pssally
pssally
Thoughts, Stories, Poems & Self-Discovery.
58 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
pssally · 3 years ago
Text
I’ve invested a fair amount of struggle and painful journey to love myself. So if you’re gonna love me, love me right, i don’t need harder, i don’t need perfect, just right is enough, just right.
6 notes · View notes
pssally · 4 years ago
Text
Loneliness always hits your hard.
You could be wake up with the urge of wanting to eat your favorite ramen but you don’t have anyone in mind to be your company.
You could pretend you’re watching Netflix and pots it on your socials but actually you’re in need to talk to someone and hear “everything is going to be okay” from them.
You could post your selfie in the car and make it looks like you’re going to have a good time but actually you’re just going out for running errands.
You could wrapped yourself in a blanket at 10 PM wondering to text someone, send them jokes about your day, but decided not to, because you don’t feel like they’re also waiting for your text.
You could post something funny on your insta stories and post a depressing content on twitter at the same time.
Loneliness always hits you hard, to the point you cannot do anything about it, to the point you could end up crying alone in the room while waiting for your favorite food to be delivered hoping that the food will help you to feel a lil’ bit of something.
Loneliness always hits you hard, when all you can do is talking to your Almighty, asking for everything to be different, knowing that you can only expect from Him and Him only.
This is not even a religious blog post, but why is this sounds like one?
It’s a phase, we always know it’s just a phase, it’ll pass, it’ll pass.
0 notes
pssally · 4 years ago
Text
Fun flirty & corny words i’d love to hear
Yeah, you know, as i am an openly cheesy person, melodramatic and sometimes can be corny too, but i’m actually sweet and romantic #nah #selfproclaimed yep kidding, i can be super bottled up when it gets real and it’s annoying i know.
But!!! I’m good with words, at least if it’s real, i’d really really love to express my feeling with my writings. Okay, that’s not the point.
What i’m about to tell on this post is….
I have so many romance movie quote references and my mind sometimes can be flooded from romancy dramatic shallow scenes, well in other words i’m so into cheesy hopeless romantic kinda vibes. So here, for ‘the fun’ purpose #ofcourse lol, i feel like to collect all of fun flirty-corny words that sometimes popped-up in my head and some of them i already tweeted it on my twitter account. I’ll periodically update it, so watch out! It’s gonna get longer and bigger by the time.
Nb: There are no meaningful reasons on this post, it’s just for fun.
Hey yo! To my future ‘significant other’ no pressure here, lol.
1
I just like the idea of seing our name written side by side.
2
I want you to be my stability.
3
You’re mine and i’m psycho.
4
You’re funny, i like you.
5
So, i heard this song, and my mind straight up goes to you.
6
I plan to keep you around because you’re fun and i laugh.
7
You’re weird. And i like your weird.
8
Read this quote, it says your name all over the words.
9
You bring laugh and smile on rainy days, can’t put a price on that.
10
You. You would make a good company.
11
You are my favorite oxytocin intake.
12
I made a playlist for you.
13
I’m thinking about you, just wanted to let you know, you don’t have to say anything.
0 notes
pssally · 4 years ago
Text
A year ago this month, i remember how badly i wanna have what i have right at this moment. It’s nice you know, to… just… live… yea, just live.
0 notes
pssally · 4 years ago
Text
27: Rencananya, bukan lagi untuk mengejar bahagia
Halo.
Akhirnya saya menulis lagi.
Akhirnya saya sanggup menulis lagi.
Begitu yang saya ucapkan berkali-kali pada hari tulisan ini ditulis.
Ratusan menit saya habiskan untuk bertanya “Darimana harus dimulai?”, karena saya tidak tahu apa yang harus saya tulis, karena perjalanan ini saya rasa cukup untuk saya ingat, karena petualangan 1,5 tahun ke belakang bukanlah hal yang akan mudah saya lupakan. Terlalu banyak alasan bagi saya untuk menuliskan semua pelajaran yang terjadi dalam petualangan kemarin, hanya karena saya tidak ingin kembali merasakan hal-hal buruk yang terjadi ketika saya menulisnya dan ketika saya membacanya kembali. Saya terlalu sibuk bertahan menjadi kuat dan menuliskannya akan membuat saya menjadi lemah, begitu yang saya pikirkan selama 1,5 tahun ke belakang.
Bukan Sally rasanya kalau tidak menghabiskan perjalanannya bersama dengan tangisan. Kemarin, masih tetap ada air mata, namun kali itu, air mata-air mata tersebut punya afirmasi; afirmasi untuk bertahan, untuk menjadi kuat, untuk melepas energi negatif. Dari apa yang sudah terjadi, kini saya memberanikan diri untuk menjadi lemah, sementara, untuk menulisnya, untuk merangkum kembali bentuk pelajarannya.
Butuh waktu 1,5 tahun untuk kembali meringkas perjalanan ini menjadi sebuah tulisan. Butuh ribuan menit untuk bisa mencapai tahap tenang, berpikir dan merangkumnya menjadi sebuah cerita. Tentunya, saya hanya akan mendeskripsikan berbagai bentuk perasaan yang dialami selama perjalanan ini, karena apa yang telah terjadi kini sudah tidak penting lagi, yang tersisa hanya pelajaran-pelajarannya yang hakiki.
Pada akhir tahun 2020, saya sempat membuka sesi QnA di IG STORY, mempertanyakan “What is happiness to you in 2020?” tanpa tujuan tertentu, se-sederhana hanya ingin tahu apa yang menjadi kebahagiaan teman-teman saya sepanjang tahun 2020, karena tanpa saya sadari, saya juga sedang bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya arti kebahagiaan bagi saya di sepanjang tahun 2020 tersebut. Tahun yang dibuka di tanggal 1 Januari sudah dipenuhi dengan ujian yang luar biasa, dan berlanjut terus sampai pertengahan tahun menuju akhir. Tidak perlu lagi saya uraikan apa bentuk ujiannya, karena ternyata beberapa bentuk ujian faktor eksternal pada tahun itu bukan hanya terjadi pada saya, meskipun dengan efek domino yang berbeda untuk setiap individu.
Iya, 2020, dengan berbagai bentuk ujian eksternalnya, memang semakin memberatkan segala bentuk ujian pribadi setiap orang. Yang saya ingat, perjalanan pada tahun itu terbentuk dari rasa sakit; berupa luka, kecewa, kehilangan dan kesepian, yang sebenarnya ini adalah fase kehidupan yang tidak bisa dihindari meskipun saya berharap ini tidak akan pernah terjadi lagi.
Ada banyak jawaban yang berbeda-beda dari pertanyaan saya tersebut, semuanya bentuk bahagia, semuanya membuat saya semakin sadar, bahwa bahagia bentuknya beda-beda.
Begini yang saya tulis untuk menjawab sendiri pertanyaan yang saya tanyakan tersebut:
Tumblr media
A series of unfortunate events namun sebenarnya a blessing in disguise? Mungkin memang terdengar agak aneh. Sejujurnya, ketika menulis pendapat tersebut, saya belum benar-benar memahami lebih mendalam kenapa saya bisa menjawabnya seperti itu. Setelah saya lihat kembali saat ini, ternyata bentuk blessing in disguise-nya adalah… kekuatan. Kekuatan dari dalam diri saya sendiri karena sudah pernah melalui fase yang sama meskipun dengan pelajaran yang berbeda, kekuatan yang bisa membawa saya punya keberanian lebih banyak dalam menghadapi berbagai rasa yang tidak nyaman, yang ternyata rasa tidak nyaman tersebut bisa membawa saya pada titik bersyukur paling tinggi sepanjang hidup saya, karena telah memberikan pengetahuan dan keyakinan bahwa saya mampu bertahan.
Di tahun 2020, saya akhirnya mencapai usia 27 tahun. Pada usia ini akhirnya saya mulai mempelajari konsep bersyukur dan bahagia.
Banyak sekali konsep bahagia yang dibangun oleh banyak orang, sampai akhirnya kita jadi lupa kalau jenis bahagia setiap orang justru berbeda-beda, hal ini yang membuat banyak manusia jadi cenderung mengabaikan rasa syukur.
Akhir-akhir ini saya baru menyadari bahwa ada beberapa konsep bahagia yang selama ini saya tanamkan di pikiran yang sebenarnya belum tentu benar-benar saya butuhkan untuk kehidupan saat ini, atau memang se-sederhana belum yang benar-benar ditakdirkan Tuhan dan alam semesta untuk saya.
Saya pernah marah dan tergesa-gesa dalam meminta dikabulkannya doa. Padahal, saya tahu bukan seperti itu caranya dalam meminta. Manusia, ketergesa-gesaan dan ambisi tidak pernah merasa puas-nya kadang dapat mengaburkan pandangan, bahkan terkadang tanpa ia sadari, ternyata ia telah menghidupi salah satu doa yang ia minta dalam ibadahnya. Seketika dalam fase yang berdekatan, saya diberikan jawabannya… ya, saya sudah hidup dalam salah satu doa yang saya minta dalam setiap ibadah saya, dan saya masih belum merasa cukup.
Kalau masih belum merasa cukup, bagaimana akhirnya manusia bisa bahagia?
Yang saya pikirkan, bahagia adalah dikabulkannya semua bentuk doa yang diminta dalam setiap ibadah, padahal (lagi-lagi) saya tahu, bukan seperti itu caranya meminta. Saya juga sebenarnya tahu; manusia bisa berdoa, meminta, berharap dan berusaha, tapi Tuhan akan selalu memberikan porsi yang pas, satu per-satu, di waktu yang tepat.
Lalu bagaimana cara mengatasi masalah utama manusia dengan ketergesa-gesaan dan ambisi tidak pernah merasa puas-nya agar bisa hidup dalam “bahagia” tersebut?
Saya masih belum tahu jawaban tepatnya. Saya masih dalam perjalanan membentuk bahagia itu sendiri, untuk hidup saya.
Namun, sekarang rencananya bukan lagi untuk mengejar bahagia, bukan lagi untuk mengejar bahagia-bahagia dengan konsep buatan orang lain. Sekarang rencananya adalah untuk berusaha menikmati sebisanya, menerima seadanya, menjalani secukupnya, sejalan dengan konsep bersyukur.
Yang pada akhirnya dengan bersyukur, seharusnya saya bisa membentuk bahagia dengan cara saya sendiri.
0 notes
pssally · 4 years ago
Text
You’re dealing with a woman who doesn’t afraid to take care of everything by her own.
She doesn’t mind being alone, yet she hates to feel lonely that caused by intense feeling because she feels everything so deeply.
Be gentle, be honest, communicate more, say it whole-heartedly by looking into her eyes.
Or, simply sent her short cheesy poems or song lyrics, or tell her you care or tell her you miss her. That simplest gestures sometimes can mean the biggest.
And you’ll see what she’s capable of, what she’s willing to do to fight for everything she cares, what she can do to pay respects to everything that surrounds her
You’ll see.
You. Will. See.
0 notes
pssally · 4 years ago
Text
In the middle
I’ve been looking for my words.
Doesn’t seems to find it.
Doesn’t seems to see it.
Doesn’t seems to get it.
Doesn’t seems to feel it.
Am i doing it wrong? Or
Am i still not walking? Or
Am i stuck in the middle?
How do i find it, if it’s still in the middle?
It’s unknown, untouchable, unsettled.
How do i see it, if it’s still in the middle?
It’s lightless, blurry, and imperceptible.
How do i get it, if it’s still in the middle?
It’s tangle, messy, and fickle.
How do i feel it, if it’s still in the middle?
It’s hollow, soulless, and hazy.
What am I supposed to do in the middle?
0 notes
pssally · 5 years ago
Text
Never thought all part of the healing process and embracing self-love will require you to feel more lonely than ever, or am i doing it wrong?
0 notes
pssally · 5 years ago
Text
Sabda Rindu
"Sabda berarti kata; perkataan dari yang derajatnya paling tinggi seperti tuhan, nabi, raja, dsb. Merupakan sebuah kata yang memiliki arti tidak terbantahkan. Sabda Rindu, memiliki interpretasi / tafsiran sebagai rindu yang tidak mungkin terbantahkan, rindu yang tidak bisa dielak, rindu yang tidak bisa dihindari ataupun ditolak, karena ia berasal dari dalam diri setiap makhluk hidup"
Begitulah kesimpulan yang saya tulis pada hasil penelitian skripsi saya di tahun 2014-2015. Kalau diingat-ingat, rasanya saya seperti manusia yang serba sok tahu, sok paham dan sok-sok lainnya. “Analisa penyampaian pesan dalam lirik lagu Sabda Rindu - Glenn Fredly” begitu saya memberi tajuk pada penelitian tersebut, yang kalau saya baca ulang sekarang, ada rasa malu yang tak tertahan karena tulisan-tulisan sok tahu itu berasal dari hasil penelitian subjektif, karena memang metode penelitian tersebut membutuhkan saya menjadi subjektif.
Bukan, tulisan ini bukan tentang pembahasan hasil skripsi saya. Tulisan ini akan menjadi tulisan paling personal yang akan sangat panjang untuk mendiang Glenn Fredly, sosok yang sangat melekat dalam kehidupan saya karena karya-karyanya, dan tentunya juga untuk orang banyak.
Menulis ini, membutuhkan banyak energi agar tidak kembali bermuram hati, saya masih berkaca-kaca begitu flash-back banyak teman dan sahabat yang langsung mengingat atau menghubungi saya ketika mendengar kabar duka pada tanggal 8 April 2020, pukul 7.45 PM. 
Pesan bertubi-tubi dari banyak teman dan sahabat via whatsapp dan DM Instagram membuat saya jadi semakin sakit kepala dan malah ingin menghindari membaca berita-berita di social media. Malam itu saya terlalu kewalahan, bingung apa yang harus diperbuat, sambil membatin seandainya saya dapat akses, pasti saya akan datang saat itu juga ke rumah duka, meskipun memang tidak mungkin karena keadaan Indonesia yang sedang tidak baik akibat pandemi COVID-19. Satu per satu saya masih membalas chat personal dari teman-teman yang juga mencintai sosok Glenn Fredly, mungkin mereka butuh bicara dengan orang yang memiliki kedukaan yang sama, dan mereka tahu saya akan amat sangat berduka.
Dalam hati yang terdalam saya berpikir dan bertanya-tanya sambil bingung harus berbuat apa “loh saya kan bukan keluarganya, kok bisa seramai ini ya yang menghubungi saya? menkonfirmasi berita, mengabari info terupdate, bertanya keadaan saya, bilang belasungkawa, sedih, menangis, berduka cita dan banyak lagi emosi lainnya yang ditumpahkan ke saya, lalu kami jadi berduka bersama-sama”.  Kemudian saya menyadari, bahwa sosok Glenn Fredly dan karya-karyanya ini memang dicintai orang banyak, dan saya merupakan salah satu yang mencintainya dengan cara berteriak, ‘hardcore fan’ saya menyebutnya. 
Tidak ingat kapan tepatnya saya sangat mencintai sosok Glenn Fredly dan karya-karyanya, tapi satu yang pasti, mengutip perkataan dari salah satu teman “ngerti banget Sal, kaya emang Glenn ada di setiap timeline kehidupan lo...” ya, Glenn dan lagu-lagunya memang selalu ada di lebih dari setengah timeline kehidupan saya sampai saat saya menulis tulisan ini. Tidak bisa dihitung ratusan atau bahkan ribuan ‘momen’ hidup saya yang bersangkutan dengan lagu-lagu-nya. dan, tidak, saya tidak merasa spesial sendiri, saya yakin banyak juga yang seperti saya.
Yang masih saya ingat, berawal dari satu film Indonesia yang sepertinya kurang diketahui orang banyak, berjudul Cinta Silver, film romance super cheesy yang rilis pada tahun 2005. Bisa mendapatkan akses untuk menonton film ini karena saat SMP banyak sekali didaftarkan menjadi member penyewaan dvd/cd film seperti video ezy, ultra disc, dsb. Sepanjang film, full satu album, berjumlah 12 lagu Glenn Fredly menjadi soundtrack-nya. dan karena film tersebut lah, saya mengenal Glenn Fredly dan lagu-lagu cinta-nya. 
Karena latar film tersebut di Bali, ditambah dengan lagu-lagunya yang menjadi soundtrack, pada saat itu entah kenapa lagu-lagu Glenn Fredly di dalam album ini dan Bali sangat melekat di otak saya, sampai saya versi kecil yang sekiranya berusia 12 tahun jadi punya impian tersembunyi “Kalau suatu hari nanti ke Bali, saya harus putar lagu yang ada di album soundtrack film ini sambil berkendara keliling Bali”. Iya, mungkin sudah sering kali saya katakan kalau saya adalah seorang yang berjiwa hopeless romantic dan cheesy, meskipun sisi itu seringkali saya sembunyikan. Impian sederhana ini tentunya terus saya jaga sampai akhirnya bisa terwujud di tahun 2012. 
Di sepanjang perjalanan dari menonton cinta Silver hingga 2012, saya pun tidak pernah absen memutar lagu-lagu Glenn dalam setiap momen, dalam setiap acara, dalam setiap request di radio, dan pada momen-momen yang membutuhkan untuk mendengarkan musik. Pun jadinya selama masa sekolah menengah, orang-orang terdekat dan sahabat-sahabat saya jadi sangat hafal kalau tengah mendengarkan musik bersama-sama, pasti saya tidak pernah ketinggalan menyelipkan atau meminta lagu-lagu Glenn untuk diputar.
Bagi seorang fan yang mencintai karya-karyanya, saya tidak pernah berhenti, album demi album dan lagu baru demi lagu baru saya ikuti, dan akhirnya bisa punya kesempatan melihat penampilan live-nya lebih dekat berkali-kali, sampai bisa berjabatan tangan langsung sambil mendengar ia mengucapkan terima kasih dalam jarak sangat dekat. Banyak sekali orang yang bilang kalau lagu-lagu Glenn ada di fase bahagia dan terluka-nya, begitupun saya, saya tumbuh diiringi lagu-lagu cintanya. Sampai pada akhirnya saya dapat mengenal siapa sosok Glenn Fredly lebih dalam pada tahun 2014 di saat saya memulai penelitian skripsi, di mana saya menjadikan salah satu lagu-nya di album Luka, Cinta dan Merdeka (2012) menjadi bahan penelitian, yaitu Sabda Rindu. Sebagai manusia yang sangat literal, saya selalu memperhatikan lirik setiap kali mendengarkan musik, dan pada Sabda Rindu saya menjatuhkan hati. Lirik puitis sederhana dalam Sabda Rindu memang sangat mengisyaratkan seperti lagu cinta pada umumnya, meskipun bukan lagu yang terbilang menjadi ‘hits’nya, tapi seiring semakin mengenal sosok Glenn, semua lagu-nya jadi memiliki arti yang universal. Banyak lagu-lagunya yang digunakan untuk menyampaikan pesan kebaikan & kemanusiaan, semua hal dikaitkan, semua bisa saling terkait dan berkaitan. Saya jadi lebih leluasa dalam menginterpretasikan Sabda Rindu yang ia pakai untuk menyampaikan banyak pesan.
Pandangan saya pun jadi ikut berubah, Glenn bukan lagi hanya sekedar penyanyi lagu cinta roman picisan di mata saya. Romantisme yang ia sampaikan dari lagunya bukan lagi hanya sebuah romantisme ‘cinta-cintaan’, tapi romantisme yang universal, lebih besar daripada sekadar rasa sayang, lebih besar daripada cinta atau patah hati pada orang tersayang, sebuah romantisme cinta untuk menjadi peduli dengan setulus hati pada semua aspek di bumi. 
Saya semakin bisa melihat jiwa-jiwa yang berbeda dari setiap karyanya; jiwa penuh kasih, jiwa sosial, dan jiwa nasionalis. Banyak hal yang sudah ia lakukan untuk banyak orang dari jiwa-jiwa yang ia miliki tersebut. Dari Glenn, saya belajar sangat banyak tentang toleransi, optimisme dan pentingnya menebar kasih pada sesama. Terkadang jiwa nasionalis saya selalu membara setiap kali ia menyampaikan pesan demokrasi ketika menanggapi hal-hal buruk yang sering terjadi di tanah kelahiran ini. 
Kerendahan hati seorang Glenn telah membawanya ke banyak tempat untuk saling mencintai semua yang berbeda, saling melindungi, saling memahami & menyanyangi pada seluruh aspek universal. Semua gerak, sikap, dan pesan yang ia tumpahkan pada karya-karyanya berasal dari hati yang murni, dengan intensi untuk kebaikan orang banyak, hingga terasa dan nyata manfaatnya untuk semua yang ia cintai.
Kini, mendengar atau melihat karya-karyanya memang sudah tidak akan sama lagi. Akan ada rasa kecil kehilangan di banyak hati. Tapi saya yakin, semua yang sudah ia kerjakan, ia tebarkan, ia ciptakan adalah berkat untuk kami yang masih diberi waktu tinggal lebih lama di bumi. 
Satu hal yang masih saya sesali, saya tidak sempat datang ke salah satu konser tunggalnya, dan saya tidak sempat melihat penampian live-nya menyanyikan Sabda Rindu. Namun, mengutip perkataan yang sangat menenangkan dari seorang teman saat saya tengah bersedih hati mengenang mendiang Glenn “Cerita hidupnya sudah lengkap, gua yakin dia juga sayang sama semua orang tapi itu juga jadi alasan dia bakal sedih kalau ternyata yang ditinggalin nggak senyum dan nggak lapang sama kepergian dia, dia udah tabur benih kasih dari awal, sekarang biar dia panen kasihnya dari senyum sama memori indah tentang kalian dan legacynya”
Saya memang tidak memiliki signifikansi di dalam hidupnya kakak Glenn. Tapi jelas sekali, banyak hal dari kakak Glenn memiliki signifikansi dan apresiasi tinggi di hidup saya. 
Masa berkabung ini harus segera saya sudahi dan mengikhlaskan kepergiannya. Semoga semua orang terkasih yang ia tinggalkan juga bisa segera ikhlas dan kembali mengenang memori indah dengan senyum merekah.
Selamanya, saya akan ber-Sabda Rindu untuk kakak bung Glenn Fredly. 
Purnatugas di dunia Glenn Fredly Deviano Latuihamallo. 
Terima kasih sudah menyentuh hati orang banyak dengan semua gerak dan karya mu. 
5 notes · View notes
pssally · 6 years ago
Text
Menulis Waktu
Di awal tahun 2019, tepatnya di bulan Januari, saya memutuskan untuk punya personal notes di mana saya harus menuliskan semua kegiatan apa saja yang saya lakukan dalam sehari, setiap hari, senin hingga minggu, tanpa terlewat seharipun. Apabila terlewat, saya wajib untuk kembali mendikte, berusaha keras mengingat dan menulis apa saja yang saya lakukan di hari yang terlewat tersebut. Tentunya, karena disebut personal notes, tulisan-tulisan di dalamnya merupakan tulisan berantakan dan tak beraturan, hanya sekadar ‘report’ yang saya buat untuk diri saya sendiri, agar suatu hari nanti saya tidak panik karena telah membuang-buang waktu di usia yang seharusnya produktif.
Personal notes tersebut berisikan laporan berupa tulisan tentang detil berbagai kegiatan yang saya lakukan pada hari itu, mulai dari makanan apa yang saya makan; jam berapa saya bangun, jam berapa saya mandi, jam berapa pergi keluar rumah, jam berapa saya pergi berolahraga sampai ke hal-hal personal batin lainnya, seperti alasan ketika saya menangis dan tidak bisa tidur hingga jam 4 pagi. dan personal notes tersebut, saya beri tajuk, Menulis Waktu.
Januari 2019, adalah waktu di mana tepat 8 bulan sejak saya berdiam diri di rumah dan sangat sedikit sekali melakukan kegiatan produktif. Tentunya saya punya alasan yang jelas untuk itu, kala itu diri saya tengah dipenuhi pergolakan batin terbesar di dalam hidup, dan rumah adalah tempat paling aman yang saya punya untuk berpikir dan menyelesaikan semuanya.
Menulis waktu. Entah kapan waktu tepatnya saya memutuskan untuk melakukan ini, yang saya ingat, saat itu saya tengah merasa panik karena saya merasa kehilangan waktu, saya benar-benar tidak bisa mengingat apa saja yang telah saya lakukan hingga waktu tiba-tiba sudah berjalan sangat jauh dari hari ketika “ledakan besar” terjadi pada saya di bulan Mei 2018, hari di mana saya terpaksa menunda kehidupan, momen yang sampai saat ini belum berani saya bicarakan secara gamblang, karena saya masih di dalam tahap pemulihan.
Menulis waktu. Yang saya maksud dari menulis waktu adalah kumpulan tulisan berupa bagian-bagian kecil dari serpihan momen yang tidak semua orang anggap penting, namun sesungguhnya itu juga merupakan bagian penyempurna dari lingkaran kehidupan. Atau mungkin, ini juga bisa dibilang sebagai “gratitude list”, sebuah daftar dari hal-hal kecil yang patut disyukuri setiap harinya. dan hal-hal kecil inilah yang membuat saya akhirnya dapat menghargai hidup, dapat menghargai waktu, dan tidak takut lagi karena saya sudah membekukan waktu-waktu yang saya lewati dalam sebuah tulisan.
Kala itu, Saya takut. Maka saya memutuskan untuk ‘menulis waktu’ setiap hari. Saya takut kalau saya tidak menulis waktu, saya akan mengalami lebih banyak kehilangan. Saya takut, kalau saya tidak menulis waktu, saya akan dipenuhi penyesalan luar biasa di masa depan. dan saya takut, kalau tidak menulis waktu, saya akan lupa siapa diri saya secara keseluruhan.
Sekarang, saya baru menyadari, bahwa kegiatan menulis waktu ini sesungguhnya adalah sebuah metode pribadi yang saya lakukan untuk kesehatan pikiran pada saat itu. Mungkin ada banyak hal lain yang biasa dilakukan orang untuk memulihkan pikirannya yang kerap bersitegang; seperti travelling, olahraga, bertemu teman banyak, dan lain sebagainya, namun ternyata membuat catatan kegiatan sehari-hari seperti ini, sangat membantu saya.
Lalu, di bulan Agustus 2019, saya berhenti menulis begitu saja. Tanpa saya sadari, ternyata saya telah memasuki fase penyembuhan. Saya mulai melupakan rasa takut kehilangan waktu. Di bulan itu, saya mulai menikmati banyak rasa yang kembali menghampiri hidup saya. Berbagai rasa tersebut masuk menyeruak tanpa permisi, seperti sebuah fase kehidupan yang dipadatkan dalam waktu 3,5 bulan. Saya bahagia, kecewa, dan melakukan pemulihan secara bersamaan. Yang kemudian, saya akhirnya tidak merasa membutuhkan lagi untuk mencatat, karena ketakutan itu seketika tidak terasa lagi.
Kesimpulan apa yang saya ambil dari cerita ini?
- Bahwasanya, ketika melewati fase bahagia dengan orang atau momen atau sesuatu yang istimewa, waktu terkadang tidak lagi bisa dihitung karena manusia sering kali meneriakkan kebahagiaan dan terbuai, lalu tiba-tiba waktu akan berlalu begitu saja, menghilang, dan semuanya kembali diam.
- Akan tiba keadaan di dalam hidup, di mana manusia diberikan waktu bahagia yang meledak-ledak meski sesaat, hanya untuk diingatkan bahwa ia masih berfungsi seutuhnya, hanya untuk diingatkan bahwa ia harus bersyukur.
- Akan datang satu orang atau suatu momen yang berhasil memicu seorang manusia bisa kembali punya keberanian, bisa kembali percaya pada diri sendiri, dan bisa kembali menghargai berbagai bentuk kehidupan tanpa harus terus menerus diingatkan melalui sebuah catatan. Meskipun, orang atau momen tersebut langsung pergi dan tidak menetap lama di kehidupan.
Menulis waktu akan tetap saya lanjutkan. Tapi kali ini, bukan lagi karena rasa takut. Kali ini, akan saya lakukan, karena saya menyayangi diri saya di masa lalu, masa kini dan masa depan.
0 notes
pssally · 6 years ago
Text
dan semuanya, kembali baik-baik saja...
Seperti lebih kurang 10,5 juta jiwa kepala di Ibu Kota ini, dengan jutaan seluk beluk pelik permasalahan pribadi, namun kerap kali berkata “Saya baik-baik saja”... begitulah satu hari penuh yang saya jalani di tanggal 20 November 2019, hari di mana saya tepat berusia 26 tahun.
Tidak seperti 2 tahun sebelumnya, setiap kali saya menghadapi tanggal tersebut, kerap kali hati ini dibuat biru dan berakhir menangis sendiri. Pilu hati yang saya miliki selalu timbul di tanggal tersebut selepas masa sekolah & kuliah, karena saya tahu dan sadar betul bahwa perayaan-perayaan ramai hiruk pikuk (tanpa usaha berlebih) yang menyenangkan telah berakhir.
Ulang tahun sejak masa remaja hingga beranjak ke masa peralihan dewasa bagi saya merupakan hari istimewa, hari penuh perhatian, hari di mana semua mata tertuju pada saya, dan semuanya bagi saya menyenangkan, kala itu. Tapi begitu menginjak pertengahan usia 20-an, hari tersebut hanya menjadi pengingat bahwa sudah sampai titik mana kehidupan saya berjalan, sudah sampai mana perubahan yang saya alami selama satu tahun, atau bahkan beberapa tahun ke belakang, yang tentunya saya yakini belum ada perubahan yang ‘sangat’ baik. Kemudian lambat laun berubah menjadi hari di mana saya tidak ingin dilihat, hari di mana saya tidak ingin berteriak meminta perhatian karena saya tengah gagal dalam belajar menghargai diri sendiri, kala itu.
Sampailah saya di usia ke-26, satu tahun bertambah dari pertengahan usia 20-an, tahun di mana saya akhirnya kembali merasa baik-baik saja.
Satu hari penuh saya menjalani kehidupan selayaknya orang berusia 26 tahun. Pergi kerja, bersosial, dan bertahan hidup di keramaian kota Jakarta, non stop dari jam 5 pagi hingga jam 12 malam, kepanasan dari pagi hingga siang, kehujanan dari sore hingga malam. Di hari tersebut, tidak ada celah bagi saya untuk berpikir tentang masa depan yang selalu saya takuti ataupun masa lalu yang selalu saya sayangkan. Saya terlalu sibuk dengan masa kini, dan saya tidak apa-apa.
Menutup hari menikmati tempat menyenangkan untuk birthday dinner bersama keluarga yang utuh, setelah setengah hari dibabat habis tenaga saya shooting di bawah terik matahari. Mendapat surprise kecil dari rekan-rekan kerja, sampai ucapan dan doa yang mengalir dengan derasnya di berbagai saluran komunikasi dari inner circle berharga yang masih saya jaga, yang meskipun tidak rutin bicara tapi tetap sengaja memberikan doa via personal chat, yang sangat dekat dan mengumbar cerita & keburukan saya via IG Story untuk bercanda, dan yang masih tetap bersua, peduli, dan memperhatikan. Tentunya hari itu saya jalani dengan baik-baik saja.
Kalimat “baik-baik saja” sesungguhnya memiliki makna ganda bagi sebagian orang. Namun menjadi baik-baik saja (secara harafiah) meskipun masih banyak hal-hal yang dirasa sulit belum terlewati, adalah satu hal yang patut saya syukuri untuk saat ini.
Baik-baik saja artinya saya berada di persentase tidak merasa sedih dan dapat mengukur sampai mana perasaan bahagia yang saya punya. Karena perasaan bentuknya abstrak, saya akan mengukurnya dari segi persentase, dan persentase rasa bahagia saya kini berada di tujuh puluh persen.
Baik-baik saja, berarti saya menjalani hidup dengan pelan-pelan. Saya bisa pelan-pelan menghadapi diri sendiri di berbagai keadaan, saya bisa pelan-pelan menenangkan isi kepala yang kerap kali bersitegang dalam berpikir, saya bisa pelan-pelan mencerna informasi dan berpikir jernih, saya bisa pelan-pelan membangun bentuk kebahagiaan apa yang ingin saya rasakan, saya bisa pelan-pelan kepada siapa dan apa saya menjatuhkan hati, pikiran dan harapan.
Baik-baik saja, berarti saya dengan lapang dada menyambut realita, menyambut usia yang ke-26, usia yang kata banyak orang masih muda, usia yang kata banyak orang penuh dengan jatuh bangun, usia yang kata banyak orang meski terasa tidak baik namun pada akhirnya semua akan baik-baik saja.
0 notes
pssally · 6 years ago
Text
The Healing Journey: Number 1
“And healing will sound like wind chimes” Mari Andrew
Beberapa bulan yang lalu, di bulan maret 2019, saya menemukan satu instagram post dari @bymariandrew, seorang penulis dan artist based in NYC. Saat itu, usai membaca, saya menangis tersedu-sedu, karena kata-kata-nya yang terlalu relate dengan kehidupan saya.
Berikut instagram post yang terdiri dari beberapa slide dan wisdom words, dengan judul: Notes to my younger self, yang tentunya saya ubah menjadi notes to self hingga saat ini.
Tumblr media
Source: http://tiny.cc/6sr7cz
Pada tulisan ini, akan saya akui bahwa di awal tahun 2018 sampai awal tahun 2019, hidup saya sangat tergopoh-gopoh, jatuh, bangun, jatuh lagi dan bangun lagi. Menangis setiap malam, menangis saat berkendara, menangis saat mandi, menangis ketika menonton tv series atau film, menangis bahkan hanya karena mendengarkan lirik lagu, dan kegiatan-kegiatan ini tentunya saya lakukan sendirian. Saya tidak tahu apakah itu salah satu bentuk depresi, namun saya belum merasa membutuhkan bantuan medis ketika itu dan hingga sekarang, mungkin karena saya masih punya banyak dukungan moral dari sana sini yang membantu saya tetap bisa berdiri, serta dukungan rohani yang tidak mau saya terlantarkan lagi.
Saat itu saya sedang berjuang mati-matian memperbaiki kehidupan yang sudah hampir setahun dibiarkan semakin terperosok. Berjuang mati-matian untuk lagi-lagi mencapai ketidakpastian. Tapi, kemudian saya mencapai pemikiran, ah, hidup memang tidak pernah ada yang pasti, jalan saja, jangan lagi terlena dengan impian-impian untuk hidup aman, karena aman ternyata juga bisa mematikan.
Untuk menulis ini, saya butuh waktu hampir 6 bulan berpikir, apakah sebaiknya saya tulis atau tidak, apakah saya sudah mencapai proses ‘healing’ atau belum, apakah saya sudah pantas kembali menulis tentang kebahagiaan dan kepercayaan yang kini kembali saya miliki.
Dan pada akhirnya, sampai seorang teman baik yang tidak pernah putus bertanya kabar, meskipun selama proses jatuh bangun itu saya pernah membuat ia kecewa karena penolakan dan ketidakinginan saya untuk bertemu siapa-siapa selama setahun ke belakang, ia menyapa dan berkomentar pada salah satu story yang saya bagikan di instagram “Sal, you look so young and adorable” pada titik inilah, akhirnya saya menyadari bahwa saat ini, saya sudah memasuki proses ‘healing’, meskipun saya tidak tahu apakah dalam perjalanan penyembuhan ini saya akan kembali terluka atau tidak, lebih baik jangan dipikirkan terlebih dahulu, dan kita manusia punya cara masing-masing dalam memutuskan untuk terluka.
Baiklah, proses healing ini harus segera saya abadikan dalam tulisan, agar nanti diri saya di masa depan bisa kembali me-review pelajaran-pelajaran-nya ketika ia sedang hilang arah dan kepercayaan, yang saya yakin, ini adalah proses perputaran di usia rentan, quarter life crisis mereka bilang-nya.
Pada tulisan ini, saya akan bercerita melalui kutipan poin-poin yang menarik pikiran saya dari postingan Mari Andrew di atas.
Point 1
“Your talents and curiosities are unusual, so your career path will be unusual”
Career. Sebenarnya, ini adalah isu terbesar semenjak saya lulus kuliah master di akhir tahun 2016. Saya tidak tahu mau pergi ke arah mana, saya tidak tahu apakah minat saya bisa menghasilkan uang, saya tidak tahu apakah mimpi saya bisa dihidupkan, saya tidak tahu apakah semua kerja keras dan pengorbanan orang tua bisa saya balas dengan kebanggaan, selepas kebanggaan menyelesaikan studi tingkat tinggi, pencapaian terbesar dalam hidup saya (setidaknya hingga saat ini).
Namun, saya tetap jalan, tetap berusaha, tetap berjuang, tetap bermimpi meskipun dalam keadaan naif. Kemudian sampailah saya di 4 Mei 2018, pada hari itu saya kehilangan kepercayaan; kepercayaan pada impian yang saya bangun, kepercayaan pada rencana yang saya kedepankan, kepercayaan pada orang-orang yang ada di sekitar hidup saya pada saat itu.
Dunia saya runtuh. Saya tahu, mengakui semua ini bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang, mengakui kegagalan seperti ini bahkan bisa menjatuhkan diri sendiri, tapi dengan menulis ini, saya harap, saya bisa belajar punya kekuatan, kekuatan untuk melawan, kekuatan untuk bertahan.
Saya tidak akan menceritakan apa bentuk kegagalan yang saya alami, tapi saya akan menceritakan berbagai bentuk perasaan yang muncul selama proses-nya.
Pada fase ini, saya namakan kegagalan terbesar ke-2 sepanjang hidup saya selama 25 tahun.
Pada fase ini, saya membenci semua orang, saya kehilangan tujuan, saya menutup akses semua orang terhadap pribadi saya, saya membiarkan diri pada mode self-destruction, saya ingin balas dendam, saya ingin ada berita buruk dari individu yang memicu kegagalan saya agar bisa membuat diri menjadi merasa lebih baik. Yang kemudian, lambat laun saya mengalah dan mengikhlaskan apa yang terjadi memang sudah terjadi, dan tidak perlu lagi dihakimi, biarkan saja itu menjadi tugas alam semesta ini, dan yang perlu dilakukan adalah bagaimana cara memperbaiki.
Pada fase ini, akhirnya saya semakin mengenal diri sendiri, saya semakin bisa menangani pergolakan diri dan bagaimana cara menyelesaikannya. Sangat pelan-pelan saya kembali percaya, sangat pelan-pelan saya kembali menanjak, sangat pelan-pelan akhirnya saya kembali berusaha. Namun, tetap, perjalanan-nya tidak semudah itu. Meskipun sekarang sudah sangat baik-baik saja, gangguan dari banyak arah sesungguhnya tetap ada, tapi saya kembali teringat pada salah satu percakapan dengan seorang sahabat di malam menuju tahun baru 2019, di malam itu dia bilang :
“Ah jangan dipaksakan”
“Nanti berat”
“Ada waktunya”
“Apanya” jawab saya
“Kamu”
“Kamu dan kehidupan”
“I know, i lose this year” jawab saya lagi
“Gpp”
“Iya gpp”
Pada malam hujan lebat menuju tahun baru itu, akhirnya saya paham kenapa saya merasa hancur. Karena saya memaksakan impian dan keinginan yang seharusnya memang belum saatnya, karena saya lupa bahwa segala sesuatu yang baik punya proses, karena saya tidak bisa menerima dengan lapang dada yang seharusnya menjadi pelajaran, karena seharusnya saya hanya berkaca pada diri sendiri, berkaca pada perjalanan pribadi, bukan perjalanan orang lain.
Saya, akhirnya dapat memahami dan menerima, bahwa berjalan tidak-nya hidup, berpindah tidak-nya hidup, membaik tidak-nya hidup, adalah tentang membandingkan pribadi sendiri di masa lalu dengan masa sekarang, bukan dengan membandingkan-nya pada orang lain.
Career. Saat ini, saya sudah kembali menjalani karir yang memang pernah saya tunda karena adanya gangguan kegagalan yang saya uraikan di atas, karir yang memang sudah saya bangun sejak lulus kuliah, karir yang memang berdasarkan skill terbaik yang saya miliki, setidaknya sampai sekarang. Karir yang bahkan hingga sekarang saya masih bingung bagaimana menjelaskan-nya apabila ditanya oleh keluarga besar, unusual, tapi tidak apa-apa, karena dengan ini, saya bisa menghidupi diri sekaligus melakukan hal yang saya sukai.
Untuk sementara, saya akan terus berada di sini, sambil pelan-pelan merancang kembali mimpi-mimpi yang dulu tertunda, dan pelan-pelan menghapus ketakutan terhadap beribu ketidakpastian.
Point 2
“You have a lot to do in life, so you’ll have to take it one by one. Career, love, healing, perfect friendship, and home are not all going to come together the day you graduate”
Career. Sudah diuraikan pada poin pertama.
Love. Dalam aspek ini, saya masih belum berani bicara apa-apa. Satu hal yang pasti, dalam hal ini, saya sangat amat berhati-hati, karena saya punya hati yang kecil, siapapun yang ingin mengambilnya, sesungguhnya sangat mudah, namun letaknya tentu saja saya sembunyikan terlebih dahulu, saya hanya bisa memberi, menerima dan belum bisa membantu mengobati.
Healing. Sedang saya jalani dan saya abadikan dalam tulisan ini.
Perfect friendship. Saya bersyukur, dalam keadaan menyepi, dalam keadaan saya mendorong jauh orang-orang pergi, ternyata ada yang tidak benar-benar pergi, ternyata masih ada yang sungguh-sungguh peduli, ternyata dalam keadaan diam masih ada yang mendengarkan.
Bagi pribadi-pribadi yang selalu ada mengiringi perjalanan ini, you know who you are. Terima kasih, terima kasih untuk tetap mendengar meskipun saya diam, terima kasih untuk tidak pergi, terima kasih untuk tetap menunggu sampai saya kembali lagi menjadi diri saya seutuhnya, terima kasih untuk tetap menerima, dan menerima apa adanya. Terima kasih bila tidak ada rencana untuk meninggalkan saya sendiri.
Point 3
“You will find your community, you will find them in medieval mystics, someone who left a stunning comment”
Dengan inner circle kecil yang saya jaga, saya punya komunitas-komunitas yang berbeda, terlihat banyak, namun sesungguhnya hanya perkumpulan dari individu yang itu-itu saja. Yang mengenal saya apa adanya, yang saya biarkan masuk ke kehidupan terdalam, yang dengan kesungguh-sungguhannya berkata “Senang sekali bisa bertemu lagi dengan kamu Sally”, yang selalu hadir di dalam comment section setiap postingan saya di media sosial meskipun hanya menggoda atau bercanda, yang membahas tentang ocehan-ocehan saya di twitter ketika bertemu secara langsung, yang selalu sabar setiap saya membatalkan janji bertemu, yang tidak berhenti bicara ketika saya menolak untuk bertemu karena saya terlalu mencintai keheningan, yang masih saling mendoakan di grup whatsapp dan membagikan wisdom words-nya, yang masih meng-update kehidupan dari instagram story tanpa harus rajin berbasa-basi bertanya kabar, karena kemudahan teknologi, kita jadi tidak harus lagi saling basa-basi bertanya namun tetap saling memperhatikan satu sama lain melalui postingan sehari-hari.
Point 4
“I will someday thank you for the loneliness you endured to become who you are”
Pernah saya baca di suatu tempat bahwa hidup sesungguhnya adalah tentang perjalanan kesendirian. Entah maksud sebenarnya seperti apa, namun bagi saya, sendiri ataupun tidak sendiri, yang terpenting adalah bagaimana saya bisa memahami diri sendiri, dan yang terpenting lainnya adalah saya tidak pernah merasa sendirian di tengah-tengah keriuhan. Karena dengan berjalan sendiri dan berpegang pada diri sendiri, saya bisa mengenal diri pribadi dengan pandangan yang lebih jelas, dan dengan mengenal, tentunya saya bisa belajar mencintai diri sendiri, suatu hal yang tidak bisa dilakukan semua orang, karena banyak sekali orang di luar sana yang berlomba-lomba menjadi diri orang lain agar bisa mencintai diri-nya sendiri.
Belum, saya belum baik pada aspek mencintai diri sendiri. Tapi, semoga suatu hari nanti, saya benar-benar bisa berterima kasih pada diri sendiri, karena sudah pernah berjalan sendirian, saling mengenal dan memahami.
Point 5
“You don’t think this world is for you because it feels far too harsh, rigid, violent, and cold for your squished little ball of a heart. But it is very much yours too. Suffering lives here, music also exist here. This world is painful and it is covered in daffodils you will nearly fall apart and you will also have picnics in the park”
Sebagai manusia yang harus terus mengikuti perkembangan dunia terkini karena kebutuhan pekerjaan dan kebutuhan pribadi juga tentunya, terkadang saya sering sakit kepala karena bahan-bahan bacaan dari pemberitaan media massa bisa membuat pikiran dan hati menjadi carut marut berantakan. Penuh kekecewaan, saling menyakiti, saling menyulitkan, saling menghina, saling membenci, bahkan yang saling mencintai pun saling menyiksa.
Namun, semenjak proses healing ini berjalan, saya semakin bijak memilah bahan-bahan bacaan yang tepat untuk kesehatan pikiran, memiliah-milah kemana sebaiknya perhatian saya bisa terfokus. Kembali lagi seperti yang saya katakan di atas, manusia punya cara masing-masing dalam memutuskan untuk terluka, dan saya tidak akan membiarkan pikiran saya terluka hanya karena hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan diri sendiri. Egois, memang. Tapi menjadi egoislah yang terkadang bisa melindungi diri dari terluka.
dan saya belum memutuskan untuk berhenti menjadi egois. Proses ‘healing’ ini, membutuhkan saya untuk menjadi egois, dalam konotasi yang positif tentunya, dan tidak menyakiti siapapun dalam proses ke-egois-an ini.
1 note · View note
pssally · 6 years ago
Text
Me: The universe of Logical and Systematic
Quoting that mainstream pinterest post (oh i love quoting shallow sentences) “I’m a universe of exploding stars”, i can feel too much sadness, happiness, emptyness and hopeless in one day.
I am logical; i can think about conspiracy, poetry and the meaning of everything that anyone said to me at the same time, i don’t know why, that’s just how my mind’s work.
I am systematic; I open up layer by layer. I can hide for days just to think and ended up anxious. I don’t like to be rushed, but my head always rushing. My mind can think systematically if someone wants to talk to me constantly on a daily basis and still keeping up with my shits, it means that ‘someone’ likes me. So, love me and talk to me or don’t ever talk to me at all.
I’m all about words. It’s best for me to say anything in words through my writing. Not a good conversation starter here, but once i get comfortable and you’ve gained my trust, i caaan talk about everything, like ev-e-ry-th-ing, sometimes i can be unclear because i'm too passionate about the topic.
And yes, if i still reach you, even just to disscus meaningless stuff or pick a gif in our chat, left comment or likes on your newest post, it means i like you.
I don’t beg. If i do, i don’t think you’ll ever know because i’m doing it in the most ellegant and unclear way.
I like to read random stuff; politics, world domination, media agenda, philosophy, psychological theory, Trump, conspiracy theories or sometimes math formula, but no, i don’t like to talk about it passionately, talking about those shits just giving me a headache and anxiety.
I love poetry, fantasy, cheesy romance, dark humour, jokes, humour, jokes, jokes, and jokes. Because basically i can laughed by everything to release the tense in my mind.
I’m just gonna leave it here, just in case someday, you want to come into my life and love me the way i am.
Because i’m easy, if i like you.
Nuh uh, i’m not that desperate, just wanna make everything simple and easy, or you can say these are the cheat sheets about me.
0 notes
pssally · 6 years ago
Text
I'm questioning.
Questioning everything.
And, i think it's okay not to have the answers.
With my chaotic mind, i'm writing this, still questioning.
I know i'll be fine.
Because by questioning,
I know i am alive.
Be still, My soul.
0 notes
pssally · 6 years ago
Text
Sore itu dihiasi semburat jingga yang mengintip melalui celah-celah rimbun pepohonan. Hening, tenang, lambat, aman.
“Suatu hari nanti saya akan punya sudut seperti ini di rumah pribadi dan duduk di kedua kursi tersebut bersama yang terkasih” begitu yang saya rangkum dari perkataan seorang teman yang melihat foto ini diunggah di instastory saya.
Kecil dalam hati tersembunyi, saya juga memimpikan yang sama.
Tumblr media
Karena satu momen foto, saya jadi mempertanyakan mimpi. Benarkah tidak apa-apa untuk bermimpi? Benar tidak apa-apa bila mimpi itu jatuh, bertaburan dan berserakan? Benarkah bisa hidup tenang bersama mimpi?
Belum. Saya belum punya jawaban pasti.
Namun, kecil dalam hati tersembunyi menjawab; yang harus dilakukan untuk sementara adalah tidak terus berhenti mencari, tidak terus bersembunyi, dan tidak takut lagi.
0 notes
pssally · 6 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ada banyak ruang hari itu.
Ruang bernafas, ruang bicara, dan satu ruang yang terbuka lebar untuk menahan lara.
Namun sang pemilih rasa memutuskan untuk menambah ruang sunyi.
Mungkin nanti akan ada jawaban atas semua kelengangan ini.
Untuk setiap menit yang ingin dirasa namun tak jua bersuara.
Untuk setiap damai sendiri yang setiap saat dipuja.
2 notes · View notes
pssally · 6 years ago
Text
My kind of luxury.
3 notes · View notes