This, maybe a memoir to a person, maybe a story about you, maybe a collection of thoughts, maybe just a bunch of notes to everybody, maybe. F.//365.//hellofida.//
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tentang Pasrah, Ikhlas dan Sabar
Dua hari yang lalu Saya ditampar oleh kenyataan bahwa apa yang kita rencanakan dan prediksi akan berhasil tidak akan terjadi jika tanpa izin-Nya. Mungkin saya terlalu pede. Saya sudah percaya akan berhasil berdasarkan perhitungan saya sendiri: bahwa saya sudah berusaha dan berdoa. Tapi mungkin, doa saya masih kurang atau sudah diseliputi dengan kesombongan sehingga tidak terdengar oleh langit. Saya belum berhasil. I was down and disappointed. Kalo dipikir lagi, masalahnya sebenarnya sepele. Saya juga bingung kenapa saya bisa sedih minta ampun, mungkin ini akumulasi dari apa yang terjadi dan saya simpan selama beberapa bulan terakhir: tentang kasih tak sampai (? halah), tentang tekanan, tentang harapan dan rencana. Akhirnya saya pecah.
I didn’t expect such a small disappointment could lead to self-discovery. I kinda discovered myself along the way thanks to Ica, dia bilang:
“And you finally realize kalo kau memang belum sepasrah itu…”
Saya akhirnya sadar bahwa saya belum bisa benar-benar pasrah dengan dunia. I remember clearly the words I say to her when she was worried: If everything has been written down, why worry? nih kaca, Fida. I should practice what I preach. Saya sadar bahwa hati ini masih sempit untuk menerima keputusanNya. Padahal saya punya mantra bahwa apa yang terjadi memang yang terbaik dari Allah. Tapi dua hari yang lalu, semuanya kelabu. My head was filled with anger and disappointment. I felt like I was turning into a monster. Dengan kejadian ini saya lebih banyak belajar tentang diri saya sendiri, tentang bagaimana menghandle kesedihan. Saya (dengan pede-nya) mengira saya sudah khatam tentang manajemen kegagalan, ternyata tidak. Saya mengira, well I have failed before and it didn’t kill me so I should be fine when I face the same situation in the future. Nope, I was wrong. Rasanya pengalaman gagal dulu tidak membantu sama sekali.
Saya belum bisa bilang bahwa saya sudah benar-benar menerima dan ikhlas, but I am on my way. Saya masih berusaha untuk menerima. Saya jadikan masalah kemarin turning point untuk bertumbuh menjadi yang lebih baik. Bersyukurnya adalah saya menemukan diri yang terpuruk ini sebelum umur yang bertambah sehingga masih ada waktu untuk memperbaiki. Bersyukurnya saya masih dikelilingi oleh teman-teman yang supportive, yang masih memberi nasihat baik. Bersyukurnya saya gagal sekarang, bukan nanti waktu saya sudah lebih berumur. Saya ingat apa yang pernah saya bilang ke mahasiswa (yang sebenernya saya quote dari orang lain) “Tidak apa-apa gagal sekarang, biar cepat habis stok kegagalannya.” Well your time is now.
Saya rasa memang benar ini ujian dari Allah, selama ini saya hanya ‘belajar’ teori mengenai pasrah, ikhlas dan sabar. Mungkin sekarang adalah ujian prakteknya.
Semoga lulus ujiannya dan naik kelas ya Fida! Semoga terus memperbaiki juga ya!
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Menikah dan Sekolah Lagi
Bam! I’m finally jumping on the bandwagon by writing about marriage. Biar kekinian. Sebagai wanita yang sudah melewati umur quarter of the century dan dianggap sudah ‘settle’ dengan standar Indonesia. Maka, menikah dan sekolah lagi merupakan topic yang sangat menarik. Ibarat tulisan ilmiah, novelty-nya masih tinggi. Aihsedap. Semoga saja tulisan ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman, keluarga, kolega dan murid (atau orang lain yang tidak masuk kedalam kategori sebelumnya tapi kepo) kepada saya tentang: kapan nikah dan kapan akan sekolah lagi. Okeh.
Awalan
Sering sekali saya mendapati cerita/keluh kesah teman-teman wanita atau adik-adik yang galau antara mau lanjut kuliah atau menikah. Biasanya saya dapati cerita ini waktu sharing mengenai pengalaman mencari beasiswa dan studi S2. ‘Aku pengen banget S2 kak, tapi mama nyuruh nikah dulu, jadi bingung.’ Saya jadi ikutan bingung. Pertama kali dicurhatin itu biasanya saya langsung jawab: ‘S2 dulu aja, masih muda, 2 tahun selesai’. Itu jawaban 2 tahun yang lalu waktu masih terpuruk dalam kejahiliyaan (sekarang juga masih sih sebenernya). Mungkin kalau sekarang dapat cerita yang sama saya akan tanyakan sudah ada calonnya atau belum. Kalo sudah ada, saya sarankan nikah aja dulu, sekolah bisa mengikuti. Yang buat sedih itu adalah menunda untuk mempersiapkan sekolah karena alasan menikah padahal calonnya belum ada. Wadezig. Asal mula kegalauan mayoritas wanita Indonesia tentang hal ini adalah doktrin susah nyari lelaki yang mau dengan wanita berpendidikan tinggi dan/atau punya karir yang bagus. Ok, saya tidak mau berdebat mengenai statement itu karena jatuhnya akan jadi debat kusir (which had already happened). Tapi saya mau berbagi pengalaman selama 2-3 tahun terakhir. Semoga bisa diambil hikmahnya.
Rencana Sekolah
Selesai S2 saya ditawari untuk melanjutkan studi dari universitas tapi orang tua menyarankan untuk pulang dulu, mengabdi dan (tentunya) nikah. Akhirnya urusan studi lanjut tidak saya teruskan dengan pikiran ‘masih bisa tahun depan’. Saya pun pulang untuk mengabdi di universitas saya dulu. Tanpa saya tahu, saya mulai masuk ke dalam quicksand. Tahun pertama saya kerja, saya sangat menikmati proses belajar di tempat baru. Belajar jadi dosen. Belajar jadi peneliti. But then, quicksand sucks you in and trying to get out of it is hard.
Tahun 2017 menjadi tahun yang paling blur. Gak tau ngapain aja selama satu tahun ini. Sangat diperdayakan. Sangat dan sok sibuk. Salah satu senior saya juga pernah menasehati kalo saya hanya ‘diperdayakan’ oleh orang tapi saya tidak dapat apa-apa. Waktu itu saya berpikir, itu bentuk kebermanfaatan saya. Kalo bisa bantu orang, ya kenapa tidak. But I’ve come to a realization that maybe my senior was right: I felt really tired. Saya burn out karena beban kerja tinggi. Saya tidak bisa memaksimalkan apa yang seharusnya bisa dicapai. Karena mementingkan kerjaan orang lain, kerjaan saya jadi terbengkalai. Urusan sekolah? Mulai aja gak.
Tentang Jodoh
Since I was back in Indonesia, I have met various types of men. Ada tipe laki yang langsung mundur waktu tau saya S2 di Inggris, ada yang pura-pura biasa dan akhirnya mundur juga, ada yang biasa tapi alay, ada juga yang biasa dan gak alay tapi dianya gak suka dengan saya (ini sih yang miris, wkwk). Namanya juga gak jodoh. Saya jadi terkesan pemilih atau punya standard tinggi. Tapi sebenarnya, waktu itu saya masih takut dengan kata ‘menikah’ like you gonna live the rest of your life with a man who is once a stranger and you have to stay committed. It freaks me out. Masih cetek banget dulu mikirnya. Agamanya juga cetek sih.
Penutup
Di akhir tahun 2017, saya muhasabah diri dan sadar kalo saya membuang waktu satu tahun. In terms of personal growth, I got none. Saya akhirnya sadar maksud si senior yang bilang, ‘kerja, kerja, mati’. Gak dapat hal yang berarti. Akhirnya saya sadar untuk bermanfaat bagi orang lain, kita juga harus merasa mendapat manfaat lewat memberi (do you know what I mean?). Setahun lalu, saya cuma ngerasa capek, kerja gak ikhlas, ngeluhnya banyak, berharapnya sama manusia bukan sama Tuhan. Makanya blur. I’ve come to a conclusion that no decision is a decision itself. Saya gak buat keputusan tentang apa yang akan saya kejar: studi atau jodoh. Saya hanya nunggu. Menunggu tapi gak ngapa-ngapain. Nunggu jodoh datang dan postpone rencana studi. I’ve ended up with nothing. Padahal, paling tidak saya punya pengalaman tentang studi lanjut. I could’ve started the first process of school application. But I did nothing and left with the ‘what if’s.
Kembali lagi ke cerita diawal tentang mana yang harus dipilih: nikah atau sekolah lagi. Ya tergantung dengan kondisinya. Kalo sudah ada yang ngajak nikah, ya silahkan istikharah dan menikah ketika sudah pasti. Kalau calonnya belum ada dan ada kesempatan sekolah lagi, ya silahkan diambil kesempatannya. Kalo belum ada yang ngajak nikah dan belum ada kesempatan sekolah lagi, ya dicari. Baik itu jodohnya atau sekolahnya. You know what you want. Selama tidak idle, it’s okay.
Sekian.
--
Terus Bu Fida gimana? Jadi sekolah lagi? InsyaAllah, ini lagi dicari. Nikahnya? Ini juga lagi cari (calonnya). Ternyata selama ini nyari ditempat dan menggunakan cara yang kurang tepat. Jawaban diplomatis, mantap.
--
This writing has been edited, since it might offends some people.
1 note
·
View note
Text
Jleb
Pintu surga itu, ibu.
Kuncinya itu, ayah.
Ust. Hanan Attaki, Lc.
75 notes
·
View notes
Text
Hey
Hey,
It has been tough, hasn’t it? I can see it from your face. I saw how disgusting you look when you were sad. It’s okay. I know you are making progress. I saw how you struggle to stand on your own, I saw how you bruised and I saw how you tried faking a smile. It’s okay. I know how sometimes you are disappointed in yourself, that you feel like you’re being weak. It’s okay. As long as you are moving and progressing, it’s okay. I know how you try to maintain your emotion and sometimes you feel like you’re losing. Being patience is hard. I know. You ain’t perfect. As long as you are trying to be patience, it’s enough. It’s okay.
I know you have a strong believe in yourself and God. Even though, it seems blurry, I know you believe that there is a light at the end of the tunnel. I know that you are struggling, just endure. Believe me, you will gain something better.
Hey, it’s okay. Cry if you want.
You deserve all the happiness in this world.
.
.
Hey,
Happy belated birthday.
0 notes
Photo
Jadi malam ini sebenernya gue mau ngebahas masalah passion. Udah ngetik dapat separuh. Tapi pas bosen dan buka IG, gue nemu postingan menarik dari imanusman CEO nya ruangguru.
Apa yang gue pikirin, persis banget sama yang beliau tulis.
Passion gue sejak SMA sebenernya di entertaiment dan jurnalistik. Cita-cita gue dulu pengen punya TV. Tapi belok-belok kemana-mana dan Alhamdulillah terdampar di game teknologi.
Screenshot gue di twitter tadi pagi itu obrolan temen kuliah gue. Gue sebenernya percaya sama passion. Cuman ga sesaklek definisi passion yang misalnya kalo lo suka dunia jurnalistik, lo harus jadi jurnalis, apapun yang terjadi.
Kenyataannya hidup ga selalu semulus itu. Ada kalanya lo harus berbelok karena faktor yang kadang random banget. Misalnya lo mau berangkat PhD kurang sebulan dan calon supervisornya wafat terus kebijakan kampus mengharuskan lo ngurus LoA dari awal, ato misal lo pengen kerja di luar negeri tapi keluarga lo butuh lo di samping mereka.
Semakin nambah umur, gue semakin faham bahwa passion itu bukan tentang lo pengen jadi apa. Tapi lebih ke dimanapun lo berada, apapun panggung yang Allah beri, lo kudhu bersemangat buat mengasah diri menjadi lebih berkualitas dan lebih produktif dari waktu ke waktu.
Ini bukan tentang being the best among others ya. Tapi tentang seberapa mampu lo ngerubah sumber daya yang lo miliki untuk melakukan kerja-kerja yang produktif.
Being persistent and though. Bukan buat ngejar ilusi aku harus jadi ini, aku harus jadi itu melainkan buat tetep amanah dan tetep berjuang seberapapun sulitnya panggung yang dikasih Allah ke kita.
Gue pernah ngerasain kuliah ke jurusan yang awalnya nggak gue suka. Pernah juga ngerasain kerjaan yang awalnya nggak gue pahami sama sekali. Empat tahun gue di Teknologi Game, gue baru mulai ngerti sama kerjaan gue di tahun ke 3.
Godaan buat berhenti berkomitmen dan berpindah ke bidang lain itu selalu ada. Tapi gue balikin lagi ke diri sendiri, kalo suatu saat Allah emang mentakdirkan ladang amal gue pindah, itu pindahnya karena gue dibutuhin di sana plus gue sudah menjalani amanah gue di tempat gue hari ini dengan baik. Karena kalo gue pindah cuma gara-gara nggak suka atau nggak ngeh sama amanah gue yang sekarang, kelak misalnya gue nemu kesulitan di tempat kerja yang baru maka gue bakal tergoda lagi buat pindah.
Ada banyak sekali faktor tercapai atau tidaknya cita-cita yang kita inginkan. Tapi andaikata kelak Allah mentakdirkan cita-cita lo nggak tercapai pastikan bahwa hal tersebut bukan tersebab kualitas ikhtiar lo yang kurang kemudian bersiaplah dengan kejutan-kejutan di ladang amal yang baru.
376 notes
·
View notes
Quote
Jika sebuah amanah sampai kepadamu, ambil kesempatan untuk menjalankan amanah itu sebagai wujud syukur atas ilmu, potensi, dan peluang yang dimiliki.
Kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional (via novieocktavia)
:“
(via tantradiashari)
191 notes
·
View notes
Text
Syaikh Bin Baaz: Tiga Doa Yang Jangan Kau Lupakan Dalam Sujud
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Bin Baaz -semoga Allah merahmatinya- berkata, “Merupakan tiga doa yang janganlah kau lupakan dalam sujud:
1. Mintalah diwafatkan dalam keadaan husnul-khatimah
2. Mintalah agar kita diberikan kesempatan taubat sebelum wafat
3. Mintalah agar hati kita ditetapkan di atas agama-Nya
Kemudian saya sampaikan, jika kamu sebarkan perkataan ini, dan kau berniat baik dengannya, maka semoga menjadi mudah urusanmu di dunia dan di akhirat.
Lakukanlah kebaikan sekecil apapun itu, karena tidak kau ketahui amal kebaikan apakah yang dapat mengantarkanmu ke surga Allah.
617 notes
·
View notes
Quote
Hari yang disebut ulang tahun itu, sejatinya adalah momen untuk kembali menguatkan ingatan tentang perjuangan hidup-mati seorang ibu sekaligus harapan besar seorang ayah kepada anaknya.
Tiga April 1989 (via ridhobrilliant)
Sembilan belas Februari 1991
455 notes
·
View notes
Text
20 Wasiat Penting dari Ulama Besar Tareem, Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar Asy-Syathiri dari Beberapa Ceramahnya di Indonesia
Durhaka pada orangtua itu bernasab, turun-temurun, pasti akan dibalas melalui keturunannya kelak.
Seorang yang menghormati ulama besar tapi ia meninggalkan orangtuanya artinya ia mementingkan sunnah dan melalaikan yang wajib. Sama seperti orang memakai imamah tapi auratnya justru terbuka, sungguh tidak pantas.
Berkata Imam Ahmad bin Hanbal: “Orangtua ada 3; yang melahirkan, yang memberi ilmu (guru), dan yang menikahkanmu dengan anaknya (mertua).”
Pada saat kita kecil, orangtua mencintai kita, bersabar dengan keadaan dan tangisan kita, menghadapi berbagai tingkah pola kita, berdoa supaya kita panjang umur dan sehat sampai dewasa. Maka wajib bagi kita bersabar terhadapnya ketika mereka sudah tua dan memiliki banyak kekurangan.
Syafaat Rasulullah Saw. pun tak dapat menolong orang yang durhaka kepada orangtuanya dari siksa neraka kecuali orangtuanya sendiri yang memberi kesempatan padanya untuk diberi rahmat oleh Allah.
Memutus silaturrahim akan mendapat laknat dari Allah, tertolak seluruh amalnya, tidak akan diterima doanya walaupun ia seorang yang alim. Maka sambunglah silaturrahim sebelum kita mati dalam keadaan terlaknat dan sebelum kita masuk barzakh dengan amarah Allah selagi ada kesempatan.
Majelis ilmu lebih baik seribu kali daripada majelis maulid atau shalawat.
Orang yang hadir majelis ilmu akan mendapat rahmat Allah meski tidak paham atau tidak hafal apa yang telah disampaikan.
Banyak orang yang baru bisa merasakan manfaatnya hadir majelis ilmu ketika menjelang sakaratul maut.
Orang berakal bukanlah orang yang hanya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jelek. Tetapi orang berakal adalah orang yang mengerti mana yang baik untuk dilakukan dan mengerti mana yang jelek untuk dijauhi. Dan itu semua ada dalam majelis ilmu.
Janganlah mengobrol sendiri dalam majelis ilmu. Syaikh Abubakar Bin Salim berkata: “Orang-orang yang sering mengobrol di majelis ilmu dikhawatirkan akhir hayatnya menjadi bisu.”
Ketika kamu tidak bisa menjadi seorang pengajar, maka setidak-tidaknya jadilah seorang pencari ilmu, atau orang yang semangat dalam menghadiri majelis ilmu, atau orang yang cinta kepada majelis ilmu.
Jauhilah orang-orang yang benci majelis ilmu.
Apabila zakat dikelola dengan baik dan benar niscaya tidak akan ada fakir miskin di dalam sebuah negara muslim. Seperti era Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Barangsiapa memuliakan/menjamu tamu yang tidak dikenal, maka bagaikan memuliakan Allah Swt. Barangsiapa memuliakan/menjamu tamu yang dikenal, maka bagaikan memuliakan Rasulullah Saw.
Siwak mempunyai 120 manfaat. Sedangkan rokok mempunyai 120 bahaya.
Di Belanda terdapat sebuah penelitian bahwa ada kuman gigi yang tidak bisa mati kecuali dengan zat yang terkandung dalam kayu arok/siwak.
Dalam najis anjing dan babi ada beberapa kuman yang tidak bisa dihancurkan dengan berbagai macam zat kimia, tapi justru bisa dibasmi dengan debu. Oleh sebab itu, syariat mewajibkan membasuh najis anjing dan babi dengan tujuh kali basuhan yang salah satunya harus dicampur dengan debu.
Dalam salah satu sayap lalat ada empat penyakit dan dalam sayap lainnya ada empat obat penyakit tersebut. Jadi, jika terdapat lalat mati di dalam minuman maka tenggelamkan terlebih dahulu sebelum membuang lalat tersebut agar aman diminum. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits.
Agar futuh dalam ilmu, Habib Abdullah al-Haddad berkata: “Saya mendapatkan futuh dalam ilmu dengan sebab 3 perkara; dengan menangis dan merendahkan hati serta beristighfar di waktu Sahur, dengan berzuhud terhadap dunia, dan tidak aku mendengar ada seorang lelaki yang saleh atau perempuan yang salehah kecuali aku mengunjunginya dan meminta doa darinya.”

Dan hari ini (17 Februari 2018) ulama besar Ahlussunnah wal Jama’ah ini telah berpulang ke rahmatullah. Semoga amal ibadah almarhum diterima Allah SWT. dan almarhum diberikan kenikmatan kubur serta diberikan karunia-Nya berupa syurga Firdaus di akhirat kelak serta dikumpulkan bersama datuknya Rasulullah SAW. Aamiin.
Tidak ada musibah yang paling berat selain meninggalnya Wali Allah. :’(
(Sumber: Instagram @l_love_tareem, dengan penambahan redaksional)
257 notes
·
View notes
Quote
If you are a gifted person, it doesn’t mean that you gained something. It means you have something to give back.
Carl Jung (via quotemadness)
2K notes
·
View notes
Text
Meanwhile, in a parallel universe - 3
A: I spoke to my students on the concept of functional and dysfunctional conflict today. And thinking about it now, I think such concept also applies in personal life.
B: Okaaay? Keep on going
A: For example, when you are going through a heart break...
B: Seriously?
A: Yeah. You see, some people shut themselves from the world when they go through a heart break. They destruct themselves to what they believe as the process of "healing". They bring out the worst of them. That's when a heart-break is dysfunctional.
A: But then, it can also be a functional when it brings the best version of yourself. It makes you a better person: a person who's closer to God, someone who's more productive, someone who realizes that he/she needs to put themselves first. Right?
B: So, what you're saying is, you are currently going through a heart break and it is somehow, erm.... let me guess, functional?
A: You're totally missing out the point
B: I'm not. I'm just reading between the lines
A: I’m just applying, comparing -you name it- what I taught in class to the real life
B: To your personal life, you mean?
A: Whatever
.
B: I'm right, aren't I?
A: What?
B: That you’re going through a heart break
A: NO!
B: And you want me to believe that?
A: ...
B: I’m right, aren’t I?
A: ...
.
B: Aren't I?
A: Yeah, whatever
B: Told you, I'm right
A: ...
B: ...
.
.
.
B: So, who's the culprit then?
A: ...
.
.
.
.
.
A: You.
0 notes
Text
Yang paling sedikit penyesalannya adalah yang paling banyak sabar dan syukurnya. Karena pada akhirnya, keberuntungan hanya akan datang dari keduanya.
— Taufik Aulia
2K notes
·
View notes
Text
Pada akhirnya, kau akan dibersamakan dengan orang yang siap membimbingmu dan aku pun akan dibersamakan dengan orang yang siap aku bimbing.
El-Isbat
686 notes
·
View notes
Text
Hal terbaik yang bisa kamu percaya dari takdir adalah ia selalu yang terbaik untukmu dan selalu ada ruang untuk memperjuangkan takdir yang baik. Hal yang sering terlupa terkait takdir kita adalah kita sulit/butuh waktu untuk memahami maksudNya, dan kita jarang berprasangka baik.
Kurniawan Gunadi
2K notes
·
View notes
Text
A timeline

I was browsing through my old hard disk and I came across a note that I wrote back in 2013, a month before I flew to England. I decided to post it here, because some of my students asked me about the process that I’ve been through in applying scholarship and I also notice that some people actually read this tumblr *padahal yang baca dikit*, nevertheless, I hope this will motivate who ever reads it. Because, saya yang hanya butiran sasa (yes, sasa -the MSG- biar adiktif) ini aja bisa, apalagi kalian: diamond in the making.
June 2012: Graduated July: Took IELTS preparation course. August: Applied for ADS October: Applied a job position in a bank, took IELTS test. November: IELTS test result was out, accepted in a bank but turned down the contract, applied for an Erasmus Mundus scholarship, applied to some universities. December: Resigned from private tutoring job, went to Jakarta for a job interview, didn't get in, failed in ADS. January: Applied another Erasmus Mundus scholarship and failed, got accepted in Auckland University of Technology. February: Applied for VLIR-UOS scholarship, accepted in Macquire University and Queensland University of Technology. March: Accepted in University of Exeter, applied for Turkish Government and Dikti scholarship April: Went to Jakarta to take a test for job position in a company, went to the next stage and failed. Found out that I failed my Erasmus Mundus, VLIR-UOS, and Dikti scholarship. Cried a lot. Applied for LPDP scholarship. May: Got interview invitation from Turkish scholarship and LPDP. Applied for Dikti scholarship (again) Accepted in Curtin University of Technology. End of May: Got accepted in LPDP and onto the next process. June 2013: Leadership training from LPDP, official awardee of LPDP scholarship.
You see, it took me the whole year to be in this position right now. In the position where people would say, dream comes true. But let me tell you this; it wasn't easy. And even when you already know what you want, there are always distractions; inside or out. My hardest distraction was not when I decided to choose to continue my study over a job position but rather the reaction from people about it. I felt like their comments pushing me away from my dream and on to something else; work. And I felt that my own self is following the flow that in the last year of 2012, I started to applied for jobs seriously.
But I thank God for giving me such amazing people around me, they snapped me back to the reality and my main focus. Their support were endless. I remember what Madi said to me, when I told him that I failed twice on my application and felt like giving up, he said "I have to apply 10 job positions and fail before I'm accepted in this one and you only fail twice and already want to give up? There's still a long way ahead of you" and I remember what Icha once blogged/tweeted, "Fall seven times, stand up eight" That's when my motivation is back.
So to people out there who are on their way reaching their dreams; keep going and keep praying, the road will be bumpy, you will struggle, you will cry, you will feel like giving up but endure, it will be all worth it. Don't mind what people say and stick to the one that motivates you. It's true, hard work never betrays.
I will continue my study in University of Exeter this September. I will live in my childhood dreamland; England. One of my dreams nearly come true and it will be once I arrive in England. I've spent a year, struggling to reach my dream, some people say I waste my time but this is what I want to say to them, that it was all worth it.
0 notes
Text
An introduction to a stranger
Hello there stranger, I notice that we’ve been having this staring contest for quite a while now, so I decided to approach you first (through this note). Yeah, it is actually easier if I just walk to your table and talk instead of writing this note and pass it to a waiter before it gets to you, but I prefer this. It feels classy. My name is Eerie by the way (Yes, it’s my real name and it’s uncommon, it’s actually a long story on how my parents came up with that name). Aaaaand, what comes next is actually not a pick up line but rather a statement or a request for a confirmation: Your face looks familiar and I believe we have met before? Through an acquaintance maybe? Perhaps mutual friends? I’m not too sure.
You look hesitant though. At one moment, it looks like you would come to my table and strike a conversation and another moment you shake your head, thinking that it is actually a bad idea. But let me tell you something, whatever you think about me right now, 80% of it would be wrong. Because that always what happens: people always get it wrong. For instance, most people believe that I am an alpha female but boy, they are wrong. I am actually a beta acting like an alpha to fit in with people’s perception of me. Tragic, I know. What are you anyway? Do you consider yourself an alpha? Beta? Or a gamma? See, this could be a topic to talk about.
I am actually open to any topic of conversation: we could talk about the last movie that we just watched or presidential election or MBTI personality type or even the drink that we just had. I have this feeling that we will have one interesting conversation today. Anyway, my drink is finishing and I’m feeling like ordering another cup so if you are interested in joining me for another cup of hot chocolate, you are very welcome to join this table. Just start with a “Hi”.
Oh God, this is turning into an essay. Talk to you later.
P.S. If you think I’m weird by writing this, it might be because of the sugar rush (I know they’re not actually correlated).
P.S.S. You could just ignore this and throw it in the bin
P.S.S.S. But trust me, it actually does not hurt to try.
0 notes