ringkeling
ringkeling
Ar Ruum
262 posts
ig: arruumindah| Rolling and doing nothing
Don't wanna be here? Send us removal request.
ringkeling · 5 years ago
Text
Antara sekripsi, bimbingan, dan sekolah.
Kampus tutup, mau bimbingan susah, sekolah tutup, mau ambil data tidak bisa.
Tumblr media
Membaca tweet itu pengen nangis. Padahal emang udah nangis. Kalo pada nggak sekolah, respondenku siapa? Sekripsiku gimana? 😂
Ah ada ada aja 😂
4 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
“Menjadi berlebih memang membahagiakan, akan tetapi menjadi cukup sepertinya jauh lebih menenangkan.”
9 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Aku tidak tahu tentang siapa yang mesti aku tunggu. Aku pun tidak tahu tentang siapa yang aku perjuangkan. Aku mengosongkan diri pada rasa yang tidak seharusnya tumbuh saat ini. Aku mengosongkan hati pada harapan yang mungkin akan segera aku temui.
Setidaknya, aku tidak salah meski harus membohongi dan menelantarkan rasa. Aku tidak akan memulai tanpa melibatkan-Nya. Sebab, tujuan tetaplah Dia, kan?
Bersabarlah, hati.
El Isbat | Bogor, Agustus 2019
1K notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Surga tak pernah menungguku, aku yang harus datang, mengetuk pintu ampunan Tuhan, menguntai kebaikan demi kebaikan, sampai aku lelah, sampai aku tak mampu lagi, sampai Tuhan berkata, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.”
— 19 Ramadan 1441
927 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Share with someone who is doing their best. ✨ This ghostie is very amazed and proud.
Chibird store | Positive Pin Club | Webtoon
4K notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Sebelum Genap.
“Ujung dari langkah yang kita buat untuk mencari adalah penerimaan.” - Iidmhd
… karena akan selalu ada yang lebih baik tetapi yang menerima apa adanya kamu; tidak selalu ada.
Menilik postingan instastory Masgun kemarin seputar “Apa sih yang kamu ingin tanyakan kepada calon pada saat proses pranikah yang mungkin sungkan ditanyakan tetapi penting?“ dan seperti biasa respon dari ask me tersebut memberikan banyak sekali pencerahan.
Berikut beberapa hal-hal yang perlu ditanyakan menurut followers Masgun beserta tanggapannya:
Visi hidup dan rencana setelah menikah? (Make sure. Jangan sampai tidak ditanyakan)
Apa yang dilakukan jikalau marah? Pernah sampai mengekspresikan dengan kekerasan fisik? (Sifat temperamental, mudah marah, dsb perlu divalidasi di lingkungan dan pertemanan dia selama ini. Bagaimana dia jika ada masalah, dsb. Teman-teman terdekat di lingkarannya yang paling melihatnya. Potensi KDRT-nya besar jika kamu tidak bisa mengenali dan mencari data valid soal ini)
Bersediakah setelah menikah tinggal dekat dan atau bersama orang tua saya? (Ini cukup sensitif, tidak mudah bagi seorang menantu untuk beradaptasi tinggal serumah dengan mertua. Jika calonmu mengatakan bersedia, menjadi wajib bagimu untuk membantu dan membuatnya nyaman di rumah orang tuamu. Jika tidak bersedia, tidak perlu memaksa. Cari yang lain)
Orang tua berbeda ormas, bagaimana? (Termasuk berbeda soal lainnya, contoh: beda organisasi keislaman, beda budaya, beda cara pandang soal sesuatu. Ada keluarga-keluarga yang menganggap hal-hal seperti itu sebagai syarat mutlak. Ada juga keluarga yang terbuka terhadap perbedaan seperti itu. Jika tidak bisa diterima oleh keluargamu. Tidak perlu memaksakan. Menikah urusannya panjang, kalian tidak hanya hidup berdua)
Sex life. Banyak sekali kasus tiba-tiba suami didiagnosis HIV positif kemudian yang terkena imbas adalah keluarga. (Ini bisa jadi pertanyaan tabu tetapi penting. Ada yang menjadikannya hal penting, contoh: keperawanan atau keperjakaan, ada juga yang tidak. Jadi, jika sex life ini penting bagimu. Tanyakan. Lebih berat menanggung risikonya daripada beratnya bertanya)
Saya ingin bekerja walaupun sudah menikah. Bagaimana? Boleh? (Ini menjadi case di kalangan perempuan, ingin bekerja setelah menikah. Jika itu penting bagimu, tanyakan. Tidak sevisi. Cukup sampai di sini. Cari yang lain. Karena itu juga akan melihat soal mindset. Perkara nanti kamu ketika menikah akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga, itu juga keputusan sadarmu. Bukan karena disuruh dan terpaksa)
Uang yang kamu dapatkan dari mana saja? Uangnya mengalir ke mana saja? (Ini penting sekali, serupiah pun jangan sampai lolos. Karena ini untuk menjaga harta yang ada dalam keluarga itu benar-benar halal dan berkah. Sekaligus untuk menghitung zakatnya. Jika sudah sampai haul/nisabnya)
Jika saya ternyata tidak kunjung memberikan keturunan, apakah akan menikah lagi atau akan bersabar? (Ini juga pertanyaan sejenis, contoh: laki-laki atau perempuan tidak subur karena kondisi atau sakit tertentu sehingga tidak memungkinkan memiliki anak dalam pernikahan. Hal seperti ini, harusnya tidak hanya ditanyakan kepada pasangan tetapi bagaimana pendapat kedua orang tuanya. Karena bisa jadi ybs tidak mempermasalahkan tetapi tidak dengan orang tuanya)
Pernah HS (having sex) atau tidak? (Hal-hal seperti ini, mungkin ada yang terbuka dan ada yang tidak. Karena bisa jadi jika batal proses pra pernikahannya, kamu jadi tahu rahasianya. Jadi, sepakati sejak awal bahwa di proses pranikah akan terbuka. Karena bagimu ini penting, jika dia tidak bersedia. Ya sudah lebih baik berhenti sebelum lebih jauh sampai kamu mengetahui rahasianya, kecuali dia memang bersedia secara pribadi ingin mengatakannya di awal bahkan sebelum proses lebih dalam. Karena dia memiliki pandangan bahwa itu adalah pintu masuknya. Kita belajar bahwa aib yang Allah tutupi jangan sampai dibuka kembali jika ybs sudah bertobat. Jika kamu merasa perkara HS ini penting, make sure bahwa dia memiliki pandangan yang sama bahwa hal tersebut penting untuk diketahui sebelum menikah. Nanti berlanjut ke persoalan kesehatan reproduksi)
Gaji Pasangan. Ingin sekali menanyakan tetapi bingung memulainya. (Tinggal tanya, gajimu berapa dan bagaimana mengalokasikannya selama ini? Lalu rencana ke depan dengan pendapatan tersebut setelah berumah tangga. Jangan pertaruhkan hal-hal yang besar untuk perkara-perkara ketakutan-ketakutan yang kecil. Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri)
Apakah keluargamu memiliki utang? Apa saja janji-janjimu terhadap orang tuamu? (Insightfull, apa saja janji-janjimu kepada orang tua? Jawabannya akan sangat penting buat jadi pertanyaan ke diri sendiri, apakah saya bersedia membantu mewujudkan janji-janji tersebut atau tidak?)
Jika saya memiliki prinsip menghindari utang riba tetapi kamu justru kerja di bagian pencari nasabah, lalu bagaimana? (Ini prinsip-prinsip bermuamalah. Ini juga bisa direfleksikan ke hal-hal serupa yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam menjalankan agama. Jika bagimu penting dan tidak ada toleransi. Seharusnya tidak ada ruang untuknya. Jika masih ada ruang, berarti itu dorongan hawa nafsu)
Kesehatan. Minta tes kesehatan sebelum nikah terutama tes HIV. (Medcheck. Jika kamu meminta dia medcheck, kamu juga harus. Jika ini penting bagimu, lakukanlah. Hal ini lebih banyak manfaatnya untuk kehidupan pernikahan ke depan. Jika kemudian hasilnya diketahui ada penyakit bawaan di diri calon. Kamu harus siap untuk mengambil keputusan. Jangan menikah karena kasihan, sungkan dan takut omongan orang)
Utang atau tanggungan keluarga saya masih ada. Kamu siap menerima atau tidak? (Saya menekankan kepada teman-teman jika tahu kondisi keluarga soal utang, dsb lebih baik dikomunikasikan. Sebab, utang itu diwariskan. Ekstremnya, jika orang tua tiba-tiba meninggal dan masih ada utang maka anak-anaknya lah yang harus melunasi utangnya. Apalagi jika kondisimu saat ini masih bekerja dan berjuang melunasi utang orang tua)
Pola asuh anak. Apakah nanti akan terlibat dalam pengasuhan atau fokus bekerja? Seperti apa pola asuhnya? (Pandangan soal pola pengasuhan ini juga penting. Jangan sampai ‘kecele’. Cek tidak hanya ke dia tetapi juga keluarganya. Jangan sampai kamu pro-vaks dan baru tahu setelah menikah jika pasanganmu itu anti-vaks. Bisa perang dingin di dalam keluarga. Dan pola-pola pengasuhan lainnya)
Nanti kerjanya bagaimana? Apa masih berbeda kota juga? Karena saya juga berat melepas karir saya sekarang. (Jika pada masa perkenalan sudah tahu career path-nya berbeda dan teguh terhadap keinginan masing-masing. Memang lebih baik tidak usah dilanjutkan. Karena itu adalah misi, caramu menjalankan visi besar yang mungkin kamu sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Apalagi jika pekerjaan tersebut memiliki urgensi besar untuk tetap kamu miliki seperti karena kamu harus membantu keluarga, dsb)
Siap dengan Mama saya yang selalu mengukur segalanya dari uang? (Kita mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak bisa menerima orang tuanya atau juga sebaliknya. Dia bisa menerima kita dan orang tua kita tetapi kita sendiri tidak yakin apakah nanti hubungan antar keluarga (orang tua x orang tua) bisa baik. Jika ini penting untuk ditanyakan, tanyakan. Jika ini penting untuk dikatakan, katakan. Karena bisa jadi rumah tangga itu oleng bukan karena kitanya tidak siap menikah dsb tetapi karena intervensi orang-orang terdekat kita sendiri)
Izin poligami karena kerja di luar kota. Saya jawab silakan tetapi bukan dengan saya. (Saya tidak kontra dengan poligami, karena itu ada dalam agama yang saya imani. Yang jelas S&K-nya berlaku. Jika kamu merasa tidak bisa memenuhi S&K-nya tersebut, tidak usah diambil)
Kenapa kamu mudah sekali berutang (uang) demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan? (Watak atau kebiasaan bisa ditanyakan. Apalagi jika hal tersebut adalah sesuatu yang tidak se-value dengan diri sendiri. Jika masih tetap tidak menemukan jalan tengah, berbeda pandangan yang artinya sama juga dengan berbeda value. Pernikahanmu jauh lebih berharga daripada orang tersebut)
Jika saya ada masalah dengan Ibunya bagaimana cara dia mendamaikan kami? (Insightfull, bagaimana cara calon mengatasi masalah-masalah yang akan timbul antara kita dengan orang tuanya?)
“Pernikahan itu hal yang sangat besar, bertanya dalam proses itu hal yang masih sangat kecil risikonya dibanding dengan menjalani pernikahan itu sendiri.”
… karena lebih baik gagal dalam proses ketimbang gagal setelah menjalani pernikahan.
“Membangun visi dan misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.” - Istri Masgun
Lebih utama jadilah sebaik-baiknya dirimu; sebelum mencari atau ditemukan.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Libatkan Allah Subhanahu Wata’ala selalu di dalam prosesnya. Lalu niatkan menikah karena ibadah.
“Jika dulu niatnya menikah karena terlanjur suka, suruhan orang tua, faktor umur, ekonomi, keadaan dan situasi, semua ini harus diubah niatnya. Diubah niatnya memang karena ibadah. Ingin mengerjakan karena perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Dan betul-betul jika diniatkan ibadah, semua kejenuhan, perasaan-perasaan yang terbebani karena adanya karakter pasangan, beban-beban kewajiban seperti nafkah bagi laki-laki, melayani ekstra dari perempuan ke suaminya, ini akan jadi ringan.” - Ust. Khalid Basalamah.
Sehingga pernikahanmu senantiasa dilimpahkan keberkahan dan menjadi keluarga sehidup sesurga.  Aamiin.
4K notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Lagi pandemi, jaga jarak, nggak bisa salaman :)
"Kukira setiap perpisahan selalu dihadiahi pelukan. Atau setidaknya salaman. Ya walau mungkin jika kau mengulurkan tangan dengan niat meninggalkan, aku tak akan melepas genggaman."
Tapi kau berpamitan dengan lambaian, hingga menjangkaumu aku tak ada kesempatan. Hei kau curang! 😒
17 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
"tolong live free" katamu. Sedang aku sudah merasa mati sejak saat itu. Iya. Membunuh diri sendiri.
31/10/19
0 notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Karena seperti dia. Kita mungkin juga sedang mencintai seseorang dengan tulus tanpa harus diminta. Sayang saja, dengan orang yang berbeda.
"Apa adahal yg lebih membahagiakan selain kita tahu bahwa ada seseorang yang mencintai kita dengan tulus tanpa kita harus meminta."
4 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Pada satu waktu, aku meyakini, kasmaran adalah bahasa lain dari jerat dan belenggu. Karenanya, aku selalu memilih kesendirian sebagai jalan cinta yang paling indah. Sampai akhirnya, padamu, aku malah merasakan kelembutan kasih dan kemerdekaan sekaligus.
32 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Temen-temen yang masih pada punya stok masker, ada yang mau bantuin aku sama temen-temen UGDku ngga? We need a lot. Di wilayahku udah masuk daerah terjangkit, jadi semua pasien dgn gejala ISPA yg ke UGD kami akan dianggep ODP atau bisa langsung PDP, sementara stok APD terutama masker udah tipis banget sedih, belum dapet jatah lagi.
Kalo ada yang berbaik hati mau mendonasikan maskernya (bukan uangnya, karena punya uang pun gatau mau beli dimana), do please hit my inbox.
Atau yang followernya banyak, bantuin reblog dong manatau ada yang lain yang ngga follow crescenthemum tapi bisa bantu ._.
Timakasi 🙏
ps: kepada kak @alterae , YOUR HELP MEANS A LOT!!! THANKYOU!!!!
388 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Ketenangan
“Semangaat!. Mudah bagi Allah buat bikin kita lulus dan bisa wisuda dari periode-periode kemarin. Tapi Allah pinginnya hal lain. Dan mudah juga bagi Allah buat kita lulus semester ini, sekalipun rasanya gak mungkin. Semoga kita terus bisa husnudzon ya, sama rencana terbaik Allah. Dan terus ditingkatkan derajat taqwanya atas apapun. Dibahagiakan dengan seluruh amal-amal yang dihadapkan, yang belum tentu semua orang dikasih rezeki yang sama :)”
Serangkai kalimat yang ketika menuliskannya pun, berupaya beriring dengan istighfar berkali-kali. Memohon ampun atas apapun lintasan pikiran buruk yang pernah hadir, memohon ampun atas apapun perasaan menyalahkan sesuatu atau orang lain, memohon ampun atas seluruh kelemahan dan pemakluman yang berulangkali hadir untuk menutupi seluruh kekurangan diri dalam mengelola waktu dan manajamen diri. Dan, baiknya Allah, masih menutupi seluruh aib dan kekurangan diri, hingga teman di seberang sana memberikan respon yang rasanya tak pantas tertuju pada diri ini. 
“Kok kamu bisa tenang gitu sih Nit?” balasnya
Ya Rabbi.. Engkau jauh Maha Tahu atas seluruh perasaan riuh dan gemuruh dalam hati dan pikiran ini dibanding siapapun. Engkau jauh lebih tahu. Betapa ketenangan itu, perlu upaya sedemikian rupa untuk menghadirkannya di antara seluruh bising di luar sana. 
Entah telah berapa kali merasa hopeless dan hampir menyerah, merasa kecil hati, sedih, atau apalah bahasanya ketika melihat kabar teman-teman seangkatan, se-SMA, se-SMP yang satu per satu telah lulus dari pendidikannya, bekerja, begitupun yang menikah. Lalu melihat diri sendiri, yang telah sekian lama melewatkan waktu dengan kondisi akademik yang tak terlalu bergeser jauh. Yah,  kondisi iman manusia memang diciptakan-Nya naik dan turun. Ada kalanya ketika ia lemah, maka hati akan mudah sempit. Yang ketika ia sempit, debu sekecil apapun akan mampu mengguncangnya sedemikian rupa. Dan sebaliknya, ketika ia lapang, masalah sebesar apapun tak kan mampu mengusiknya. 
Tapi semakin ke sini, semakin menyadari bahwa hidup ini memang bukan tentang berlomba-lomba untuk siapa yang paling cepat lulusnya, lalu mendapatkan pekerjaan yang tepat dalam waktu cepat, atau siapa yang paling cepat menikah, dan sebagainya. Hidup ini tentang berlomba-lomba dalam siapa yang lebih baik amal nya (Al Mulk: 2). 
Pun, kembali lagi soal ketenangan. Yang lebih dulu lulus, belum tentu merasa tenang dan meningkat taqwanya. Yang sudah bekerja, belum tentu merasa tenang dan meningkat taqwanya. Yang sudah menikah, belum tentu merasa tenang dan meningkat taqwanya. Dan seterusnya. Beruntunglah bagi mereka yang senantiasa mengupayakan keteangan dan ketaqwaan dalam kondisi apapun. Menyadari penuh bahwa fokus utama dalam setiap fase yang ia lewati hanyalah untuk menguji seberapa baik amalnya dan mengharap ridho Allah.
Lalu kembali lagi tentang skripsi, terkhusus untuk para pejuang lulus yang di pundaknya terpercayakan amanah lain sebagai ladang amal yang dipilihkan-Nya, seimbangkanlah. Teringat beberapa kalimat penampar sekaligus menguatkan dari beberapa Mba sekian waktu lalu, 
“Sehebat apapun kamu beramanah, kalo belum lulus tuh, ada seseutu yang seolah cacat, Nit. Jadi ada kemungkinan para objek dakwah kita pun akan berkurang respect nya pada kita, karena kita belum mampu jadi teladan yang baik bagi mereka. Jadi ya mesti seimbang. Kuliah juga amanah dari orangtua kita.” 
“ Dalam dakwah ini, kita emang berjamaah, Nit. Tapi ngerjain skripsi itu tanggung jawab kita sendiri. Sampai kapanpun, jamaah gak akan pernah bisa bantu kita, kalo kita sendiri gak memperjuangkan. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya berlepas diri dari tanggung jawab kita sebagai dai. Karena kita gak pernah tahu di mana letak berkah yang Allah turunkan.”
Seimbang. Semakin ke sini, rasanya semakin diyakinkan bahwa seimbang itu hanya mampu kita lakukan ketika kita dalam jarak yang dekat dengan Allah. Dengan keimanan yang kuat, bahwa Allah lah sebaik-baik penolong dan satu-satunya tempat bergantung. Semakin dekat dengan Allah, semakin sering interaksi kita dengan Allah dan Al Quran, semakin hati kita yakin dan lapang menerima apapun bentuk kasih sayang Allah. Entah berupa kesulitan, entah berupa kemudahan. Karena fokus kita bukan hanya pencapaian di mata manusia, tapi ridho Allah. Dan ketenangan, menjadi satu paket kebahagiaan yang akan Allah turunkan bersama keridhoan-Nya. 
Maka, mari upayakan tuntaskan ujian di fase apapun Allah hadapkan. Dengan terus meminta kekuatan dan mendekat kepada-Nya. Selamat mem(n)enangkan! :)
139 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
“Memikirkan umat itu berat. Sebab itu wajar jika banyak yang memilih tak peduli. Urusan perasaan kadang lebih heboh ketimbang anak-anak Suriah yang sekarat di pengungsian.”
— Oh, ummati.
394 notes · View notes
ringkeling · 5 years ago
Text
Perjalanan baru dimulai saat usiamu semakin dewasa. Dimana kamu akan dihadapkan berbagai masalah, ditinggalkan seseorang yang kamu sayang, bahkan seringkali merasa sendirian. Tak apa, kamu pasti bisa melewatinya. Ada waktunya kamu akan bahagia. Percayalah pada semesta.
131 notes · View notes
ringkeling · 6 years ago
Text
I swear losing someone important changes you alot..
9K notes · View notes
ringkeling · 6 years ago
Text
“Tarik nafas, tenangkan diri. Rasakan pilihan yang membuatmu tenang. Jangan percaya argumentasi ego yang meresahkan dan melelahkan jiwa. Dan pelan-pelan pilihan benar akan terlihat.”
— ketika bimbang menghadang, mungkin ini waktu yang tepat untuk berhenti sejenak dan merenungkan mana yang benar dan mana yang hanya kelihatannya benar.
14 notes · View notes
ringkeling · 6 years ago
Text
Capek, kalo cuma mau bikin semua orang seneng. Susah.
0 notes