prabowokadir
prabowokadir
MPK
33 posts
Cogito ergo sum
Don't wanna be here? Send us removal request.
prabowokadir · 7 years ago
Text
Logical Thinking Dalam Mathematical Modelling Sebagai Pilar Dasar Artificial Intelligence Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Di era globalisasi saat ini, umat manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan teknologi dan informasi. Mulai dari golongan individu, kelompok, hingga perusahaan dengan skala internasional sekalipun telah memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh teknologi dan informasi. Hal ini yang kemudian menjadi penyebab munculnya konsep Revolusi Industri 4.0 yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom terkenal asal Jerman yaitu Profesor Klaus Schwab. Menurut Profesor Klaus Schwab, Revolusi Industri 4.0 diyakini tidak hanya berpotensi merombak ranah industri tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Sehingga seiring berjalannya waktu, negara-negara yang ada di dunia termasuk Indonesia beserta masyarakat di dalamnya harus siap untuk menyambut dan menghadapi Revolusi Industri 4.0. Dalam pelaksanaannya sendiri, Revolusi Industri 4.0 mencakup beragam teknologi canggih, seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), wearables, robotika canggih, dan 3D printing.
Matematika yang merupakan salah satu bidang ilmu akan sangat berperan aktif di era globalisasi, khususnya dalam menyambut Revolusi Industri 4.0. Salah satu contoh peranan yang dapat diberikan oleh matematika adalah berperan penting dalam pembuatan Artificial Intelligence (AI) dengan menggunakan mathematical modelling. Hal inilah yang kemudian akan penulis kembangkan dalam tulisan kali ini.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, saya memberikan beberapa identifikasi masalah yang di antaranya adalah :
1. Maraknya penggunaan teknologi dan informasi khususnya Artificial Intelligence (AI) yang berdampak munculnya Revolusi Industri 4.0, dan
2. Pentingnya matematika khususnya mathematical modelling sebagai pilar dasar guna menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence (AI) belakangan ini telah banyak diperbincangkan oleh beberapa lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan karena maraknya penggunaan teknologi dan informasi oleh masyarakat luas. Terlebih di zaman yang serba modern dan serba instan, masyarakat pastinya akan lebih banyak memanfaatkan teknologi yang telah disediakan, guna memudahkan aktivitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Adapun salah satu contoh dari pemanfaatan teknologi tersebut adalah penggunaan Artificial Intelligence (AI).
Menurut John McCarthy (1956), kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah memodelkan proses berpikir manusia dan mendesain mesin tersebut agar mampu menirukan perilaku manusia. Selain itu, menurut H. A. Simon (1987), mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan merupakan kawasan penelitian, aplikasi, dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan suatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas. Berdasarkan kedua uraian definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan buatan adalah memodelkan proses berpikir manusia dengan menggunakan bantuan pemrograman komputer. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu dasar utama bahwa seorang matematikawan akan sangat berperan aktif dalam perkembangan Revolusi Industri 4.0.
Pemodelan Matematika
Sama halnya dengan bidang ilmu lain, matematika juga memiliki cabang ilmunya tersendiri, yang salah satunya adalah mathematical modelling atau pemodelan matematika. Cabang ilmu inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh akademisi atau periset, baik yang merupakan matematikawan ataupun non-matematikawan. Menurut Prayudi (2006), mengungkapkan bahwa pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk mempresentasikan dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem pada dunia nyata ke dalam pernyataan matematika sehingga diperoleh pemahaman dari masalah dunia nyata ini menjadi lebih tepat. Sehingga, banyak hal yang secara kasat mata sulit untuk diprediksi tapi akan sangat memungkinkan jika kita melakukan proses pemodelan matematika terlebih dahulu, guna mengetahui perkiraan jawabannya di dunia nyata.
Dalam prosesnya, pemodelan matematika memiliki alur pengerjaan tersendiri yang harus dilakukan, berikut dilampirkan grafik pengerjaannya beserta dengan penjelasan di masing-masing langkahnya
Tumblr media
                          Gambar 1. Tahapan Pemodelan Matematika
1. Mendefinisikan terlebih dahulu persoalan yang terdapat di dunia nyata dengan membuat asumsi seperlunya dan juga mendefinisikan variabel yang akan digunakan untuk membuat model matematikanya.
2. Dengan menggunakan cabang ilmu yang ada di matematika, kemudian dapat dibuat model matematika sesuai dengan asumsi dan juga variabel yang telah kita buat sebelumnya.
3. Membuat kesimpulan matematika dan menafsirkannya sebagai informasi yang berkaitan dengan persoalan yang dimodelkan.
4. Melakukan proses analisis dengan menguji data yang ada di dunia nyata. Jika perkiraan yang didapatkan masih belum sesuai dengan data yang ada di dunia nyata maka model yang kita dapatkan sebelumnya dapat diperhalus atau membuat formula baru dan melakukan proses yang sama dari awal.
Korelasi Antara Pemodelan Matematika dan Artificial Intelligence
Kadang kita bertanya-tanya sebenarnya apa kegunaan dari matematika untuk kehidupan kita sehari-hari? Tidak hanya sekadar berhitung dan melatih logika berpikir, semua hal yang ada di matematika akan sangat bermanfaat dalam kehidupan kita. Mulai dari aritmatika sampai dengan kalkulus, semuanya akan sangat berguna jika kita tau cara menggunakannya seperti apa.
Dunia beserta dengan segala sesuatu di dalamnya berisikan banyak pertanyaan-pertanyaan penting di dalamnya yang masih belum terjawab, baik itu pertanyaan tentang kejadian di masa lampau atau kejadian di masa yang akan datang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi sebuah skenario dunia nyata terlebih untuk seorang matematikawan, untuk membuat model matematika seperti apa yang akan memberikan jawab atas pertanyaan satu dan pertanyaan lainnya.
Pemodelan adalah sebuah proses yang menggunakan matematika untuk merepresentasikan, menganalisis, membuat prediksi, atau sebaliknya memberikan wawasan tentang fenomena dunia nyata. Jadi daripada banyak mempertanyakan kegunaan matematika nantinya apa, maka ada baiknya semua ilmu yang ada di matematika salah satunya dapat kita gunakan untuk proses pemodelan. Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses pemodelan adalah mendefinisikan masalah atau pertanyaan yang ada di dunia nyata agar penelitian yang kita lakukan terkait masalah tersebut akan menjadi lebih mudah. Setelah itu, kita harus membuat asumsi terkait masalah yang sedang kita teliti. Dengan membuat asumsi artinya kita akan menyingkirkan hal asing yang merupakan faktor tidak penting dalam masalah yang kita teliti. Selanjutnya, kita perlu untuk mendefinisikan variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti guna membantu kita dalam membuat sebuah rumus matematika. Sehingga pada akhirnya kita dapat menggunakan semua ilmu di matematika yang telah kita ketahui untuk membuat sebuah model matematika dari permasalahan yang kita punya. Model matematika yang telah kita dapatkan harus dianalsis terlebih dahulu agar sesuai dengan data yang ada sebelum akhirnya membuat laporan terhadap model yang telah dibuat.
Jika dengan menggunakan pemodelan matematika kita dapat membuat model matematika berdasarkan permasalahan yang ada di dunia nyata, maka model matematika tersebut dapat kita interpretasikan ke dalam bentuk software ataupun mesin yang termasuk golongan Artificial Intelligence (AI) guna memudahkan kita untuk memprediksi atau mendapatkan jawaban dari masalah yang ada di dunia nyata. Selain itu, seorang matematikawan akan lebih diuntungkan dalam proses memodelkan suatu masalah, dikarenakan logika dan analisis yang terus diasah selama berhadapan dengan matematika. Dengan adanya hal ini maka akan sangat memudahkan setiap individu dalam menyelesaikan permasalahannya sehari-hari. Tidak hanya itu, sebuah perusahaan dengan skala besar juga dapat tercakup dalam golongan yang diuntungkan dengan adanya Artificial Intelligence (AI), terlebih ketika model matematika yang dibuat berdasarkan masalah yang memang akan atau tengah dihadapi oleh perusahaan tersebut.
Pada dasarnya, seorang matematikawan yang telah diasah logika berpikirnya juga dapat dengan mudah membuat sebuah software atau suatu mesin. Hal ini didukung oleh fakta dalam pemrograman komputer yang sangat dibutuhkan adalah logika berpikirnya agar dapat merampungkan sebuah program yang bahkan telah dimodelkan terlebih dahulu dengan sederhana oleh seorang matematikawan juga. Sehingga, bukan tidak mungkin seorang matematikawan akan mampu mengerjakan banyak hal dalam mendukung Revolusi Industri 4.0 nantinya.
Berdasarkan penjelasan dari Artificial Intelligence (AI) dan juga pemodelan matematika di atas, kita dapat menarik benang merah antara keduanya, di mana pemodelan matematika yang disertai dengan logika berpikir yang bagus akan sangat berperan aktif sebagai pilar dasar dalam Revolusi Industri 4.0 khususnya di bidang Artificial Intelligence (AI). Harapannya, agar dikemudian hari orang-orang yang berkecimpung dalam dunia matematika diberikan kesempatan untuk turun langsung dalam Revolusi Industri 4.0, baik itu sebagai seorang akademisi, periset, ataupun pekerja lapangan sekalipun, guna memperkuat dasar dari Revolusi Industri 4.0 itu sendiri. Selain itu, diharapkan agar bidang ilmu di luar matematika, harus diperkuat logika berpikirnya, salah satu caranya dengan belajar matematika, meskipun hanya hal dasar sekalipun.
Sumber :
https://aiukswgkelompok11.wordpress.com/definisi-artificial-intelligence/
https://himatika.fmipa.ugm.ac.id/2016/11/25/permodelan-matematika/
0 notes
prabowokadir · 7 years ago
Text
Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Menanggapi Proses Legalisasi LGBT di Indonesia
Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau biasa disingkat menjadi LGBT, belakangan ini menjadi hangat diperbincangkan oleh masyarakat umum di berbagai negara, baik di Amerika, Eropa, bahkan Asia termasuk Indonesia. Hal tersebut tidak luput dari gerakan mereka yang semakin aktif dalam mengawal proses legalisasi LGBT di hampir semua negara. Bahkan sampai dengan 20 Desember 2017, terdapat 25 negara yang telah melegalkan pernikahan sesama jenis, beberapa negara di antaranya adalah Argentina, Brazil, Prancis, Jerman, Belanda, Portugal, Afrika Selatan, Spanyol, Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya.
Di Indonesia, kini sedang dilakukan revisi UU KUHP terkait perilaku LGBT. Bahkan sempat beredar isu bahwa terdapat lima fraksi di DPR yang pro terhadap LGBT. Terlepas dari benar tidaknya berita tersebut, tentu akan semakin memanaskan isu terkait LGBT. Pro dan kontra pun kian marak kita dengarkan di kalangan masyarakat. Tentu hal ini dapat mencerminkan bahwa Indonesia berada dalam kondisi darurat LGBT, sehingga pantas untuk kita cari solusinya. Penyelesaian dari masalah tersebut menjadi tujuan utama yang akan dipaparkan dalam tulisan ini, tidak hanya memandang dari satu sudut ilmu pengetahuan, tetapi juga menggunakan beberapa ilmu pengetahuan lainnya, guna terciptanya integrasi ilmu pengetahuan yang sekiranya dapat memberikan satu solusi di akhir nantinya.
Berdasarkan Sudut Pandang Hukum
Kaum LGBT sedang menghadapi tantangan hukum dan prasangka yang tidak dialami oleh penduduk non-LGBT di Indonesia. Hal tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ketika masyarakat menyikapi keberadaan LGBT. Namun dari sudut pandang hukum yang ada di Indonesia, apakah mereka patut untuk dihukum atau justru sebaliknya?
Di Indonesia, belum ada satu pun peraturan hukum yang menegaskan bahwa LGBT merupakan suatu tindakan kriminalitas, terlepas dari hasil revisi UU KUHP nantinya. Komnas HAM pun telah mengeluarkan pernyataan bahwa negara harus hadir memberikan perlindungan dan pemenuhan hak komunitas LGBT. Hal ini berlandaskan pada Hak Asasi Manusia yang berlaku secara menyeluruh dan juga berdasarkan Prinsip-Prinsip Yogyakarta yang berisikan penerapan hukum internasional dalam hubungannya dengan orientasi seksual dan identitas gender. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang menganggap perilaku LGBT merupakan suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma sosial, asusila, dan keagamaan. Dengan demikian, para kaum LGBT akan semakin tersisihkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dampak yang paling nyata keberadaannya dari hal tersebut adalah banyaknya kaum LGBT yang sulit mendapatkan pekerjaan, khususnya para transgender. Mereka pastinya akan memutar otak agar kebutuhan ekonominya dapat terpenuhi, salah satu caranya yaitu dengan menjual diri. Hal inilah yang kemudian akan menambah stigma negatif dari masyarakat terhadap LGBT dan pastinya mereka akan terkena dampaknya dalam ranah hukum.
Lantas bagaimana dengan pernikahan sesama jenis? Perilaku seksual adalah hal yang diatur secara ketat dalam suatu ikatan perkawinan. UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974, tentang perkawinan pada pasal 1 menjelaskan bahwa, “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Sekilas jika kita cermati pasal tersebut maka kita akan membuat kesimpulan bahwa pernikahan sesama jenis merupakan suatu hal yang tidak diperbolehkan. Sebab, dalam pasal tersebut yang diperbolehkan untuk melakukan perkawinan adalah seorang pria dan seorang wanita. Akan tetapi, apa sih sebenarnya pria dan wanita itu jika dipandang dari ilmu pengetahuan? Bagaimana sih seorang pria dikatakan sebagai seorang pria dan begitu juga dengan wanita?
Berdasarkan Sudut Pandang Biologi dan Psikologi
Di dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat biasanya membedakan seorang pria dan wanita melalui karakteristik seksual sekunder. Karakteristik tersebut tidak secara langsung termasuk dalam sistem reproduksi, tetapi merupakan karakteristik eksternal, seperti konfigurasi tubuh dan distribusi rambut. Sebagai contoh, pria memiliki bahu yang lebih lebar daripada wanita, sedangkan wanita memiliki pinggul yang besar dan pria memiliki jenggot, sedangkan wanita tidak.
Selain karakteristik seksual sekunder, karakteristik seksual primer merupakan petunjuk eksternal lainnya yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi bayi yang baru lahir. Adapun karakteristik seksual primer ialah alat reproduksi dari seorang manusia. Pada pria ditandai dengan testis yang merupakan organ dalam dan penis yang merupakan organ luar. Sementara pada wanita ditandai dengan ovarium dan vagina untuk organ dalam juga payudara yang merupakan organ luar.
Berdasarkan pemaparan di atas, kita mampu membedakan seorang pria maupun wanita melalui karakteristik seksualnya. Akan tetapi, di zaman yang serba modern sekarang ini, bukan tidak mungkin kita akan terjebak dengan apa yang kita lihat. Hal tersebut juga berlaku pada pengidentifikasian seseorang berdasarkan karakteristik seksualnya. Mengapa demikian? Penyebab utama dari pernyataan di atas adalah makin maraknya operasi bedah di sekitar kita. Pada zaman dahulu, operasi bedah digunakan sebagai salah satu cara untuk merekonstruksi bagian tubuh yang tidak berfungsi normal. Berbeda dengan yang kita temui sekarang ini, operasi bedah mulai digunakan sebagai cara untuk mengubah penampilan seseorang, mulai dari penampilan luar hingga jenis kelamin sekalipun. Dengan fakta tersebut, bukan tidak mungkin kehidupan di masa yang akan datang makin banyak lagi orang yang tertipu dengan penglihatan mereka sendiri. Paling buruknya adalah ketika seseorang berhasil dikelabui dalam ikatan perkawinannya. Dengan demikian, peraturan mengenai perkawinan akan menjadi peraturan yang berhasil dilemahkan.
Dengan penjelasan di atas, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa LGBT patut untuk dilegalkan di Indonesia? Jawabannya belum. Kita masih harus melihatnya berdasarkan ilmu pengetahuan lainnya.
Jika jenis kelamin adalah karakteristik biologis, maka gender adalah karakteristik mental dan perilaku (ekspresi) berkenaan dengan karakteristik biologis tadi. Gender sendiri terbagi menjadi dua konsep yaitu identitas gender dan ekspresi gender. Identitas gender adalah pikiran dan rasa seseorang mengenai gendernya sendiri. Identitas gender seseorang dapat selaras dengan seksnya pada saat lahir atau justru sepenuhnya berbeda. Berdasarkan penelitian, faktor biologis merupakan faktor utama yang dapat mendorong seseorang untuk cenderung mengarah ke salah satu gender yang dirasanya tepat. Selain identitas gender, ekspresi gender juga akan berpengaruh pada penentuan gender seseorang. Ekspresi gender identik dengan cara seseorang mengekspresikan dirinya, baik itu melalui sikap, cara berpakaian, hingga gaya berbicara.
Di samping itu, terdapat faktor lain yang akan menentukan pola ketertarikan seksual dan emosional seseorang terhadap suatu objek tertentu yang disebut sebagai orientasi seksual. Masyarakat biasanya hanya mengenal pola ketertarikan tersebut dalam bentuk heteroseksual, homoseksual, maupun biseksual. Padahal masih banyak bentuk ketertarikan seksual lainnya, yang di antaranya adalah aseksual, demiseksual, gray-seksual, panseksual, dan polyseksual.
Jenis kelamin, identitas gender, ekspresi gender, dan orientasi seksual merupakan konsep yang sifatnya saling independen. Dengan kata lain, keempat hal tersebut dari seseorang bisa berbeda atau tidak berkaitan satu sama lain. Contohnya, kita dapat menemukan seseorang yang berjenis kelamin wanita, identitas gender laki-laki, ekspresi gender feminin, dan orientasi seksual wanita.
Penjelasan di atas telah mematahkan pandangan masyarakat terhadap kaum LGBT. Dengan peran utama dari faktor biologis maka dapat dikatakan bahwasanya beberapa dari mereka terlahir dengan keadaan yang seperti itu atau bisa jadi karena pengaruh lingkungan. Sama halnya dengan manusia yang terlahir dengan keadaan yang kita kategorikan normal. Faktor lingkungan tentu memiliki peranan tersendiri dalam membentuk karakter atau sifat seseorang. Oleh karena itu, tidak ada salahnya ketika kita tidak mendiskriminasikan kaum LGBT, agar mereka dapat membaur bersama masyarakat lainnya. Dengan begitu, bukan tidak mungkin masyarakat mampu mengubah karakter mereka untuk menjadi normal kembali.
Berdasarkan Sudut Pandang Kesehatan
Indonesia merupakan negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV terbanyak yaitu sebesar 640.000 orang. Adapun negara dengan peringkat pertama dan kedua terbanyak penderita HIV adalah China dan India. Hal ini dikarenakan ketiga negara tersebut memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya saja, prevalensi di Indonesia sekitar 0,43% atau masih di bawah tingkat epidemik sebesar satu persen.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS dapat diderita oleh seseorang dan apa hubungannya dengan LGBT? HIV merupakan virus yang hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Namun, cairan seperti air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ini kepada orang lain. Adapun cairan yang dapat menularkan HIV kepada orang lain di antaranya adalah darah, dinding anus, air susu ibu, sperma, dan cairan vagina termasuk darah menstruasi. Terdapat beberapa cara yang utama agar virus ini mampu masuk ke dalam aliran darah manusia, yaitu melalui luka terbuka di kulit, melalui dinding tipis pada mulut dan mata, melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin, dan melalui suntikan langsung ke dalam pembuluh darah menggunakan jarum atau suntikan yang terinfeksi. Dengan penjelasan di atas, kaum LGBT khususnya gay dapat terkena dampak dari penyakit HIV/AIDS, khususnya melalui dinding tipis di dalam anus. Hal tersebut didukung dengan data prevalensi HIV di Indonesia untuk tahun 2014-2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016 lalu. Berikut lampiran data tersebut
Tumblr media
      Tabel Perkiraan dan Proyeksi PLHIV di Indonesia, Tahun 2014-2019
Berdasarkan tabel perkiraan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa penderita HIV di kalangan homoseksual khususnya antara laki-laki akan mengalami peningkatan yang begitu signifikan hingga tahun 2019. Hal tersebut berbanding lurus dengan fakta bahwa salah satu cara penyebaran virus HIV yaitu melalui dinding anus.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka saya menyimpulkan bahwa Indonesia masih belum bisa menerima proses legalisasi LGBT. Hal ini didukung dengan data perkiraan pada tahun 2014-2019, hubungan homoseksual antara laki-laki atau biasa disebut sebagai gay akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam penerimaan penyakit HIV/AIDS. Tentu ini akan menjadi sorotan utama, mengingat Indonesia menempati peringkat ketiga dengan penderita HIV/AIDS terbanyak di dunia. Dengan tidak melegalkan LGBT, Indonesia juga akan menekan angka penderita HIV/AIDS itu sendiri.
Di samping itu, UU Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 pasal 1 secara jelas menyatakan bahwa, ikatan perkawinan tetap berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia terdiri dari berbagai macam agama dan hingga saat ini tidak ada satu pihak agama pun yang mengizinkan LGBT. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita. Walaupun yang diperbolehkan untuk menikah adalah pria dan wanita, rasanya perlu untuk melakukan pengkajian ulang terhadap peraturan tersebut agar pendefinisian pria dan wanita bisa lebih mendetail, sehingga tidak menjadi peraturan yang berhasil dilemahkan di kemudian hari.
Dengan tidak siapnya Indonesia terhadap LGBT, bukan berarti masyarakat Indonesia bisa bertindak dengan sendirinya terhadap kaum tersebut. Kita masih harus mencerdaskan masyarakat bahwa begitu banyak perbedaan di dunia ini, termasuk dari setiap individu manusia. Sehingga kita tidak akan menyudutkan hak asasi para kaum LGBT yang notabenenya sama dengan hak asasi manusia pada umumnya. Dengan begitu, kita dapat mempelajari individu-individu yang cukup berbeda tersebut. Bukan tidak mungkin juga mereka yang kita kategorikan tidak normal, akan mampu kita bimbing untuk dapat kembali kepada perilaku yang kita kategorikan normal, seperti pada fenomena transgender yang memutuskan untuk kembali kepada seks dan gender awal mereka.
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Same-sex_marriage
https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip-Prinsip_Yogyakarta
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tutinfik/material/e-bookbioteknologipdsistemreproduksi.pdf
http://www.alodokter.com/hiv-aids
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/2014%20AEM%20Report%20(ad%20interim).pdf
Komnas HAM. 2015. Prinsip-Prinsip Yogyakarta : Prinsip-Prinsip Pemberlakuan Hukum HAM Internasional Dalam Kaitannya Dengan Orientasi Seksual Dan Identitas Gender. Jakarta : Komnas HAM.
Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Morrow, D.F dan Messinger, L. 2006. Sexual Orientation and Gender Expression in Social Work Practice. Columbia University Press. hlm. 8.
American Psychological Association (2015). "Guidelines for Psychological Practice with Transgender and Gender Nonconforming People". American Psychologist 70 (9): 832–864.
https://en.tempo.co/read/news/2014/08/19/241600718/Cho-Kah-Sin-Indonesias-HIV-prevention-should-be-an-example
0 notes
prabowokadir · 7 years ago
Text
Aku
Aku benci
Bagaikan pencemburu
Aku takut
Bagaikan pengecut
Dan aku cinta
Bagaikan pecandu
1 note · View note
prabowokadir · 7 years ago
Text
Untitled
Tetesan air jatuh
Kala senja datang menyambut
Seiring aroma tanah basah
Menghapus mala dalam hidup
Tidak kah kau lihat?
Warna orange nan indah
Jauh di atas sana
Bersiap melambai dalam kegelapan
Menenangkan nada
Dalam alunan indah
Untuk hati
Senantiasa sendiri dalam keindahan
0 notes
prabowokadir · 8 years ago
Text
Wahai Wakil Rakyat-ku
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
 Kurang lebih seperti itulah penggalan dari lirik lagu “Surat Buat Wakil Rakyat” yang dibawakan oleh Iwan Fals pertama kali pada tahun 1987. Lagu tersebut termasuk ke dalam salah satu lagu dari album “Wakil Rakyat” yang meledak dipasaran menjelang pemilihan umum (pemilu) pada saat itu. Hingga saat ini lagu tersebut masih sangat melekat di hati dan pikiran masyarakat Indonesia. Hal tersebut tidak lepas dari berbagai macam ‘ulah’ yang telah dilakukan oleh orang-orang yang konon katanya disebut sebagai wakil rakyat. Mulai dari kasus kecil seperti tidur sewaktu rapat hingga kasus yang paling melekat dengan citra wakil rakyat yaitu korupsi.
Belum lama ini, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dengan ‘ulah’ para wakil rakyat yaitu pengesahan revisi UU MD3. Apa yang menyebabkan masyarakat begitu resah dengan disahkannya revisi UU MD3 tersebut? Setidaknya ada beberapa pasal yang membuat heboh berita tersebut. Pasal 122 sebagai tambahan bahwa DPR bisa mengambil langkah hukum terhadap pihak tertentu yang dianggap melecehkan lembaga dan anggota. Sementara, Pasal 245 yang juga merupakan tambahan, adalah pemanggilan dan permintaan keterangan penyidik kepada DPR harus mendapat persetujuan tertulis Presiden dan pertimbangan MKD.
Pasal 122 secara khusus kini telah ditafsirkan oleh masyarakat sebagai langkah wakil rakyat untuk makin menjauh dari rakyat. Padahal seorang wakil rakyat seharusnya bertindak welcome terhadap kritikan maupun saran yang disampaikan oleh rakyatnya. Toh sesuai namanya mereka adalah wakil rakyat. Sementara pasal 245 telah dijelaskan oleh Pak Fahri Hamzah dalam cuitannya sebagai berikut
Tumblr media Tumblr media
                            Gambar Cuitan Pak Fahri Hamzah
Silahkan dibaca dengan urutan bawah ke atas. Yang seharusnya kita garis bawahi adalah pernyataan beliau terkait kekebalan hukum dalam pelaksanaan tugas. Khawatirnya, hal tersebut jadi disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Terlebih jika oknum tersebut memang terbukti melakukan suatu kesalahan di ranah hukum.
Mari berharap dengan disahkannya peraturan tersebut akan ada jalan keluar yang lebih baik untuk Indonesia yang merupakan ‘negara demokrasi’ atau jika masyarakat banyak yang tidak setuju dengan peraturan tersebut maka tidak ada salahnya untuk mengubah kembali aturan tersebut?
Bagaimana pendapat pembaca dengan disahkannya revisi UU MD3 tersebut?
Berdasarkan KBBI, demokrasi/de·mo·kra·si/ /démokrasi/ n Pol 1 (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; 2 gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Wakil_Rakyat_(album)
https://twitter.com/Fahrihamzah
https://kbbi.web.id/demokrasi
0 notes
prabowokadir · 8 years ago
Text
Seharusnya aku lebih banyak bersyukur atas segala pencapaian yang telah berhasil aku dapatkan sampai sejauh ini. Ya, semua pencapaian itu tidak pernah luput dari support orang-orang yang berada di sekitarku. Entah apa jadinya jika seorang manusia hidup di dunia ini dan begitu mendalami perannya sebagai individualis. Toh, manusia juga mahkluk sosial. Mereka selamanya tidak dapat hidup sendiri dan semestinya membaur bersama orang di sekitarnya. Karena dengan mereka lah, pencapaian seorang manusia juga dapat ditentukan oleh orang lain.
“Kamu dapat melangkah jauh ke depan tapi jangan pernah lupakan orang-orang yang pernah menjalani hidup bersamamu” - Anonym
Jatinangor, 13 Februari 2018
0 notes
prabowokadir · 8 years ago
Text
2017 --> 2018
Tumblr media
Tahun 2017 merupakan salah satu tahun dengan begitu banyak rintangan di dalamnya. Mulai dari urusan akademik, organisasi, sampai dengan urusan relasi telah menjadi satu paket cobaan selama satu tahun ke belakang. Untungnya aku masih diberi kesanggupan untuk menghadapai cobaan-cobaan tersebut. Ya meskipun memang masih ada beberapa hal yang belum bisa aku tanggulangi seperti halnya rasa malas yang berdampak ke urusan akademik dan organisasi. Cukuplah semua itu menjadi kenangan dan pembelajaran buatku untuk menapaki perjalanan baru ke depannya.
Hari demi hari telah berlalu dan pada akhirnya pergantian tahun dari tahun 2017 ke tahun 2018 pun telah aku saksikan sendiri. Kalau kata orang sih, di setiap pergantian tahun itu merupakan langkah awal untuk membuat berbagai macam resolusi atau perubahan dalam hidup kita, tapi kalau menurutku kita tidak harus menunggu pergantian tahun untuk membuat perubahan besar-besaran dalam hidup kita, karena setiap detiknya kita bisa melakukan begitu banyak perubahan dalam diri kita maupun lingkungan sekitar kita.
Masih banyak target di tahun 2017 yang belum aku capai dan harus aku capai di tahun 2018. Makin banyak pula targetan baru yang menanti di tahun 2018 dan harus bisa aku capai. Aku tidak boleh berleha-leha lagi, hal ini harus aku lakukan untuk kebaikan ku sendiri maupun orang lain. Lantas bagaimana kah dengan dirimu kawan?
Jatinangor, 02 Januari 2018
0 notes
prabowokadir · 8 years ago
Text
Tradisi(?)
Tradisi menurut KBBI adalah kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
Contoh kecilnya tradisi untuk tidak memotong kuku pada malam hari. Di zaman nenek moyang kita, mitos ini termasuk hal yang wajar-wajar saja mengingat pencahayaan di malam hari tempo dulu terbilang minim dan berakibat tangan kita menjadi berdarah pada saat potong kuku di malam hari.  Kalau kita bandingkan dengan zaman modern kini, tradisi itu nampaknya sudah tidak berlaku lagi dikarenakan pencahayaan pada masa kini jauh lebih baik ketimbang pada masa nenek moyang kita.
Sesuai dengan definisi tradisi di atas, gak selamanya kebiasaan turun-temurun yang terjadi di sekitar kita itu adalah yang paling baik dan paling benar, toh semua itu bergantung pada perkembangan zaman yang terjadi. Lagian beda zaman juga pasti beda pola pikir.
Sebenarnya banyak sekali kebiasaan di sekitar kita yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi yang terjadi di masa kini, namun terkadang kita sendiri hanya mengikuti arus untuk melakukan tradisi-tradisi yang sebenarnya belum tentu baik itu.
Mengutip pernyataan dari Soe Hok Gie, “Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka”. Karena apatis berarti bersikap acuh tak acuh atau tak peduli, sudah tentu hal itu merupakan sikap yang tidak baik. Sementara mengikuti arus tidak selamanya berarti itu yang paling baik dan paling benar.
youtube
Jatinangor, 14 September 2017
0 notes
prabowokadir · 8 years ago
Text
Kenapa Harus Matematika?
Kenapa sih harus Matematika? Mungkin pertanyaan itu pernah terbesit di pikiran kalian ketika lagi belajar Matematika atau ngelihat mahasiswa dari jurusan Matematka. Well, gue sendiri sebenarnya punya alasan kenapa gue milih Matematika sebagai bidang studi yang gue geluti setelah lulus SMA. Oh iya kalau bisa kalian jangan langsung termakan mentah-mentah sama tulisan gue ini, karena tulisan ini hanya berdasarkan asumsi pribadi yang sampai saat ini udah mulai gue rasain sih.
Matematika atau yang dari bahasa Yunaninya adalah μαθηματικά – mathēmatiká memiliki definisi yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Pada dasarnya Matematika tidak termasuk ke dalam science yang mana kita tahu selama ini di antaranya adalah Kimia, Biologi, dan Fisika. Makanya kalau kalian sering lihat nama-nama fakultas yang ada di suatu universitas, nama Matematika pasti terpisah sendiri seperti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lah kok bisa gitu? Karena ilmu-ilmu di science itu harus ngelihat apa yang terjadi di alam untuk bisa ngebuktiin teori-teori yang ada di science, jadi ya mau gak mau harus ada bukti kuatnya dulu gitu. Sementara bukti-bukti yang ada di Matematika itu asal muasalnya diturunkan dari apa yang kita ketahui sebelumnya. Misal kalau kita ngebuktiin integral ya kita ngelihat konsep turunan, kalau ngebuktiin turunan ya kita tinggal ngelihat konsep yang ada di limit begitu pun seterusnya. Oh iya dalam Matematika juga nantinya kita gak bakal asing lagi dengan yang namanya teorema, aksioma, lemma, maupun corollary. Eits itu apaan? Ya kurang lebih mereka semua adalah pernyataan, ada pernyataan yang sifatnya mutlak benar, ada pernyataan yang bisa lo turunin dari pernyataan sebelumnya, dan lain sebagainya. Kalau kalian kepo, coba kalian cari-cari referensinya di beberapa buku Matematika, ya hitung-hitung nambah knowledge kalian juga kan.
Tumblr media
Gambar 1. Sebuah integral tertentu dari sebuah fungsi dapat digambarkan sebagai area yang dibatasi oleh kurva fungsinya.
Terus kenapa harus Matematika dan seberapa penting sih Matematika itu? Penting, penting banget malah. Cuman ya gue juga bingung, kenapa masih banyak orang-orang di Indonesia yang skeptis sama Matematika, mungkin karena ada huruf yang tersusun jadi ‘mati’ kali ya di kata Matematika hahaha. Faktanya, gak cuman orang Indonesia aja loh yang masih skeptis sama Matematika. Beberapa tahun yang lalu gue sempat ambil kuliah online di Stanford University dan video pertama yang disuguhin ke gue adalah wawancara ke mahasiswa di sana tentang Matematika, dan hasilnya banyak banget yang gak suka sama kata itu. Kalau gue nemu video wawancaranya, di tulisan selanjutnya gue kasih lihat ke kalian deh.
Balik ke pertanyaan awal, alasan pertama yang bisa gue kasih ke kalian adalah karena Matematika sebagai pondasi dasar kita dalam berpikir dan menggunakan logika. Dalam keseharian aja, kalau kalian lagi ngobrol sama teman-teman kalian, pasti gak mau dibego-begoin kan sama perkataan mereka. Contoh kecilnya dalam pernyataan “Jika A maka B”, kalau terjadi A berarti B pasti terjadi kan. Nah kalau gak terjadi B ya pasti A juga gak terjadi, tapi kalau B terjadi apa iya A pasti terjadi? Belum tentu. Soalnya ketika B terjadi banyak hal-hal yang juga bisa menyebabkan si B terjadi, makanya ketika ditanya B terjadi berarti A pasti terjadi jawabannya ya belum tentu. Selain itu, di Matematika juga kita bakal dilatih inductive reasoning dan deductive reasoning. Singkatnya sih, inductive reasoning itu digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang sifatnya khusus menjadi sifatnya yang lebih umum atau general, sedangkan deductive reasoning sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Contoh dari deductive reasoning adalah induksi matematika yang merupakan salah satu jenis pembuktiaan dari sekian jenis pembuktian yang ada.
Gak cuman dari pola pikir aja sih yang berubah kalau kita belajar Matematika, tapi kita juga bisa buat beberapa rumus berdasarkan realita yang ada di sekitar kita. Misal kita mau perkirain nih populasi penduduk di suatu kota untuk beberapa tahun ke depan, kita bisa ngebuat modelnya kok. Mulai dari ngebuat asumsi apa aja yang kira-kira berpengaruh terhadap kasus kita sampai dengan merancang model matematikanya sendiri. Buat cara-caranya sendiri bakal dipelajarin lebih lanjut lagi di kuliah Pemodelan Matematika.
Dan secara umum apa yang ada di Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Akuntansi, berbagai macam teknik, Astronomi, dan berbagai macam bidang kajian ilmu lainnya pasti gak akan pernah luput dari yang namanya Matematika. Kalau kalian pernah dengar nama John Forbes Nash Jr atau John Nash dalam beberapa buku ekonomi, maka itu lah contoh Ekonomi gak akan luput dari Matematika, karena beliau adalah matematikawan yang sangat berjasa di bidang Ekonomi. Gak cuman di Ekonomi, hal-hal yang ada di Biologi juga bisa dirumuskan dalam bentuk model matematika guna membantu proses penelitian dengan menggunakan perhitungan di aplikasi-aplikasi yang basic-nya Matematika.
Terakhir dari gue, Matematika bukanlah sesuatu yang harus kita takuti dan jauhi, melainkan dasar-dasar yang ada di Matematika harus kita pelajari guna membantu pola pikir kita dalam kehidupan sehari-hari atau pun menjadi landasan dalam menopang hidup kita.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Matematika
https://www.zenius.net/blog/5326/matematika-bahasa-sains-4x6-6x4
https://www.zenius.net/blog/13735/induksi-matematika
Munir, Rinaldi. 2014. Matematika Diskrit Revisi Kelima. Bandung : Informatika.
Sumber gambar :
https://id.wikipedia.org/wiki/Integral
Jatinangor, 11 Mei 2017
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Text
Refleksi Diri : Kritik Doang? Gak Keren Bro!
Gue pas baca judulnya aja berasa langsung jleb gitu sih, gak tau deh kalian-kalian yang baca tulisan ini gimana.
Sedikit bercerita dulu gak masalah kan ya. Jadi, beberapa tahun yang lalu gue juga termasuk ke salah satu golongan orang-orang yang kerjanya cuman bisa meng-‘kritik doang’. Rasa-rasanya sih emang enak bisa mengkritik, bisa menjudge orang atau suatu organisasi atau suatu kepanitian tertentu pokoknya. Lidah rasanya gatal deh kalau gak bisa ngekritik gitu.  Berhubung karena organisasi gue dulunya emang menuntut kita buat mengkritisi sekitar jadi ya hal itu gue anggap suatu hal yang wajar gitu, terlebih teman-teman seorganisasi gue juga banyak yang kayak gitu kok.
Nah itu kalau dari sudut pandang gue dan teman-teman yang kerjanya emang mengkritisi. Terus gimana respon orang-orang yang dikritisi?
Ini mah kayaknya udah kebayang lah ya responnya gimana. Meskipun ada yang biasa aja dan ada yang gak bisa terima tapi gue bisa kerucutin secara garis besar banyak yang gak suka sama apa yang kita lakuin. Toh kalau kata teman-teman dalam berorganisasi kita jangan terlalu bawa perasaan (baper), kata gue sih salah, karena hati dan pikiran itu dua hal yang berbeda yang kadang sependapat tapi kadang saling beradu argumen.
Terus gue mulai berbenah gak?
Hm awalnya gue gak langsung berbenah karena ya udah nyaman dengan cara yang gue lakuin itu. Tapi, semua itu berubah sejak negara api menyerang. Gak deng, becanda. Kalau gak salah, waktu itu gue lagi belajar pelajaran agama di kelas tiga SMA terkait masalah kritik-mengkritik. Tiba-tiba gue langsung bingung sendiri, rasa-rasanya cara yang gue lakuin kemarin itu salah. Karena dalam mengkritik juga ada adabnya, iya ada adabnya bro. Kita gak bisa semena-mena mengkritik orang apalagi dengan nada bicara yang ditinggikan (dalam keadaan emosi) terlebih kita gak ngasih saran ataupun support ataupun hanya sekedar apresiasi di closing statement kita.
Udah mulai diterapin gak tuh?
Alhamdulillah sejauh ini gue masih berjuang untuk tetap konsisten dengan cara kritik-saran-support-apresiasi ini. Meskipun berasa gak sekeren waktu kita cuman bisa mengkritik doang, tapi gue yakin, empat hal itu malah jauh lebih komplit dan bisa jauh lebih keren di mata orang-orang yang kita kritisin.
Eh kok lu mau sih buat tulisan kayak gini?
Awalnya dari keresahan aja sih. Soalnya masih ada aja orang-orang di sekitar gue yang kerjanya cuman bisa mengkritik tanpa pernah ngasih saran/support/apresiasi. Well, harapannya sih lewat tulisan ini kita bisa berbenah bareng-bareng dengan apa yang kita lakuin. Kita kan juga gak tau orang yang kita kritisin itu bakal penuh lapang dada nantinya atau gak.
Closing statement dari gue, jadi orang yang kritis itu emang perlu sama halnya dengan mengkritisi. Tapi kita juga gak boleh lupa ada hal-hal lain yang gak bisa lepas dari kritik yaitu saran/support/apresiasi. Karena dengan keempat hal itu kita udah coba ngasih kepercayaan lebih sama orang yang kita kritisin.
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Text
Legislatif : Perlu ataukah Sekedar Pelengkap?
Tumblr media
Terhitung sejak tahun 2012 hingga kini, 4 tahun sudah aku telah mengabdikan diri sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia perlegislatifan. Dari yang awalnya hanya memandang lembaga legislatif sebagai sesuatu yang keren (sewaktu SMA) sampai yang tingkatnya lebih kompleks (kuliah), aku mulai belajar banyak hal. Tahun 2010 silam merupakan awal bagi ku untuk mengenal lembaga legislatif di SMA dan pada tahun 2011 ketika pertama kali terpilih sebagai Calon Majelis Perwakilan Kelas (MPK) oleh Panitia 9 aku merasa bangga dan senang, tapi sayang perjuangan ku harus terhenti dengan hanya menyandang status ‘CALON’. Aku sendiri sih berpikiran wajar, selain karena kuota per kelas yang diambil hanya sedikit, aku juga masih belum terlalu mengenal budaya critical thinking.
Baru lah pada awal tahun 2012 aku berhasil menjadi perwakilan dari teman-teman kelas sewaktu di SMA. Di tahun pertama ku sebagai legislatif aku belajar banyak hal, mulai dari cara beretorika, berpikiran kritis, hingga mengkritik dengan cara yang seharusnya. Dan semua hal itu aku bawa bersamaan dengan amanah yang diberikan lagi sebagai anggota badan legislatif di himpunan.
Di himpunan aku mulai mendapatkan masalah yang jauh lebih kompleks ketimbang menjadi legislator di SMA. Yang pertama, makna legislatif itu sendiri, yang kedua legislator sebagai perwakilan dari anggota di suatu ruang lingkup tertentu, dan yang ketiga dan paling utama ialah eksistensi dari lembaga legislatif.
Kita coba bahas satu per satu terlebih dahulu dari masalah makna legislatif itu sendiri. Berdasarkan kbbi, legislatif berarti berwenang membuat undang-undang; badan – , dewan yang berwenang membuat undang-undang. Secara garis besar berdasarkan kbbi, lembaga legislatif di ruang lingkup yang saya tahu sudah menjalankan bagaimana mereka seharusnya. Baik itu membuat suatu aturan baru yang dianggap perlu seiring berjalannya waktu atau kah hanya sekedar merivisi aturan lama dan menyesuaikannya dengan kehidupan modern kini. Dalam membuat atau merivisi aturan pun, lembaga legislatif harusnya banyak melakukan survey terlebih kepada orang-orang yang mereka wakilkan baik itu dengan hanya mengadakan forum diskusi atau pun dengan kuisioner tertentu. Karena sejatinya mereka merupakan proyeksi dari anggota-anggota di ruang lingkupnya.
Beranjak dari permasalahan pertama, dipermasalahan selanjutnya kita akan membahas nyawa dari legislatif yaitu perwakilan. Sesuai pernyataan saya di dua kalimat sebelumnya, legislatif hanyalah perwakilan dari anggota yang ada di suatu ruang lingkup tertentu. Menggunakan suara sendiri tentu boleh tapi dengan menggarisbawahi bahwa suara yang mereka gunakan setidaknya harus mewakili suara-suara dari anggota lain dari ruang lingkupnya. Kuisioner sendiri bisa menjadi salah satu sarana dalam mendapatkan pendapat dari anggota lainnya guna mendapatkan penilaian dari sudut pandang yang berbeda. Karena tidak menutup kemungkinan apa yang dipikirkan oleh anggota badan legislatif berbeda dengan pemikiran dari anggota non-legislatif.
Dan yang terakhir dan paling utama yaitu masalah eksistensi. Awalnya saya sendiri bingung karena ekspektasi saya terhadap legislatif di kampus begitu berbeda dengan yang ada di SMA. Jika sewaktu di SMA, badan legislatif di lingkungan saya sangat diakui keberadaannya dan bahkan menjadi lembaga paling utama di samping OSIS, di dunia perkuliahan saat ini banyak sekali mahasiswa/mahasiswi yang tidak tau apa itu lembaga legislatif. Entah itu karena kurangnya edukasi sewaktu pengenalan kampus atau kah karena keberadaan badan legislatif itu sendiri yang menjadi pertanyaan besar. Sekarang kita coba selidiki dari segi fungsi badan legislatif. Fungsi dari badan legislatif ada empat poin yaitu fungsi aspirasi dan advokasi, fungsi pengawasan, fungsi legislasi, dan fungsi budgeting. Jika kita mengindikasikan eksis itu berdasarkan kerja yang benar-benar terlihat adanya maka sebuah badan legislatif seyogianya mencoba untuk memaksimalkan fungsi aspirasi dan advokasi terlebih jika fungsi tersebut dapat dituangkan dalam bentuk program kerja badan legislatifnya itu sendiri. Dengan fungsi aspirasi dan advokasi nantinya anggota dari badan legislatif harusnya banyak berinteraksi dengan anggota lain di ruang lingkupnya guna mendapati aspirasi yang kemudian dapat diadvokasikan ke pihak-pihak terkait. Bagaimana dengan tiga fungsi lainnya? Untuk fungsi budgeting saya rasa akan minim sekali sumbangsihnya terhadap kerja nyata dalam artian turun ke lapangan. Sementara fungsi pengawasan dan legislasi sebenarnya bisa dimaksimalkan cuman terkadang dalam pelaksanaannya dominan tidak turun ke lapangan secara langsung dan berinteraksi dengan orang lain.
Jadi, lembaga legislatif itu perlu atau kah cuman sebagai pelengkap? Secara garis besar dari apa yang telah saya paparkan di atas keberadaan lembaga legislatif itu diperlukan karena secara fungsi dan tugas mereka berbeda dengan lembaga eksekutif. Hanya saja dalam pelaksanaannya, orang-orang yang berkecimpung di dunia legislatif harus mulai berbenah diri menjadikan lembaga legislatif terasa keberadaannya bagi orang sekitar. Selain itu, akan sangat diperlukan juga andil dari orang-orang sekitarnya agar dikemudian hari dapat tercipta aksi-reaksi antara lembaga legislatif itu sendiri dengan orang-orang di sekitarnya.
Jatinangor, 26 Februari 2017
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Text
Manusia : Dalam Individualisme
Manusia itu pada dasarnya bersifat individualis. Kata aku sih seperti itu dan orang lain pun mungkin berpikiran sama dengan ku. Salah? Justru itu adalah suatu hal yang wajar. Toh, manusia secara umumnya meskipun dikatakan sebagai makhluk sosial, secara naluriah akan berpikir untuk mengatasnamakan tujuan individu mereka terlebih dahulu sebelum ke tujuan yang beberapa kelompok masyarakat tertentu ingin capai.
Mereka tak bisa dikatakan salah ketika dikaitkan dengan kepentingan umum. Mereka juga tak bisa dikatakan benar ketika dikaitkan dengan hal yang sama. Karena sejatinya manusia secara pribadi perlu untuk diperhatikan dan tidak untuk disamaratakan. Setidaknya, di antara kepentingan individu atau kepentingan umum harus lebih diperhatikan lagi kapan waktu yang tepat untuk mengatasnamakan salah satu di antara dua kepentingan tersebut.
 Jatinangor, 21 Desember 2016
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Dari kiri atas ke kanan :
Makassar, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Bogor.
Langkah demi langkah telah daku pijakkan di bumi ini, masih banyak tempat di luar sana untuk dikunjungi suatu saat nanti. Merantaulah agarkamu tahu bagaimana rasanya rindu dan ke mana kau harus pulang.
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Text
Penyesalan : Kawan di Akhir Penantian
Tumblr media
Alhamdulillah gue lulus di pilihan sekian, astagfirullah ya Allah belum lulus mungkin di suruh berjuang lagi di ujian lainnya. Ya kira-kira satu kalimat di atas bisa menggambarkan dua perasaan yang saling bertolak belakang dan lagi dirasain sama camaba-camaba yang baru aja dinyatain lulus atau tidak lulusnya mereka lewat jalur SNMPTN 2016. Dan dua perasaan yang lagi kalian rasain itu udah pernah gue rasain sebelumnya, pertama di jalur SNMPTN 2013 yang alhamdulillah berhasil lulus di pilihan pertama, selang setahun kemudian gue memutuskan buat keluar begitu aja dari kampus tadi dan ikut SBMPTN 2014. Dan hasilnya? Sakit bro sakit haha. Padahal kalau bisa dibilang sih ya, pilihan pertama yang gue ambil di SBMPTN 2014 berdasarkan passing grade yang ada jauh berada di bawah pilihan pertama yang gue pilih di SNMPTN 2013. Dan di kesempatan terakhir gue buat ikut SBMPTN, akhirnya berbuah manis di tahun 2015 ya meskipun gak lulus di pilihan pertama tapi seenggaknya jurusan yang gue pilih emang udah passion gue banget.
Dari sederet perjalanan hidup yang udah gue rasain beberapa tahun ke belakang tuh seakan penyesalan menjadi kawan buat gue di akhir penantian. Penyesalan pertama, sewaktu SMA gue sebenarnya orang yang ambis banget sama yang namanya ITB tapi entah kenapa di SNMPTN 2013 gue berganti haluan dengan dalih takut gak keterima takut ini lah takut itu lah dan lain-lain. Coba kita sedikit berandai-andai kalau misal gue dengan gagah beraninya buat ngambil ITB dari awal mungkin gue gagalnya bisa lebih cepat dan bisa jadi jalan cerita yang akan terjadi berbeda dengan yang gue alamin sekarang, tapi ya kita gak tahu yang namanya takdir Tuhan gimana. Penyesalan kedua, ketika gue memutuskan buat keluar dari kampus yang udah gue dapat di tahun 2013 ya meskipun penyesalannya sedikit sih haha. Penyesalan ketiga, ketika di kesempatan terakhir, gue baru memberanikan diri buat ngambil ITB di pilihan pertama tapi akhirnya gue lulus di pilihan kedua, padahal kalau dihitung-hitung passing grade yang gue dapat itu beda tipis sama standar passing grade maba yang lulus di tahun sebelumnya. Dan penyesalan terbesar dalam hidup gue dan sekaligus merangkum kesalahan-kesalahan gue sebelum-sebelumnya yang akhirnya berbuah penyesalan yaitu kemalasan gue buat belajar ketika di SMA, ya sekolah sih SMA unggulan tapi apa gunanya cover bagus tapi isi gak menarik sama sekali.
Banyak penyesalan bukan berarti sesuatu yang buruk kan? Habis gelap terbitlah terang. Ya seenggaknya dari kesalahan-kesalahan itu gue bisa berbenah diri dan bersikap lebih dewasa sama masalah hidup yang gue alamin. Dan gue juga bersyukur banget sama Tuhan yang masih ngasih gue kesempatan di saat-saat terakhir gue ikut ujian masuk PTN, mata hati gue juga dibuka dan gue bisa jadi lebih sadar arti penting dari sebuah pendidikan. Gue juga bersyukur dipertemukan sama orang-orang seperti, Sabda PS, Wisnu OPS, Wilona, Pras, dan kawan-kawan yang udah ngerubah mindset gue tentang belajar yang membosankan jadi belajar yang nagih, ya meskipun gue gak dipertemukan secara langsung sih sama mereka.
Pesan gue pribadi buat kalian yang udah lulus kira-kira gini, belum tentu apa yang lu dapat sekarang itu benar-benar apa yang lu mau seperti yang gue alamin beberapa tahun lalu tapi kalau kalian bisa buat mencintai takdir kalian tersebut cobalah untuk mendalaminya lagi, mana tau ada hal yang asik ketika kalian bisa ngulik lebih dalam lagi di bidang tersebut. Dan buat kalian yang masih belum dinyatakan lulus, jangan kecil hati perjalanan masih panjang, masih banyak kesempatan buat kalian coba ke depannya terlebih yang emang benar-benar baru banget lulus tahun ini. Kalau kalian emang udah nemu passion kalian cobalah ambis buat ngedapatinnya baik itu jurusan maupun kampus tapi jangan lupa juga persiapkan buat kemungkinan terburuknya. Ambis boleh tapi ambis tanpa aksi nyata sama aja kebohongan besar dan jangan ngeharap segala sesuatu yang kalian inginkan tanpa step by step yang harus dilakuin buat tercapainya hal tersebut. Tetap semangat, do the best and get the best.
Jatinangor, 09 Mei 2016
0 notes
prabowokadir · 9 years ago
Text
Bantu Aku Berjuang, Kawan!
Tumblr media
Kali ini gue mau nge-share cerita tentang salah satu teman atau mungkin bisa dibilang sahabat gue sejak awal masuk kuliah di semester satu kemarin. Gue pengen ngangkat cerita tentang dia karena menurut gue, ada pelajaran yang bisa dipetik dari apa yang dia jalani sampai saat ini. Sebut saja sahabat gue itu adalah si Satoru. Dari awal gue kenal dia di semester satu, bisa dibilang dia termasuk salah satu orang yang galau di angkatan gue buat pindah jurusan apa kagak. Ya, mungkin terbilang wajar sih, berhubung karena jurusan kami itu adalah Matematika dan bisa dibilang kalau mendengar kata “Matematika” itu sendiri gak menampikkan fakta bakal banyak banget orang-orang di luar sana yang benci dengan kata itu. Gak cuman di Indonesia loh, gue sempat nonton video dari Stanford University yang mewawancarai mahasiwa-mahasiswa tentang alasan mereka gak suka Matematika. Buat videonya sendiri gue gak bisa share karena udah lupa alamat websitenya apa.
Balik lagi ke teman gue Satoru itu, gue sama dia mungkin satu prinsip dalam hal kejujuran masalah nilai. Biar gue perjelas dulu, maksud dari kalimat gue sebelumnya itu kurang lebih seperti ini. Kita bakalan selalu ngeutamain kejujuran dalam bentuk ujian apapun itu, meskipun saat ujian kita bisa jadi gak tau mau ngejawab apa, yang terpenting kami jujur. Udah itu aja. Masalah nilai? Itu mah urusan belakangan. Yang penting itu hasil jerih payah kami sendiri. Dan menurut gue apa yang kita usahain sendiri itu hasilnya bakal jauh lebih nikmat ketimbang bukan murni hasil jerih payah kita.
Kami pun udah pernah ngerasain keluar dari ruangan setelah ujian dan yang kami isi itu banyak yang asal-asalan karena yang kami tau cuman sedikit. Dan hari ini, saat ujian Kalkulus II kami dibagikan, perubahan yang signifikan banget bisa gue liat dari teman gue itu. Dari hasil jerih payahnya belajar bareng teman-teman yang lain dia berhasil mendapatkan hasil yang mungkin memuaskan banget buat dia, ya buat gue juga sih karena bisa ngeliat perkembangan si Satoru itu. Meskipun nilainya gak sempurna (re:100) tapi tak ada salahnya berusaha untuk mencapai kesempurnaan itu. Gue jadi ingat satu kalimat yang sempat terlontar dari mulut si Satoru itu sewaktu kita lagi ngediskusiin masalah kesempurnaan. Kurang lebih kalimatnya seperti ini, “Seenggaknya kita berusaha buat menjadi yang sempurna, ya walaupun kita gak bakal bisa mencapai kesempurnaan itu sendiri. Toh kesempurnaan hanya milik Tuhan.”
Gue harap dari cerita singkat di atas ada yang bisa dijadikan pelajaran dan tulisan gue ini gak asal dibaca aja tapi coba buat direnungi lagi dan nilai-nilainya diinterpretasikan dalam kehidupan kita.
0 notes
prabowokadir · 10 years ago
Quote
"Beda era beda raja. Tak perlu jadi yang terbaik cukup lakukan yang terbaik. Dia tau mana yang terbaik buat umat-Nya dan tetaplah kun anta. "
Muhammad Prabowo Kadir
2 notes · View notes
prabowokadir · 10 years ago
Text
Semester Baru Semangat Baru
Tumblr media
Gak kerasa nih gue udah memasuki minggu ketiga perkuliahan di semester dua. Awal-awal masuk sih pasti ada rasa deg-degan da apalagi kalau jauh-jauh hari udah ngebayangin semester baru bakalan seperti apa, mata kuliahnya gimana, dosen yang ngajar gimana, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu sih, apa yang gue bayangin sebelum-sebelumnya seketika sirna hingga saat ini. Ya meskipun di awal-awal pasti butuh penyesuaian lagi dengan suasana-suasana baru tadi but the show must go on.
Kalau semester satu kemarin gue dan teman-teman maba lainnya disibukkan dengan kegiatan pengaderan di tingkat jurusan, di semester dua ini gue dan mahasiswa lainnya bakal disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Entah itu dari organisasi, ekstrakulikuler, atau pun kegiatan lain yang kita pilih. Gue sendiri lebih memilih buat berkecimpung di bidang organisasi selain akademik yang notabenenya wajib. Buat kegiatan ekstrakulikuler sejauh ini sih gue masih belum tertarik buat ikutan.
Kegiatan yang padat sudah barang tentulah harus dibarengi dengan manajemen waktu yang baik pula dan hal ini gue udah persiapkan jauh-jauh hari sebelum masuk kuliah. Dan kira-kira sebulan sebelum masuk masa perkuliahan, gue udah harus balik lagi ke tanah perantauan karena ada beberapa kegiatan organisasi yang harus gue ikutin. Dan puncaknya di H-3 sebelum minggu pertama kuliah yaitu kegiatan makrab dengan angkatan sendiri. Meskipun cuman dua hari satu malam tapi cukuplah buat kita bisa manfaatin biar lebih akrab lagi dengan teman-teman seangkatan. Di bawah ini gue selipin beberapa dokumentasi dari kegiatan makrab angkatan gue.
Tumblr media
Abaikan gaya kami para lelaki yang ada di bawah.
Tumblr media
Salam siomay!
Oke, lupain dulu cerita-cerita gue di atas dan kita balik lagi ke minggu ketiga perkuliahan sekarang ini. Sejauh yang gue rasain sih, perkuliahan makin asik aja apalagi dengan mata kuliah yang emang aroma-aromanya udah banyak mengeluarkan aroma yang emang sesuai dengan jurusan gue. Mungkin karena emang passion ya makanya gue makin excited sama mata kuliah yang ada di semester ini dan di semester berikutnya. Semoga apa yang gue rasain sampai minggu ketiga perkuliahan di semester kedua ini bisa terus berlanjut hingga akhir semester nanti dan bahkan perasaan ini bakal tetap bisa gue rasa bahkan hingga gue udah selesai mengenyam di dunia perkuliahan, aamiin.
Jatinangor, 01 Maret 2016
0 notes