radinkarp-blog

[radinkarp-blog]

Kata sejarawan: kota tempat tinggalmu jangan sampai kalah berkelas dengan kekasihmu.

#aksara #gagasmedia

[radinkarp-blog]

Cinta dan Resiko

Ketika satu botol air mineral kosong yang jatuh dari kantong seorang pemulung, secara tidak sengaja majas batinnya berbahasa kepada Tuhan. Berkesinambung kepada hujan yang hendak menghunjam. atau kepada terik yang ingin membakar.

“Penguasa semua manusia sekarang membuang hasilku dengan sia-sia di tepi jalan. Tidak untuk hari ini dan seterusnya. Aku perlu kembali untuk mengambil.”

Kemudian, beranjak dari renungnya, pemulung tersebut mengambil botol yang menjauh menggelinding.

“Berhenti!”

Semakin tidak menyadari kalau jalan yang ia lalui terlalu curam. Hingga telah puas menyusuri aspal, botol itu hilang di sungai dan terhanyut sampai tidak bisa terjangkau oleh mata si pemulung.

“Tuhan! Itu barangku. Uangku. Pemasukanku. Kenapa anginmu tidak KAU tahan sebentar?!”

Membuka sudut pandang yang lebih luas lagi dari kedua mata yang dipunya dari si pemulung itu. Bukan seberapa kejam keadaan yang telah dilaluinya. Bukan sebesar itu tega dari sang penguasa. Tapi, sebab manusia yang kadang kurang luwes dengan keadaan sekitar. Kurang jeli dengan dunianya. Masih belum akrab dengan pikiran dan jiwanya. Hasilnya, caranya merasa dan berpikir masih cukup gegabah.

Padahal, di jalanan itulah dia juga memungut benda haknya. Sekaligus menjadi makam terakhir benda yang sudah dimilikinya dan tadi terbuang. Tapi, Tuhan membuatnya semakin baik, tapi dia tidak tahu. Dia egois dengan pemikirannya. Dia tidak mau akrab dengan kejadian. Padahal, saat dia kembali, masih banyak botol yang lain masih terduduk di sekitar rerumputan sungai yang belum sama sekali dia jamah. Resikonya, dia kelelahan dan semua usahanya sia-sia sebab hanya satu botol yang ia permasalahkan. Yang ia sayang-sayangkan.

Memang cinta menuntut kepunyaan. Tapi cinta sejati mengarahkan kebajikan.