Pasir yang sedang bersembunyi menunggu penantian itulah dunianya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Quote
Akan ada hari dimana perahu yang terlanjur kau lepaskan itu akan ditarik kembali, tetapi bukan menjadi milikmu lagi
HRA
0 notes
Text
Hidup menjadi Dewasa
Beberapa bulan pasca wisuda, benar-benar menjadi hari-hari penuh penantian. Berbagai penolakan pun harus dialami. Kecewa? Marah? Sedih? Oh sudah pasti. Apalagi ditambah dengan hawa media sosial yang semakin panas seiring dengan semakin teriknya matahari. Pernah suatu ketika aku benar-benar kecewa bahkan merasa hidup ini tak adil, tetapi Allah menegurku dengan berbagai macam cobaan agar lebih bersyukur. Ya, setelah saat itu aku menyerahkan semuanya kepada Allah. Kemanakah kaki ini akan berlabuh? Aku pasrah dan ikhlas dengan semua jalan yang sudah digariskan Allah. Ketika aku pasrah dan ikhlas, satu persatu titik terang pun muncul. Aku mulai semangat lagi untuk meraih cita-citaku, passionku, dan kebahagiaanku. Meskipun harus banyak pengorbanan dan usaha, tetapi percayalah hasil tidak akan mengkhianati proses. Yap, pada akhirnya aku berhasil meraih apa yang ingin ku jalani. Aku tahu bahwa di depan sana akan ada banyak terbing tinggi tinggi yang siap untuk didaki, tetapi aku sudah bertekad untuk melalui itu. Jika tidak bisa lari, masih bisa jalan cepat, jika tidak bisa jalan cepat, masih bisa jalan santai, jika tidak bisa jalan masih bisa merangkak. Tidak ada yang mustahil untuk semua orang yang mau bekerja keras. Tidak peduli darimana asalnya, asal ada kemauan dan tekad, pasti pada akhirnya tujuan itu dapat tercapai.
0 notes
Text
A Letter for My Motivator
Dear my motivator Anisah, Rasanya baru kemarin kita bertemu ya sah, tepat 4 tahun lebih 6 bulan yang lalu. Gimana ya awal kita kenal? Ohiya waktu itu nindi yang memperkenalkan kita secara gak langsung dan akhirnya kita jadi satu kosan. Kesanku terhadapmu waktu itu kamu orangnya friendly banget dan pandai komunikasi. Kalau gak kamu yang nyapa duluan pasti aku gak berani deh buat mendekat lebih dulu. Kamu tau kan gimana aku waktu dulu? Orang yang cenderung tertutup dan jujur susah buat memulai komunikasi lebih dulu. Aku orang yang cenderung idealis dan menjalani hidup dengan lurus lurus aja, gak berani coba hal baru, yeah it's last me. Semenjak aku ketemu kamu, tentu banyak hal yang terjadi di hidupku. Kamu selalu berbagi cerita apa saja yang benar-benar membukakan mataku akan dunia ini. Kamu berhasil membuatku menjadi berani untuk memulai hal-hal baru dan tentunya menjadi orang yang tidak takut gagal lagi. Aku yang awalnya tersasar di sana akhirnya memiliki sesuatu yang patut aku pertahankan tanpa harus beralih ke tempat lain. Aku bahkan seringkali kecewa dengan berbagai kegagalan dan aku selalu menceritakan itu padamu, dan dengan sabarnya kamu selalu menasehati untuk selalu maju dan berpikir positif. Kamu punya beribu kisah hidup yang sangat berliku dan aku sangat kagum padamu karena kamu bisa "survive" meskipun aku tau di balik keceriaanmu tersimpan kesedihan yang sering kamu pendam sendiri. Kadang kamu menangis di hadapanku, aku pun hanya bisa menenangkanmu, maaf jika aku tak pandai untuk berkata-kata sah :(. Dulu, kita sempat beda pendapat buat pindah ke kosan yang baru karena aku ingin A dan kamu ingin B. Pada akhirnya, aku memilih untuk bersamamu sah karena aku rasa aku bakal kehilanganmu kalau sampai kita beda kosan. Hari-hari setelah itu berlalu, masing-masing kita sibuk dengan urusannya. Meskipun gak bisa setiap hari cerita bareng, ada kalanya kita bakal ngobrol panjang lebar sampe lewat tengah malam dan gak ada habisnya wkwk. Sah, hari ini ulang tahunmu yang ke 23. Dulu kalo kamu ulang tahun pasti pas libur semester dan kita pulang ke kampung masing-masing ya hehe. Tepat dua bulan yang lalu juga kamu diambil Allah sah, aku gak pernah menyangka secepat inikah? Why Allah? Maafkan aku ya sah yang selalu sibuk dengan urusanku bahkan ketika hari pemakamanmu aku gak bisa datang :(. Untung lah sebelum waktu itu datang, aku sempat menengokmu dan bisa melihat wajahmu dengan senyum bahagiamu untuk terakhir kalinya. Sampai detik ini, aku pun masih tidak percaya kalo kamu udah gak ada di dunia ini sah. Aku hanya bisa mengirimkan doa untukmu di setiap sujudku, semoga Allah menempatkanmu di sisi terbaikNya dan selalu diberikan kenikmatan di alam kuburmu. Kamu orang baik sah, dan kamu banyak meninggalkan warisan baikmu padaku. Allah pasti memberikan tempat terbaik untukmu. Terima kasih sah udah pernah hadir di hidupku dan mengisi masa-masa pencarian jati diriku. Terima kasih sudah menularkan semangat dan motivasimu, sekarang giliranku yang akan menularkan itu untuk orang-orang di sekelilingku. You are my motivator, and you'll always be my motivator until the rest of my life sah. I miss you, Anisah :) :) :). From, HRA
0 notes
Quote
Tidak perlu orang lain tahu seberapa banyak keringat yang kau kucurkan, seberapa banyak tangisan yang kau teteskan, seberapa besar lantunan doa yang kau panjatkan karena pada akhirnya mereka hanya melihat hasil bukan prosesnya
-HRA-
1 note
·
View note
Text
Tulisanku dan Waktu
Niat menulis kini telah ada, sekarang muncul sebuah pertanyaan apa yang harus aku tulis? Menurutku sebuah tulisan itu seperti air yang mengalir apa adanya. Mereka apa adanya tanpa ada penambahan atau pengurangan. Begitu juga dengan apa yang akan aku tulis, mereka sederhana dan apa adanya. Terkait dengan apa yang akan aku tulis, aku lebih suka menulis fiksi. Aku tidak pandai untuk mengungkapkan kata-kata secara gamblang lewat tulisan. Namun, aku lebih menyukai kiasan yang mendalam dan membiarkan orang lain menangkap makna dari apa yang aku tulis. Aku bahagia ketika bisa bercerita ke orang lain dengan rangkaian cerita yang penuh makna. Aku meminta saran orang-orang yang sudah membaca tulisanku. Kemudian mereka berkata, "wah bagusan fiksi has, maknanya lebih dalem". Ada juga yang berkata, " ketika kamu menulis fiksi, itu seolah-olah bukan seperti kamu". Kata-kata itu bukan seolah-olah aku tidak apa adanya, tetapi justru disitulah tujuanku menulis fiksi. Mungkin terlihat berbeda ketika aku berbicara langsung dengan tulisanku, tetapi disitulah aku menemukan ciri khas tulisan fiksiku. Kenapa aku tertarik dengan fiksi? jujur aku sangat hobi berfantasi. Aku adalah pendengar yang baik dengan kondisi-kondisi sekitarku. Seringkali banyak cerita sekitarku yang hanya terlintas sebagai konsumsian publik saja, tetapi hikmahnya kurang terpublikasi. Orang-orang terkadang hanya melihat dari sisi negatif terhadap suatu cerita, padahal seharusnya kita bisa mengambil sisi positifnya sebagaimana tujuan tulisan fiksi itu. Dari sisi itu lah yang ingin aku tulis sebagai ciri khas tulisanku. Kemudian muncul lagi pertanyaan kapan waktu untuk menulis? Ya, waktu terbaik untuk menulis bagiku yaitu bisa kapan saja dan dimana saja. Sebenarnya aku memiliki jam produktif untuk menulis yaitu sekitar malam menjelang subuh. Entah sejak kapan, rasanya pikiran dan hati lebih jernih pada saat jam-jam ini. Ide-ide untuk menulis seringkali muncul ketika malam, mungkin karena malam adalah tempatnya manusia untuk introspeksi diri. Aku yakin setiap orang punya waktu produktifnya masing-masing. Aku sudah bercerita, ayo ceritakan kisahmu agar kita bisa saling bertukar pikiran! Salam semangat menulis untuk kebaikan!
1 note
·
View note
Text
Sebuah Tekad Menulis
Tak semua orang suka menulis, tetapi aku suka menulis. Menulis adalah suatu kebutuhan karena lewat tulisan orang bisa mentransfer pengetahuan yang mereka miliki ke orang lain. Ketika sebuah tulisan berbicara maka sebuah cerita pun dimulai. Tulisan itu bagai rangkaian yang menjelaskan semua cerita dengan detail dan tak ada yang terlupakan. Sebuah tulisan merupakan lambang dari kejujuran karena mereka jujur tanpa ada yang ditambahkan atau dikurangi. Sebuah tulisan adalah apa adanya karena mereka sederhana dengan apapun isinya. Sebuah tulisan merupakan bukti karena masa depan selalu membutuhkan masa lalu yang tertulis. Sebuah tulisan merupakan ungkapan ketika sebuah pembicaraan sudah tak bisa terjalin lagi. Itulah mengapa tulisan adalah sesuatu yang penting untuk dunia. Mengapa aku harus menulis? Ada seorang kawan yang pernah memperkenalkan aku dengan dunia tulis menulis. Ya, dia adalah seorang kawan yang memotivasiku hingga detik ini. Awalnya aku menganggap bahwa menulis itu cukup hanya aku yang menikmatinya. Tetapi pikiran itu berubah ketika aku berbincang manja dengan motivatorku ini. Dia bahkan sangat lihai dalam merangkai kata dalam tulisan. Tulisannya pun memiliki arti yang mendalam dan aku pun sering tersentuh dengan tulisannya. Dia adalah orang yang memiliki mimpi besar dengan dunia tulis menulis. Dia bahkan sering bercerita tentang buku yang ingin dia tulis dan terbitkan di kemudian hari. Namun sayang, kemudian hari untuk dia kini telah tiada. Mengapa aku harus menulis? Karena aku ingin meneruskan mimpi-mimpi besar dari kawan motivatorku ini. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana berbinarnya dia ketika menceritakan tentang sesuatu yang ingin dia tulis. Sekarang mungkin aku dan dia sudah tidak bisa berdiskusi manja lagi, hanya lantunan doa sebagai ajang silaturahmi. Oleh karena itu, menulis akan aku jadikan sebagai kenangan manis bahwa karyanya telah merasuk pada diri ini. Menulis adalah cita-citanya dulu, tetapi sekarang menulis adalah cita-cita kita. Menulis adalah kewajibanku sekarang. Dengan mengucap bismillah, sebuah tekad menulis pun dimulai. -HRA-
1 note
·
View note
Text
Sebuah Keyakinan Kebaikan
Menulis adalah salah satu caraku meluapkan perasaan. Sejak dulu, aku terkadang menulis tetapi tak banyak orang yang tahu. Sayangnya, kebiasaan itu tak pernah aku pelajari lebih lanjut dan tulisanku hanya sekedar berakhir di atas meja belajarku. Setelah beberapa tahun berlalu, aku tak sengaja melihat tulisan-tulisanku yang sudah usang di antara rak-rak buku. Ada semacam perasaan "sayang" dan ingin kembali "balikan" pada saat itu. Hasrat itu semakin muncul ketika di tengah era media sosial yang semakin ramai ini aku banyak melihat tulisan orang-orang hanya melalui layar handphone. Aku berpendapat pasti akan lebih baik jika aku bisa menyebarkan tulisanku agar dapat menyampaikan kebaikannya daripada memiliki media sosial hanya untuk bermain semata. Sungguh suatu kebetulan, ketika aku sedang membutuhkan bimbingan menulis, tawaran itu datang dari seseorang yang mengadakan pelatihan menulis daring selama 30 hari. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, karena ibaratnya aku ini sedang kehausan di tengah padang pasir dan ada seseorang membawakan sebuah minuman menyegarkan. Seseorang itu bernama mba Lala yang mulai hari ini menjadi mentor menulisku. Lewat zona menulis daring selama 30 hari ini, aku berharap bisa menggapai cita-citaku untuk mempublikasikan tulisan ke khalayak ramai. Karena dengan menyebarkan kebaikan lewat tulisan, akan ada banyak orang-orang haus lain yang bisa melepas dahaganya lewat minuman yang aku tawarkan. Selama 30 hari ini aku harus berkomitmen mengikutinya, kecuali benar-benar dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Apabila dalam satu hari dari 30 hari ini aku tidak bisa mengumpulkan tugas dan mengikutinya, maka aku akan mengkonfirmasi kepada mentorku agar tidak ada kesalahpahaman dan tetap mengupload tugas di kemudian harinya. Aku tidak akan menyerah dan akan terus berusaha agar dapat menyusun rantai kebaikan bersama para penulis di pelatihan menulis daring. Aku berharap kegiatan baruku ini dapat menjadi kebaikan untuk orang lain. Ketika ada satu orang berbuat baik, maka kebaikan itu akan menular, menyebar, dan mewujudkan sebuah kebiasaan baik. Jadi, aku akan tetap berusaha dan berdoa agar kebiasaan baik ini bisa benar-benar terwujud. -HRA-
2 notes
·
View notes
Photo

Kisah Sepasang Mata Layaknya sepasang mata di balik batang pohon Tak berani muncul apalagi menampakkan diri Seandainya tampak pun belum tentu ada yang mengenali Begitulah kisah sepasang mata Hanya bisa melihat tanpa berbicara -HRA-
1 note
·
View note
Photo

Waktu, cepat atau lambat dia akan berhenti. Diperhentianku, bekasku ada di satu detik saja waktumu, paling tidak karyaku. - ashamuba
2 notes
·
View notes
Text
Aku dan Zona Waktuku
Percaya gak sih kalau setiap orang dalam kehidupan memiliki zona waktunya masing-masing? Yes, I trust. Negara aja yang ibaratnya satu dataran bumi juga punya waktu yang berbeda-beda. Ada yang lebih lambat maupun yang lebih cepat, apalagi kita manusia yang secara fisik dan mental berbeda satu sama lain.
Seringkali kita mendengar orang berkeluh kesah, "ah mengapa ya aku belum seperti dia... ", "duh dia udah gini aja kok aku belum... " begitu seterusnya. Kalau sampai pikiran-pikiran ini terlintas harap berhati-hati jika terlalu negatif bisa masuk ke sifat iri (astagfirullah). Jika pikiran-pikiran ini muncul, tanggapilah dengan sikap positif. Sebenarnya ada satu kuncinya yaitu sabar :). Seringkali kita tidak bersabar dengan takdir yang Allah berikan kepada kita, bahkan sampai bersuudzon kepada Allah. Kita sering berpikir bahwa usaha dan doa kita sudah maksimal tapi yakinkah itu benar benar sudah maksimal? Hanya masing-masing diri yang bisa menjawabnya.
Aku pun merasakan hal yang sama seperti dirasakan orang pada umumnya. Namun, tahukah jika mungkin Allah sedang menguji kesabaran dan ketawakalanmu hingga saat ini? Mungkin jika sekarang aku bisa memperoleh semuanya aku akan menjadi pribadi yang lebih jauh dari Allah dan sesat dalam kebahagiaan dunia semata. Aku yakin Allah tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Mungkin saja Allah juga sudah menyiapkan kado terbaikmu agar bisa menggapai surgaNya kelak.
Setelah apa yang aku lalui hingga saat ini ternyata belajar bersyukur adalah hal yang paling ampuh untuk menghadapi pikiran negatif yang selalu muncul. Memang menengok ke atas itu penting untuk motivasi, tetapi ada kalanya kita harus menengok kanan, kiri, dan bawah agar seimbang. Tengok ke kanan kiri bertujuan agar kita bisa melihat kondisi saudara-saudara seperjuangan kita dan apabila mereka kesusahan bantulah dengan merangkulnya. Menengok ke bawah juga penting agar kita tahu bagaimana indahnya rasa bersyukur atas pencapaian diri kita dan ulurkanlah tanganmu untuk membantu mereka yang ada di bawahmu. Jadi, tetaplah berpikir positif! Dan hargailah zona waktumu yang sudah disusun oleh Sang Pencipta Alam Semesta!
5 Oktober 2017
1 note
·
View note
Text
Mimpi Semu
Mungkin besarnya harapan kadang tidak sesuai dengan realita di peradaban. Indahnya harapan kadang membuat seseorang menjadi terbuai dalam belaian impian. Ketika kita "memberi" pasti dalam benak kita muncul sebuah mimpi. Mimpi yang mencerminkan masa depan dengan apa yang kita beri.
Namun, bagaimanakah jika impian itu sama sekali tidak memberikan timbal balik? Pasti rasa sakit, kecewa, merana langsung meradang dalam hati. Rasanya seperti ada jarum yang menusuk ke dalam benang, terlihat baik tetapi sebenarnya perih. Ya memang seperti itulah kehidupan yang harus dihadapi.
Ketika kita berani memberi bukan berarti kita juga harus siap menerima, tetapi sebaliknya kita harus siap mengikhlaskannya. Ikhlas adalah jalan terbaik. Jalan yang baik agar kita bisa lupa dan kembali berjalan ke kehidupan selanjutnya. Maaf bukan berarti aku menyerah, tetapi berjalan dengan harapan kosong tanpa ada timbal balik juga untuk apa. Maaf kepada yang mimpi yang pernah aku beri, aku mundur.
Friday, 29 September 2017
1 note
·
View note
Photo

Idul Adha.... Hari raya yang dinanti-nanti umat Islam untuk menyembelih kurban. Yang pastinya kurban sapi, kerbau, atau kambing loh ya bukan kurban perasaan wkwk. Di hari-hari Idul Adha seringkali kita kewalahan karena menerima banyak daging. Pasti kalian bosen kan kalo dimasak diolah itu itu aja? Nah disini aku mau berbagi resep salah satu olahan daging sapi yang aku buat kemarin. Sebenernya udah umum banget sih dan pastinya setiap hari selalu ada jenis masakan ini. Nah apakah itu? Here we go! Bakso Kuah Segar Bahan Bakso: Daging sapi 500g Tepung tapioka 150g Garam 2 sdt (secukupnya) Lada 1 sdt (secukupnya) Bawang putih 5 siung uleg halus Es batu 150g Air Bahan Kuah Air Daging 100 g Bawang putih 5 siung (diiris dan digoreng) Bawang merah 10 siung (diiris dan digoreng) Garam 2 sdt (secukupnya) Lada 1 sdt Penyedap (Masako/royco) secukupnya Cara membuat: Bakso Daging sapi digiling lalu campur dengan tapioka, bawang putih uleg, garam, dan lada. Bentuk bulatan di tangan yang menggenggam dan ambil adonan menggunakan sendok, masukkan ke dalam panci berisi air. Rebus adonan bakso sampai mengapung. Masukan bakso ke dalam air es batu selama 2-3 menit lalu simpan dalam kulkas. Kuah Segar: Rebus daging dengan air (sebelumnya daging diiris iris kecil) sampai daging empuk. Masukkan bawang putih dan bawang merah goreng, garam, lada, dan penyedap. Aduk merata dan koreksi rasa. Masukkan bakso ke dalam kuah. Sajikan di dalam mangkok dengan daun cesim, kecap, saus, dan sambal. Bakso siap disantap. Maknyoossss 😍
0 notes
Photo


Halo! This is my first post in tumblr....
I want to share a recipe of KUE TELUR GABUS (snack from Indonesia), here we go:
Bahan
Tepung tapioka 400 gr
Garam 1 sendok (secukupnya)
Margarin 4 sendok
Telur 4 butir
Cara Membuat
Campur bahan kering dan aduk
Masukkan bahan basah dan diaduk sampai rata
Adonan dipulung dan di masukkan ke dalam minyak dingin
Goreng pada api sedang sampai berwarna kuning keemasan
KUE TELUR GABUS' s ready to serve
0 notes