Don't wanna be here? Send us removal request.
Text

- HATI YANG TERTINGGAL DI MADINAH -
Ternyata benar, siapapun yang pernah ke Madinah, hatinya akan tertinggal di sana. Berharap suatu saat akan kembali lagi untuk mengambil kembali hatinya yang sempat tertinggal, bersama orang terkasih.
Bisakah aku kembali lagi untuk mengambil hatiku yang tertinggal disana? Bersama orang-orang yang ku sayang?
Izinkan aku menitipkan hatiku di sini Yaa Rabb. Izinkan aku kembali bersama orang yang kusayang.
0 notes
Text
Suara Kesakitan
Ketika malam memeluk hatimu yang kian dingin, lalu yang kau utarakan apakah masih berharga?
Kau bisa tersenyum lebar menipu dunia, apa itu memang senyummu ataukah topengmu saja?
Dunia seakan mengeksploitasi energi dan lelahmu. Pun jika aku yang mengeksploitasi dirimu, akankah kau cabut sabitmu dan tebaskan pada diriku?
Ketika daun terbelai angin malam, suara semesta yang menyatu berharap kau tetap dipeluk oleh kesakitan.
Makin malam, suara semesta semakin tak bisa diredam.
Suara kesakitan.
2 notes
·
View notes
Text

Ketika aku berada di dalam rumah, dan melihat keluar jendela, terkadang aku jadi berpikir yang kulihat saat ini apakah mereka juga melihat?
Aku bisa melihat mereka, apakah mereka juga bisa melihat aku?
Bagaimana rupa ku dimata mereka yang melihat dari luar?
Bagaimana mereka melihat ku?
Apakah mereka juga melihat hal yang serupa dengan apa yang kulihat?
Melihat keluar jendela seakan memberi banyak arti untuk ku.
Bisakah kau melihat sisi yang kurasakan?
Surakarta, 20 Februari 2025
4 notes
·
View notes
Text

Mendengar Langit
Ketika menatap langit-langit, apa yang sedang dipikirkan? Takut? Cemas? Khawatir?
Semua perasaan bisa jadi campur aduk, dan semua ingin mendominasi naik kepermukaan. Lalu apa yang harus dilakukan untuk tetap membuatnya terkendali?
Bisakah mengendalikannya seperti apa yang diharapkan sebelumnya?
Pernahkah sebaliknya, bahwa kita yang mendengarkan langit? Bagaimana langit mendengar tawa kita, tangisan kita, ketakutan dan kekhawatiran kita? Bisakah kita berlaku sebaliknya?
Mulai sekarang, apakah kita mampu?
Semarang, 19 Desember 2024
1 note
·
View note
Text
- Setapak Jalan -

Jalan basah yang pernah dilewati pagi hari. Terkadang masih menyimpan aroma segar. Terkadang juga sudah mulai mengering karena matahari yang ingin segera bersinar. Jalan ini adalah jalan yang hampir setiap pagi ku lewati untuk menuju dunia baru. Setiap hari aku menuju dunia yang dapat membuat aku kelimpungan dan candu di waktu yang berbarengan. Di jalan ini juga. Setiap pijakan kaki ku, aku merasakan kesedihan dan ketakutan di waktu yang bersamaan. Jalan ini juga aku melihat orang-orang melewatiku dengan sangat sibuk. Namun hari ini tersa berbeda. Jalan ini terasa lenggang tanpa kendaraan yang melewatiku. Tanpa sapa-salam dari orang-orang yang kulewati.
Setapak jalan yang dapat aku rasakan dan hanya akan menjadi kenangan.
Semarang, 10 Oktober 2024
1 note
·
View note
Text

Catatan Ilusi Purnama
Kenangan yang dia alami terasa begitu kuat. Mengakar hidup dalam ingatannya. Kini ia tidak bisa lagi membedakan antara ingatan, bayangan, angan, dan ilusi. Semua bercampur berdesakan satu sama lain. Memaksanya untuk mengingat dan menjadikannya kenyataan.
Semakin waktu berjalan semakin membingungkan untuk dia luruskan. Mana kiranya yang kenyataan atau ilusi untuknya.
Ia mulai kelelahan dan membiarkannya begitu saja berjalan. Hingga ia tak tau mana yang harus dipercaya.
Kini semua telah terlambat untuk dikembalikan. Ia lebih memilih membiarkannya mengalir hingga waktu bersedia untuk menghancurkannya. Bersama kenangan dan ilusinya tentang Purnama.
Semarang, 1 November 2023
1 note
·
View note
Text

The Night The Light
Pernah terlintas dan tiba-tiba terpikir, apa yang harus di lakukan jika semua yang diharapkan tidak sejalan dengan apa yang didoakan. Apa harus menyerah saja? Apa harus tetap melangkah tanpa tau pintu mana yang harus ku buka?
Pernah terpikir untuk tetap berdiri ditempat saja tanpa melakukan apapun.
Tapi apakah dengan melangkah kita bisa menghilangkan kabut yang menutupi jalan kita? Lalu jika kita tetap berdiri di tempat, apakah itu akan merubah sesuatu?
Mungkin yang kita temui hanya pintu-pintu tertutup yang kita sendiri tidak tau apa yang ada dibaliknya. Jika begitu apakah bisa kita membukanya saja tanpa masuk ke dalamnya? Apakah kita bisa hanya mengintip saja?
Semarang, 28 Oktober 2023
1 note
·
View note
Photo

"Different sides will show you different emotion. So please, feel free to show it more..." - #3dblender #landscape https://www.instagram.com/p/CdlokESvv9UKeQT3BcpcgyFzh8uWEp7WK2zcgg0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
4 notes
·
View notes
Photo

"A different side will show you different emotions. So please, feel free to show me more..." #3dblender #landscape #imagination https://www.instagram.com/p/CdlkzzdvfUFYIz-oOtW_CAzxIva_m32opym7M80/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note
·
View note
Text
KITA DIATAS KE-SEPAKAT-AN
Ada untungnya ketika sedang diskusi denganmu. Aku semakin tahu apa yang menjadi keresahan dirimu. Semua ideologimu memenuhiku dan semua apa yang kau pikirkan terjun bebas membaur ke udara. Sejujurnya aku selalu menikmati waktu ketika bersamamu. Berbincang menghabiskan waktu dengan segala objek perbincangan yang beragam.
Heterogen kita seakan berubah menjadi satu sepemahaman.
Ke-sepakat-an
Surakarta, 09 Maret 2020
1 note
·
View note
Text
Misteri Diri Sendiri
Untuk raga yang dilihat sebatas bentuk,
Dirimu hanya daging berdarah, produk jadi ciptaan penguasa dunia, tempat pelindung jiwa.
Untuk hati yang tak terlihat,
Dirimu sering dibungkam oleh logika berdalih ilmu alam.
Izinkan aku bertanya,
"Bisakah kau merelakannya?"
Surakarta, 08 Maret 2020
1 note
·
View note
Text
Everybody Leave, Now I'am All Alone*
Ada yang merasa bahwa sendiri akan memberi makna tentang kesedihan. Mungkin dia merasa takut dengan kesendirian. Apalagi disisa hidup yang masih misteri. Logika saja, siapa yang ingin sendiri ketika semua aspek menawarkan "kebersamaan" adalah surga yang indah.
Iming-iming dengan kenangan yang akan terjalin bersama "sang dia" juga selalu mengusik keresahan hati. Ditambah pujangga-pujangga yang selalu berkelakar dari istilah "bersama" dan "sendiri". Bukan salah siapa pun untuk berpendapat. Semua bebas berpendapat sesuai keresahan hati. Banyak pemikiran tentang sendiri di setiap pikiran manusia.
Bagaimana dengan logikaku tentang sendiri?
Aku tidak terlalu mempermasalahkan dengan sendiri. Bukan aku tidak peduli. Bagiku, sendiri justru akan memberi banyak hal-hal misterius pada diriku. Aku menjadi lebih bertanya-tanya mengenai waktu yang sedang ku lalui saat ini. Aku lebih bisa menikmati waktu sendiri ku sekarang. Apa yang ku dapat ketika aku sendiri? Apa yang kupandang ketika aku sendiri? Apa yang kupikirkan ketika aku sendiri? Aku bisa melakukan apapun tanpa intervensi dari orang lain. Let say "kekasih". Aku bisa pergi kemanapun tanpa serbuan pertanyaan receh mengenai "pergi dengan siapa?", "Berapa lama?". Secara pribadi mungkin akan membuatku muak. Tapi secara logika, itu akan menjelma menjadi rasa khawatir seseorang.
Bukankah menyenangkan jika menikmati kesendirian sebelum menikmati kebersamaan?
Bagiku rasa sendiri memberi sensasi lain. Dimana banyak orang merasa resah dengan sendiri, justru aku merasa penasaran dengan itu. Bukankah pada dasarnya kita memang sendiri? Dan pada akhirnya kita juga sendiri?
Surakarta, 11 Oktober 2019
*pertanyaan untuk diri sendiri.
1 note
·
View note
Text
Keberadaan Hati
Ada yang bilang, suara hati adalah suara kebenaran. Aku kurang sepakat dengan ini. Mungkin aku akan sepakat jika kata itu dialihkan dengan "kebenaran akan menjadi suara hati". Bukankah "Hati mampu menilai apa yang menurut dirinya benar atau salah"?. Ada anggapan selanjutnya yang berkata, hati tak pernah berkorelasi dengan logika. Apa betul? Lalu jika tidak bisa berkorelasi, bagaimana mereka mampu bekerja sama untuk satu tubuh? Aku juga sedikit dilema dengan anggapan ini. Terkadang aku merasa hatiku selalu tawuran dengan logikaku. Ketika hati ingin menolak, logika meyakinkan untuk sepakat. Sebaliknya juga begitu, bukan?
Lalu apa yang terjadi? Mungkin logika akan selalu bertengger di posisi pertama. Alih-alih mengedepankan istilah "teori sosial masyarakat". Atau ia akan mengatakan "jangan paksakan kehendak hatimu, berpikirlah dengan logika". Mungkin inilah yang dimaksud logika selalu menang.
Ada yang bilang, hati adalah cerminan dari apa yang disembunyikan logika. Mungkin aku sepakat dengan ini. Salah satu jalan untuk tetap sejalan antara logika dan hati adalah mengalihkannya bukan? Ketika hati tidak sepakat dengan logika, bukankah ada baiknya untuk mencari hal lain untuk pelampiasan?
Dan sekarang, hatiku sedang tidak sejalan dengan logikaku. Apa yang harus ku lakukan untuk pelampiasan ini?
Surakarta, 10 Oktober 2019
1 note
·
View note
Text

Disudut sana, menyimpan berbagai warna. Menyatu menjadi satu rona.
ALAM BEBAS
Mungkin kita terlalu lelah mengeluh kepada masing-masing dari kita. Sebab-musabab menghilangnya diri kita. Berenang-renang dengan pikiran resah. Namun diujung bibir tak satu kata pun tercurah.
Surakarta, 07 Oktober 2019
1 note
·
View note
Text

Ada masa ketika kita hanya bisa berharap pada suatu masa, namun harapan kita pupus tak tersisa. Mungkin keadaan itu mampu menggambarkan situasi kita. Tak pernah bertemu. Tak pernah terjalin.
Surakarta, 6 Oktober 2019
1 note
·
View note
Text
Agaknya kita harus kembali pada diri kita sendiri. Mempertanyakan kesediaan diri untuk saling mengisi. Jangan sampai salah mengisi dipertengahan jalan. Hingga akhirnya kita mundur pelan-pelan.
Coba tanyakan pada dirimu. Apa disana ada aku?
Sesungguhnya aku juga menerka-nerka, apa dirimu masih disini?
Surakarta, 12 September 2019
2 notes
·
View notes
Text
I'am Leaving
Jangan menyalahkan dirimu atas kepergianku. Pergiku atas mauku sendiri. Aku rasa sudah cukup untuk kita. Jangan ada kata sumpah atas masing-masing kita. Jangan pula kau salahkan waktu yang mempertemukan kita. Waktu sangat baik pada kita agar kita tidak saling menyakiti lebih dari ini. Cukupkan rasamu untukku. Dan pula cukupkan rasaku atas dirimu.
Kini jalan kita sudah terpisah. Mari tetapkan hati dan langkah kita untuk waktu yang lebih baik.
Izinkan aku mengucapkan selamat tinggal padamu, Jaga dirimu baik-baik. Hiduplah dengan baik
Surakarta, 1 September 2019
2 notes
·
View notes