak memaksakan kehendak yang tak dapat kita ubah.
Seringkali juga orang bertanya, meminta jawaban pasti. Padahal yang ditanyakan, jawabannya meminta jawaban yang tak pasti. Seringkali terjadi di luar kuasa kita sebagai manusia.
Apa sih hebatnya manusia ?
Ada kemampuan yang disebut kebebasan. Namun, makna kebebasan sebaiknya didasari oleh tanggung jawab. Sesederhana, memaknai kebahagiaan dari hal-hal yang dapat membuat hati kita senang.
Hidup yang panjang akan sia-sia, hidup yang singkat juga akan sia-sia. Maka sebaik-baiknya kebebasan adalah yang mengantarkan kita kepada kebaikan dan pertanggungjawaban kita kepada khalik, pencipta semesta.
Baiklah semua keburukan, kejahatan, kepahitan, luka batin, pengkhianatan, kita tukarkan dengan energi dari Semesta. Kita tak dapat menanggungnya sendirian, sebab jiwa kita masih sempit.
Kita berdoa, berlutut, sambil meminta high energy dari Yang Mahakuasa . Manusia ini serba terbatas, dan dia tidak mampu menanggung sendiri bebannya. Dalam kerendahannya sebagai manusia , di dalam doanya, meminta Allah untuk membantu meredakan amarah, agar ia kembali sebagai terang.
Pertempuran jiwa, perebutan jiwa, antara gelap dan terang terjadi terus menerus. Manusia lewat kejadian - kejadian hidup akan didera dan dihadapkan pada keputusan. Apakah ia kembali pada terang atau memutuskan untuk berpihak pada gelap ?
0 notes
Text
Moment ketika aku berhenti mengeluh, aku berhenti membandingkan hidupku, berhenti bersikap iri hati, berhenti mempertanyakan hidupku,
dan ketika aku mulai menikmatinya, aku mulai merasa lebih ringan -> tekanan hilang satu per satu.
hehew ternyata bener ada ilmu seperti itu
0 notes
Text
Muridku meminta ku untuk marah, kepada ketidakadilan, kepada kesenjangan sosial, kepada pilihan hidup mereka yang terbatas.
Muridku adalah cerminan sederhana bagaimana masyarakat sekitarnya bekerja. Sulit menyuruh mereka untuk paham apa peristiwa besar yang terjadi, atau mengapa mereka berada pada strata ekonomi saat ini.
Di kedua mata mereka, dunia yg saat ini di hadapan mereka adalah dunia terindah dan angan-angan mereka ialah sebatas pergi di kota Tobelo, memiliki handphone, punya akun tiktok, dan berjalan-jalan setiap hari.
Saya harus memarahi mereka karena cita-cita tertinggi yang mereka tulis adalah menjadi penjaga toko, sejak kapan sekedar pekerjaan menjadi sebuah tujuan akhir kehidupan ?
Sulit untuk menitipkan impian yang tinggi pada mereka. Sebab sejauh jendela rumah yang mereka lihat ialah sejauh impian mereka terbang.
Bagaimana jika hutan mereka luluh lantak karena penambangan ilegal ? Yg mungkin saja terjadi seperti di pulau Sulawesi. Bagaimana jika lautan mereka menjadi kosong melompong dengan pasir tanpa karang dan hitam seperti teluk Jakarta ?
Bayangan tersulit belum pernah hinggap pada mereka. Bayangan bahwa tanah mereka bisa saja dimiliki oleh kaum kapitalis dari negeri China, dengan alasan ingin menanam investasi di Indonesia.
Korbannya sudah ada dan jelas, kerukan besar di Pulau Obi, Maluku Utara, menjadikan pemilik perusahaan Harita tersebut untung, dan menjadikan penduduk asli menjadi buntung.
Hal yang sama terus menerus terjadi. Pihak asing, orang yang bermukim di Pulau Jawa, disana tidak akan merasakan dampak lingkungan serta kerugian yang dialami masyarakat setempat.

Mengatur kelas dengan 35 hingga 40 anak adalah hal yg tiap hari ku hadapi.
Rasa cemas menghinggapi jika mereka sebenarnya tidak tau akan kemana mereka menuju.
Ada banyak hal dalam kelas yang berjalan sangat kurang.
Sebaiknya saya mulai dari pihak guru, kepala sekolah serta fasilitas sekolah.
Sebuah sebutan guru tidak layak disematkan kepada ibu dan bapak guru dengan kualitas serba biasa mengharapkan perubahan luar biasa pada dirinya serta pada muridnya.
Guru, memiliki filosofis, seseorang yang diguguh, seseorang yang dengan jiwanya memilih untuk berbagi ilmu pengetahuannya, seseorang dengan segenap tingkah lakunya adalah teladan dan pedoman bagi siswa-siswi di sekolah.
Lantas, bagaimana mungkin guru itu tidak peduli pada perubahan kecil hingga besar pada anaknya sendiri di sekolah? Siapakah dia ? Apakah dia menjadi terpaksa menjalani profesinya ? Bagaimana mungkin dia berharap mengambil untung sebesar-besarnya dari siswanya ?
Bagaimana mungkin sekolah berjalan tanpa sebuah visi dan misi yang jelas, bagaimana bisa sekolah berjalan dengan komunikasi yang patah, bagaimana caranya sebuah sekolah ingin melakukan hal besar tanpa perencanaan yg mendahului segala rancangan
Sebaik-baiknya sekolah ialah dia yang mampu melakukan evaluasi pada dirinya sendiri, maka saya pun ingin berbenah diri. Saya sendiri tak dapat mengharapkan seisi sekolah, guru dan kepala sekolah berubah dalam satu waktu. Saya ingin merubah dan belajar banyak hal yang saya kurang ketahui.
.
.
.
Murid.
Muridku diam ketika dihadiahi dengan teriakan besar, emosi yg tinggi, serta pukulan di betis.
Saya bertanya-tanya.
Apakah mereka dibesarkan dengan pukulan ?
Setelah saya tinggal dua tahun di rumah setempat, saya mendapatkan jawaban. Iya betul. Mereka dididik dengan teriakan serta pukulan.
Ini membuat mereka memiliki pola pikir yang agak aneh menurutku. Di otak mereka, tertanam bahwa, cobalah untuk memukul kami supaya kami menjadi takluk kepadamu.
Disini lah letak ketidaksesuaian saya dan anak-anak ini. Saya tidak biasa memukul dengan kayu atau tangan. Tetapi mereka terbiasa dipukul. Anak-anak ini tidak terbiasa dengan caraku mendidik. Anak-anak ini mengartikan pukulan dan tindakan keras adalah hal yang patut mereka dapatkan.
Sehingga sering terjadi, anak-anak berkelahi sementara saya sedang mengajar di depan. Membuat keributan dengan memukul meja. Keluar masuk di dalam kelas sementara saya sedang menulis atau menjelaskan di dalam kelas.
Maka, menjadi hal yang harus saya lakukan untuk mendisiplinkan perilaku anak-anak ini.
Saya tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa saya bisa marah seperti saat itu. Anak-anak ini akhirnya membantu saya menemukan kualitas marah yang seumur hidup belum pernah saya lakukan. Anak-anak ini membuat wajah saya memerah karena emosi yang meluap. Anak-anak ini membantu saya mengayunkan kayu ke meja dengan kekuatan yang belum pernah saya rasakan. Anak-anak ini membuat saya menangis pertama kalinya karena merasa tak diacuhkan selama satu jam pelajaran dan dibalas dengan bahasa daerah yang saya tidak mengerti.
Saya dibantu untuk merubah diri saya di beberapa kondisi untuk paham bahwa yang saya hadapi sama sekali berbeda.
Setiap pulang dari sekolah, saya memulihkan diri. Saya bukan lagi guru yang ada di sekolah, yang harus berubah bukan karakter asli saya. Saya menjadi saya apa adanya sepulang sekolah.
.
.
0 notes
Text

Bukan salah siapa siapa, kalau agama masih kerap menjadi isu hangat di masyarakat. Sisi positifnya, sahabat-sahabat ku di kolut-kendari semuanya Muslim . Itupun cuman satu orang saja sahabat ku yang beragama katolik. Karena lahir di tengah mayoritas muslim, dan dibesarkan sebagai minoritas Kristen/katolik. Since i was a kid, i've already known that kind of feeling. Feeling yang sama, yg sering kali orang kabarkan lewat televisi bagaimana kaum muslim di negara barat. Selvi kecil melalui masa dimana teman seusia dirinya di gereja hanya dua orang, belajar agama sendiri, dianggap fanatik dan diledek haram karena faktor agamanya. Apakah saya dendam ? Tidak . Saya melaluinya dengan sulit, tetapi tidak ingin bermusuhan terhadap kenangan tersebut.
Lahir dan dibesarkan di lingkungan heterogen memunculkan sifat grounded dan mudah berteman sama siapa saja tanpa memandang agama. Tapi balik lagi, kadangkala, beberapa orang tidak menerima diri kita juga karena agama. Apa harus dipaksakan ? Nda, hidup biasa saja . Kalau terima yah terima, tidak yah tidak.
Sometimes, I called myself as an outsider, Lone wolf, karena idealism, cara pandang, pola pikir, yg selalu berbeda dari kebanyakan anak seusianya. Efeknya berimbas kepada, bebrapa kali dimusuhin temen sendiri, berbeda pendapat sama pimpinan, dll.
Mungkinkah karena besar di tengah lingkungan heterogen ? Asumsi saya juga seperti itu. Dari kecil, saya selalu hidup berkompromi terhadap tanggapan orang lain, selalu hidup dengan belajar cara pandang orang lain, selalu ada di tengah-tengah. Jika berbeda pendapat, saya merasa itu hal yang wajar dan kita tidak perlu saling bermusuhan .
Karena warna kulit saya yang cenderung cerah, saya jarang sekali dianggap orang asli dari suku Toraja. Saya sering dikira orang Jawa, orang Manado, atau orang suku Tolaki. Di Toraja pun, saya tidak dianggap benar-benar sebagai "orang Toraja" karena pada dasarnya saya memang lahir di luar tanah Toraja. Saya lahir dan besar di tanah Mekongga, Sulawesi Tenggara. Sedangkan, ketika di Sulawesi Tenggara, saya juga kerap dikira "anak yang lahir di Toraja" . Sehingga , saya tidak pernah benar-benar merasa berada dalam satu komunitas yg asli. Ini juga menyulitkan saya ketika ada yang bertanya "orang darimana?" , Sedangkan pemahaman orang tentang letak geografis, suku, adat dan kebiasaan orang mengenai Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan masih kurang. Kadang saya mengarang jawaban sebebasnya, kadang saya juga menjawab secara detail.
Saya sering menemui, orang mengaitkan karakter kita dengan asal kesukuan kita. Itu bisa saja benar, bisa saja salah. Hal tersebut bisa terpatahkan, jika kita telah terpengaruh atau besar di lingkungan yang lebih heterogen, atau hidup berpindah-pindah tempat, atau kerap bergaul dengan orang yang jauh dari umur kita.
Orang akan cenderung melakukan asas prejudice terhadap orang lain sebelum mengenal secara pribadi orang tersebut.
Artinya, sebelum orang lain mengenal saya secara utuh, pendapat nya telah mendahului karakter saya sebenarnya. Karena hal ini pula, saya merasa tidak perlu repot-repot merubah pandangan orang lain terhadap saya. Pendapat orang ttg diri kita adalah sesuatu yg tak dapat kita kendalikan.
Hal yang unik terjadi ketika saya baru pertama datang ke tempat ini, satu orang teman saya menolak kehadiran saya di beberapa kesempatan karena latar belakang agama saya. Kemudian, beberapa orang cenderung bersikap tak acuh terhadap kesulitan saya beradaptasi di masa prajabatan. Beberapa orang lagi, menjadikan saya sebagai bahan cerita diantara teman pergaulannya, dimana saya kesulitan untuk menjelaskan bagaimana kepribadian saya. Pada tahun-tahun pertama itu saya cenderung merasa tak memiliki teman. Saya kerap merasa tak dapat menceritakan hal-hal yang saya rasakan. Hal ini ditambah dengan sikap saya yang tertutup dan kerap ingin melindungi diri saya sendiri. Maka, saya cenderung disalahpahami sebab saya tidak bereaksi terhadap beberapa cerita yang berlebihan tersebut.
Mengapa saya memilih berdiam diri? Sebab saya memahami bahwa, ketika orang lain ingin berpikir tentang A ia akan cenderung mengaitkan A dengan cerita yang sama dengan latar belakang yang mirip dengan A. Orang akan merubah opininya tentang diri kita ketika dia ingin merubah cara pandangnya tentang kita. Kita tidak usah berusaha keras merubah pandangan orang lain terhadap diri kita. Itu hanya sia-sia, membuang energi, dan bisa jadi memaksa kita menjadi orang lain yang bukan diri kita.
i never felt that i belonged to any of the community, any place, nor any tribes.
Saya pun cenderung memakai prinsip humanis ketika berhadapan dengan orang lain. Artinya, saya tidak akan bertanya atau memastikan agama, ras, suku, tingkat ekonomi kepada siapa saya sedang berinteraksi. Saya lebih melihat dan menilai orang tersebut sebagai manusia yang sama berharganya dengan diri saya sekarang ini.
1 note
路
View note
Text
Salah Paham
Persepsi orang yang selalu berbeda tentangku, karena mengetahui latar belakangku yang berbeda dari orang kebanyakan di tempat ini.
Pertama-tama, aku bukanlah orang yang mudah menceritakan diriku kepada orang lain. Aku merasa sangat terbantu jika orang lain ingin mengenalku lebih dulu. Aku bersikap terbuka pada pertemanan. Tetapi sifatku yang naif sering disalahpahami dan dapat dianggap bodoh oleh orang kebanyakan.
Pertama kali aku datang ke tempat ini, aku merasakan energi orang-orang yang mencurigai kedatangan ku. Entah karena aku orang asing bagi mereka atau bagaimana.
Karena aku datang sendiri, hanya bermodalkan peta dan tuntunan orang di rumah penginapan. Aku cenderung tidak berekspektasi akan tinggal atau mendapat posisi CPNS di sini. Bagiku, aku melakukannya karena kesenangan untuk traveling merasakan hiruk pikuk kota yang berbeda dan sekedar ingin mengajar anak-anak.
Aku sangat mudah bersyukur atas segala hal yang kudapat selama perjalanan ku. Aku bertemu orang-orang baik yang membantuku menemukan jalan. Lalu aku menemukan orang baik untuk menerimaku tinggal di rumah kosannya.
Datang dengan satu koper dan satu tas ransel di pundak ku. Aku datang di bulan November 2020, setelah sebelumnya sudah datang di bulan Februari dan September 2020.
Kupikir dari November sejak kami pemberkasan, pemberian NIP akan dilaksanakan di bulan Desember. Sebab, mengingat kami sebenarnya angkatan CPNS 2019, sudah seharusnya di tahun 2020 kami menerima SK 80%.
Namun hal itu enggan terjadi. Menuju 25 Desember, tidak ada tanda-tanda akan menerima SK. Aku pun menguatkan hati untuk tetap tinggal menunggu hingga Januari. Hingga awal Januari belum ada kemajuan akan penerimaan SK. Padahal di tempat lain sudah menerima SK. Kami akhirnya menerima SK pertama di 27 Januari 2021, menurut pihak BKD Pemda Halut karena keterlambatan pemberian SK, kami belum bisa untuk masuk kerja di tanggal 28 dan 29 Januari, sebaiknya kami masuk kerja di Februari 2021. Maka gaji kami pun baru terhitung sejak Februari. Sedangkan untuk gaji selama Desember dan Januari tidak kami terima. Hal itu membuat sebagian besar dari kami mempertanyakan mengapa terlambat pemberian SK , namun tak ada keberlanjutan dari hal tersebut.
Maret 2021, ku dengar kabar dari teman-teman ku didaerah lain yang sudah mulai untuk prajabatan. Lalu, di bulan Mei 2021, mereka sudah bisa menerima SK 100 %. Hal berbeda terjadi di Halmahera, Maluku Utara. Kami belum menerima kabar kapan dilaksanakannya prajabatan.
Menjelang akhir Juli, terdengar kabar kami harus mulai mempersiapkan proses prajabatan. Kami mulai untuk masuk prajabatan di September 2021.
Lalu di bulan Oktober 2021 kami pulang. Berharap bahwa ujian prajabatan dilaksanakan dekat dengan bulan November atau Desember 2021. Ternyata prakiraan tersebut salah.
Kami baru dikabarkan akan ujian prajabatan di 30 Januari 2022. Setelah ujian, kami berharap agar status kami segera di proses, atau setidaknya kami diberi arahan harus melakukan apa. kami menunggu tanpa adanya kabar sepanjang enam bulan.
Menjelang pertengahan 2022, bulan Juli pun datang, masih bertahan dengan gaji 2,084,000 di bank. Menjelang akhir Juni, akhirnya kami diberikan arahan untuk segera memproses kelengkapan berkas untuk SK 100. Mulai dari surat keterangan sehat fisik dan psikologis, surat keterangan telah melaksanakan prajabatan, dan surat keterangan tugas kerja di Opd.
Bulan Agustus dan September terlewati, tetapi tidak ada kabar.
Di bulan Oktober 2022, kami baru dikabarkan untuk segera bersiap menuju kantor bupati. Kami baru menerima SK tersebut dan baru menerima gaji 100% di bulan November 2022. Tertera di SK tertanggal 09 September 2022. Kekurangan gaji selama dua bulan tidak lagi kami terima.
Penerimaan SK jabatan fungsional sebulan berikutnya, tertera di SK bertambah 320,000. Nominalnya berbeda pada setiap jabatan fungsional.
Benarlah, bahwa siapa pemimpin suatu daerah akan sangat mempengaruhi kebijakan di daerah tersebut. Banyak hal yang terjadi di Indonesia Timur sangat tidak sinkron dengan apa yang seharusnya terjadi.
Pada masa menunggu SK 100 tersebut misalnya, aku sudah berniat mengundurkan diri. Mengingat terlalu lamanya birokrasi tersebut bekerja.
Belakangan ini juga terjadi, pemerintah daerah halut belum membayarkan gaji 13 bagi ASN di daerah ini. Gaji THR yang tidak dibayarkan tepat pada waktunya, membuat viral di beberapa sosial media. Aku sepertinya paham mengapa di beberapa daerah, penguasa terus menerus melanggengkan kekuasaannya.
Di negara ini, kita lah yang harus pintar memanfaatkan keuntungan dan memelihara kemanusiaan kita. Sebab, banyak yang berbicara namun kenyataan di lapangan sangat berbeda.
Aku bisa selamat pada periode tersebut karena Allah melindungi serta menolongku. Aku tetap rajin menyisihkan mulai dari 200,000 hingga 400,000 perbulan.
Semenjak lepas dari tanggungan orangtua, aku konsisten untuk menabung x belajar investasi. Kebiasaan ini sangat membantu. Terutama ketika aku sangat rindu untuk pulang kampung. Aku tidak lagi menahan keinginan ku untuk pulang, tidak seperti saat Natal di 2020, saat aku menunggu SK pertama yg tak kunjung datang. Sekarang, ketika aku rindu dan ingin pulang, aku tetap pulang.
Awalnya hanya bermodalkan ransel dan satu koper. Sekarang, aku sudah melengkapi peralatan dapur termasuk membeli kulkas dan kompor gas. Aku tau, aku bisa mengatur keuanganku. Sejak aku menyelesaikan kuliah hingga memulai usaha jualan baju dan lainnya, aku punya kebiasaan menanamkan ilmu bagi diriku serta menambal keterampilan yang kurang dari diriku. Aku belajar untuk dapatkan keterampilan baru, sambil berjalan untuk planning berikutnya.
Faktor dari luar memang tidak bisa kita kendalikan, apalagi tentang kebijakan para elit politik di sekitar kita. Maka yang bisa kita lakukan harus segera bertindak positif bagi kemajuan diri kita dan tidak menunggu sampai perubahan dari luar terjadi. Kita yang pertama melakukan banyak perubahan bagi pola pikir diri kita.
#polapikirbertumbuh
1 note
路
View note
Text
Bel, sayang ku.
Entah berapa puluh tahun ke depan. Aku harap kamu tidak berubah. Aku ingin kamu tetap idealis, kamu tetap semangat mengajar anak-anak di pinggiran kota atau di pesisir pulau. Aku ingin kamu tetap rendah hati. Aku ingin kamu tetap seperti ini, selalu mendengarkan suara orang yang memiliki hak dan memperjuangkan haknya. Aku ingin kamu tetap bertanggungjawab atas ilmu yang kamu dapatkan, merasa bangga dan berbahagialah karena telah menjalani hidup sepenuhnya.
Aku berdoa rezeki untuk mu, Bel. Rezeki mu ditempat lain lebih besar dari pendapatanmu mengajar di sekolah ini. Maka, itu dapat berupa daerah berbeda, media massa atau bahkan orang-orang yang lebih hebat. Kamu akan ditemukan oleh orang-orang satu vibrasi demi kemajuan anak didik bangsa.
Bahwa kamu akan mendapatkan banyak rezeki tak terduga setiap harinya. Baik itu energi, senyuman, penjagaan, rasa yg meringankan pundak, dalam bentuk batin dan fisik.
Langkah kaki menjadi lebih mudah untuk mengajar dan mendidik anak-anak. Mereka juga terbuka jalan kebaikannya lewat bersekolah dan menjadi muridku. Sekolah ini bisa jadi adalah salah satu jalan terbukanya rezeki besar lainnya, tapi bukanlah satu-satunya keran rezeki bagi kehidupan ku.
3 notes
路
View notes