s-emi-c-olon
s-emi-c-olon
;
87 posts
Karena semua hal bisa saja diucapkan, namun lebih baik dituliskan
Don't wanna be here? Send us removal request.
s-emi-c-olon · 2 years ago
Text
I guess I met you for a lesson, not a reason
0 notes
s-emi-c-olon · 2 years ago
Text
I am a lover girl I like kisses on the forehead and having my hand held in public I like bundles of red lilies from a florist from across the road I like skin-on-skin contact and raw vulnerability I am a lover girl enchanted by the bare minimum and unsurprised when I receive less I make excuses for slow texts I stay awake all night because he says he'll call I apply makeup just in case his plans change I assure my friends he's not as bad as he seems I am a lover girl meaning, I fall in love with people who have no business being loved by me
(Keira Van der Kolk)
0 notes
s-emi-c-olon · 2 years ago
Text
There is no word in this world that is able to explain how much I miss every moment that we shared and how much I miss your presence by my side
I am aware that we had mistreated each other, that we do not deserve us for all the doings we wronged each other
I am thankful that God makes us meet in our paths, bring us together at the designated time
I am thankful that I have met you through my life journey
It is just lately I have been feeling lonely
I was typing my case report, listening to some music, and my chest tightened that I decided to close my laptop and put my head down on the table
The next thing I know I have tears running down my face, sobbing, shouting your name in my heart with the consent
Wishing you to be present, even though you cannot be here
Or at least I can hear your voice through the phone
I questioned, will I be this lonely if you're present?
With those tears racing down I sobbed and I was hungry for your warmth of arms, your tender kisses, the sound of your heartbeat as I lay my head on your chest, knowing everything is gonna be alright
Dear, 
I was starving for the idea of someone's presence that is you
I dreamed of you as an entity that belongs to me
Dear,
Coming back to this city with thousands of memories made in every corner,
With heavy heart everytime I across it
I wondered, will I survive this thing on my own? When yesterday you’re the thing that keeps me going?
When yesterday, you’re still mine?
But soon I realized, I couldn't be selfish
I realized that some dreams,
some delusions,
are nightmares in real life
But I wish some ideas were better realized to keep our world sane
I am sorry that I was too attached
that I can't even tell myself
how to live alone and survive on my own
without having you in my life
I loved you
I wish you nothing but the best
Written dearly,
From your dearest ex-love
1 note · View note
s-emi-c-olon · 2 years ago
Text
Dia beri aku segenggam bunga lily pink-merah, katanya "tadi aku nemu dijalan, ini bunga kesukaan kamu kan?"
Dia potret diriku, tanpa alasan, tanpa aba-aba, ia posting di sosial medianya. Aku merengut, namun katanya "mau kamu siap/gasiap foto kamu tetep cantik buatku"
Dia ajak aku berkeliling berkelana. Kutanya kemana tujuannya, katanya "Gausah kemana-manapun gapapa, yang penting sama kamu"
Dia ajak aku ke museum, ala-ala orang pacaran jaman sekarang. Kita amati karya2, katanya "kalau kamu jadi objek di museum, aku gamau naro kamu disini, biar kusimpen buat diriku sendiri"
Dia ajak aku nonton orkestra, lagu yang dimainkan Liebestraum No. 3. Suara piano mengalun menembus dari telinga kanan ke telinga kiri. Seketika dia berbisik "abis ini kamu baca ya liriknya, itu isi hati aku buat kamu"
Dia genggam tanganku saat berjalan, tidak ia biarkan kulepas sedikitpun, katanya "aku gamau kamu ilang loh ya, nanti papamu marahin aku katanya gabisa jagain kamu" sambil tertawa
Dia ajak aku makan, tanpa basa-basi, ia langsung menyeletuk "kamu lagi mau makan daging atau makan sushi?"
Dia kirim foto kucing hitam yang sedang duduk didepannya, katanya "liat deh aku nemu dia, jadi keinget sama kamu"
Dia telpon aku tiba-tiba, tanpa diminta, tanpa alasan, katanya "denger suara kamu aja capekku udah hilang"
Dia rela dengarkan aku cerita, matanya menghadap padaku, kepalamua manggut-manggut menyimak, katanya "aku seneng kalo dengeri kamu cerita"
Dia datang saat aku terpuruk, sekali lagi tanpa diminta, dia rengkuh badanku, dia usap kepalaku, dia rela bajunya basah karena tangisanku, dia rela punggung dan bahunya dipinjam berjam-jam hingga perasaanku membaik
Tiap hari dia tanya bagaimana hariku, apa yang membuatku senang, apa yang membuatku sedih, apa yang membuatku kesal, ada hal baru apa hari ini
Dia tidak pernah absen bertanya
Dia sapa aku di pagi hari, dia ucapkan selamat tidur di malam hari
Dia pastikan hariku berjalan dengan baik, bila tidak dia cari cara memperbaikinya sesegera mungkin
Dia pastikan aku tidak merasa kesepian
Dia pastikan aku baik-baik saja
Dan dari semua hal itu tidak ada satupun yang terjadi pada kenyataannya
Semua adalah delusi atas segala hal yang aku harapkan pada dirinya
1 note · View note
s-emi-c-olon · 3 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
— a girl is a haunted house, tathève simonyan
[text ID: “I could’ve lived like this”, echoed in my head. / As I looked around, my eyes unthinkingly clung to places where I could’ve hidden my selves: the ones that didn’t come to being and the one that I was. In the cupboards of this kitchen I could’ve buried all the women I could’ve grown into. While doing so, I would’ve put on the apron of the one who inhabited the kitchen. The cups and the glasses would’ve made place for me. I could’ve easily found a home in between the kitchen table and refrigerator. As the fragrance of rosemary and thyme found their way to me, a picture found its way to the back of my eyes: a hushed scene, full of contentment, a shot of me standing in the center of this kitchen, feet thick brown trucks giving birth to dozens of snakelike radixes, covered in colorful moss, devoid of flowers but who needs flowers when all they do is wilt anyway? I would’ve thought so, had I been the me of that frame. / I could’ve been content here, not happy, but content. The cutlery and the plates would’ve made place for me. The dull roar of the washing machine would’ve hidden my cries, with the same diligence it sheltered my mother’s. The “what ifs” of this particular scenario smelled of cinnamon and vanilla. / I could’ve been content here. I thought as I placed the coffee cup on the countertop next to the gas stove: the surface always wet for it filled the space between the sink and the stove, in between water and fire.  / I could’ve been content here. I repeated as I unscrewed the lid of the coffee jar and took out a spoonful of the umber powder. / While turning on the gas and putting the cezve on its designated place, I cursed the mind that yearned for more, yearned to be more than what it was supposed to be. I cursed the eyes that only saw what was not in front of them, hands that wished to touch what wasn’t theirs to touch and the tongue that longed to taste what wasn’t hers to taste. I cursed myself because I understood that I could’ve been content here, and as the umber froth fought its way to the surface, my tears caved in to the gravitational force.]
8K notes · View notes
s-emi-c-olon · 3 years ago
Text
You could never treat your boyfriend and your friends in one group equally
0 notes
s-emi-c-olon · 3 years ago
Text
“Why we always deny our mistakes and just leave the problems behind as if we don’t want to fight more and just want to be okay?” He asked.
I clenched my fingers, thinking about any possibilities that could answer the questions.
Then I realized,
Maybe that’s our defense mechanism. We saw fights and we just want things to be peaceful. We didn’t care about the problems being solved, what we care is we want peace.
I chose to keep my mouth shut, because all I want is peace
0 notes
s-emi-c-olon · 4 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
472 notes · View notes
s-emi-c-olon · 4 years ago
Text
Tidak Saling Meludahi
Ayo datanglah saat sedih dan ingin berkeluh kesah. Tentu banyak cara bagi kita untuk bisa memaksa pinggang tergelitik dan meledak tertawa-tawa.
Lalu pergilah dengan jatuh cinta yang jadi ujung rambut prioritas. Singkirkan semua omong kosong maju bersama dan pertemanan yang lumayan berharga. Ayo pakai alasan lupa. Lupa sebenar lupa tentang apa kita sebenarnya. Lupa dibuat lupa tentang apa yang seharusnya.
Dan ayo datanglah lagi nanti saat sedih dan ingin berkeluh kesah. Oh kita tentu bisa berdiskusi. Kita teman itu yang mungkin diingat. Tidak saling meludahi.
Karena nanti pasti terulang lagi. Yang disebut sayang, malah sebenarnya yang paling empuk untuk dikorbankan. Bahan bahasan, bahan praktikum bedah perut katak dan materi temuan fakta-fakta karangan menarik untuk bisik dibicarakan. Si sayang yang jadi buah bibir. Jika nanti menyesal, maka kita sejak lama sudah saling meludahi.
244 notes · View notes
s-emi-c-olon · 4 years ago
Text
Pagi ini aku bangun sambil mengedipkan mata beberapa kali. Kemudian mata menyusuri setiap sudut atap kamar seakan curiga ada sesuatu. Jendela kamar masih tertutup gordyn sehingga aku harus bangkit dan membukanya. Sudah terang ternyata, aku terlelap cukup lama.
Bangun tidur tadi adalah bangun tidur yang aneh pikirku. Ada perjalanan dan kenyataan yang dapat diulik sebenarnya dari rekam imajinasi yang diputar sepanjang malam itu. Kalau kau tanya tentang apa, tenang ini cerita baik. Namun sayangnya rekaman tersebut hanya bisa diputar sekali dan kemudian memori tidak bisa mengingat semuanya. Ah, kesalnya
Latar rekaman itu adalah siang hari, sepertinya. Aku tidak dapat memastikannya karena memoriku tidak menyimpan hal-hal detail. Suatu hari yang biasa saja sebenarnya, sampai tiba-tiba ada orang itu. Ia berjalan, dan bersikap aneh karena pada kenyataannya orang tersebut tidak bersikap demikian. Aku tidak mau melihat wajahnya, dan menurutku itulah sebuah kesalahan. Ia tertawa dan kemudian menarik tanganku, entah membawaku kemana. Tempat itu sama sekali tidak familiar, tidak pernah kudatangi. Semakin kencang kecepatannya berlari, aku tertinggal dibelakangnya. Sepertinya dia sadar, kemudian mengangkatku. Entah apa yang terjadi namun kakiku sudah tidak menapak tanah. Ia kembali tertawa. Sejujurnya aku jengkel karena apa yang ia tertawakan? Apakah aku terengah-engah mengikuti ia berlari itu lucu?
Kemudian dia duduk, entah itu dimana, kami melihat hiruk pikuk kota dari atas. Kemudian dia melihat keatas, seakan-akan ada hal yang sedang ia tunggu. Aku duduk disebelahnya, melihat kerumunan orang-orang itu melakukan kegiatannya. Menyenangkan rasanya bisa melihat semuanya, mataku menelusuri tiap sudut jalanan dan uniknya setiap jalan selalu memiliki hal yang berbeda dan menarik untuk dilihat. Aku terlalu terfokus sampai akhirnya sadar bahwa dia sudah tidak ada disampingku lagi. Aku ditinggalkan, aku marah, aku tidak tahu tempat apa ini, bagaimana aku bisa ke jalanan? Kemudian terdengar suara, aku tahu itu suara siapa, namun sayangnya tidak ada siapa-siapa disitu. Entah apa pula yg ia katakan, memoriku payah tidak mengingat hal itu. Entah kenapa aku termenung, meneteskan air mata, padahal tidak ada yang membuatku sedih.
Aku sudah melamun selama 30 menit hanya untuk mencerna apa yang terjadi malam tadi sambil melihat jendela yang sudah memberi jalan sinar matahari untuk masuk melalui celah-celahnya. Aku mengingat-ingat kembali siapa suara itu sampai ku menemukannya.
Kadang kalau kau berpikir lagi, siapapun bisa datang dan pergi, siapapun bisa terus mengingat atau melupakan entah itu karena keharusan atau ketidaksengajaan. Aku tidak menyangka bahwa kau bisa datang lewat tidurku walau hanya untuk sesaat. Kenapa? Rindukah? Sepertinya sudah lama ya? Kalau diingat lagi, sudah 4 tahun kita tidak bertemu. Apakah kamu masih ingat ada aku di dunia ini? Atau aku lenyap diantara tumpukan buku-buku usang di kamarmu? 
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
There is a lump of feeling that needs attention for whoever owns it. One of them is my feelings.
Come to think of it, a lot I've changed while this body is confined. Maybe because we were locked up, it seemed as if we were looking for a way to feel free. Yes, that's me now. Looking for any way to get out of the prison of thought has been difficult for almost a year.
I've never been this brave in taking action. I don't know where my thoughts come from to dare to open up in virtual life. There was a sense of despair that existed as if there was only one person for one person before in this world. I don't want to take too high a risk to break free from the shackles of a broken heart.
But yes, again, that high risk comes to mind as if it is the last option that can be done even though many other things can be done. I started to open up, which is still a contradiction between mind and heart. Start arriving people to my world one by one, without any restrictions.
It was like selling myself.
No one is aware of it until one day you start to question, is this the real me? This palm feels trembling as if he refuses to do his job but still does it because that irrational mind and heart ask it. Sometimes I think, is this the best way? Is this really what I want?
There was a sense of dissatisfaction with the discovery I had a few days ago, and it was from that discovery that I thought that like food, I might now be left with only the bones. Whoever swiped me had eaten the meat.
Then came the person who had not spoken for a long time and said that he still made me a figure of himself who would never be replaced. I am ashamed because I know that I am not a significant figure to myself.
It turns out that people still think of me as human, even though now my condition is not human anymore, yes bones over and over again. As if he did not know that behind the phone screen, I was the one who was adrift in the stomach of the prey.
I lowered my head
If I could turn it around, I would, because now everything has been done, and there is no turning back.
1 note · View note
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
Because love isn’t the answer of everything.
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
Everyone's broken with their problems. But the damage? It is different between others.
So don't you tell me that we share the same damage because it doesn't
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
If someday I die, and you're living your life to the fullest,
What would you think about me?
I hope you think about the best version of myself. I hope you feel sad about leaving. I hope you would visit me anytime you need
I'm sorry, I know I'm not a good friend, nor the right person. I'm ashamed ever to hurt you, I never meant to do that. I just hope you'll remember me as your friend who once came into your life.
I hope you're happy
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
Halo apa kabar?
Kuharap kau dapat membaca tulisan ini, entah kapan waktunya.
Sudah 3 bulan (memasuki 4 bulan) keadaan berubah dari kurun waktu 2 tahun. Tidak, aku tidak akan membuat kata-kata cinta ataupun hal-hal yang menyudutkan dirimu atas hubungan ini, begitu pula aku tidak akan pula menyudutkan diriku sendiri atas apa yang terjadi. Hanya diriku dan pikiran-pikiran ku jam setengah satu malam di hari puasa terakhir. 
Tidak terasa ya sudah lama kita tidak berbincang sepanjang waktu. Memang dalam berakhirnya sesuatu kita membutuhkan ruang masing-masing. Entah itu untuk memperbaiki diri, entah untuk membiasakan diri, ataupun juga untuk menjadi diri sendiri. Aku akhirnya dapat membiasakan diri menikmati diri sendiri dan menjalani kegiatan dengan mulai normal kembali, tanpa memikirkan hal-hal lalu, dan terus memikirkan kedepan, atau istilahnya : move on. Tapi apakah benar move on sepenuhnya? Hmm tidak tahu deh. Kalau kamu bagaimana? Kulihat tetap sibuk meskipun dirumah saja. Tidak apa-apa, menyibukkan diri untuk hal yang sehat baik kok, dan tentuny kau akan selalu melakukan hal-hal produktif yang terkadang diriku sendiri tidak bisa (baca : malas) melakukannya.
Sejujurnya malam ini aku berfikir. Sudah sejak 7 tahun yang lalu kita berbincang dan mendengar cerita satu sama lain. Tentang diriku, keanehan2ku, tingkat kerecehanku atas semua hal, begitu pula dengan dirimu. Entah kehidupan personal masing-masing, bagaimana kita selalu tertawa berbarengan bahkan disaat yang lain tidak mengerti apa yang kita ketawakan. Jujur, apakah kau tidak ingin hal seperti itu tetap ada? 
Memang setiap orang memiliki manajemen sendiri dalam mengatasi putus hubungan, dan jujur aku tidak akan menyalahkan bagaimana caramu dan cara orang lain. Hanya saja, sia-sia bagiku untuk melewati hal tersebut hanya karena putusnya suatu hubungan. Dari berbicara tentang ketidak masuk akalan, sampai diam seribu bahasa. Aku tidak peduli apa kita sekarang, tapi apakah hanya karena malam itu semua hal mati?
Aku ingin tetap menjalin hubungan baik denganmu, ingin tetap menjadi kita yang dulu, yang selalu tertawa, menanyakan kabar masing-masing, membuat lelucon-lelucon yang bahkan orang tidak tau apa maksudnya. Maksudku, tidak harus menjadi suatu pasangan kan untuk melakukan hal seperti itu? Lagi pula kita berawal dari teman dekat kok, apakah hal tersebut akan hilang juga karena kandasnya hubungan ini?
Itulah aku dan pikiranku jam setengah satu malam ini. Ya pikiranku harus dituliskan kalau tidak kepalaku meledak besok-besok setelah bangun pagi. Ohiya, aku tidak menuntut kok. Apapun pilihanmu aku tetap dukung dan jalani, sebab aku juga tidak mau menjadi yang egois dan menuntut semua hal, memangnya siapa aku di matamu?
Semoga kamu membacanya ya, entah kapan. Tapi semoga:)
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
Sepinya malam menusuk
Pada malam2 seperti ini biasanya aku memperhatikan langit-langit kamar tidurku. Sudah 9 minggu kami terisolasi dengan dunia luar. Tiap hari berganti bertemu dengan orang yang sama, mengerjakan hal yang sama, berada di tempat yang sama. Aku sejujurnya bisa saja seperti ini terus-terusan sampai muak.
Malam ini aku kembali mengingat-ingat bagaimanakah kabar teman-temanku. Apa yang mereka kerjakan, bagaimana keseharian mereka. Dan disitu pulalah timbul pikiran, apakah mereka ingat padaku juga?
Sejujurnya aku tak keberatan sama sekali akan kesepian. Namun jujur belakangan ini aku merasa terasingkan. Seakan-akan aku tidak tau hal apapun yang teman-teman lakukan. I really feel left out. Ingin berprasangka baik bahwa “mungkin mereka punya kesibukan masing-masing” namun terus-menerus berpikir seperti itu apakah tidak muak?
Aku melihat layar telepon. Yang muncul hanyalah jadwal kelas besok, atau mungkin grup diskusi kasus, atau juga grup organisasi. Mungkin aku kurang berteman banyak dengan orang sekarang. Atau mungkin memang orang-orang malas berinteraksi dengan lainnya? Entahlah
Tapi ya begitulah sepertinya, orang bisa pergi dan datang kapan saja, hanya yang mau menetap yang akan benar-benar ada. Aku tidak bisa juga memaksakan orang yang kuanggap teman untuk menganggapku teman, begitu pula sebaliknya. Setidaknya sudah berbuat sebaik mungkin, itu pikirku. Mau diingat, mau dilupakan, ya terserahlah
Entah karantina ini memang membuat suasana menjadi sepi, atau memang aku yang ditinggalkan, entahlah. Tapi sejujurnya bila boleh berterus terang, aku kesepian. Terasa kosong, seperti angin bisa menembus badan ini tanpa merubuhkannya. Apa hanya aku yang merasakannya? Atau memang semua orang seperti itu? Entahlah, ingin tidak peduli namun sejujurnya ingin dipedulikan
Malam makin dingin, dan sepertinya aku harus tidur sebab besok kelas pagi
0 notes
s-emi-c-olon · 5 years ago
Text
Ada saat kau menemukan cinta, adalah umbi-umbian di lemari pendingin. Mereka tiba-tiba bertunas meskipun sudah lama lupa rupa dan aroma tanah
0 notes