Text

It's my 15 year anniversary on Tumblr 🥳
1 note
·
View note
Text
I can’t stop thinking about Ramadān. It feels like a warm hug, like coming home after a long, rainy day. but now, I find myself outside again.
199 notes
·
View notes
Text
Ramadan dan Lebaran menjadi dua momen hangat yang mudah sekali ‘dipanggil’ dalam barisan memori hidup. “Kita tidak mengingat hari, kita mengingat momen.” Begitu seorang penyair Italia; Cesare Pavese berujar. Kutipan ini menjelaskan bagaimana kenangan tercipta dan seberapa erat kita mengingat momen-momen spesial.
Bagi saya—seorang anak 90-an—Ramadan yang dijalani di masa kini tentu punya nuansa berbeda. Bisa dari zaman yang telah berkembang pesat sehingga pola sosial dan kecanggihan pun berubah. Juga dari peran yang diemban saat ini; tidak lagi hanya sebagai anak, tapi juga bertugas menjadi suami dan ayah.
Merekam Ramadan tahun ini, ada beberapa catatan yang ingin saya tuliskan. Utamanya sebagai pengingat untuk diri sendiri. Bersyukur, bisa menjadi tambahan insight bagi teman-teman yang membacanya.
Ada tujuh poin yang menjadi rekaman Ramadan kali ini:
1) Sehat adalah nikmat pertama dan utama dalam menjalani hidup
2) Rindu semakin pekat pada mereka yang telah pulang lebih dulu
3) Keluarga menjadi fondasi utama untuk beribadah dan beramal
4) Belajar itu tentang memprioritaskan waktu
5) Kembali bertemu sahabat lama adalah rezeki
6) Ada ruang untuk memberi dan menerima
Dan poin ketujuh adalah tentang menyusun memori baik. Bagi saya, merekam menjadi cara mengabadikan momen serta menyiapkan kenangan. Menciptakan jembatan ingatan antara masa lalu, kini dan kedepan.
Selamat menyongsong hari raya, kawan-kawan. Menjadi doa agar rekaman Ramadan akan terus berputar di ingatan kita sepanjang tahun, hingga Allah izinkan kembali bertemu dengan Ramadan selanjutnya. Aamiin. Allahumma baarik.
—ridhobrilliant | Pontianak, 30 Ramadan 1466 H
1 note
·
View note
Text
“Selamat berjumpa kota nan tenang damai”, sepenggal pesan dari sahabat baik hinggap di gawai. Obrolan kali ini bernada agak serius dan sungguh-sungguh, setelah sebelumnya lebih banyak pesan haha hihi antara kami.
“Nan syahdu merindu” sambungnya. Kami memang cukup sering bertukar pesan berbau sajak. Kental, ala bapak-bapak.
Sejak awal saya berpikir bahwa menjejak kaki di tanah perjuangan Sang Baginda memang akan menjadi perjalanan yang lebih dari sekadar.
Dan benar saja, sesaatnya sampai di Kota Madinah, denyut damai dan semilir angin sepoi-sepoi seakan menyambut sembari berkenalan. Meluluhlantakkan ego dan jiwa yang mungkin terlalu riuh berkutat dengan apa saja.
Saya bergegas.
Nabawi menjadi tujuan pertama. Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam setelah hijrah ke Madinah pada tahun 622 M ini, pada awalnya merupakan bangunan berukuran 50x50 meter dengan atap dari daun kurma. Tanpa lantai, berfondasi batu.
Mulai dari sini, Rasulullah menjalankan dakwah Islam dan membina umat. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat pemerintahan, dan pusat pembelajaran.
Dalam perkembangannya, saat ini Masjid Nabawi memiliki luas sekitar 400 ribu meter persegi dan dapat menampung hingga 1 juta jemaah.
Nabawi kini menjadi magnet bagi jutaan muslim yang datang silih berganti. Ia bak jantung Kota Madinah, berkah taman surga dan tempat mustajab melantunkan doa.
Detak Nabawi ialah tentang nuansa tenang yang penuh, di tengah lalu lalang pemburu doa tanpa jenuh. Ini boleh jadi cara meletakkan rindu, agar tetap menjadi arah tuju sang pengelana waktu. Rindu yang selalu.
0 notes
Text
Mengenang-ngenang Kebaikan
Ramadan kali ini, Ramadan kali ketiga kami tanpa Ibu. Ada yang pernah bilang; kalaulah bisa diurutkan, rindu pada orang-orang yang telah lebih dulu berpulang -apalagi ia Ibu- pasti berada di peringkat satu. Rindu yang semakin pekat saat tiba bulan Ramadan, juga sepaket saat Lebaran.
Pertemuan pertama kita dengan Ibu mungkin terasa sepihak. Disaat ia bahagia, kita belum mengerti apa-apa. Namun nyatanya, pertemuan terakhir dengan Ibu juga sama; sepihak. Dunia terasa berhenti. Kita terdiam seakan masih belum mengerti apa-apa. Tapi bagi Ibu, ia telah bahagia di sisi terbaik Sang Maha Kuasa.
Ya, begitulah sifat waktu bekerja. Menjalaninya hari ini, mengenangnya di kemudian hari. Karena pada suatu masa yang tak pernah kita duga, kita hanya bisa berdo’a, beramal atas namanya, dan tak lupa; mengenang-ngenang kebaikannya.
@ridhobrilliant | Pontianak, 17 Maret 2024
4 notes
·
View notes
Text
Diantara nikmat yang sering tak disadari adalah shalat tepat waktu. Karena itu tandanya kita sedang dalam keluangan dan kelapangan, tidak sedang dalam riuh dan ketergesaan.
Pun bila dalam keadaan sibuk dan kita tetap shalat tepat waktu, itu lebih dahsyat lagi. Sebab artinya Allah mengaruniakan hati yang lembut, serta jiwa yang ringan untuk bersujud. Untuk bersegera menyambut panggilan-Nya.
278 notes
·
View notes
Text
Namanya, Tegas.
Kalau ia membuatmu bingung, berarti ia bukanlah tujuanmu.
Kalau ia membuatmu berseteru dengan kedua orang tuamu - sementara hubungan dengan orang tuamu baik-baik saja sebelumnya, berarti dia bukanlah yang kamu butuhkan.
Kalau ia membuatmu ragu sama tujuanmu, berarti ia bukanlah teman yang bisa kamu ajak jalan jauh.
Kalau ia membuatmu harus mengubah values baik yang kamu miliki selama ini, berarti kamu sedang menghancurkan dirimu sendiri. Kalau apa lagi? @kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Pada akhirnya, hidup yang kita cari adalah hidup yang bisa dinikmati.
Untuk apa terus menerus berlari tapi akhirnya hanya tersisa renta. Tahu-tahu hari sudah senja. Tak sempat menyertai hari-hari anak, hingga semua berlalu tanpa kenangan yang berkesan.
Aduhai, buah seperti apa yang kita harapkan dari semaian yang diabaikan?
Kita mencari uang untuk makan, tapi lebih sering terlambat mengisi perut. Mencari uang untuk keluarga, tapi lebih akrab dengan kolega.
Entah, apakah kita ini sedang berkarir, atau sebetulnya hanya tawanan atas pekerjaan kita sendiri. Kita menghabiskan waktu, berjerih payah, berkorban, untuk sesuatu yang tidak benar-benar bisa kita nikmati.
Seimbang dan proporsional menjadi barang langka. Seolah semua orang harus mampu mendirikan gedung pencakar langit atau masuk daftar orang terkaya di dunia.
Berlari. Tapi jangan lupa bernafas. Jangan lupa merawat diri sendiri. Jangan bosan menyimak cerita pasangan. Jangan mengabaikan anak yang menunggu di rumah sambil menahan kantuk.
Di dunia ini, ada banyak hal yang bernilai dan berharga selain harta. Terlebih mereka yang ada di sana. Di rumah kita sendiri. Keluarga.
760 notes
·
View notes
Text
Ada beberapa hal yang hanya bisa dinikmati dari kejauhan, tanpa mendekat dan bahkan tanpa memiliki. Dari jauh ia bisa menikmati doa yang setiap hari dibacanya, andai hal itu ia miliki maka ia bisa menikmati apa yang sudah Allah titipkan.
Kamu tahu? Ada seseorang yang menyerahkan segala urusan masa depannya pada pemilik langit dan bumi. Ia bahkan tidak peduli apakah nanti akan sesuai dengan inginnya atau tidak, ia benar-benar menyerahkan segalanya, tanpa tapi.
@jndmmsyhd
402 notes
·
View notes
Video
youtube
Satu hal yang saya pelajari dari pembuatan video ini, bahwa banyak hal yang kita simpan memiliki peluang lebih besar untuk tidak menjadi manfaat, tidak menjadi apa-apa.
Atas izin Allah, saya berkesempatan belajar ke Copenhagen pada 2019 lalu. Saat itu, di beberapa spot menarik, saya cukup banyak mengambil dokumentasi foto dan video, walaupun dengan hp “kentang” yang terbatas storage dan kualitasnya.
Ya, niatnya memang akan dirangkum menjadi dokumentasi pengalaman yang bermanfaat, karena memuat beberapa informasi bagi “newbie” seperti saya yang melakukan perjalanan pertama kali ke Copenhagen. Namun, hampir 3 tahun berlalu, sebagai akibat dari penundaan yang membuai, dipadu dengan kepercayaan diri bahwa semua file-file itu tersimpan rapi. Nyatanya, saya kehilangan aset yang tersimpan itu.
Video berkedok “Copenhagen in 120 seconds” yang teman-teman lihat ini adalah kumpulan file yang berhasil diselamatkan melalui platform backup Google Photos yang saya download kembali, beberapa minggu sebelum video ini akhirnya saya selesaikan dan bagikan. Ya, memang tidak semua file dokumentasi itu bisa saya dapatkan kembali.
Di lain sisi, saya pun tidak menyangka, Copenhagen masih memberikan pengalaman dan pelajaran hingga hari ini.
Bahwa apa-apa yang kita simpan, belum tentu menjadi rezeki kita sepenuhnya di hari kemudian. Lantas, boleh jadi apa-apa yang kita bagikan, bisa menjadi manfaat, setidaknya bagi orang-orang yang memang membutuhkan.
Hope to be back again to Copenhagen someday!
@ridhobrilliant | Pontianak, 11 Agustus 2022
1 note
·
View note
Text
Selalu Sayang
Teruntuk siapapun yang telah bersabar selama perjalanannya, sampai kemudian tiba pada satu titik yang lama dinantikan, kalian luar biasa.
Tentu semua suka duka itu hanya kalian yang tahu. Betapapun orang-orang menyaksikan. Betapapun orang-orang menyadari. Tetapi hanya kalian yang benar-benar merasakan.
Tidak ada ujian yang salah memilih pundak, demikian kata orang bijak. Pun begitu dengan yang kalian alami. Allah telah menuliskan, jauh, jauh sebelum nafas pertama berhembus, tentang ketentuan yang menemani kita, tentang peristiwa yang menghujani kita.
Meski takdir tak hanya tentang tawa, namun Tuhan tak pernah biarkan kita sendiri. Dikirimkannya kepada kita kasih sayang berupa-rupa, entah sahabat yang baik, entah kekuatan hati, entah kesabaran yang tak habis-habis, entah keyakinan kepada Tuhan yang tak pernah putus, semua adalah bentuk dekapanNya.
Maka bila pada akhirnya kalian memeluk segala cita yang tercapai, seusai sabar yang bermusim-musim, dengan segala ketulusan hati kuucapkan selamat. Semoga semuanya menjadi kebaikan. Semoga waktu yang berlalu bernilai keberkahan. Hingga tidak ada yang sia-sia. Hingga tidak ada yang menguap atau berlalu menjadi debu.
Sebab sejak semula kalian meyakini, apapun yang terjadi, apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik dan akan selalu jadi yang terbaik.
Sebab Tuhan, kepada kita, selalu sayang.
achmadlutfi, 06 Juni 2022
101 notes
·
View notes
Photo
1 Desember 2021
Hari itu, kuasa Allah memisahkan kita. Ada rasa yang memang tak bisa diungkap dengan kata-kata. Dunia serasa terhenti, lidah seakan kelu dan berfikir logika tak mampu menemukan titik temunya. Betapa, hari itu menjadi hari paling berat, namun harus menjadi hari yang ringan untuk ikhlas melepas.
Kaki harus tetap melangkah, deras alir air mata harus diseka, demi mengantarkanmu ke ujung cerita terbaik. Maha Baik Allah, mengizinkan aku yang masih mengeja ilmu tuk memimpin shalat terakhirmu di dunia yang fana ini. Sebuah janji anak laki-laki yang memang tidak akan pernah sampai kepadamu. Satu janji yang paling rahasia.
Hari itu, meski tertatih, perlahan aku menghapus kata “seandainya” untuk takdir yang tidak mudah ini. Karena sudah sepantasnya manusia menerima dengan lapang dada skenario yang dipilih Allah untuk kita.
Hari itu, sederet kisah 30 tahun lebih bersama, terasa teramat sangat singkat. Beruntung, hari-hari yang terlewati telah Allah izinkan menjadi hari-hari terbaik. Hari-hari sejak menjadi buah hati, tumbuh sebagai anak lelaki yang takut akan malam, hingga remaja yang mencoba mengendarai mimpi-mimpinya sendiri.
Pun ketika mulai melangkah bertanggung jawab dengan karya sebagai kerja, lantas untuk sebuah keputusan yang terbilang nekat mengambil tanggung jawab seorang putri dari ayahnya, menjadi suami, lalu Allah amanahkan menjadi seorang ayah di lautan samudera belajar tiap detiknya.
Hari itu, aku kehilangan sayap bidadari dunia. Sang penopang fondasi kehidupan dengan doa-doa yang menembus langit. Tak lain untuk kesejahteraan anak-anaknya.
Hari itu, terbukti, bahwa pelajaran paling berharga bagi seorang anak laki-laki adalah caranya menghadapi kehilangan cinta abadi bernama ibu.
Ma, maaf atas banyak waktu yang mungkin terlewat begitu saja tanpa makna membahagiakanmu. Maaf selalu saja merepotkanmu dengan perasaan yang tak tentu rudu.
Beruntung, banyak waktu yang kita isi dengan saling bertukar kata sayang. Sering pula mencium keningmu saat aku pamit melanjutkan perjalanan. Beruntung, aku bisa leluasa meminta do’a darimu. Do’a untuk setiap keputusan dan pilihan dalam hidup yang dijalani. Walau sebenarnya, setiap keputusan itu sejatinya adalah pilihanmu, pilihan dari Allah, karena do’a terbaik untuk anak-anakmu.
Yang tidak pernah berkata tidak untuk anak-anaknya. Karena bagi seorang ibu, pinta anak-anaknya selalu ingin dijawab “iya”. Iya, boleh. Iya, tapi yang ini. Iya, tapi nanti.
Namun, diatas semua keberuntungan itu, sudah barang tentu, segala apa yang ada di dunia ini terbatas oleh waktu. Dan lagi-lagi, kehilanganmu yang tak mungkin aku peluk lagi, mengajarkan tentang inti dari dunia yang tak mungkin dipecahkan dengan logika matematika. Dunia tak abadi sebagai tempat tinggal. Karena nyatanya, banyak kisah dari dunia ini adalah tentang meninggalkan atau ditinggalkan.
Allah Maha Baik. Untuk kita yang terpisah dimensi ini, masih ada caraku untuk terus memelukmu. Maka, Semoga Allah pun meridhai dan memudahkan amal-amal jariyah yang masih terbatas ini, mengalir pahalanya kepadamu, atas izin dari-Nya.
Ma, rindu ingin kadang jatuh dalam ruang yang begitu dalam. Terima kasih, karena meski tidak sering, namun senyuman yang hadir lewat mimpi menjadi satu-satunya obat rindu.
Sebagaimana hari ini. Hari yang seringkali Mama tunggu untuk mempersiapkan sesuatu di tahun-tahun sebelum ini. Entah itu makanan dan kue enak. Atau yang istimewa, seuntai doa serta pelukan hangat di 3 April, yang boleh jadi tidak akan pernah sama lagi.
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.” Al-Fatihah.
@ridhobrilliant | Pontianak, 3 April 2022
Tiga April paling sunyi, di awal Ramadan yang diberkahi.
53 notes
·
View notes
Text
Bermain dengan Sudut Pandang
Boleh jadi, sering sekali kita melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang. Terjebak oleh bagaimana kita terbiasa memahaminya saja. Padahal, semesta memberi banyak ruang untuk kita belajar melihat.
Tapi di lain pihak, kita pun tak perlu terlalu sibuk bahkan mencari-cari celah untuk melihat dan mengartikan sesuatu hal. Apalagi itu tak berhubungan dengan diri kita. Karena rasanya, semakin kita tidak tahu banyak hal, akan semakin tenang dan ringan untuk melangkah dalam hidup ini.
Cukup bagi kita menyadari, bahwa setidaknya ada dua sudut pandang yang saling berpasangan. Ada yang hari ini bahagia, ada juga yang sedang berjuang menghapus luka. Ada yang sedih, ada pula yang baru saja berhasil melewati luka perih. Begitu seterusnya; secukupnya.
@ridhobrilliant | Pontianak, 20 September 2021
1 note
·
View note
Video
Langkah kita dalam perjalanan ini begitu berat, jangan-jangan disebabkan oleh kita sendiri yang membawa semua hal dalam “ransel” kita. Karena kita menganggap semuanya penting.
559 notes
·
View notes
Text
nasihat
semakin dewasa, semakin kerasa bahwa salah satu rezeki yang paling penting itu nasihat. hidup orang dewasa itu, yes, rumit. cabang-cabang pilihan jauh lebih banyak--dan lebih permanen dampaknya--daripada saat remaja. agar kita punya kebijaksanaan dalam memilih langkah, kita perlu nasihat.
ibu selalu berpesan, apalagi kepada yang sudah berumah tangga, belajarlah untuk selalu terbuka. terbuka berbeda dengan jujur, berbeda dengan mengakui. jujur itu sesuai antara perkataan dan perbuatan. mengakui itu mengatakan apa yang sudah diperbuat. nah, terbuka itu mengatakan apa yang sudah, sedang, dan ingin diperbuat.
kalau kita terbiasa terbuka, artinya kita punya pola pikir "siap menerima nasihat". saya nggak suka istilah open-minded karena sekarang maknanya jadi aneh-aneh. mungkin, lebih tepat disebut growth-mindset--pola pikir ingin terus bertumbuh. salah satu wujudnya, adalah dengan mendengarkan nasihat.
saya kerap memperhatikan. rupanya, orang-orang yang besar dan cemerlang, mereka adalah orang-orang yang mau mendengarkan nasihat--bahkan dari orang yang lebih "kecil" dari dirinya. mereka siap menerima kritik dan saran. lalu, bisa mengambil masukan itu tanpa mengambil hati.
sayangnya, semakin dewasa, waktu kita semakin habis untuk banyak tanggung jawab sehingga sering melupakan kebutuhan akan nasihat ini. lebih parahnya, kita merasa sudah ngerti jadi tidak perlu nasihat lagi. kita jangan yah, tetaplah mencari nasihat, mendengarkan nasihat.
nasihat itu bisa datang dari mana-mana. kajian, ceramah, buku, teman, dan sebagainya. tapi, ingatlah, nasihat paling penting datangnya dari orang tua dan keluarga (terutama pasangan).
saling terbukalah. saling menasihatilah. saling berkasihsayanglah. semoga Allah menuntun kita pada dan kepada jalan yang lurus.
808 notes
·
View notes