Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tentang hari ini, Juni ke 25 di tahun 2024
Batang punggungku nyeri, bekas jahitan kembali meradang, darah nifas yang kemarin sempat berhenti sekarang kembali deras. Bekas operasi hemorrhoid juga belum sembuh betul.
Anakku 2.
Yang pertama 2 tahun
Yang kedua 2 minggu
Rasanya seperti remuk bergemeletukkan.
Tapi tak seorangpun ingin tahu.
Mereka yang tahu kemudian menyalahkan.
Itu salahmu sendiri.
Memiliki yang kedua saat yang pertama belum selesai adalah sebuah kesalahan.
Harusnya bagiku tidak. Tapi suara mereka begitu bising. Sehingga aku bahkan menyalahkan diriku sendiri.
Bukan anak keduaku. Aku yang salah. Aku yang tidak adil. Aku yang tidak tahu diri.
Tapi disalahkan sebanyak apapun juga tidak akan bisa merubah keadaan.
Yang pertama cemburu total. Dia jadi sering tantrum. Padahal dulu dia tidak begitu. Kebutuhannya juga jadi sering terlewat.
Dan yang kedua juga sering mengalah, saat kakaknya sedang tantrum. Dia akan berteriak kencang saat lapar. Dan dia selalu lapar. Aku harus menghabiskan 2 piring penuh saat akan MengAsinya.
Tapi bagaimanapun mereka anakku. Aku adalah orang pertama yang mereka cari saat mereka butuh sesuatu. Maka harus kulakukan apapun meski nyatanya aku tidak sekuat itu.
Tapi Allah tidak mungkin memberikan sesuatu diluar batas kemampuan hambaNya kan?
Nak, jika satu saat kamu membaca ini. Bunda hanya ingin berkata, mungkin banyak orang bisa mendengar. Tapi tidak semua bisa menjadi pendengar. Bunda berharap, semoga bunda adalah pendengar yang baik untuk semua hari-harimu.
Bunda sayang semua anak bunda, saat kalian senang, sedih, marah. Saat hari kalian baik, saat hari kalian buruk bunda juga sayang kalian. Saat kalian berbuat baik, atau saat kalian bikin kesalahan, bunda juga sayang kalian.
Tolong ingatkan bunda, untuk selalu sayang kalian. Tolong maafkan bunda jika satu hari, ada hari dimana bunda lupa untuk menyayangi kalian. Terimakasih sudah hadir ke dunia. Terimakasih karna menerima sayang dari bunda.
Love for Faqih dan Arumi
0 notes
Text
Sebuah Penerimaan
Lisan dan hati kadangkala seperti dua kutub magnet yang berlawanan tapi ada dalam satu bumi yang sama. Ini sering terjadi di hidupku. Apa yang terucap, bukan apa yang sebenernya aku terima.
Sulit sekali rasanya mengatakan apa yang aku inginkan.
Mereka ingin aku mengatakan apa yang mau mereka dengar. Mereka ingin aku seperti harapan mereka. Padahal, ada banyak takdir yang tidak bisa dicegah. Tapi sulit. Semua terlalu sulit diterima.
Setidaknya untukku.
Tidak untuk Penciptaku. Mudah saja bagiNya apapun itu. Termasuk membolak balikkan hati manusia.
Kehamilan keduaku ini. Yang mungkin pada awalnya sulit kuterima. Saat ini malah menjadi hal yang paling ku syukuri. Hampir 10 bulan proses penerimaan ini, membuat aku yang tadinya begitu lelah menghadapi bumi, sekarang banyak hal yang akhirnya kusadari.
Proses kelahiran yang melibatkan 5 dokter. 40 minggu lebih usia kandungan. Rasa sakit yang mengingatkanku akan banyak hal terutama kematian. Operasi pasca kelahiran yang juga mengandung banyak hikmah. Ah begitu lemahnya aku yang sudah sangat sering diingatkan oleh Allah. Tapi makhluk ini terlalu jumawa.
Untuk semua hal yang menjadi catatanku disini. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu.
Hal yang berat, pasti akan diganti menjadi mudah. Dan hal yang ringan, nantinya juga akan menjadi berat. Semua akan berputar pada waktunya. Tidak lebih cepat atau lebih lambat.
0 notes
Text
Sedang jadi manusia
Yang sungguh bercabang
Maksud hati ingin selalu berbuat benar. Tapi rasa tidak sanggup berlaku benar.
Sedang jadi manusia
Yang patah
Yang tau sudah dibohongi berkali kali tapi masih berusaha bangun. Berharap tidak dibohongi lagi. Tapi malah jadi semakin patah karna harapan tidak mungkin tercapai.
Sedang jadi manusia
Yang meskipun retak, tapi masih berusaha meminta maaf. Meskipun tau harapannya pupus tapi masih berusaha memperbaiki keadaan.
Sedang jadi manusia
Yang pernah berhenti percaya pada manusia lain.
Lalu berusaha bangkit untuk kembali percaya pada manusia. Tapi jatuh terpelanting berulang kali.
Sedang jadi manusia
Yang rindu menjadi manusia
Rindu menangis hingga sesak
Rindu tertawa hingga menangis
Rindu jatuh cinta
Rindu pada diri yang tidak percaya apapun kecuali sang Pencipta
Sedang jadi manusia
Yang lelah dibanding bandingkan
Putus asa dibohongi terus menerus
Sedih ditinggal dan dibiarkan melakukan semua sendirian
Sedang jadi manusia
Yang lemah.
Tolong hambaMu ini yaa Allah.
Jika Engkau tidak mengizinkan waktu berputar ke belakang. Setidaknya putarlah lebih cepat hingga waktuku sebagai manusia jadi lebih sempit.
Jika hidup lebih baik untukku, maka hidupkanlah aku yaa Allah. Jika mati lebih baik untukku maka matikanlah aku. Aamiin
9 notes
路
View notes
Text
Akhirnya mereka bertanya: "Masih mau kerja?"
Well, ofc its a yes.
But now?
Hmm I don't think it's urgent or thing that I should done.
Karena mungkin pada dasarnya dibanding "kerja"nya aku lebih suka "belajar" nya. Oke kita gak mungkin menyangkal bahwa kita butuh uang. Betul. Tapi alhamdulillah saat ini semua Allah cukupi. Tidak berlebih dan tidak kurang.
Juga aku melihat suamiku yang super heroik sekali, ngambil job langsung 3 dalam seminggu yang notabene sangat diluar comfort zone dia. Dan bagaimana bahagianya dia kalo pulang kerja liat istri sama anaknya happy di rumah nunggu dia pulang.
Alhamdulillah aku sayang suamiku, dan anakku. Jadi aku memutuskan di rumah, dengan tanganku sendiri mengurusi kebutuhan mereka, yang memang masih banyak kurangnya. Bukan berarti mereka yg gak di rumah itu gak sayang. Tapi bukti aku menyayangi mereka adalah aku rela memberikan 24/7 ku untuk mereka.
Awalnya sulit sekali jadi fulltime ibu rumahtangga. Karna aku yang jiwa petualang ini. Selalu pengen kesana, pengen kesini. Ingin ini dan ingin itu. Tapi jadi ibu rumahtangga, ruang gerak terbatas, kerjaan tak terbatas, stress tanpa batas.
Alhamdulillah nya, setiap kali ngobrol sama suami, beliau selalu kooperatif. Kalo lagi sempet pun selalu diusahakan bantu istrinya. Masyaa Allah, paham sekali waktu gantian megang kerjaan. Dan emang kita juga udah biasa kalo ada apa apa langsung diomongin. Satu masalah kelar hari itu gapernah lama lama. Kecuali kalo kebiasaan buruk yg satu sama lain masih sering melakukan. Well, kita sepakat bahwa gaada manusia sempurna. Pilihannya cuma belajar menerima dan pelan pelan merubah kebiasaan buruk satu sama lain. Yang penting sadar bahwa yg dilakuin emang salah dan merugikan orang lain.
Ngomongin sempurna, Ramadan ini juga jauh banget dari kata sempurna. Ini mungkin ibadah Ramadan terbolong bolong ku selama 27 taunku. Aku udah usaha tapi yaudah, bismillah Allah mudahkan insyaa Allah di Ramadan berikutnya (semoga masih punya umur). Bukan salah anakku, bukan salah lemahnya badanku. Semua udah diatur sedemikian rupa sama Allah. Dan Allah sebagaimana prasangka hambaNya. Allah Maha Baik, Allah Maha Pemaaf. Allahumma innaka 'afuwwun tuhibul 'afwa fa'fuanni.
Semoga Allah terima amal ibadah kita yang mungkin masih banyak kurangnya di bulan Ramadan taun ini. Semoga Allah mudahkan kita untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Semoga Allah hapuskan dosa kita yang sangat banyak di bulan Ramadan ini. Semoga Allah lembutkan hati kita, Allah berkahi keluarga kita, dan Allah jaga kita di jalan yang lurus sampai di hari pertemuan denganNya nanti. Allahumagfirli waliwalidaya warhamhuma kama rabbayani shagira. Rabbana 'atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar. Aamiin
1 note
路
View note
Text
Things that I wish I knew before I got married.
Hal yang aku harusnya aku tau sebelum nikah. Sejauh hampir 2 taun pernikahan
1. Perencanaan finansial
2. Psikologi Pria
3. Psikologi Rumahtangga
4. Aturan dasar rumahtangga.
First thing first, aku mau disclaimer dulu bahwa ini sejauh pengalaman aku hampir 2 taun nikah ya. Pastinya masih banyak banget hal yg belum aku alamin dalam pernikahan. Tapi setidaknya 4 hal ini penting bgt buat kamu pelajari sebelum nikah.
Pertama, perencanaan finansial. Ini udah banyak sih pasangan yg tau. Mungkin aku telat mikirinnya. Tapi buat yg belum tau, ini adalah hal yg sering diremehkan dalam hubungan rumahtangga, tapi efeknya besar sekali. Dan solusinya adalah, banyak belajar tentang finansial keluarga (misal rumah, mobil, atau kebutuhan anak, investasi, saham, dsb) selain itu juga komunikasi sangat diperlukan. harus bgt terbuka antara setiap pemasukan dan pengeluaran. Biar tidak terjadi hal hal yg tidak diinginkan. Karena percaya atau tidak, ini bisa jadi masalah besar kalo disepelekan.
Kedua, psikologi pria. Well, ini juga udah kupelajari sebelum nikah, tapi ternyata zonk juga. Manusia emang beda beda, tapi buat wanita singlelillah. Yang emang gak pacaran, saran aku tetep belajar tentang makhluk satu ini. Mereka sangat beda sama kita. Hal yg menurut kita simple, itu bisa ribet bgt buat mereka. Dan kebalikannya. Misal niyah, aku barutau kalo ternyata mereka itu sulit bgt naro anduk di tempat yg tepat. Atau semudah meletakkan baju kotor pada tempat yg sudah disediakan. Kek kenapasiiiiiiii. Tapi yuadah mungkin itu hanya terjadi di rumah saya. Dan hal kecil lain yang emang bakal jadi bumbu penyedap rumahtangga. Tapi kalo gak tau sebelumnya, bisa jetlag dan bisa sebel bgt sama makhluk ini.
Ketiga, psikologi Rumahtangga. Ini versi aku ya. Mungkin ini masih ada hubungannya sama poin nomer 2. Intinya adalah, manajemen hubungan gimana kalo misal lagi gak suka sama pasangan. Masalahnya sekalipun gasuka, malemnya dia jarak semeter doang dr kita. Mau sebel juga besok pagi ketemu lagi. Jadi gimana cara penyelesaiannya. Kalo menurut aku komunikasi sih. Ini penting bgt gimana kita komunikasi sama suami. Karna ternyata gak mudah komunikasi sama org yang sejak lahir beda bahasa kesehariannya sama kita. Misal kita mungkin terbiasa ada kata maaf saat salah. Tapi di keluarga pasangan, mungkin cukup dengan basa basi ngobrol lagi udah dikatakan maaf, kan itu bisa bikin sebel tau. Jadi kalo aku sih, misal nih.. pengen pasangan bilang maaf, yaudah bilang aja. "Kamu kalo salah bilang maaf dong. Aku sebel tau". Dulu jadi bom bgt karna aku gapernah ngomong mau aku. Dan dia juga gatau mau aku apa. Menurut kita misal, masa gitu doang gatau sih. Tapi menurut dia, ya kalo gatau ya gimana. Mau pura pura tau juga gabisa. Org emang gatau. Jadi gitu. Ini misal ya. Alhamdulillah punya pasangan, peka bgt kalo salah, langsung bilang maaf.
Terakhir. Ini kunci rumahtangga sih kalo kata aku. Aturan dasar rumahtangga adalah. Gaada benar salah. Gaada yg sempurna. Setiap rumahtangga adalah sebuah pembelajaran baru yang isinya 2 orang yg sedang belajar. Jadi gaada penghakiman, gaada si paling, berduadua ini harusnya saling berusaha menangani masalah berdua. Bukannya menjadi masalah saat berdua. Dan yang gak kalah penting. Turunin ekspektasi. Ini berlaku buat anak juga ya. Bukan cuma untuk pasangan. Kalo kita berharap terlalu besar sama pasangan atau anak kita, lalu mereka gak mampu untuk mencapai, bakalan nyesek banget. Jadi yaudah belajar terus aja. Kalopun kita nemu rolemodel, yg menurut kita perfect rumahtangganya, belum tentu cocok di kita juga. Tapi sebaik baik rolemodel tentu saja keluarga Rasulullah SAW. Gak bisa kan kita sesempurna beliau, jadi yaudah.. kalo prinsip aku, kalo gabisa membahagiakan, palingtidak jangan membuat sedih. Dan kedamaian dalam rumah itu harus diupayakan kedua belah pihak. Pada akhirnya kalo ngerasa capek misal kek lagi berjuang sendirian, aku selalu minta Allah buat lembutkan hatiku, dan hati pasanganku atau anakku. Insyaa Allah doanya manjur.
In the end, jangan pernah berekspektasi terlalu tinggi setelah menikah aku bisa begini dan begitu. Well, yang aku rasain bahkan banyak yang aku tinggalkan ketika aku memilih menikah. Tapi juga banyak yg aku dapatkan. Kalo aku akhirnya jadi ngeliat bahwa di dunia inj gaada yg bener bener kita miliki. Pun pasangan, keluarga atau anak dll pada akhirnya akan kita tinggal juga. Kita hanya petugas penitipan rizki. Suatu hari kalo Pemiliknya mau ambil, akan diambil aja langsung gapake kartu penitipan. Dan kalo udah waktunya kita pulang, yaa juga bakalan pulang kan?
Semoga membantu untuk kamu yg sedang "mencari". Semoga Allah mudahkan. Aamiin
1 note
路
View note
Text
2022 and me
Sudah di penghujung tahun
Sungguh sangat cepat waktu berlalu saat kita sedang baik baik saja. Tapi tidak demikian saat kita sedang tidak baik baik saja. Dan di tahun ini, aku merasa keduanya. Merasa sangat baik dan sangat tidak baik di waktu yang sama.
Di awal tahun ini, statusku masih seorang guru. Dua muridku alhamdulillah dinyatakan masuk ke universitas swasta terbaik di bidangnya. Dan menjadi prestasi terbaik selama karirku sepertinya. Karena, yaa dapat kusebut kelasku ini adalah kelas perintis. Generasi pertama yang masih belum dapat petunjuk apa apa. Sedikit merasa bangga karena akhirnya muridku bisa terarah disaat kami sama sekali belum punya ide akan dibawa kemana sekolah ini.
Masih di awal taun, suamiku melakukan perjalanan ke luar negerinya yang pertama. Ke turki. Yang membuat kami sedikit mengalami konflik. Mungkin juga karena kehamilanku yang membuatku agak sedikit sensitif pada hal hal tertentu. Tapi alhamdulillah juga sudah terselesaikan dengan baik.
Hamil pertama berjalan dengan baik sampai di menit menit akhir kelahiran, banyak drama yang terjadi. Dan sudah pernah kuceritakan proses kelahiran putra pertamaku yang sangat dramatis.
Kukira itu adalah yg paling dramatis tahun ini. Ternyata aku salah. Justru puncaknya saat Faqih sudah berumur 2-4 bulan. Aku divonis gangguan hati akibat penyumbatan batu empedu di saluran pencernaan. Jadi harus operasi besar dan memotong kantung empeduku. Sungguh operasi yang berada jauh diluar ekspektasiku.
Tapi peristiwa itu ternyata sangat mengubah hidupku. Dan mungkin hidup banyak orang di sekitarku. Ada begitu banyak hikmah yang bisa dipetik. Dan meski aku menyesal karena tidak menjaga baik baik anggota tubuhku. Tapi aku tetap bersyukur karena hikmah yang Allah berikan sangat banyak dan mahal harganya.
Di tahun ini juga, tahun terakhirku mengajar di Sekolah Islam Ibnu Hajar. Tapi insyaa Allah bukan akhir dari perjalanan mengajarku. Aku masih ingin belajar. Aku masih ingin mengajar. Aku masih mau tau banyak hal. Dan aku masih ingin membuat sekolah. Entah bagaimana caranya, insyaa Allah aku pasti bisa mengajar lagi dengan izin Allah. Saat ini hanya satu muridku. Murid yang paling imut yang pernah kutemui. Murid yg juga mengajarku bagaimana menjadi bunda yang baik, yang sabar dan penuh kasih sayang. Semoga aku bisa mengajarnya sesuai dengan jalan yang Allah perintahkan. Aamiin.
Terimakasih 2022. Sungguh tahun yang penuh keringat dan airmata. Serta darah. Teruntuk taun taun berikutnya, semoga aku bertambah kuat, tangguh. Dan jangan lupa, apapun keadaannya semua sudah dalam kendali Allah. Sabar dan syukur cara menjalankan nya. Allah tidak melihat hasil. Allah liat nilai juang dan ikhlasmu, dian. Aamiin
0 notes
Text
Virus Penyakit yang baru saya temukan (atau mungkin baru saya sadari)
Jadi ternyata saya baru sadar bahwa kmarenan saya sakit itu kena penyakit ini. Yaitu penyakit kurang bersyukur.
Gejalanya apa:
Hidup gak tenang. Selalu merasa kurang dalam banyak hal. In my case, yang porsinya paling besar adalah ngerasa kurang disayang suami.
Gak suka dihakimi. Oke, mungkin ini terlalu umum. Karena banyak orang yg juga gak suka dihakimi tapi tetep bisa bersyukur. Konteksnya adalah, pas aku kurang bersyukur, terus ngerasa segala sesuatu nya masih kurang, lalu dinasehati, itu akan semakin panas rasa dalam diri.
Gak suka liat orang lain bahagia. "Kenapa sih ko dia bisa gitu, ko gue engga" ni salah satunya kejelekannya media nih. Toxic banget beneran fitur status tuh. Orang jadi nyaru banget antara mau berbagi kebahagiaan, sekalian nyerempet pamer. BIAR DIKOMEN. Niyah, ngaku aja. Gamungkin kita bikin status tapi gak pengen dikomen. Untuk saya, ya saya akui, saya bikin status agar dikomen. In fact gaada komen, dulu pas masih toxic sih kesel.
Yang terakhir ngerasa paling benar. Bahkan bisa sampe playing victim. Ya karena tadi, ngerasa kekurangan, ngerasa gak punya apa apa (in negative terms ya). Jadi ngerasa apapun yg dilakuin itu benar atas nama "ya abis gimana orang gue kurang bla bla bla."
Itu kurang lebih yg terjadi sebelum aku sakit. Lalu akhirnya "dibuka" lah sama Allah lewat kejadian aku sakit ini. Bahwa sebenarnya suamiku itu harusnya sangat sangat aku syukuri. (Semoga ini bisa jadi pengingat dian di masa depan) Suamiku itu nangis pas aku beres operasi kantong empedu. Beliau juga nangis pas aku lahiran (true story, padal aku aja ngga. Entah mungkin karena udah saking lemesnya hari itu).
Dian apasih yg dikeselin dr suami. Suaminya lebih banyak ngabisin waktu buat tidur. Harusnya bersyukur punya suami hobi tidur. Biasa suami orang hobinya ngabisin duit, tenaga, waktu. Paling ngga ini ngabisin waktu aja. Bersyukur kan harusnya? Trus apalagi, suami terkesan cuek. Ya bagus. Berarti laki. Kalo dia terlalu perhatian, sampe posesif gitu? Risih gak? Dicurigain tiap hari. Diinterogasi tiap hari. Suami kamu ngasih kamu ruang buat berekspresi sendiri. Buat berteman. Beribadah. Bersosialisasi. Bersyukur dong mbak. Hey.
Masih banyak hal lain yang bisa banget disyukuri dibanding ngitung hal yang bisa dikeluhkan.
Trus obatnya apa?
Well, sebenernya tiap orang akan punya gejala dan obatnya masing masing. Begitu juga dosis pemakaiannya juga pasti bakalan beda. But for me, here are the pills
Pertama sadar dulu. Sadar bahwa kita hanya manusia. GAK SEMPURNA. IMPERFECT. gak akan pernah ada kondisi sempurnanya. Itu yg menjadikan kita manusia. Kalo udah sadar, gak bakalan kita gak bersyukur.
Lalu coba pahami konteksnya, apasih yg bikin kita gak bersyukur? Uang? Jodoh? Keluarga? Kita kecewa sama perlakuan mereka lalu bikin kita gak bersyukur? Coba di list, nikmat hari itu apa aja ya selain kecewanya. Trus ditimbang2, lebih nikmat yg mana. Yang adil yaa nimbangnya. Btw ginjal masih lengkap, usus masih panjang, kulit masih coklat, bukan abu abu tosca itu masuk ke nikmat yagesya
Kemampuan untuk bisa bersyukur juga harus disyukuri. Karena gak semua orang bisa bersyukur. Kemampuan bersabar, mampu untuk gak dengki sama orang lain, itu juga harus disyukuri. Biar apa? Biar kita bisa bertahan untuk selalu bersyukur di setiap kesempatan.
Akhir kata, aku cuma mau bilang. Makasih ya Allah. Udah banyak menyadarkanku. Dan udah banyak ngasih aku hidayah. Tolong aku selalu ya Allah. Karena aku bukan siapa siapa tanpa Mu. Semoga Engkau maafkan aku atas doaku yg kurang sering, kurang lantang, dan kurang yakin. Harusnya aku lebih yakin saat berdoa padaMu ya Allah. Aamiin馃げ
1 note
路
View note
Text
Di antara ribuan hari yang kita lalui, ada masa di mana kita ingin menghilang saja dari dunia. Rasanya lelah dengan keadaan. Namun, ternyata Tuhan masih memberikan kita kesempatan hidup lebih lama lagi. Mungkin Ia inginkan kita memahami hakikat hidup ini dengan benar, dan tak mengizinkan kita mati dalam keadaan kalah oleh masalah.
Saat itu rasanya sudah tak ada daya lagi yang tersisa untuk menghadapi kenyataan di depan sana. Namun, lagi-lagi Tuhan masih memberikan kemampuan kita untuk menghela napas meski tersengal-sengal. Ia menyuntikkan kekuatan dalam diri kita tanpa diminta, hingga kita mulai bergerak perlahan. Tumpukkan masalah yang seperti tumpukan benang kusut mulai terurai satu persatu.
Hingga kita akhirnya sadar bahwa ternyata masalah itu tidak serumit yang kita kira, bahwa ternyata tenaga kita tak akan habis jika digunakan untuk mendaki jalan kehidupan yang penuh ujian ini. Karena sejatinya, kita hidup bukan bersandar pada diri sendiri. Kita hidup di bawah naungan dan jaminan Allah swt, Dzat yang tak akan membiarkan manusia kesulitan.
Kenyataannya, manusia sendiri yang sering mempersulit keadaan. Manusia sendiri yang berpikir bahwa ia sudah tak berdaya lagi. Padahal, sekali lagi saya jelaskan, kita tidak hidup dengan mengandalkan diri sendiri, melainkan Allah swt. Jika kita mengandalkan diri sendiri, mungkin kita tidak akan pernah bisa berjalan sejauh ini. Kita sudah kalah lebih dulu ketika kaki baru saja melangkah.
Setelah banyaknya peristiwa yang menguras pikiran, air mata, dan tenaga, semoga kita semakin paham bahwa hakikat dunia adalah sementara. Bahwa dunia hanyalah tempat ujian datang secara berkala. Sementara tempat yang abadi hanyalah di surga. Kini nikmati saja apa pun yang datang, meski tubuh ringkih kita harus terguncang. Yakinilah, selama kita memiliki keyakinan bahwa hanya Allahlah tempat kembali segala urusan dan kepada-Nya kita menyerahkan, maka in syaa Alah semuanya akan baik-baik saja.
Kelak, jika dunia ini telah berhasil kita jejaki, kita akan kembali pada kehidupan yang abadi dalam keadaan tenang dan teridai. Semoga. Di sana, kita tak lagi merasakan sakit, tak lagi merasa lelah. Yang ada hanyalah ketenangan, ketentraman, kebahagiaan yang tak akan pernah putus selamanya.
@penaalmujahidah
54 notes
路
View notes
Text

14 Oktober 2022
Hari Keduaku 27 tahun..
Kado terindah tahun ini adalah Kesehatanku. mungkin belum pulih optimal tapi setidaknya itulah yang sangat ku syukuri saat ini.
Aku dengan sejuta egoku yang amat sangat tinggi. Kini bertekuk lutut dihadapan Sang Pencipta. Pencipta Kehidupan dan Kematian.
Lagi, sakitku mungkin tidak ada apa apanya dibandingkan dengan ujian istri atau anak atau ibu yang lain. Tapi aku.. makhluk yang lemah ini terbukti tidak bisa melakukan apapun jika tidak dikehendakiNya.
3 bulan, 5 kali opname. Dengan banyak sekali diagnosa. Tak terhitung berapa liter "obat" yang sudah mengalir dalam darahku. Intinya hanya satu. Jika kamu bersyukur maka akan Allah tambah nikmatNya. Dan jika kamu kufur sungguh azab Allah sangat pedih.
Allah Maha Sayang sama hambaNya. Foto diatas harusnya udah bisa jadi pengingat Dian untuk SELALU Bersyukur. Apapun kondisinya. Karena Allah selalu punya cara untuk menjadikan hambaNya sesuai seperti yang Dia inginkan.
Terimakasih ya Allah. Engkau hadirkan sakit ini dan Engkau tampakkan semua yang membutakan hamba selama ini. Semoga sakit ini bisa benar benar berkah dan merubah hamba menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Untuk menghamba dan menjadi sebaik baik hambaMu. Aamiin aamiin yaa rabbal 'alamin馃げ
1 note
路
View note
Text
Bogor, 8 September 2022
Kepada Dian di masa depan..
Hai!
Apakabar?
Sehat badanmu? Fikirmu? Hatimu? Imanmu?
Aku harap semua jawabannya adalah anggukan.
Karena di hari ini, semua jawabannya adalah gelengan.
Mungkin di hari lalu, Allah pernah mendengar doaku yang salah. Lalu dikabul disaat yang sama. Allah Maha Tau sedangkan aku tidak. Juga Allah Maha Baik, masih mengizinkanku hidup. Membereskan semua yang berantakan. Pikiranku, hatiku, imanku, fisik ku.
Terlalu banyak suara dalam benak. Sampai ingin rehat saja, rasanya aku tak mampu. Terlalu banyak inginku, terlalu sedikit tenagaku. Aku gak tau lagi mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari.
Saat ini, 4 hari menjelang 2 bulan Faqih. Aku masih tertatih mencari jalan, mencari alasan, untuk apa hari ini aku hidup?
Beribadah? Tapi aku jauh dari suamiku, berharap bisa melayaninya dengan baik sebagai istri yang insyaa Allah shaliha. Dan berusaha memenuhi amanah mengajar anak dengan sepenuhnya. Tapi aku begitu payah.
Apa ikhlas dengan kepayahan ini disebut ibadah? Lemah sekali indikator kekuatanku hari ini? Apa tidak ada cara lain agar sekalipun aku payah, tapi masih bisa membahagiakan suami dan merawat anak?
Fisik yang Allah berikan ini, memang hak Allah. Tapi mana yang lebih baik? Aku berusaha keras dengan yang lemah, hingga aku semakin lemah? Atau berdamai dengan kelemahanku hingga banyak yang kulewatkan di masa aku rehat?
Ya Allah, ujian dariMu ini begitu ringan dibanding para sayidah di masa Rasulullah dulu, bahkan dibandingkan ulama, atau dibandingkan dengan orang sekitarku yg lain pun masih banyak yg lebih pahit cobaannya. Lalu aku harus bagaimana?
Aku tidak ingin menyerah, tapi selalu runtuh tiap kali memaksa diri untuk berusaha. Bagaimana caranya ikhlas untuk tidak melakukan apa apa? Padahal ada banyak hal yang harus dilakukan dan diselesaikan?
Hai dian di masa depan, satu hari jika kamu menemukan tulisan ini. Jangan marah pada dirimu sendiri. Dia sudah sangat berusaha keluar dari kebingungannya sendiri. Dia juga manusia. Dia hanya bisa belajar, tapi tidak akan pernah jadi sempurna.
1 note
路
View note
Text
New Normal
Assalamu'alaykum. Sebagai pembuka tulisan kali ini. Dan sebagai pembuka juga untuk "aku" yang baru. Baru saja sembuh dari baby blues tepatnya. Wkwkwk
Well, aku gak nyangka ternyata bisa juga kena baby blues. Dulu pas masih single, ngeliat temen temen aku yg baru pada lahiran bisa kena baby blues itu wondering aja sih. Kok bisa ya dia kena baby blues. Padal orangnya suka banget anak kecil, keibuan, atau lain lain sebagainya. Sampe dengan sombongnya ku pernah mikir bahwa ku gak akan kena baby blues.
And here I am right now. Alumni baby blues.
Ini bukan sebuah kebanggaan sih. Jujur sebenernya nulis kaya gini tuh buat pengingat saja untuk diri sendiri dan mungkin pembaca (kalo ada yang baca) bahwa mental health seseorang itu beneran isu serius. Terutama ketika menghadapi hal yang baru "banget" dalam hidupnya.
Punya anak kan baru yah. Di postingan sebelumnya ku udah bilang bahwa ku lahiran normal dengan jahitan super banyak bekas jalan debay nya. Dan itu sakit. Butuh waktu buat recover. Disaat yang sama, bayiku juga lagi adaptasi dari alam ketuban ke alam dunia. Yang sangat jauh berbeda sekali kondisinya. Dia bukan hanya jetlag kalo manusia mah. Tapi juga rahim lag, atau time lag, atau place lag dan segala macem. Cahaya aja bisa jadi ancaman buat dia. Jadi percampuran 2 adaptasi itu cukup membuat aku stres.
Dia yang nangis mulu tiap malem. Dan disaat yg sama juga aku baru tidur 2 jam. Harus menterjemahkan juga dia lagi aus atau pengen ganti popok atau kedinginan. Dsb. Lalu juga alhamdulillah aku diberi karunia anak cowok yang kalo udah minta ASI itu bisa sampe banyak banget. Benar benar rezeki kaan..
Ditambah, banyak kondisi yang misal anak aku rewel itu pasti jadi kesalahan aku. Padal belum tentu juga aku penyebabnya. Paham gak? Dia kan gabisa bilang nih masalah dia apa, tapi yang salah jadi ibunya. Whicis gaada yang salah sih. I mean, ya siapa lagi biang keroknya kalo bukan ibunya. Tapi kondisi kondisi yg tidak biasa itu yang tidak mudah untuk ku terima.
Dan puncaknya, 2 minggu setelah dia lahir, aku opname. Diagnosanya Bronkopneumonia yang aku gatau kenapa bisa kena itu juga disaat yang sangat tidak tepat.
Tapi mungkin ini titik balik sembuh dari baby blues. Kugempur sakitnya sampe akhirnya dibolehin pulang sama dokternya. Meski belum sembuh total, ternyata aku mulai bisa bersyukur bisa ketemu lagi sama anak bayiku. Padal sebelumnya, kalo ketemu itu kaya rasanya sedih aja gitu serba salah. Alhamdulillah udah mulai sembuh baby blues nya.
Faqih anak yang istimewa. Di 7 hari awal hidupnya dia susah nafas, kedinginan, tidur sepanjang siang dan bangun sepanjang malam. Lalu di minggu berikutnya mulai bisa adaptasi. Kemudian pindah lokasi ke tempat yang gerah, dia adaptasi lagi. Dulu pas faqih belum lahir, aku pernah baca bahwa mungkin bayi emang gak ngerti ucapan kita. Tapi kita bisa sugesti dengan keyakinan. Aku selalu sugesti dia buat sabar ketika udah mulai rewel dan nangis sampe kenceng banget tengah malem. Sampe akunya sendiri yang gak sabar. Aku baru sadar, aku yang butuh sugesti sepertinya.
Belum lagi suami aku yang agak spesial juga jam tidurnya. Di awal kelahiran Faqih ini sampe drama banget. Perkara tidur doang sampe konflik ber episode episode. Sebenernya gak ada yang bener bener salah, semua emang masih tahap adaptasi. Baik aku atau suami aku. Mungkin karena adaptasi bagianku "sedikit dipaksa untuk lebih cepat". Jadinya ada rasa iri, kenapa suamiku begini dan begitu. Tapi pada akhirnya emang hanya komunikasi yang bisa menjadi jalan keluar konflik rumah tangga.
Alhamdulillah punya suami yang udah sadar bahwa istrinya gampang stres, gampang baper, nangis dsb. Dari yang dulu kalo aku nangis dimarahin sama dia. Sampe sekarang, kalo aku nangis seharian pun dia akan tahan nemenin. Dari situ aja udah ada proses bertumbuh yang berjalan. Dan harus disyukuri.
Well, sebulan awal kelahiran Faqih banyak sekali ngasih aku pelajaran. Buat jadi orangtua yang lebih dulu ngejalanin nasihat yang dikasih ke anaknya. Jangan berharap anak bisa dengerin nasihat kita kalo kitanya aja gamau ngelakuin apa yang jadi nasihat kita. Kalo aku bilang ke Faqih buat sabar, aku harus lebih sabar. Kalo aku bilang ke Faqih buat ikhlas, aku harus lebih ikhlas.
Makasih ya nak. Di 30 hari hidup kamu, udah ngasih pelajaran berharga buat bunda. Masyaa Allah Tabarakallah. Rabbi habli minaashalihiin.
Makasih juga pak suami. Yang meskipun nyebelin tapi selalu berusaha bertumbuh buat keluarganya. ILYSM馃槝
0 notes
Text
Ada banyak draft yang tidak ku posting atau memang sengaja tidak kuselesaikan. Tidak untuk draft yang ini. Akan kuselesaikan, kutuntaskan dan kubagikan untuk diriku sendiri di masa depan.
Dear dian, terimakasih sudah keluar dari satu lagi zona nyamanmu. Yang mungkin bagi sebagian orang memang sudah kodrat, tapi bagimu ini sulit luar biasa dan kamu bisa melaluinya. I'm so proud of you dear.
Miracle
Minggu, 10 Juli 2022.
Hari Raya Idul Adha. Kandunganku udah masuk 38 minggu 5 hari dari HPHT. Udah berat dan engap banget. Saat itu rasanya pengen mecahin perut aja pake jarum saking ngerasa lama si dedek gak keluar keluar. Udah sensitif banget, bahkan sama suami sendiri rasanya udah kaya pengen ngejauh gitu akunya. Ngerasa gak dapet support padal dia support terus mau aku. Akunya aja yg sensian. Dan gak sabaran karna baby belum lahir lahir. Aku masih sempet solat id. Meskipun, itu adalah solat id ter-membingungkan yang pernah aku ikuti. Karna imamnya ibu ibu. Padal sebelahnya ada masjid, yang imam solatnya bapak bapak. Jadi ibu2 dan bapak2 misah solatnya. Agak asing buat aku. Tapi karna dah terlanjur yaudalah.
Pulangnya, mas suami ngajak ke rumah ortu aku. Tapi aku yang gak mau. Aku malu. Belum juga lahiran. Aku ngerasa apa aku gabisa lahiran ya? Kenapa orang2 bisa udah pada lahiran, aku belum juga. Padal kalo sedikit logis, apapun yang terjadi itu baby pasti lahir dong. Karna dia kan gak suitable tinggal dalem perut aku. Apapun yg terjadi dia pasti keluar. Aku aja yg gak sabar nunggu dia keluar dan gak sabar denger orang nanya nanya muluk. Bukan sebel sama orangnya sih. Sebel karena gue sendiri gatau jawabannya apa kalo ditanya "kapan lahirnya?". Karna jujur aja hpl udah tinggal berapa hari lagi tapi kontraksi pun gaada. Flek gaada, pecah ketuban pun nggak. Sungguh kutak tau kenapa aku begitu. Makanya sebel kalo ditanya tanya wkwk
Lagi lagi drama berlangsung sama suami. Dia pengen pulang ke rumah ortunya. Jadi nitipin aku di ortu aku. Tapi aku gamau ke ortu aku. Aku gamau kmana mana. Aku gamau ketemu siapa siapa. Drama emang aku tau. Tapi yaa gitulah. Kujuga gatau kenapa se dramatis itu.
Endingnya dia yg ngalah. Lagi lagi dia yang ngalah. Dia gak ke gunungputri, aku juga gak ke ciawi. Kita wasting time aja berdua. Gak ikut motong kambing ataupun sapi. Tapi aku ngerasa lebih baik. Aku ngerasa dipahami. Meskipun pasti sulit pahami aku.
Lalu ortu akhirnya yang ke rumah. Ngecek kondisi anaknya dan nanya kenapa gak jadi ke rumah. Suami ngeles dengan bilang akunya sakit. Tapi saat itu terjadi emang beneran sakit sih.
Lalu orangtua dengan bijak ngasih nasihat, kenapa stres sendiri. Yaudah relax aja, siapatau dia emang pengen lahir deket uti nya (mbah putri, disingkat uti). Dan aku lalu tersugesti dengan pesan itu.
Besoknya aku minta sama suami untuk mengizinkan aku "cek up" di bidan deket rumah mama. Kita underlined kata "cek up" ya. Karena ini akan sangat dramatis.
Aku janjian sama mama di bidan yang di maksud. Selama perjalanan, gaada yg terjadi. Gaada kontraksi, gaada sakit apapun, gaada darah, ketuban, cairan apapun. Nope. I feel good. Gaada feeling apapun juga. Sampe di bidan. Gatau kenapa tu bidannya langsung grasak grusuk gitu. Aku turun dari grabcar langsung disuruh tiduran. Dan CEK PEMBUKAAN. Syok sih sebenernya. Tapi ya mungkin emang gitu prosedur disini. Aku blm pernah lahiran, I really have no idea what's going on here. Dia bahkan gak buka rekam medis aku samsek. Gak buka hasil usg terakhir juga. Nanya cuma, berapa usia kandungan, trus dia cek detak jantung bayi dan udah aja gitu cek pembukaan.
Katanya UDAH PEMBUKAAN 2. Lebih kaget lagi dong gais. Tapi yaudah, sekali lagi ku dengan polosnya terima aja informasi itu. Cuman ada yg mulai bikin bingung, abis dikasih tau pembukaan 2, ku nanya boleh pulang gak (karna setau aku pembukaan 2 itu masih lama banget, masih boleh pulang). Bidannya bilang gaboleh. Kudisuruh nunggu disitu. Dia kasih pil pil gitu kan. Awalnya bentuk utuh gitu. Bilangnya vitamin. Yang kedua dikasih lagi, cuma separo. Beneran pil bunder dibagi 2 gitu. Ku bingung kan. Tapi tetep kuminum. Abis itu perutku mulai sakit tuh. Sakit kek haid gitu. Sama mama disuruh mondar mandir kan. Biar ndorong bayinya ke bawah katanya.
Oke sampe sini kalo detail bgt bakal panjang bgt. Intinya seharian itu aku dikasih pil induksi tapi aku gatau kalo itu pil induksi. Dan itu bahaya banget sebenernya buat bayinya. Soalnya kan belum waktunya keluar tapi kek seolah dipaksa keluar gitu. Dan ternyata induksinya pun gagal. Suami aku udah langsung protes ke bidannya. Dan akhirnya aku dirujuk ke rs. Whicis aku tau endingnya pasti aku di sesar. Tapi aku masih mencoba optimis. Dirujuk ke rs ummi alhamdulillah aku dapet ners yang kooperatif. Aku ceritain kejadian aku dan dia paham kondisinya lalu aku diizinkan buat lahiran normal di bidan awal tempat aku periksa. Di Katulampa.
Setelah serangkaian proses keliling bogor selama 2 hari itu akhirnya aku bisa lahiran normal di klinik bidan eko katulampa. Dan itu cepet banget. Hari selasa abis maghrib pembukaan 5 setelah akhirnya bidannya ngasih infus ke aku. Soalnya aku udah lemes banget. Dan 20 menit kemudian udah pembukaan lengkap. Bahkan suami aku gak sempet ngeliat proses persalinannya karena lagi solat isya. Itu adalah proses ngeden ter-wadidaw yang pernah aku lakukan. Saking wadidawnya itu jahitan sampe 20 jaitan lebih. Karena anak aku juga tangannya keatas pas lagi lahiran. Jadi robekannya besar. Alhamdulillah sebulan persalinan masih kerasa ngilunya di bawah. Hemmm..
Well kenapa ku kekeuh gamau sesar? Karena pertama, emang udah diniatin. Kedua, ku merasa belum ada usaha apapun buat bisa normal ngelahirin si debay. Jadi pas ditawarin sesar tuh kaya, ku percaya ku masih bisa normal kok. Apapun hasilnya, aku mau usahain normal dulu. Tanpa induksi. Hanya dengan kontraksi alami. Alhamdulillah we did it. Ku dan bayiku. Alhamdulillah makasih banyak ya Allah.
Hikmah selanjutnya, setiap anak sudah punya takdirnya masing-masing. Gak akan pernah kecepetan atau juga gabisa dipercepat. Semua sudah sesuai porsi masing-masing. Maka sabar adalah kewajiban. Terutama bersabar terhadap takdir Allah SWT.
Selasa, 12 Juli 2022 lahir seorang anak laki-laki Muhammad Faqih Mubarok berat 3 kg, panjang 50cm, lingkar kepala 33cm. Anak ayah Fadel Mubarok dan bunda Diana Andriani.
0 notes
Text
Yearning
Kata orang, rindu harus berbalas temu. Agar hutangnya lunas.
Lalu bagaimana, jika yang kamu rindukan adalah dirimu sendiri?
Beberapa bulan terakhir rasanya seperti hilang. Kosong yang entah isinya pada kemana. Seperti banyak hal yang harus dikerjakan tapi tidak satupun betah untuk dikerjakan.
Badan lemas, pinggang sakit, punggung kelu, satu rangkaian sistem organ seperti remuk yang entah digeprek pake apa.
Aku hilang. Fokusku melayang, mengawang. Aku kehilangan dia.
Diriku beberapa bulan sebelum ini. Semua rasanya begitu mendadak. Aku bahkan tidak siap-siap dulu. Packing untuk pergi ke masa depan. Rasanya sangat jauh dari kata siap.
Terutama kehamilanku.
Tidak. Sama sekali tidak kusesali. Aku hanya belum sempat berpamitan dengan diriku di masa lalu. Belum sempat meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik baik saja. Dan aku bisa kembali bertemu dengannya. Menjadi dirinya, dengan versi yang lebih baik.
Aku hanya tidak pernah menyangka, bahwa proses menjadi diri yang baru ini, sesulit ini.
Dalam setahun, statusku sudah berubah 3x.
Aku tidak tahu mana yang lebih baik. Fokus pada masa depan yang kutau belum ada yang pasti. Atau menghargai diri sendiri dulu di masa kini, yang masih merindu diriku dari masa lalu.
Mungkin aku terlihat lebai. Tapi sesulit itu menjadi sesuatu yang baru dalam waktu yang singkat.
Aku tidak menyesal. Aku hanya sedang rindu.
0 notes
Text
Aku, hamil dan kenangan
Wkwk judulnya dah kaya judul album
Nulis lagi.. after several kemageran dan iritabilitas terhadap lingkungan yang mulai bisa ditangani (akhirnya), dan juga beberapa kenangan yang ingin dinarasikan lalu dibaca kembali beberapa tahun kedepannya nanti.
Well, hamil. Pregnant. Gapernah nyangka akhirnya ada di fase ini. Kalo dipikir pikir tuh ini jatohnya cepet bgt loh. Gak kerasa udah di khitbah, gak kerasa udah lamaran, gak kerasa udah nikah, gak kerasa udah hamil, dan skrg tiba tiba udah 7 bulan.
Ngga deng, gak tiba tiba. Prosesnya panjang sekali. Lebih detail, proses penerimaan nya yang panjang. Sadar bahwa ada sesuatu di dalem diri sendiri. Tapi menerima bahwa "dia" yang kini menjadi fokus, itu yang sulit.
Awalnya kupikir hamil akan semudah yaudah ada daging tambahan dalam badan. Unfortunately, nope. Hampir 5 bulan pertama, harus menerima diri yang mudah sekali untuk muntah. Sampai ada hari dimana gak ada satupun yg bisa masuk ke tenggorokan even just air transparan (air minum). Di infus lah tuh seharian.
Gak peduli di kontrakan, di rumah, di sekolah, atau bahkan lagi jalan jalan pun isi perut harus dikeluarkan. Gak perlu ditanya rasanya gimana. Mau makan tuh sampe takut, takut harus dikeluarin lagi, takut sakit lagi.
Seharian cuma sanggup rebahan. Pusing keliyengan dsb. Dan itu baru 5 bulan awalnya. Dari segi fisik. Semua berubah. Gurat gurat merah yang orang sebut strech mark, merekah menghiasi badan. Awalnya aku nerima nerima aja. Tapi setelah makin banyak, jadi sedih sendiri.. "apa harus segininya?" Sering ditanyakan tapi tidak ada yang menjawab.
Di 5 bulan pertama itu juga, nangis tuh bukan lagi karena hal penting. Seringnya karena sesimpel ditinggalin suami aja. Pergi gak pamit, atau telat pulang, atau gak diperhatiin. Malah kadang gaada alesan pengen nangis aja. Sampe suami stres sendiri, bingung gatau salahnya dimana. Same here. Bingung juga kenapa begini banget.
Pengalaman pertama hamil, rasanya kaya pegawai rumah makan padang di hari pertama kerja yang harus bawa piring disusun susun langsung full di tangan. Iya tau emang udah jobdesk, tapi harus langsung secepat itu? Apa gabisa ada level tutorial dulu?
Tapi makin kesini, makin banyak yang merhatiin. Kadang malah makin melankolis. "Kok orang perhatiannya pas gue hamil doang sih? Kmaren kmaren biasa aja" iya emang ku masih se-egois itu. Entah bawaan darimana ya. Tapi ya bener, semua perhatian itu karena akunya hamil. Coba gak hamil. Mana ada diperhatiin gitu.
Tapi kemudian ku ambil sisi positifnya. Betapa Allah Maha Besarnya menitipkan salah satu hambaNya untuk bisa aku lahirkan. Ini kita ngomongin tentang seorang makhluk yang egois bgt dan keras kepala, kok bisa Allah baik bgt nitipin ke aku, dengan segala kelemahan aku.
Betapa Allah sangat mengajarkan aku bagaimana belajar untuk bisa mengatur diri dan kehidupan sekitar lebih baik lagi. Cape memang. Tapi sebanding sama pahala yang dijanjikan. Serius hamil tuh capek bgt. Kaya orang normal aja ngelakuin hal sehari hari capek kan? Apalagi yg hamil?
Beruntung juga dikaruniai suami yang pengertian, paham kondisi istrinya, peka banget. Meskipun gak boong ya tetep ada sisi nyebelinnya, tapi ya sama dia juga masih pertama kali ngadepin istrinya hamil. Dia juga gapunya pengalaman itu. Dan disini kita sama sama belajar.
Di trimester akhir ini, jujur sebenernya udah berat bgt badan que. Kalo dulu mikirnya adalah gimana caranya biar si baby ini selalu dapet asupan baik dengan cara yang baik dan tidak sakit. Kalo skrg yang dipikirin adalah, gimana caranya ngeluarin bayi ini dengan baik dan tidak sakit juga. Itu bikin overthink bgt sebenernya.
Sampe stres sih insyaa Allah ngga, tapi yang namanya takut, gak bisa boong pasti ada dong. Dan bukan hanya takut ngeluarin nya. Tapi takut juga salah mendidiknya, salah ngajarinnya, gimana cara dia harus menyikapi lingkungannya. Dan tugas tugas lain yang pasti tambah banyak seiring dengan pertambahan anggota keluarga baru ini.
Bismillah semoga Allah mudahkan
Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nasir馃げ
0 notes
Text
Malam yang galau
25 taun tidur sendirian gapernah se-ovethink ini wkwk
Well, ada banyak sekali yang kupikirkan. Mulai dari resolusiku yang akhirnya di-ejawantahkan oleh suamiku. But I feel so much happy for him. Ku gak tau ya kenapa bisa se-ajaib itu. Orang yang dulu sangat ingin ku hindari, dan ku sambit dengan dahan tanaman toge, sekarang jadi alasan kebahagiaanku. Pernah denger gak, "aku akan bahagia kalo kamu bahagia, meski gak harus karena aku atau bersama aku". That's what I feel rn.

Lalu kepikiran juga selama jadi istri, belum pernah ditinggal dinas sejauh ini. Sedih, galau, pembenarannya tinggal bilang, bawaan bayi inimah. Kalo ada mas, pasti dia bilang "fitnah aja terus anaknya" wkwk. Tapi beneran, rasanya kaya kangen banget. Padahal baru juga sehari. Ku baca di penelitian, emang kalo lagi hamil itu emosionalnya tinggi bgt. Gak marah marah tapi bawaannya melow. Hiks
Kepikiran murid juga. Kayanya mereka happy dan kayanya too happy. But its okay. They deserve it.
Hoaaammm.. overthinking sampe bikin ngantuk. Oke baik segitu saja
0 notes
Text
Randomity
Ku punya satu hobi yang baru kusadari sejak nikah. Maksudnya dia udah ada sejak lama. Tapi karena suamiku menyatakan "kamu kayanya bagus deh kalo lagi review film gitu" kujadi baru tau bahwa itu adalah hobi.
Dah lama suka nonton. Dan genre film nya juga kurang suka yang to the point ketauan jalan ceritanya gimana. Justru semakin misterius, ku semakin suka. Dan baru sadar juga, dari dulu emang suka misteri. Bukan misteri horor gitu ya. Tapi kaya semacam memecahkan "who did this?" Atau "how he did this?" Itu yang excited banget. Sampe beberapa film tuh nemplok banget di kepala saking sukanya.
Semacam Gone Girl, Murder on the Orient Express, Escape Room, Escape Room 2, Bad Times at the El Royal. kalo di Indo ada tuh yang lumayan bikin mikir juga Penyalin Cahaya, trus Surat dari Praha, Modus Anomali. Korea juga lumayan banyak kan. Thailand juga sama. Cuma pada lupa judulnya.
Yang jelas film plot twist itu greget banget bikin kesel dan bikin penasaran. Sensasi pas nontonnya tuh dapet banget.
Tapi dipikir pikir kayanya setiap manusia sebenernya hidupnya plot twist deh. Kaya kita gapernah tau bahwa orang yang kita temui di tahun sekian bisa jadi jodoh kita di tahun sekian, atau bisa jadi alasan kita meninggal, atau bisa jadi seseorang yang paling berharga di hidup kita.
Seems like, Life itself full of plot twist from the first place.
Kepikiran buat satu hari nanti bikin film dari kehidupan atau dari buku yang Genrenya Thriller dan penuh plot twist gitu. Sampe beberapa skenario udah ada loh di kepala que.
Dan skenario kaya gitu udah sering banget hidup di kepala mulai sekitar SMP gitu loh. Misal niyah, misal di kelas uang kas tuh ilang, itu tuh bisa kaya ku bilang ke anak di kelas tentang skenario penjebakan yang ngambil duitnya. Sampe kalo misal ada surat cinta yang dikasih penggemar ke temen deket gitu, ku juga yang selidikin, siapa yang paling mencurigakan, kaya dimulai dari siapa yg berangkat paling dluan, siapa yang suka dudukin bangku temen deket ue, siapa yang piket bagian hari itu. Ih seru banget yak.
Ah jangan jangan aku punya bakat jadi detektif馃
0 notes