with our background in theology and psychology, we want to lift up certain topics that are related to youth nowadays. why sepher siphrah? In Hebrew sepher siphrah means book. we realize young generation has a little interest in reading, that’s why we want to burn up that passion in reading by simplify the materials. hope this will be a blessing for you guys :) -Hebron Pemasela and Rika Kristina-
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
He can use the broken.
Everyone is fighting their own hard battle. Saya percaya setiap orang sedang berjuang dalam pertempurannya masing-masing. Ada yang berjuang tentang keluarga, studi, relasi, kesehatan, tujuan hidup, panggilan, dan lainnya. Mungkin ada yang berhasil melewatinya, namun ada juga yang belum berhasil. Saat mengalami kegagalan, pertempuran baru atau bahkan luka di dalam diri dapat muncul.
Saat gagal, berbagai cap seperti orang yang bodoh, lemah, tidak kompeten, atau bahkan rusak dapat muncul secara terus menerus. Kemudian, cap negatif ini dapat secara tidak sadar kita pelihara dalam hati dan pikiran. Lama-kelamaan, hal itu bisa merusak gambar dan harga diri kita di dalam Allah. Kita pun bisa semakin menjauh dari Tuhan karena merasa berdosa dan tidak layak. Kita meragukan karya Allah dan mungkin bertanya “bagaimana mungkin Ia dapat memakai saya?”.
Dalam sesi “Let There Be Light” yang disampaikan oleh Pdt. Hari Soegianto dalam SAAT Youth Camp bulan Desember 2017 lalu, beliau memberikan kutipan ayat dari Yehezkiel 37: 10 yang berbunyi, “Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar.” Ayat tersebut ingin menunjukkan bahwa kuasa Allah sangatlah besar. Ia bisa memakai apapun untuk melakukan pekerjaanNya. Dalam ayat itu, tulang-tulang yang mati bisa bersatu dan hidup kembali.
Jika demikian, apa yang dapat kita, yang lemah, tidak berdaya, dan rusak ini lakukan untuk pekerjaan Tuhan?
Melihat kelamnya masa lalu kita masing-masing, terkadang saya pun menjadi rendah diri dan meragukan kasih serta rencana Tuhan dalam hidup saya. Tidak jarang saya juga menyatakan kepada Tuhan bahwa ada banyak orang di luar sana, yang jauh lebih hebat dan mampu untuk menjadi alatNya. Tetapi dalam doa, pergumulan, dan khususnya sesi ini, Tuhan berbicara kepada saya bahwa Ia ingin memakai saya. Ia ingin memakai kamu. Ia ingin memakai kita. Ya, kita yang lemah, kita yang tidak berdaya, dan kita yang rusak ini.
Saya menyadari bahwa kehancuran dan kelamnya masa lalu yang kita miliki bukanlah suatu aib yang perlu ditutupi, bukan juga suatu kelemahan yang perlu dihindarkan. Alkitab pun tidak pernah menutupi kelemahan para pahlawannya. Musa seorang pemarah, istri Hosea seorang pelacur, Petrus seorang pembohong, Thomas seorang peragu. Yeremia mengalami depresi dan ingin untuk bunuh diri. Tokoh-tokoh Alkitab ini memberi satu pesan yang sama, tidak peduli seberapa hebat seorang manusia, sebenarnya kita ini lemah, rapuh, dan perlu bergantung kepada Allah. Kita semua sangat lemah dan rusak. Meskipun demikian, Alkitab mencatat bahwa Tuhan tetap memakai mereka secara luar biasa. Melalui ini, saya belajar, its okay to be weak and broken.
Ada 3 poin penting yang saya dapatkan dari sesi ini.
Pertama,
Anugerah Allah nyata dalam diri manusia yang berdosa. Ketika kita yang lemah dan rusak mampu melakukan pekerjaan Allah, ini semata-mata karena anugerahNya. Ya, semua karena anugerah. Oleh sebab itu, kita tidak layak bermegah diri. Ingat, sebelumnya kita hanya manusia yang lemah. Namun, Allah menyatakan kasihNya kepada kita yang lemah ini.
Kedua,
Tidak ada manusia yang terlalu rusak yang tidak bisa diperbaiki dan dipakai Allah. He can remake and rebuilt us like what He wanted us to be. Memang memerlukan kerendahan hati dan sikap yang siap untuk dihancurkan agar Ia dapat kembali membentuk kita menjadi lebih baik lagi. Dalam hal ini, mungkin ego, kesombongan, prestasi, uang, pekerjaan, atau orang-orang yang kita cintai dapat mengeraskan hati kita sehingga sulit untuk dibentuk. Biarlah masing-masing dari kita bisa merenungkan hal apa yang mengeraskan hati kita sehingga menjadi begitu sulit diatur oleh Tuhan.
Ketiga,
Kita semua telah diciptakan segambar dan serupa Allah, dan Ia telah menetapkan yang terbaik. Dari sesi ini, saya belajar bagaimana menjadi siap untuk dipakai Tuhan. Kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Jika dalam poin kedua kita perlu memiliki kerelaan hati saat Tuhan terlihat ingin mengambil suatu hal, maka bersiaplah juga jika Ia memberikan “hadiah” baru kepada hidup kita. Entah tanggungjawab, panggilan, tantangan, apapun itu. Bersiaplah untuk dibentuk, bersiaplah untuk diambil atau diberikan apapun sesuai rancangan dan rencana Tuhan.
Melalui camp ini, saya semakin dibukakan dan diperlihatkan mengenai ladang Tuhan yang sungguh luas dan sudah menguning. Artinya, Ia memerlukan saya dan kamu untuk dipakai olehNya, untuk melakukan pekerjaan Tuhan. If You can use anything Lord, You can use me. You can use us. He can use the broken.
0 notes
Text
CHRISTMAS AND SANTA CLAUS
Apakah teman-teman tahu kalau setiap tanggal 6 Desember diperingati sebagai hari apa? Mungkin beberapa di antara kalian tidak banyak yang tahu kalau tanggal 6 Desember diperingati sebagai hari Sinterklas atau Santa Claus. Hal ini terjadi karena Santo Nikolas meninggal pada tanggal 6 Desember. Siapakah Santo Nikolas itu?
Santo Nikolas lahir dan besar di Myra, yang sekarang berada di Turki. Beliau hidup di abad ke-4 Masehi. Santo Nikolas lahir di tengah keluarga yang meninggalkan warisan ketika orangtuanya meninggal. Ada beberapa hal menarik dari Santo Nikolas yang kemudian sosoknya sangat diabadikan hingga saat ini.
1. Ia sangat bermurah hati kepada banyak orang. St. Nikolas sering membagikan hartanya kepada orang miskin.
2. St. Nikolas ini menjadi imam di usia muda dan terkenal di jamannya karena kemurahan hatinya itu.
3. St. Nikolas sering memberi hadiah secara anonim. Ia membawa sejumlah uang ke rumah orang-orang dan terkadang memberikannya melalui cerobong asap agar orang tidak tahu siapa yang memberikannya.
St. Nikolas meninggal pada tanggal 6 Desember dan kematiannya diperingati dimana-mana. Ada banyak versi tentang peringatan tanggal 6 Desember ini, tetapi yang pasti adalah kisah St. Nikolas menjadi cikal bakal munculnya satu tokoh yang sangat terkenal di dunia sampai hari ini, yaitu Santa Claus / Sinterklas.
Santa Claus digambarkan sebagai seorang kakek tua yang berjenggot tebal dan memakai baju merah serta berbadan besar. Santa Claus muncul pada bulan Desember sebagai ikon dari Natal, dimana kakek berbadan besar ini mengendarai kereta rusanya dan memberikan hadiah melalui cerobong asap. Banyak anak-anak yang percaya akan Santa Claus dan mereka meyakini pada hari Natal secara khususnya, Santa Claus akan datang dan memberikan hadiah yang tidak terduga pada mereka. Anak-anak menantikan dengan sabar dan bahagia akan kedatangan Santa Claus.
Seiring berjalannya waktu, ternyata peran Santa Claus ini telah mengambil porsi yang besar di hari Natal. Hari ini, jika kita pergi ke pusat-pusat kota, atau mall atau tempat yang ramai pada bulan Desember, maka ikon Natal yang terlihat disana adalah Kakek Tua ini. Banyak juga ornamen-ornamen Natal yang dijual sesuai dengan ornamen yang dipakai oleh Kakek Tua ini, seperti topi, jenggot, baju dan juga hiasan-hiasan lainnya. Namun apakah sesungguhnya Natal berbicara tentang Kakek Tua ini? Jawabannya adalah tidak.
Natal yang terjadi pada bulan Desember adalah suatu perayaan untuk memperingati kelahiran Juruselamat dunia yaitu Yesus. Dunia dalam kegelapan telah melihat cahaya yang gemilang dan itu ada dalam pribadi Yesus. Sukacita Natal terjadi karena Yesus sang Juruselamat dunia itu, datang untuk menyelamatkan umat manusia dari hukuman kekal. Hal inilah yang juga dinyatakan para malaikat kepada gembala pada zaman Yesus, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu sukacita besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. Sukacita besar untuk seluruh bangsa terjadi karena Yesus lahir. Kelahirannya memberikan pengharapan dan kekuatan untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Inilah sukacita natal yang sesungguhnya.
Sukacita Natal yang sejati adalah ketika Yesus lahir dan memberikan pengharapan bagi dunia. Namun seringkali banyak orang yang mengukur kualitas sukacita mereka pada hari Natal, sebatas hanya karena mendapatkan hadiah dari kakek tua yang disebut Santa Claus itu. Hasilnya sukacita mereka hanya berlangsung sementara hanya pada bulan Desember saja. Begitu dapat hadiah mereka bahagia, setelah itu hilang sudah sukacita mereka.
Namun apakah sosok kakek tua ini memberikan hal yang negatif? Tentu tidak. Janganlah kita memandang buruk sosok kakek tua ini. Tetapi marilah kita melihat kisah dibalik munculnya kakek tua ini. Jika kita melihat cikal bakal munculnya si kakek tua, maka hal itu dilandasi dengan suatu semangat yang dimiliki St. Nikolas yang bermurah hati dengan memberikan hadiah kepada orang lain dan berusaha menutupi identitasnya. Inilah semangat yang harus kita hidupi, yaitu bermurah hati dengan memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa harus menunjukkan identitas diri kita. Bukankah hal ini juga yang diajarkan oleh Yesus dalam InjilNya? “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu”. Jika kita bersedekah atau memberi, janganlah kita melakukannya untuk dipuji orang. Inilah semangat yang harus kita hidupi! Semangat ini jangan hanya dihidupi pada saat Desember, tetapi dalam seumur hidup kita. Itulah yang dilakukan St. Nikolas. Itulah yang dilakukan Yesus.
Marilah kita memasuki bulan Desember ini, dengan hati yang sukacita. Namun sukacita kita jangan hanya diukur dari hadiah yang diberikan oleh kakek tua ini. Ada suatu sukacita yang jauh lebih besar dibanding itu, dan sukacita ini bersifat kekal. Sukacita itu adalah Yesus. Biarlah kita menikmati bulan Desember dan Natal ini, dengan sukacita kekal yang datangNya dari Yesus dan kita bagikan kepada semua orang, hingga dunia ini penuh sukacita.
Sukacita Natal bukan ada pada kakek tua, tapi ada pada bayi kecil di palungan
0 notes
Text
Everyone Needs a Counselor
Hidup ini penuh dengan pilihan. Ada pilihan yang mudah diambil namun ada juga pilihan yang sulit untuk diputuskan. Bertahun-tahun saya menjadi pembina pemuda, salah satu pilihan yang sulit diambil anak muda adalah jurusan studi di jenjang perkuliahan. Ada yang mudah memilih, namun ada yang tak tahu harus mengambil apa. Jika mereka sudah yakin akan jurusan mereka, saya akan terus mendukung agar mereka dapat meraih cita-citanya. Beberapa anak muda saya cukup sering berpikir ingin mengambil jurusan psikologi. Dan saya pun sangat mendukung mereka mengambil jurusan ini, karena bagi saya tahun-tahun ke depan, tuntutan dan tekanan hidup akan semakin kompleks. Sehingga banyak orang akan memerlukan bantuan psikologis. Kesehatan mental tidak lagi dapat diabaikan. Melihat kondisi ini, saya sangat setuju, jika semua orang membutuhkan konselor.
Konsep dunia hari ini seringkali menyatakan jika seseorang pergi ke konselor, artinya dia memiliki gangguan jiwa atau depresi yang parah. Konsep ini membuat orang enggan untuk bertemu dengan konselor jika mereka sedang bergumul dengan masalah yang dihadapi. Perlu saya tegaskan, bahwa konsep ini salah. Kita tidak harus memiliki gangguan jiwa atau depresi berat dahulu baru pergi ke konselor. Tetapi sebelum itu terjadi, seharusnya kita pergi kesana. Bukankah Alkitab juga mengajarkan hal yang sama?
Kitab Yesaya dengan jelas mencatat nubuatan tentang kelahiran Raja Damai. Raja Damai itu akan memerintah dunia ini dan namanya akan disebut orang, Wonderful Counselor. Dia adalah konselor yang ajaib! Jika orang menyebutnya sebagai konselor ajaib, maka dapat dikatakan bahwa Raja itu dapat mendengarkan keluh kesah rakyatnya dan memberikan nasihat yang benar kepada setiap orang yang datang kepadaNya. Hal ini juga menyatakan bahwa konseling itu sangat penting. Raja itu membuka dirinya lebar-lebar agar semua orang dapat kepadaNya dan berkeluh kesah kepadaNya.
Lalu, siapakah Raja itu? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Raja itu adalah Yesus. Yesus yang adalah Allah, yang membuka diriNya untuk didatangi oleh semua orang yang berkeluh kesah. Bahkan Yesus berkata “Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Yesus rindu kita datang kepadaNya dan menyerahkan semua permasalahan kita kepadaNya. Hari ini, Yesus membimbing umatNya yaitu dengan firmanNya. Mazmur berkata “Ya, peringatan-peringatanMu (Firman Tuhan) menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku”. Firman Tuhan adalah penasihat bagi orang percaya untuk berjalan di dalam dunia yang berat ini. Manusia butuh konselor untuk dapat menjalani hidup ini, dan Firman Tuhan dapat menjadi dasar yang kuat bagi seorang konselor untuk berpikir dan bertindak.
_________________________________
Hidup di dunia ini seperti peperangan, yang mau tidak mau harus kita jalani. Kita harus berperang melawan masalah-masalah yang ada. Tak jarang peperangan itu terjadi terus menerus dalam hidup kita dan menguras energi yang ada di dalam diri ini. Kita lelah. Kita stres. Atau mungkin kita depresi dan akhirnya mau mengakhiri hidup ini. Sesungguhnya tiap orang kuat untuk menjalani perangnya masing-masing, karena tidak ada peperangan yang melebihi kekuatan manusia yang menjalaninya. Hanya saja seringkali orang tidak tahu bagaimana harus berperang di dalam hidup ini! Itulah yang membuat mereka kesusahan sampai akhirnya putus asa.
Salomo dengan hikmatnya yang luar biasa, menuliskan amsalnya demikian:
Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada (Amsal 11:14).
Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak (Amsal 15:22).
Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak (Amsal 24:6).
Ketiga amsal ini dituliskan oleh Salomo. Ketiga amsal ini ingin menekankan satu nilai yang sama, perang akan berhasil jika adanya kehadiran penasihat. Perang akan berhasil jika ada konsultasi terlebih dahulu. Hidup layaknya peperangan kawan, akan ada banyak masalah yang mencoba menyerang kita. Suatu hal yang sulit, jika kita melakukannya sendiri dan tanpa ada konsultasi terlebih dahulu. Kita butuh diskusi. Kita butuh konsultasi. Kita butuh konseling.
____ _________________________________
Hidup ini penuh dengan masalah. Masalah anak muda seringkali masalah orang tua, jurusan masa depan, studi, dosa, percintaan, pertemanan dan masih banyak lagi. Mungkin kita bisa menjalani itu semua sendiri, tetapi kita akan menjalaninya dengan susah payah. Kita butuh teman diskusi. Kita butuh teman konsultasi. Kita butuh konselor. Janganlah ragu untuk mencari bantuan kepada orang lain, yang memang kamu anggap orang itu berkompeten dan dapat menolongmu dengan baik. Memang perlu disadari juga, bahwa kita perlu berhati-hati dalam membagikan cerita hidup. Tidak semua orang sudah cukup bijak untuk menyimpan dan mendengar keluh kesah kita. Tidak semua orang dapat menjadi konselor yang baik. Maka itu, carilah seorang konselor yang hidupnya berpadanan dengan Firman Tuhan, yang memahami bagaimana harus bertindak dengan orang lain, yang kamu percaya dan nyaman untuk berbagi. Hari ini ada pendeta, pembina rohani, kakak mentor, konselor profesional, orang tua, sahabat, atau siapapun yang kita tahu sanggup menolong kita dalam menjalani hidup ini.
Where no counsel is, the people fall; but in the multitude of counselors there is safety (Proverbs 11:14)
0 notes
Text
Love is Contagious
Satu tahun belakangan ini saya memelihara seekor anjing. Kami sekeluarga menamakannya Vodka. Bermula dari rasa penasaran dan tidak tahan melihat foto anjing yang lucu, saya bersama kakak dan adik saya memutuskan untuk memeliharanya. Keinginan ini ditentang habis-habisan oleh mama saya. Tidak heran, bisa dibilang mama saya adalah seorang clean-freak. Standard kebersihan mama sangatlah tinggi. Sehingga, ketika memelihara seekor anjing, tentulah hal ini akan menganggu standard kebersihannya di rumah.
Suatu hari, secara diam-diam kami membeli seekor anjing dan membawanya ke rumah. Tanpa sepengetahuan mama saya. Seperti telah diduga sebelumnya, mama saya pun ngoceh-ngoceh. Selama berhari-hari, ia terus mengomel dan menyuruh kami untuk mengembalikan si Vodka ini. Bahkan, mama sempat mengatakan ingin pindah ke apartemen seorang diri jika kami tetap memelihara Vodka di rumah. Pokoknya Vodka ini kasihan sekali saat itu, karena ia adalah anjing yang tidak diinginkan oleh mama.
Jika kita sering mendengar bahwa anjing adalah binatang yang paling setia, saya rasa itu benar! Kemana pun mama saya pergi, Vodka terus mengikutinya. Mama ke kamar, Vodka ikut. Mama ke dapur, Vodka ikut. Begitu terus sepanjang hari. Ketika mama baru sampai di rumah, Vodka lah yang paling semangat menyambut nyonya rumahnya itu. Jika saya dapat menyelami pikiran Vodka, mungkin ia berpikir “ini adalah majikan saya, saya akan terus menyayangi mereka”, tanpa memikirkan perlakuan apa yang akan didapatkannya kembali. Lama-kelamaan, mama menjadi majikan yang paling disayang oleh Vodka karena mama yang paling banyak menghabiskan waktu di rumah bersamanya.
Seiring berjalannya waktu, omelan mama pada Vodka berkurang. Ia mulai mengajak main, memberi makan, dan mengajak Vodka berbicara. Wow! Perubahan yang cukup signifikan dalam satu tahun. Dan sampai hari ini, mama tetap menjadi majikan kesayangan Vodka, bedanya Vodka sekarang menjadi binatang peliharaan yang sangat disayang oleh mama. Saya rasa, love is contagious :)
——————————————————-
Ketika saya duduk di bangku SMP, ada seorang teman yang tiba-tiba membenci saya. Padahal sebelumnya kami cukup dekat saat itu. Ia bisa menyindir saya di sosial media, meneriaki saya ketika saya berjalan di depannya, dll. Saya sungguh tidak nyaman saat itu. Saya sedih. Lalu saya berpikir, apa yang dapat saya lakukan untuk meredakan kondisi ini.
Pada suatu pagi, giliran saya untuk berdiri di depan pintu sekolah dan menyambut siswa/I yang baru datang. Ketika saya melihat teman saya itu datang dari kejauhan, saya menyambutnya sama seperti teman-teman lainnya. Saya menyodorkan tangan saya, berkata “selamat pagi”, lalu tersenyum. Tak disangka, senyuman saya dibalas olehnya dan perilakunya kian hari berubah.
Perubahan ini dimulai hanya dari sebuah sapaan dan senyuman yang didasari kasih! Wow, love is contagious :)
——————————————————-
Beberapa bulan terakhir, saya merasa Tuhan sering mengingatkan saya bagaimana mengasihi sesama dengan benar. Kasih yang tanpa syarat, kasih yang tulus, kasih yang melampaui berbagai kondisi, kasih kepada siapapun. Saya menyadari mengapa Tuhan mengingatkan hal ini kepada saya berkali-kali. Sesederhana karena saya tidak bisa melakukan semua itu dengan sempurna. Saya hanya mengasihi orang yang baik dan sayang pada saya, saya masih mengharapkan imbalan ketika berbuat baik, dll.
Tidak hanya melalui Firman, Ia membantu saya belajar mengenai makna kasih yang sesungguhnya melalui pengalaman pribadi dan buku yang saya baca.
Selayaknya pasangan yang sedang menjalani sebuah relasi, hubungan saya dengan Hebron pun kerap kali berada dalam konflik. Mulai dari perbedaan kebiasaan, sifat, watak, maupun pengalaman masa lalu dapat menjadi penyebab munculnya konflik tersebut.
Dua minggu lalu, saya hampir telat masuk kerja. Hari itu saya harus mengajar di sebuah bimbingan belajar pukul 14.30. Namun sebelum bekerja, Hebron menemani saya pergi berobat. Kami berusaha mengatur waktu supaya saya tidak telat bekerja, namun apa dikata ternyata pengobatan waktu itu sangat ramai. Kami selesai berobat sekitar pukul 14.25 dan kami langsung buru-buru pergi ke tempat kerja saya. Oleh karena panik dikejar waktu, saya spontan menjawab pertanyaan Hebron dengan nada tinggi dan ketus ketika sedang dalam perjalanan. Hal ini menyinggung hatinya. Menurutnya, ia hanya bertanya dan berharap saya dapat menjawabnya dengan baik. Saya pikir wajar ia merasa demikian, karena saya pun akan berpikir hal yang sama jika saya ada di posisinya saat itu.
Saya pun meminta maaf, namun ia masih tetap kesal dengan saya. Nah, saya bersyukur Tuhan mengajar saya mengenai kasih dengan cukup konsisten beberapa waktu terakhir. Saya dapat mengatur emosi dan perilaku saya. Jika sebelumnya saya berada dalam posisi ini, tentu saya akan balik marah kepada Hebron dengan mengatakan “kenapa sih masih kesel, kan aku udah minta maaf.” Lalu saya yakin konflik kami akan bertambah rumit dan menjalar kemana-mana. Saya terus berusaha menularkan kasih meskipun sulit. Saya berusaha bersikap lembut dan memahami kekesalan Hebron saat itu. Tidak lama kemudian, konflik kami pun mereda, dan kami saling meminta maaf. See? Love is contagious :)
——————————————————-
Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman dan pesan yang saya dapatkan dari Tuhan. Saya menyadari kasih merupakan hal yang sangat sering diperbincangkan oleh banyak orang. Tetapi, jika kita boleh bersama-sama menilik kembali ke dalam hati kita, apakah kita sudah dapat benar-benar mengasihi sesama seperti yang Tuhan inginkan? Apakah kita bisa mengasihi sesama seperti diri kita sendiri? Tidak perlu khawatir saat kita harus mengasihi orang yang paling tidak layak untuk dikasihi sekalipun. Karena kasih itu menular :)
Sekarang saya pun mengerti esensi dari ayat ini.
“And now these three remain: faith, hope, and love. But the greatest of these is love.” – 1 Corinthians 13:13.
0 notes
Text
Antara 500 Tahun Reformasi dan Halloween
31 Oktober, pada tanggal ini, ada 2 peringatan hari besar yang dirayakan di seluruh dunia. Pertama, hari Reformasi Gereja. Kedua, hari Halloween. Jika ditanyakan kepada anak muda, perayaan mana yang lebih menyenangkan bagi mereka, mungkin sebagian besar akan menjawab hari Halloween. Bagi anak muda, peringatan hari Halloween sangat menyenangkan, karena menimbulkan kesan unik di dalamnya. Namun sayangnya, seringkali anak muda hanya menikmati euforia perayaannya, tanpa memahami makna atau sejarah dari perayaan tersebut. Lalu, adakah persamaan atau pertentangan antara kedua perayaan ini?
Untuk dapat memulai pembahasan ini, maka kita perlu mengetahui sejarah singkat dari kedua perayaan ini.
1. Hari Reformasi Gereja.
Hari Reformasi terjadi tepat 500 tahun yang lalu. Hari itu diperingati sebagai hari Reformasi, ketika seorang bapak Gereja, Martin Luther, memakukan 95 tesis di pintu gereja Wittenberg, Jerman. Mengapa Martin Luther memakukan 95 tesis di pintu gereja Wittenberg? Pada zaman itu gereja mengalami suatu penyimpangan doktrin. Gereja membutuhkan banyak dana untuk pembangunan gereja Rasul Petrus di Roma. Banyak orang yang memberikan sumbangan kepada gereja. Namun sumbangan itu belum cukup untuk membangun gereja Rasul Petrus. Maka Paus yang bertahta pada zaman itu memerintahkan seseorang untuk “memasarkan” surat indulgensia kepada umat, agar mereka menyumbang untuk pembangunan gereja tersebut. Indulgensia adalah surat penghapusan hukuman atau siksa dosa sementara atas dosa yang sudah diampuni.
Doktrin Katholik mengajarkan bahwa seseorang itu mempunyai kesalahan dan hukuman akibat dosa tersebut. Ibarat paku yang ditancapkan di sebatang kayu. Jika dosa diampuni, maka paku itu dicabut dari kayu tersebut, namun bekas paku itu masih ada, itulah hukuman dari dosa itu. Sehingga seseorang harus melalui api penyucian terlebih dahulu, agar dapat sampai ke Surga. Surat Indulgensia ini, adalah surat penghapusan hukuman sementara atas dosa yang telah diampuni tersebut. Gereja memasarkan surat indulgensia ini, agar semakin banyak orang menyumbang kepada gereja. Pada waktu memasarkan ini, tercetuslah kalimat “begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di purgatorium pun akan terlepas”.
Kalimat itu membuat semakin banyak orang menyumbang ke gereja dengan tujuan mendapatkan surat indulgensia tersebut. Hal inilah yang ditentang oleh Martin Luther. Luther menganggap praktik penjualan indulgensia ini sebagai penyesatan terhadap umat, karena umat akan mengandalkan surat indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Itulah sebabnya Luther memakukan 95 tesis di gerbang pintu Wittenberg.
Dari 95 tesis yang terpaku di depang gerbang pintu Wittenberg itu, terumuslah 5 sola yang menjadi dasar iman Kristen hari ini.
Sola Gratia : Hanya karena Anugerah, seseorang diselamatkan.
Sola Fide : Hanya melalui iman, seseorang menerima diselamatkan.
Solus Christus : Hanya melalui Kristus, seseorang diselamatkan.
Sola Scriptura : Hanya Alkitab, dasar seseorang diselamatkan.
Soli Deo Gloria : Hanya bagi Tuhan, kemuliaan untuk selama-lamanya.
Sesungguhnya, Luther tidak ada tujuan untuk mereformasi gereja sampai terjadi perpecahan seperti yang terjadi hari ini. Luther hanya ingin mengajak para pemimpin gereja waktu itu untuk berdiskusi tentang doktrin kekristenan. Namun Luther dianggap sebagai ancaman, sehingga terjadilah reformasi gereja seperti yang terjadi hari ini. Tercetuslah juga kalimat Reformasi yang diucapkan Luther, “ecclesia reformata semper reformanda secundum verbum dei”. Gereja yang bereformasi akan terus direformasi sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Luther ingin mengajarkan kepada kita untuk kembali kepada pengajaran doktrin yang benar, sesuai dengan Firman Tuhan.
2. Bagaimana dengan Halloween?
Jika diperhatikan dari namanya, halloween itu diambil dari kata hallow yang berarti kudus dan evening yang berarti malam. Sesungguhnya halloween itu berarti malam yang dikuduskan. Halloween ini diperingati sehari sebelum hari raya semua orang kudus, yang jatuh pada tanggal 1 November. Malam itu menjadi persiapan untuk memperingati hari raya semua orang kudus, untuk menghormati orang-orang kudus yang telah meninggal serta berdoa bagi jiwa orang yang telah meninggal yang belum meraih Surga (purgatori).
Secara tradisi diyakini, bahwa jiwa mereka yang telah meninggal dunia mengembara di bumi sampai pada Hari Semua Orang Kudus dan Malam Para Kudus merupakan kesempatan terakhir bagi yang telah meninggal untuk melakukan pembalasan kepada musuh-musuh mereka sebelum beralih ke dunia berikutnya. Ada juga keyakinan bahwa sekali setahun, saat Halloween, arwah mereka yang dimakamkan di halaman gereja bangkit untuk melangsungkan suatu karnaval yang liar dan mengerikan yang disebut Tarian Kematian. Agar tidak dikenali para jiwa yang mungkin berusaha melakukan pembalasan itu, orang-orang mengenakan topeng atau kostum untuk menyamarkan identitas mereka.
Bercampur dengan banyak tradisi dan budaya dari banyak daerah, hari ini peringatan Halloween bukan lagi berhubungan dengan hal-hal yang mistis, tetapi lebih kepada perayaannya. Orang-orang sering memakai topeng yang seram dan aneh-aneh bahkan lebih ke arah lucu-lucuan. Anak-anak sering menghampiri rumah-rumah dan berkata “trick or treat”. Awalnya trick or treat diyakini sebagai suatu mantra untuk menang atas roh jahat itu. Tetapi sekarang itu lebih digunakan untuk anak-anak mendapatkan permen dari rumah ke rumah. Perayaan Halloween hari ini lebih ke arah euforia perayaan, tanpa memandang makna dan sejarah di balik perayaan itu.
Apa hubungannya antara Reformasi dengan Halloween?
Reformasi terjadi karena ada suatu zaman dimana zaman itu tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Terjadi suatu kegerakan untuk berusaha mengembalikan zaman itu sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Hari ini jika kita melihat sejarah Halloween dari sudut pandang Firman Tuhan, maka sesungguhnya itu tidak sesuai Firman Tuhan. Jika hari ini, seseorang masih melakukan perayaan Halloween dengan memiliki kepercayaan seperti makna dan sejarah zaman dahulu, saya pikir kita harus mereformasi kepercayaan kita.
Iman Kristen meyakini bahwa jika seseorang sudah mati, tidak ada hubungan antara orang yang hidup dan mati. Orang yang hidup tidak dapat mendoakan orang yang sudah mati, karena orang yang sudah mati sudah selesai hidupnya di dunia, dan nanti akan diperhadapkan langsung kepada penghakiman. Jika hari ini, merayakan Halloween hanya untuk kebersamaan tanpa memaknai makna sesungguhnya dan melakukannya tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, saya pikir itu tidak menjadi masalah.
Sebagai umat Tuhan, standard hidup tertinggi kita haruslah Firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab. Maka dari itu segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini, apa yang kita pikirkan, lakukan, katakan dan apa yang kita percayai, haruslah sesuai dengan Firman Tuhan. Hidup ini harus selalu diperbaharui terus menerus sesuai dengan FirmanNya. Biarlah dalam memperingati hari reformasi ke 500 tahun ini, kita kembali merenung atas seluruh hidup kita, apakah hidup kita sudah sesuai dengan Firman Tuhan atau belum. Segala sesuatu harus dilandasi dengan FirmanNya.
Ecclesia Reformata semper Reformanda secundum Verbum Dei.
0 notes
Text
Ahok di Mata Saya
“One day, I will tell my children there was an honest, hard-working man who was fearless against corruption, and it wasn’t a myth.” Rasanya memang sulit menemukan orang-orang di pemerintahan yang bisa hidup jujur dan benar saat-saat ini. Untungnya, 5 tahun kemarin, ada seseorang yang kisah hidupnya berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Perilaku, cara berpikir, dan sifatnya benar-benar menjadi teladan hidup banyak orang. Saat ini ia adalah seorang narapidana, tetapi narapidana yang rendah hati, tulus, bersih, dan penuh kasih, namanya tidak lain dan tidak bukan adalah Ahok.
Jika dalam beberapa waktu ini ada sebuah buku yang laku terjual dengan judul: “Ahok di mata mereka”, hari ini kami ingin membahas, Ahok di mata saya.
Ahok adalah tokoh yang penuh dengan kontroversi. Mengapa demikian? Oleh karena satu orang ini, semakin banyak orang yang matanya celik akan politik dan bisa melihat adanya secercah cahaya pada pemerintahan. Di sisi lain, ada juga orang yang melihat dirinya sebagai ancaman dan musuh yang harus dibinasakan dari muka bumi. Namun, setidaknya bagi saya, bapak tiga orang anak ini, memberikan kesan yang sangat berarti.
Ahok adalah orang yang hidupnya otentik. Abraham Lincoln pernah berkata, “bila ingin tau karakter seseorang yang sesungguhnya, berilah ia kekuasaan”. Karakter seseorang bisa teruji ketika dia diberikan kekuasaan. Kekuasaan dapat membuat orang bertindak sesukanya, entah itu baik ataupun buruk. Namun Ahok, telah lulus uji karakter ini, dengan nilai yang memuaskan. Kalau saya bisa kasih nilai layaknya seorang dosen, maka saya akan kasih nilai A. Ahok tidak tergoyahkan sedikitpun, sekalipun ketika dia mendapatkan jabatan nomor 1 di DKI, dia bisa saja bertindak seenaknya. Dia bisa saja mencuri uang rakyat, dia bisa saja bertindak sesuka hatinya yang merugikan orang lain, dia bisa saja mencari keuntungannya sendiri. Namun semua itu tidak dilakukannya. Dia tidak korupsi, dia tidak mencari keuntungan sendiri, dia tidak bertindak seenaknya. Dia bekerja, bekerja dan bekerja hanya untuk memajukan rakyatnya. Lalu mengapa ada orang seperti ini? Ahok meyakini bahwa dia telah diberikan kekuasaan oleh Tuhan dan dia telah disumpah di atas kitab suci untuk mengerjakan tugas tanggung jawabnya dengan baik. Maka dari itu, tidak pernah dia mencuri atau bertindak seenaknya untuk kepentingannya sendiri.
Ahok adalah orang yang hatinya murni. Saya dapat berkata seperti ini tentunya setelah melihat berbagai proses yang terjadi pada hidupnya. Ahok mempunyai hati yang murni, untuk menolong orang yang kesusahan. Setiap pagi dia selalu mendengarkan keluhan warga Jakarta yang datang ke Balai Kota untuk mengadukan masalahnya. Tidak hanya menjadi seorang pendengar, ia juga akan menolong mereka.
Kami teringat salah satu pengalaman kami ketika datang ke Balai Kota mengunjungi Pak Ahok. Saat itu tepat satu hari sebelum Ahok divonis dua tahun penjara. Dengan kata lain, perjumpaan kami saat itu adalah hari terakhir Ahok bekerja dan datang ke Balai Kota. Di sana kami melihat begitu banyak orang yang mengasihi beliau, termasuk beberapa staf keamanan. Satu orang bapak penjaga keamanan berkata “Bapak ini orang baik, bener baik. Makanya saya sedih lihat dia dituduh ini itu.” Kami bisa merasakan bahwa kalimat tersebut tulus keluar dari hatinya. Dari hal ini, kami tahu, bahwa langit tidak perlu menyatakan bahwa dirinya tinggi. Orang-orang akan mengetahuinya.
Kemurnian hati Ahok juga terlihat dari sikapnya atas kasus yang menjeratnya ke dalam penjara. Ia bisa dan hampir mengajukan banding, namun pada akhirnya ia belajar untuk menerima dan menaati hukum yang ada. Ketika berada di dalam penjara, ia banyak merenung dan beristirahat. Ia tidak lupa membaca kitab suci. Suatu hari, pada saat perayaan hari pernikahannya, beliau menulis surat untuk sang istri. Lalu ada satu kalimat yang sangat menyentuh saya, dia berkata demikian “love prospers when a fault is forgiven”. Ternyata kalimat ini adalah ayat alkitab di dalam Amsal 17:9. Sesungguhnya kalimat itu adalah bahasa terjemahan dari New Living Translation. Melalui hal ini, saya yakin dia banyak bergumul dengan Alkitab selama di penjara. Hatinya diubahkan, hatinya dimurnikan oleh Tuhan melalui pergumulan yang dihadapinya.
Pertanyaan saya, mengapa jaman sekarang ada orang seperti ini? Orang yang tidak mementingkan dirinya pada saat dia bisa mendapatkan untung yang besar, orang yang bisa melawan tetapi lebih memilih untuk menerima keputusan, orang yang berani berhadapan dengan mafia-mafia pemerintahan. Saya hanya mendapatkan satu jawaban. Karena orang ini, belajar untuk menghidupi Firman Tuhan di dalam hidupnya. Sekalipun ada banyak pergumulan, tantangan, cobaan, dia tetap bertahan, itu semua karena Firman Tuhan. Sekalipun ada banyak kenikmatan, kekuasaan, keindahan, dia tetap bertahan, itu semua karena Firman Tuhan.
Hari ini kalau kita melihat Pendeta atau Hamba Tuhan hidup benar dihadapan Tuhan, kita mungkin akan berkata “ah biasa karena memang itu pekerjaan sehari-harinya”. Tetapi jika kita melihat, orang biasa yang hidupnya sungguh-sungguh benar sekalipun banyak godaan, dan menjaga dirinya sesuai dengan Firman Tuhan, maka kita akan kagum luar biasa. Saya yakin, pak Ahok telah menjadi berkat bagi banyak orang. Saya pun berharap, saya sendiri dan kita semua yang membaca ini, dapat hidup benar dihadapan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang.
through him, we all learned that the righteous will live by faith.
0 notes
Text
Be Passionate
5 Oktober 2017 merupakan salah satu hari penting bagi saya, karena hari itu saya diwisuda. Saya resmi lulus dari Fakultas Psikologi Atma Jaya setelah 4 tahun berkuliah. Tentunya banyak suka dan duka yang saya alami selama berkuliah. Saya merasa senang dan bersyukur mendapatkan berbagai macam ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. Namun, seringkali saya juga merasa kelelahan. Kantong mata yang semakin hari semakin menghitam, muncul berbagai penyakit yang tidak jelas penyebabnya karena stres, revisi tugas yang tiada henti selalu mewarnai kehidupan perkuliahan saya kemarin. Dengan kata lain, kehidupan perkuliahan saya tidaklah mudah.
Ketika saya merefleksikan kembali 4 tahun ini, ada satu hal unik yang saya sadari. Hampir semua teman kuliah saya mengeluh dan mengatakan bahwa kuliah psikologi, khususnya di Atma Jaya sangat melelahkan dan membuat stres! Sangat jauh berbeda ketika duduk di bangku SMA. Tetapi anehnya, menurut saya, masa-masa SMA saya jauh lebih membuat saya tertekan. Lho kok bisa?
Saya menyadari satu hal yang menjadi penyebab dari ketidaknyamanan saya selama bersekolah, dan mungkin beberapa dari kita juga mengalami hal tersebut.
Saya merasa jurusan IPA tidak menggambarkan diri saya. Saya tidak suka mempelajari matematika, fisika, dan kimia dengan terlalu mendalam. Saya lebih tertarik mempelajari manusia dengan segala kekompleksannya. Sehingga, menghabiskan waktu selama 8 jam sehari selama 3 tahun untuk mempelajari hal yang tidak saya sukai sangatlah menyiksa saya.
Sederhananya seperti ini.
Saya tidak menyukai tahu. Jika saya harus memakan tahu selama beberapa hari berturut-turut pasti saya sangat tersiksa. Apakah artinya tahu adalah makanan yang tidak baik? Tidak. Hanya saja itu bukan sesuatu yang saya sukai.
Saya masih ingat betapa saya membenci sekolah saat itu. Saya yakin beberapa teman dekat saya pasti masih mengingat beberapa hal ini.
Saya pernah menangis berjam-jam dan memaksa mama saya untuk mengeluarkan saya dari sekolah karena saya merasa sangat tertekan
Hampir setiap minggu selama 4 bulan berturut-turut saya memiliki sariawan dalam jumlah yang banyak. Saya pun akhirnya memeriksakan kondisi ini ke dokter. Lalu dokter berkata bahwa penyebab itu semua ialah stres. Beliau pun menyarankan saya untuk tidak terlalu stres saat itu.
Berat badan saya terus menurun karena saya sering men-skip jam makan hanya untuk belajar, agar bisa terbebas dari remedial.
Jurusan psikologi memanglah jurusan yang saya inginkan sejak saya berumur sekitar 13 tahun. Saya memang sempat berpikir dan ingin beralih kepada jurusan lain, namun pada akhirnya saya memantapkan hati kepada jurusan ini. Pada akhirnya, saya bersyukur saya memilih jurusan yang tepat. Oleh karena itu, saya sangat menikmati masa-masa kuliah saya. Memang jauh dari kata mudah dan santai. Tetapi, setiap kali saya merasa kesulitan dan kelelahan, saya tahu mengapa saya berada di sini, dan mengapa saya harus berjuang. Tidak lain dan tidak bukan karena ini adalah pilihan yang berasal dari dalam hati saya, dan jurusan inilah yang akan mengantar saya kepada mimpi-mimpi saya kelak. Sehingga, setiap kali saya merasa stres dan lelah, saya berusaha menikmati itu semua.
Hal ini membuat saya memiliki satu insight dan kesimpulan.
Penting bagi kita semua untuk bisa mengenal diri, dan mengerjakan apa yang kita cintai. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan apa yang kita cintai. Sesulit dan seberat apapun masalah yang mungkin dihadapi, kita cenderung akan lebih termotivasi untuk berjuang dan menikmati setiap prosesnya. Mungkin inilah jawaban mengapa saya merasa lebih bahagia saat berkuliah, padahal tugas, beban, dan tanggung jawab yang saya miliki saat itu jauuuuuuuh lebih berat dibandingkan saat SMA dulu.
Saya yakin Tuhan sudah merencanakan tujuan hidup saya, dan Ia akan senang jika saya mengerjakannya dengan bersukacita. Begitupun dengan anda.
“no one works better than the one who works passionately.”
0 notes
Text
Mengatur yang Sulit Diatur
Hari itu saya diundang oleh salah seorang anak pemuda yang saya layani untuk membawakan renungan di sekolahnya. Persekutuannya diadakan di salah satu sekolah di Pancoran, Jakarta Selatan. Posisi saya sendiri berada di Tangerang. Saya tidak pernah pergi ke sekolah anak ini, tetapi anak ini mengatakan tidak terlalu sulit untuk pergi ke sekolahnya. Tinggal dari stasiun, naik kereta kurang lebih 20-30 menit, lalu ganti kereta sekali lagi kurang lebih 20-30 menit juga dan kemudian naik ojek sekitar 2 km. Terlihat sederhana bukan?
Persekutuan itu diadakan pukul 6 sore. Karena sudah diberitahu mengenai estimasi waktu yang diberikan, maka saya memutuskan untuk berangkat jam 4 dari kantor. Bermodalkan melihat jadwal kereta online, saya yakin saya bisa hadir tepat waktu di sana. Akhirnya saya pun berangkat jam 4 ditemani oleh salah seorang pemuda lain.
Tetapi apa yang terjadi, semua yang kami rancangkan buyar. Kondisi jalan tidak menolong kami, sehingga kami telat 1 menit untuk naik ke kereta yang akan kami tuju! Ketika kami sampai di stasiun, ternyata kereta juga datang. Kami berlari mengejar namun tak kunjung terkejar. Sehingga kami harus menunggu kira-kira 10 menit lagi untuk kereta selanjutnya. Hal ini membuat buyar semuanya. Akhirnya kami naik kereta selanjutnya dan berhenti di stasiun akhir. Kami pun harus berganti kereta. Syukurnya begitu kami turun, kereta penggantinya juga langsung datang dan kami langsung segera naik. Begitu melihat jadwal online, ternyata kereta akan sampai pukul 17.50! Sangat mepet dengan waktu persekutuan dimulai.
Bermodalkan positif thinking, saya yakin kami bisa tepat waktu sampai ke sekolahnya, karena dari stasiun diberitahu hanya sekitar 2 km. Begitu sampai di stasiun, kami langsung lari dan memesan ojek online. Akhirnya saya dan anak pemuda itu dapet ojek tersebut. Namun apa yang dapat dikata? Jalanan macet total. Ya, macet total. Ya… macet total…
Rekan pemuda saya dapat ojek yang tahu daerah situ, sehingga dia melewati jalanan perumahan, bukan jalan raya yang besar, sehingga dia sampai duluan. Sedangkan saya? Saya terjebak di jalanan yang macet total. Tak bergerak. Padahal saya naik motor. Klakson mulai dibunyikan, orang mulai teriak-teriak. Saya pun berteriak, tetapi di dalam hati. Akhirnya saya pun dapat melewati macet itu, dan sampailah kami di sekolah itu pukul 18.20. Hal yang sungguh memalukan bagi saya, karena seorang pembicara telat dan dapat membuyarkan sistem di sekolah itu. Hal yang membuat saya terlebih malu adalah, tema yang diberikan kepada saya untuk persekutuan itu adalah MANAJEMEN WAKTU.
Malu, saya malu pada diri saya sendiri dan yang lain. Saya sangat tidak suka untuk telat, apalagi ketika saya diundang untuk jadi pembicara. Terlebih lagi, bagaimana saya dapat membahas manajemen waktu pada malam itu, jika saya sendiri tidak dapat menjadi teladan dalam mengatur waktu saya sendiri? Ternyata perkiraan saya tidak tepat. Ternyata 2 jam tak cukup untuk pergi dari Tangerang ke Jakarta. Ternyata saya tidak dapat memanage waktu itu dengan baik.
Dalam khotbah saya, saya meminta maaf karena saya telat dan membuat mereka menunggu. Terlebih lagi saya meminta maaf karena saya tidak dapat menjadi teladan, pada saat itu, dalam mengkhotbahkan khotbah saya. Memang mengatur waktu adalah sesuatu hal yang sulit. Waktu terus berjalan, dan banyak hal di sekitar yang mencoba untuk mengganggu kita dalam mengaturnya. Untuk itulah Paulus memberikan nasehat kepada jemaatnya untuk mengatur waktu yang ada.
“karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef 5:15-16). Paulus mengingatkan jemaat untuk bijaksana dalam mengatur waktu yang ada, karena hari-hari ini jahat. Waktu tak dapat diulang kembali, dan jika dengan tidak bijak kita menjalankannya, mungkin penyesalan jawabannya. Hari itu saya merenungkan dan membagikan, untuk kita semua dapat mengatur waktu yang ada dengan baik, tahu apa yang menjadi prioritas kita.
Ada urusan yang penting dan mendesak. Ada juga urusan yang penting tapi tidak mendesak. Ada urusan yang tidak penting tetapi mendesak. Dan juga ada urusan yang tidak penting dan tidak mendesak.
Kita harus punya hikmat dan bijaksana dalam mengatur itu semua, karena waktu tak akan pernah bisa terulang kembali. Waktu adalah anugerah yang Tuhan beri kepada kita dan harus kita pertanggungjawabkan dihadapanNya dengan baik.
Hari itu saya pulang dengan merenungkan satu hal. Jika saya malu terhadap banyak orang karena saya telat datang ke persekutuan itu, apalagi saat Tuhan berada di depan saya dan melihat saya tak dapat me-manage seluruh hidup saya dengan baik? Seharusnya saya lebih malu… Ya… seharusnya saya lebih malu dihadapan Tuhan daripada di hadapan manusia.
0 notes
Text
WAR!!!
Beberapa waktu belakangan ini, dunia dihebohkan dengan berita bahwa Amerika Serikat menyatakan perang kepada Korea Utara. Hal ini dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Korea Utara, yang menuding bahwa Presiden Amerika Serikat telah menyatakan perang kepada Korea Utara. Hal ini membuat dunia gempar, akan kah ini menjadi Perang Dunia III? Menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Korea Utara, Sekretaris Pers Gedung Putih menyampaikan bahwa Amerika Serikat tidak mendeklarasikan perang dengan Korea Utara.
Kondisi dunia belakangan ini tidak stabil. Perang terus berlanjut dalam beberapa tahun belakangan. Bahkan ada isu sudah ada bom nuklir yang dipersiapkan oleh beberapa negara. Jika terus menerus seperti ini, maka tidak menutup kemungkinan, perang dunia III dapat terjadi. Dunia ini akan menjadi tempat yang mengerikan.
Tunggu dulu, apakah sesungguhnya perang diijinkan menurut prinsip kitab suci?
Tak dapat dipungkiri bahwa di dalam Alkitab pun terjadi begitu banyak peperangan. Sudah berjuta-juta orang yang mati, menjadi korban dalam peperangan di Alkitab. Kitab Yosua pun terkenal sebagai kitab yang sadis karena penuh dengan pembantaian! Anehnya, pembantaian itu dilakukan oleh umat Israel yang telah menerima Taurat dari Tuhan, yang salah satunya berbunyi “jangan membunuh”. Bahkan yang menyuruh mereka membantai orang lain, tak lain tak bukan adalah pemberi hukum itu, yaitu Allah sendiri. Bagaimana Alkitab menjelaskan hal ini? Apakah orang Kristen boleh berperang?
Dalam menjawab pertanyaan ini perlu berhati-hati, karena jika tidak dapat menimbulkan kesalahpahaman. Para Bapak Gereja dalam menggumulkan hal ini, merumuskan “perang yang dibenarkan”, yaitu perang untuk menghukum kesalahan atau kejahatan, yang bertujuan untuk memulihkan keadaan yang rusak akibat kejahatan itu. Jadi kalau kita mau menengok ke dalam kisah pembantaian yang terjadi di kitab Yosua secara khusus, kita dapat melihat bahwa Tuhan menyuruh mereka membantai orang Kanaan, semata-mata karena memang mereka telah berlaku jahat di mata Tuhan (Ulangan 9:4). Orang Israel menjadi alat Tuhan untuk melaksanakan penghakiman Tuhan bagi bangsa Kanaan waktu itu. Pembalasan adalah Hak-Ku (Roma 12:19). Pembalasan adalah HakNya Tuhan. Hari ini lembaga yang dipakai Tuhan untuk melaksanakan pembalasan adalah melalui pemerintah (Roma 12:19-13:5). Namun dalam mencermati hal ini, para pemerintah pun harus memohon hikmat kepada Tuhan dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil Allah di dalam dunia ini. Karena pembalasan yang dilakukan Allah adalah satu hal, tetapi pembalasan oleh manusia yang berdosa adalah hal yang berbeda sama sekali. Hukum harus ditegakkan sesuai dengan kebenaran Firman Allah.
Namun apakah segala sesuatu harus dibalas dengan prinsip pembantaian? Tidak. Tuhan tidak pernah melarang perang, tetapi Tuhan menginginkan kita hidup damai satu dengan yang lain (Roma 12:18). Tuhan ingin kita membalas kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21). Tuhan ingin kita semua menjadi pembawa damai dimanapun kita berada. Tuhan berkata berbahagialah orang yang membawa damai, karena dia akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9).
Hari ini, jika dunia sedang sibuk menyerang dan menghancurkan satu dengan yang lain, tidak ada kedamaian di dunia ini. Bahkan mungkin di negara kita pun seringkali terjadi “perang”, bisa perang mulut, perang argumen, dan perang yang lain yang berusaha menghancurkan negara kita. Hal ini membuat orang tidak hidup dalam kedamaian. Hari ini, negara kita bahkan dunia, membutuhkan duta-dua kedamaian. Marilah kita membawa damai di tengah dunia yang kacau ini, sehingga mereka tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Peace is not absence of conflict, it is the ability to handle conflict by peaceful means.
0 notes
Text
I forgive
“Dia menyakiti saya, mengapa saya harus memaafkannya?”
Kalimat ini sering sekali muncul ketika saya merasa dikecewakan. Saya sulit memberikan pengampunan pada mereka yang telah menyakiti saya. Keyakinan ini menjadi semakin kuat ketika 4 tahun lalu saya membaca tulisan “Be kind enough to forgive, but be smart enough not to forget”.
Selama bertahun-tahun, kalimat tersebut menjadi prinsip hidup saya. Hal ini membuat saya dapat bersikap seolah sudah memaafkan, padahal masih terus mengingat dan menyimpan kesalahan orang lain. Tanpa saya sadari, lama-kelamaan saya pun menjadi seorang pendendam.
Sudah cukup lama Tuhan berbicara kepada saya untuk menulis hal ini. Namun, saya mengelaknya dan mengatakan “ah Tuhan, saya masih belum berhasil mengampuni semua orang yang menyakiti saya”. Tapi ternyata Tuhan tidak berhenti berbicara. Beberapa hari lalu, Ia kembali mengingatkan untuk membagikan hal ini. Saya pun merasa ragu dan bertanya dalam hati, “Tuhan yakin? Saya masih berusaha dan belajar”. Kemudian, ketika ibadah hari Minggu kemarin, salah satu lagu yang dinyanyikan berkata “Kau Allah yang tiada mengingat lagi, segala kesalahanku yang telah Engkau ampuni”. Saya rasa Tuhan kembali mengingatkan saya.
Saya dapat memendam rasa benci kepada orang lain dalam berbagai kurun waktu. Ada yang saya pendam selama beberapa bulan, 1 tahun, bahkan 9 tahun lamanya. Dahulu ketika Tuhan ingin saya memberikan pengampunan, saya tidak bisa. Jika saya memaafkan orang-orang yang menyakiti saya, maka mereka tidak akan pernah tahu seberapa jahat perbuatan yang dilakukan. Itulah yang saya pikirkan.
Hingga pada beberapa bulan lalu, saya menghadiri sebuah konfrensi khusus wanita. Narasumber utama pada acara ini ialah seorang ibu berusia sekitar 50 tahun yang menceritakan bagaimana ia dapat mengampuni suaminya. Pada saat sesi tanya jawab, salah satu peserta mengangkat tangan dan bertanya “Bu, mengapa ibu bisa memaafkan suami ibu padahal ia sudah jahat sekali selama 25 tahun pernikahan ibu?”.
Sang narasumber pun menjawab,
“Hutang saya pernah dilunaskan begitu saja oleh seorang sahabat. Namun, ketika seorang tetangga tidak bisa membayar hutang yang ia miliki kepadaku, saya marah, saya memakinya, saya mengancamnya, dan memaksanya untuk membayar hutang tersebut. Apa yang kalian pikirkan pada saya? Jahat? Tidak tahu diri? Tidak tahu berterimakasih? Kejam?. Itulah diri saya ketika tidak bisa memaafkan suami saya.”
Cerita itu menegur saya dengan keras. Ketika saya disakiti, dikecewakan, diperlakukan tidak adil, saya adalah orang yang tidak tahu berterimakasih karena Bapa telah terlebih dahulu mengampuni saya. Saya adalah orang yang lebih jahat, bukan lah mereka yang menyakiti saya.
Ada dua alasan yang menyadarkan dan mengubahkan saya, sehingga pada akhirnya saya bisa belajar mengampuni.
Sesederhana, saya telah diampuni. Setiap hari pasti ada saja perbuatan dosa yang saya lakukan baik secara sengaja ataupun tidak. Dalam hal ini, Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi saya. KematianNya di kayu salib merupakan bukti yang sangat jelas bagaimana dosa saya telah terlebih dulu diampuni. Saya akan menjadi orang yang sangat tidak tahu diri dan tidak berterimakasih jika saya tidak bisa mengampuni sesama.
Saya tidak ingin tersiksa. Saya menyadari ketika saya tidak bisa mengampuni, saya lah orang yang paling menderita. Mengapa? Karena saya membawa beban (kepahitan) selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bertahun-tahun. Mungkin orang yang menyakiti saya sudah lupa dan hidup bahagia, lantas mengapa saya masih rela terkurung oleh kepahitan itu? The only way to be set free is by letting go the bitterness that haunt us.
Sampai saat ini, saya masih belajar mengampuni. Dan saya berharap, melalui tulisan sederhana ini, kita semua juga dapat belajar :)
Last but not the least, by forgiving, we heal ourselves.
0 notes
Text
HOAX!
Hari-hari ini Indonesia sedang digoncangkan oleh sebuah kelompok yang menamakan diri mereka Saracen. Kelompok Saracen ini adalah sindikat penyedia jasa konten kebencian. Mereka menggunakan lebih dari 2000 akun media untuk menyebarkan konten kebencian berbau SARA.
Tujuan mereka menyebarkan konten tersebut semata-mata karena alasan ekonomi. Media-media yang mereka miliki, seperti Facebook maupun situs, akan memposting berita atau konten yang tidak sesuai dengan kebenarannya, dan ternyata hal itu bisa ditentukan oleh pesanan tertentu. Kelompok Saracen menetapkan tarif puluhan juta dalam proposal mereka yang ditawarkan ke sejumlah pihak. Sekitar 72 juta per paket!!! Angka tersebut meliputi biaya pembuatan situs sebesar Rp 15 juta dan Rp 45 juta per bulan untuk membayar 15 buzzer. Ada pula anggaran tersendiri untuk Jasriadi selaku ketua sebesar Rp 10 juta. Selebihnya, biaya untuk membayar orang-orang yang disebut wartawan. Para wartawan itu nantinya akan menulis artikel pesanan yang isinya juga diarahkan oleh pemesan.
Hoax merupakan berita bohong yang tidak sesuai kebenaran, yang disebarkan kepada orang lain. Kelompok Saracen yang melakukan penyebaran hoax mempunyai 3 pola.
Infomasi yang disebarkan memanfaatkan hal-hal yang bisa memancing opini sehingga mudah mendapatkan perhatian masyarakat.
Hoax umumnya memakai referensi pada orang yang dikenal publik. Selain itu informasi yang diberikan dipelintir atau dipotong sesuai keinginan
Penyebar hoax bergerak dengan menyebarluaskan informasi melalui berbagai media sosial.
Kelompok Saracen terinspirasi oleh pendapat Jozef Goebbels, menteri propaganda pada masa Adolf Hitler yang pernah berkata “kebohongan yang diulang berkali-kali akan menjadi kebenaran dan dipercaya masyarakat.” Ternyata perlu disadari, ada begitu banyak hoax yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat, bahkan di kehidupan orang percaya.
Lalu bagaimana kekristenan memandang hoax?
Ternyata di dalam Alkitab juga banyak hoax yang terjadi. Hoax pertama yang terjadi di dunia ini dilakukan oleh si ular. Ular berkata kepada Hawa “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Kemudian Hawa berkata bahwa itu salah, hanya satu pohon yang tidak boleh dimakan dan jika dimakan maka akan mati. Tetapi ular berkata “sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang ang baik dan yang jahat.” Itulah hoax pertama dalam dunia ini dan selanjutnya kita tahu apa yang terjadi. Dosa masuk ke dalam dunia.
Salah satu hoax terbesar lain yang ada di kitab suci, terjadi di Perjanjian Baru. Hoax ini dilakukan oleh Mahkamah Agama, para pemimpin dan imam-imam kepala waktu itu. Para penjaga datang dari kubur Yesus dan menceritakan bahwa Yesus sudah bangkit. Tetapi para pemimpin agama waktu itu memutuskan demikian, “kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur.” Hoax ini tersebar di seluruh orang Yahudi dan itulah yang mereka percayai, bahwa Yesus tidak bangkit melainkan tubuhnya dicuri. Hoax ini, merusak banyak orang.
Hoax tidak hanya terjadi pada masa ini, tetapi dari dulu bahkan di dalam kitab suci sudah terdapat banyak hoax. Perlu menjadi perhatian kita bersama bahwa dampak dari Hoax ini sangat memberatkan dan menghancurkan banyak orang!
Lalu bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap? Setidaknya ada 3 sikap orang Kristen:
Kenalilah Kebenaran. Ada begitu banyak berita di dunia ini, tetapi sebelum menelan berita tersebut, cari tahu terlebih dahulu dan mengenali kebenaran tersebut. Carilah fakta-fakta yang akurat, yang dapat dihitung sebagai kebenaran. Secara khusus dalam kehidupan ini, kebenaran sejati hanya di dapat di dalam Yesus dan FirmanNya. Penting bagi kita untuk mencari, menggali dan mengenali kebenaran itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Berbicaralah Kebenaran. Bukan hanya mengenal kebenaran, tetapi kita pun harus menjadi agen kebenaran. Artinya dalam berbicara atau menyebarkan sesuatu, kita harus melakukannya dalam konteks kebenaran. Hanya kebenaran yang disampaikan, di luar daripada itu harus disingkirkan. Ini agar semakin banyak orang yang mengenal kebenaran.
Hiduplah dalam Kebenaran. Kita pun tidak hanya tahu kebenaran, membicarakan kebenaran, tetapi terlebih penting adalah menghidupi kebenaran itu. Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Yesus ingin kita hidup di dalam FirmanNya yang adalah kebenaran. Jika kita hidup dalam kebenaran, maka kita akan menjadi orang-orang yang merdeka. Merdeka dari dosa, merdeka dari masalah dan merdeka dari kesengsaraan.
Jozef Goebbels, berkata “Kebohongan yang diulang berkali-kali akan menjadi kebenaran dan dipercaya masyarakat”. TIDAK, kebohongan tetaplah kebohongan dan tidak akan pernah menjadi kebenaran. Kenalilah, bicaralah dan hiduplah dalam kebenaran.
0 notes
Text
Tangan Tuhan di Riau
Tanggal 1-3 September 2017, saya bersama dengan 3 anak pemuda serta 1 pendamping, pergi ke Riau untuk melayani di Youth Camp POUK Sambu Group. Memang gereja kami dan POUK di Riau sudah sering melakukan kerjasama sehingga setiap tahunnya pasti ada yang pergi ke sana. Tahun ini karena ada Youth Camp, maka saya sebagai seorang Pembina Pemuda, diundang untuk menjadi pembicara di Youth Camp ini. Dalam kesempatan ini, seharusnya saya pergi dengan seorang pembicara lain, tetapi 2 minggu sebelum acara dimulai, beliau berhalangan dan membatalkan pergi ke Riau. Dengan waktu yang amat singkat, saya mengundang beberapa pemuda untuk menolong saya mempersiapkan Youth Camp. Akhirnya 3 anak pemuda ini bersedia dan mereka mempersiapkan pujian serta pengantar sesi.
Ini adalah Youth Camp pertama bagi POUK yang ada di Riau. Youth Camp dihadiri oleh 110 orang dari beberapa gereja POUK yang ada di Riau. Youth Camp diadakan di Pulau Burung KM 09, Riau. Tema Youth Camp ini adalah “Aku Bangga Jadi Pemuda Kristen”. Dalam memahami tema besar yang ada, camp dibagi dalam 4 sesi yaitu Misi Allah dalam hidupku, Tanggung Jawab Pemuda Kristen, Mengapa Allah memilihku?, dan yang terakhir Aku Bangga menjadi Pemuda Kristen.
Ada beberapa karya Tuhan melalui Youth Camp ini. Pertama berkenaan dengan cuaca. Beberapa hari sebelum Youth Camp ini diadakan, seringkali hujan deras. Bahkan, hujan masih turun ketika sehari sebelum Youth Camp berlangsung. Panitia memohon Tuhan berkarya agar tidak turun hujan karena akan menghambat Youth Camp. Mengapa? Salah satunya karena peserta akan tidur di tenda selama camp berlangsung. Kedua, ada kegiatan outbond yang dilaksanakan pada hari kedua. Maka, jika turun hujan selama 3 hari ini akan sangat menyulitkan panitia dan peserta. Puji Tuhan, selama 3 hari Youth Camp berlangsung, Tuhan memberikan hari yang cerah. Setelah Youth Camp selesai, setelah panitia selesai bongkar tenda, setelah semuanya beres, turunlah hujan dari sore sampai keesokan paginya. Youth Camp ini dapat berjalan dengan baik, semua karna karya Tuhan.
Tidak sampai di situ, ada suatu peristiwa unik yang membekas di benak dan hati saya. Hal kedua tentang hati seorang anak muda.
Pada saat sesi 3 dengan tema “Mengapa Allah Memilihku?”, ada seorang peserta mengangkat tangan dan bertanya “dahulu sebelum saya kesini, kerohanian saya baik karena saya memiliki komunitas yang baik, tetapi ketika sampai disini, kerohanian saya tdk baik, karena pergaulan pekerjaan dan juga komunitas yang tdk membangun. Saya tidak mengerti mengapa Tuhan menempatkan saya disini. Bagaimana pendapat bapak?”.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya merenung dan menyadari bahwa anak ini sedang berusaha mencari Tuhan dan ada lubang yang besar dalam hatinya. Kemudian saya menjawab “Saya pikir bukan suatu kebetulan jika anda berada di kondisi dan tempat seperti sekarang ini. Saya pikir Tuhan ingin memakai anda untuk menjadi berkat di tengah pekerjaan dan juga gereja yang tidak baik itu. Saya memiliki prinsip dari dosen saya “jangan mengharapkan taman bunga, tapi ciptakanlah taman bunga”. Jangan pernah mengharapkan komunitas yang baik, tapi ciptakanlah komunitas yang baik. Jadi nona, kuatkanlah hatimu dan bersandarlah pada Tuhan, Dia ingin memakai engkau.”
Saya melihat air mata menetes dari matanya. Keesokan harinya saya sempat berbincang dengan dia. Ternyata dia menangkap pesan saya, dan dia berkomitmen untuk kembali kepada Tuhan dan menjadi agen Tuhan. Saya bersyukur kepada Allah.
Hal ketiga terjadi pada saat sesi keempat, mengenai panggilan pelayanan. Sesi ini berbicara tentang “Aku Bangga Jadi Pemuda Kristen”. Sesi ini mencoba mencari tahu apa yang selama ini anak muda banggakan? Apakah harta? Tahta? Wanita? Atau dosa-dosa yg selama ini dilakukannya? Jawabannya seharusnya tidaklah demikian. Anak muda harus berbangga karena hidup kita telah diselamatkan oleh Tuhan. Roma 6:23 mengingatkan bahwa upah dosa adalah maut. Kita semua sedang menuju kematian yg kekal! Tetapi Roma 6:23 juga menyatakan adalah anugerah hidup yg kekal terdapat di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Anak muda harus berbangga bahwa Kritus telah menyelamatkan kita umat berdosa. Malam itu saya tantang mereka untuk terima Tuhan dan hidup benar dihadapanNya. Puji Tuhan sekitar 75% anak muda yg terima Tuhan, dan berkomitmen untuk hidup benar di hadapanNya. Kemudian saya menantang kembali, siapakah yg mau menjadi agen Tuhan, menjadi hamba Tuhan penuh waktu, membawa jiwa-jiwa bagi Tuhan, belajar Alkitab di sekolah teologi dan pulang melayani ke Riau? Malam itu, lebih dari 10 orang mengangkat tangan dan menyerahkan hidupnya untuk menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Siap sedia untuk menjadi alat Tuhan dimanapun, secara khusus di Riau. Menurut kesaksian hamba Tuhan setempat, hal ini luar biasa, karena 5-6 tahun terakhir, tidak ada yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Saya pikir Tuhan sedang melawat umatNya dan siap mengguncang Riau dengan anak-anak muda ini. Puji nama Tuhan.
Sepulang dari Riau saya mencoba merenungkan apa yang terjadi di sana. Semua terjadi karena pimpinan Tuhan. Kami juga terus berdoa agar Youth Camp ini menjadi awal bagi kebangkitan anak muda di Riau bagi kemuliaan nama Tuhan. Mari kita terus dukung dalam doa bagi POUK di Riau. Kiranya nama Tuhan terus dipuji dan ditinggikan. Amin.
0 notes
Text
Is Freedom really Free?
“17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita!” Ya, bulan ini tepatnya tanggal 17 Agustus kita merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Sudah 72 tahun bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan. Pada saat itu, Soekarno dan Hatta dengan lantang dan gagah berani menyatakan bahwa Indonesia merdeka dan siap melawan para penjajah yang hendak masuk ke Indonesia.
Sudah 72 tahun bangsa Indonesia merdeka, tetapi apakah itu berarti bahwa kita sungguh-sungguh merdeka? Ah, banyak orang seringkali berkata kita belum sungguh-sungguh merdeka. Belum merdeka dari kemiskinan, belum merdeka dari ketakutan, belum merdeka dari kebodohan, dan hal-hal lain yang masih terus menghimpit. Tetapi sesungguhnya ada satu hal yang menandakan kalau kita belum benar-benar merdeka, yaitu karena kita masih terus hidup di bawah penjajahan dosa.
Dosa telah masuk ke dalam dunia dan menguasai hidup manusia. Hal ini terlihat ketika kita sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk terus berbuat dosa. Tidak pernah diajarkan berbohong, tetapi kita pernah berbohong. Tidak pernah diajarkan mencuri, tetapi kita pernah mencuri. Kita terus menerus melakukan dosa sehingga terkadang secara tidak disadari kita terlena dan nyaman dengan kondisi ini. Ketika sudah terbiasa untuk menikmati dosa, maka kebiasaan buruk pun dapat muncul. Misalnya, ketika kita menikmati menonton “blue film”, maka lama kelamaan pikiran dan hati kita dikuasai oleh pornografi dan hawa nafsu duniawi. Faktanya, dosa yang hampir setiap hari kita lakukan ini akan membawa kepada kehancuran, karena upah dosa sendiri adalah maut.
Jika memang dosa tidak bisa dihilangkan sepenuhnya dari dunia ini, lalu bagaimana kita sebagai orang Kristen dapat bebas dari penjajahan dosa? Bagaimana penjajahan akan dosa dapat dilepaskan? Sehingga kita bisa memiliki kemerdekaan yang sejati?
Ada orang berpikir bahwa penjajahan atas dosa dapat dilepaskan dengan berbuat baik. Saat terus-menerus berbuat baik dosa semakin lama akan hilang. Apakah bisa? Ah siapa bilang perbuatan baik yang dilakukan manusia itu dapat dikatakan baik? Standard apa yang dapat menentukan perbuatan manusia ini baik atau tidak baik? Ternyata kita tidak bisa menggunakan standard yang dibuat oleh manusia, karena manusia sendiri sudah tercela dosa. Sehingga kita memerlukan adanya standard dari Tuhan, karena Tuhan sendiri tidak bercacat cela. Tidak lain dan tidak bukan standard Tuhan ialah firmanNya. Selain itu, ketika kita belum hidup berkenan di hadapan Allah, maka perbuatan baik apapun tidak akan menyelamatkan.
Ada orang lain berpikir bahwa penjajahan atas dosa dapat dilepaskan dengan pergi mengembara dan berdiam diri dalam satu tempat dan mencari kesempurnaan. Bagaimana hal itu dapat melepaskan kita dari penjajahan dosa? Apakah dengan bersemedi dosa dapat hilang? Ah tentu tidak.
Lalu, bagaimana cara terbaik untuk melepaskan dari penjajahan dosa? Tidak bisa tidak, yang melepaskan harus orang lain yang memang tidak berdosa. Tidak ada manusia yang tidak berdosa di dunia ini yang dapat melepaskan manusia dari penjajahan dosa. Allah tahu bahwa tidak ada manusia yang bisa, maka dari itu Allah turun sendiri dari tahtaNya untuk menjadi manusia menyelamatkan manusia. Ya, Yesus Kristus, Dialah pribadi yang dapat menyelamatkan kita dari penjajahan dosa. “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Maukah engkau dibebaskan dari penjajahan dosa?
Percayalah dan terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, maka Dia akan menganugerahkan kemerdekaan yang sejati kepadamu. Ia adalah sosok satu-satunya yang tidak bercacat cela.
Belajar hidup menurut firman dan kehendakNya, karena hal ini yang membawamu jauh dari perbuatan dosa. Memang tidak mudah karena manusia sendiri sudah memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Tetapi, kita mau berserah dan berusaha maka Allah sendiri yang akan memberi kekuatan dan akan memampukan.
Jangan putus asa. Dalam perjalananmu untuk bisa terbebas dari dosa, hampir bisa dipastikan akan mengalami jatuh bangun. Pada kesempatan ini, mungkin sekali iblis akan memakainya untuk mengintimidasi bahwa kamu memanglah orang berdosa. Ketika berada pada situasi-situasi ini, teruslah andalkan Tuhan dan meminta pertolonganNya.
Setiap orang yang telah terbebas dari penjajahan dosa, hidupnya perlu mengalami adanya perubahan. Kalau sebelumnya bersahabat dengan dosa, maka sekarang bermusuhan dengan dosa. Artinya, kita tidak membiarkan dosa menguasai dan menjadi tuan atas hidup kita.
Perlu kita ingat bersama kembali apa yang sebenarnya dimaksud dengan bebas dan merdeka. Bebas dan merdeka dari dosa bukan berarti bahwa kita bebas melakukan apapun. Melainkan, hidup bebas di bawah Firman Tuhan yang sebagai penuntun kehidupannya. Seperti sebuah kalimat paradoks (seolah-olah bertentangan) yang tertulis, “Orang Kristen yang merdeka adalah orang yang hidup menurut Firman Tuhan”.
Marilah mengisi kemerdekaan dengan hidup sebagai orang yang merdeka. Merdeka!
0 notes
Text
Kebakaran!
Beberapa waktu ini terjadi suatu kebakaran yang menghebohkan Indonesia. Kebakaran itu bukan kebakaran gedung, ataupun kebakaran hutan, melainkan kebakaran manusia. Kira-kira apa yang dimaksud dengan kebakaran manusia ya?
Beberapa waktu lalu ada seorang dengan inisial MA dibakar hidup-hidup oleh sejumlah massa karena dituduh mencuri sebuah amplifier dari sebuah tempat ibadah. Warga yang marah langsung menghajar korban dan tidak segan-segan untuk membakarnya, sekalipun di depan mereka ada tokoh agama dari tempat ibadah tersebut. Tanpa ada kompromi apapun, akhirnya MA mati karena dibakar hidup-hidup.
Emosi adalah suatu kondisi dalam diri manusia yang bisa memunculkan adanya perubahan tubuh, aktivitas otak, dan perasaan sehingga bisa menghasilkan suatu tindakan tertentu. Nah, marah ini merupakan salah satu bentuk emosi dasar yang dimiliki manusia, sama halnya seperti senang, sedih, dan takut.
Lantas mengapa terkadang lingkungan memberikan cap yang negatif ketika seseorang marah, namun jarang sekali memberikan pandangan negatif ketika seseorang merasa senang ya? Apakah berarti kita tidak boleh marah karena merupakan suatu hal yang jelek?
Ternyata, tidak demikian! :)
Ketika orang marah, maka hal ini sama saja ketika ia merasa senang, sedih, takut, dan sebagainya. Seperti telah ditulis sebelumnya, senang, sedih, takut, atau bahkan marah ini merupakan bentuk-bentuk dari emosi dasar yang bisa dimiliki manusia.
Jika ada pandangan-pandangan tertentu pada emosi yang kita miliki, hal ini terjadi karena berkaitan dengan cara kita mengekspresikannya. Ada dampak yang bisa dihasilkan dari emosi yang kita miliki. Baik itu dampak positif atau dampak negatif, hal ini bergantung pada bagaimana kita bisa mengatur dan mengekspresikan emosi kita.
Bolehkah orang kristen marah? Apa sesungguhnya yang kitab suci katakan tentang kemarahan?
Kitab Suci berkata “apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu”. Hal ini tidak menunjukkan bahwa marah adalah sebuah dosa. Sekali lagi, marah adalah hal yang wajar karena itu adalah salah satu emosi yang dimiliki manusia. Kitab Suci menyatakan hal tersebut untuk menunjukkan bahwa ada kemungkinan ketika seseorang marah, maka ia akan berbuat dosa. Mengapa demikian? Ya memang itulah kecenderungan manusia. Ketika ada hal-hal yang membuat kita kesal, kita ingin kembali mengekspresikannya dengan kekesalan sehingga tidak jarang dapat menyakiti atau merugikan orang lain.
Selain itu, kecenderungan manusia ketika marah adalah menyimpan semua kemarahan dan menjadikannya sebagai suatu dendam. Kita menyimpan amarah sehingga dapat menjadi suatu kepahitan dan merusak hubungan dengan orang lain secara berlarut-larut. Dendam menghalangi kasih yang merupakan perintah utama Allah untuk dinyatakan dalam suatu hubungan. Maka dari itu Kitab Suci menyatakan “janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu”. Kitab Suci tidak ingin kita menyimpan amarah begitu lama yang dapat merusak diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain.
Yesus pun pernah marah di dalam kehidupanNya ketika Yesus sedang membersihkan bait Allah. Tetapi kita tahu bahwa kemarahan Yesus tidak berdosa. Mengapa bisa? Kemarahan seperti apa yang tidak berdosa? Yuk kita belajar dari Yesus.
Kemarahan yang didasari dengan alasan dan arah yang tepat. Kemarahan Yesus semata-mata terjadi bukan karena keegoisan diriNya. Yesus marah karena alasan yang tepat, yaitu karena perilaku dari orang-orang di Bait Allah yang sudah menentang Kitab Suci. Yesus pun marah bukan karena kelemahan orang lain, tetapi marah karena adanya dosa dan ketidakadilan yang dilihatNya saat itu.
Kemarahan Yesus didasari karena kasih dan kepedulian. Yesus peduli dengan orang banyak secara khusus dalam spiritualitas mereka, agar mereka memahami dan kembali ke jalan yang benar. Yesus marah bukan karena unsur kebencian dan sakit hati.
Yesus dapat mengendalikan kemarahanNya. Ketika marah, Yesus hanya membersihkan bait Allah dan tidak melakukan sesuatu lain yang menghancurkan orang-orang di bait Allah seperti mencaci mereka. Yesus pun tidak berlarut-larut dalam kemarahanNya, serta tidak menyimpan dendam di hatinya.
Dengan demikian, kita sekarang tahu bahwa bukan marah yang salah, namun, lebih kepada bagaimana cara kita mengelola dan mengeksperesikan amarah yang bisa menjadi hal yang kurang tepat.
Memang seringkali dunia yang tidak ideal ini dapat dengan mudah membuat kita marah. Kemarahan pun memiliki peluang yang sangat besar untuk menghancurkan. Tetapi ingat, sebagai umat Allah kita bisa terus belajar untuk mengendalikan dan fokus dalam emosi kita. Firman Tuhan berkata “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah, sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah”. Marilah kita belajar untuk lambat marah dan sekalipun sampai membuat marah, biarlah marah kita itu fokus dan dapat dikendalikan.
Be ye Angry, and Sin Not.
0 notes
Text
Jeruk makan Jeruk?
Jeruk makan jeruk? Itulah jargon yang sering kita dengar dari salah satu iklan minuman. Iklan minuman itu dibintangi oleh artis cilik yang telah beranjak dewasa, Joshua Suherman. Iklan tersebut menceritakan tentang minuman jeruk yang ingin diminum oleh salah satu karakter di iklan tersebut, yaitu sebuah jeruk. Kemudian Joshua selalu menggagalkan niat sang jeruk untuk minum minuman jeruk, dengan berkata, “jeruk kok makan jeruk?”.
Istilah jeruk makan jeruk bukanlah suatu hal yang asing didengar oleh telinga kita. Mungkin juga istilah ini sudah sering menjadi bahan bercanda di lingkungan. Lalu sebenarnya apa makna jeruk makan jeruk? Banyak orang yang mengartikan istilah tersebut. Salah satunya menafsirkan istilah jeruk makan jeruk dengan homoseksual.
Ya, kita sudah sering mendengar homoseksual. Sering kita melihat dalam beberapa waktu ini, berita tentang hal tersebut. Mulai dari digrebeknya suatu tempat fitnes di Kelapa Gading yang sedang melakukan pesta seks yang dihadiri 141 laki-laki, kemudian dicatutnya nama universitas terkenal di Malang dalam sebuah grup persatuan gay, dan masih banyak lagi kasus yang lain. Memang di beberapa negara maju seperti Amerika, Spanyol dan Belanda telah melegalkan perkawinan sejenis. Tetapi di Indonesia, perkawinan sejenis masih illegal.
Jika Amerika, Spanyol dan Belanda yang merupakan negara dengan mayoritas Kristen menyetujui perkawinan sejenis, lantas apa sesungguhnya yang dikatakan Kitab Suci?
Alkitab pada awalnya menyatakan bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan (Kej 1:28). Ikatan laki-laki dan perempuan ini merupakan ikatan hubungan yang ideal di hadapan Tuhan karena Tuhan memberkati mereka dalam suatu ikatan perkawinan (Kej 2:24-25). Tetapi perlu disadari, kondisi yang ideal itu dirusak oleh dosa. Dosa telah masuk dan merusak dunia ini salah satunya seksualitas. Dampak dosa bagi seksualitas yaitu kesulitan melahirkan, poligami dan salah satunya adalah homoseksualitas.
Tak bisa dipungkiri bahwa homoseksualitas telah ada pada zaman Alkitab dan ternyata Allah tidak menyukai homoseksual tersebut. Hal ini dapat dilihat dari larangan yang diberikan Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Allah menyatakan “janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati..” (Imamat 18:22; 20:13). Paulus menyatakan “Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! …. pemburit (orang yang melakukan aktifitas homoseks)… tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.” (1 Kor 6:9-10). Dengan demikian, kita menyadari bahwa Allah membenci homoseksualitas.
Jika Allah membenci homoseksual, apakah homoseksual dapat dipulihkan?Sekalipun kondisi dunia ini sekarang tidak ideal, setidaknya kita harus kembali kepada kondisi ideal. Kondisi ideal pertama kali adalah ketika tidak ada dosa dan manusia hidup dalam pernikahan heteroseks dan juga monogami. Kunci pertama untuk dapat terlepas dari homoseksual adalah menyadari bahwa itu dosa dan kita butuh Yesus yang memulihkan kita. Perlu adanya pembasuhan diri dan pertobatan yang sejati di dalam Kristus. Hal ini pun pernah terjadi seperti yang Paulus tuliskan di bagian bawah dari yang ia tulis tentang homoseksual, “dan beberapa di antara kamu demikianlah dahulu (pernah jadi homoseks). Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (1 Kor 6:11). Transformasi hidup yang dilakukan oleh Roh Allah, memampukan kita untuk pulih dari homoseksual. Hal ini memang tidak mudah, perlu proses untuk pemulihan. Maka dari itu kita harus terus belajar menggantungkan hidup kepada Kristus untuk terlepas dari hal ini. Jika memang masih bergumul akan hal ini, lebih baik bertahan dan hidup selibat (tidak menikah) serta terus menerus mengejar kekudusan di dalam Kristus. Jangan malu juga untuk meminta pertolongan dari kakak rohani atau pendeta ataupun orang lain yang dapat dimintai tolong dan memberikan bimbingan.
Bagi kita semua yang tidak memiliki masalah homoseksualitas, mari kita belajar memerangi homoseksualitas ini. Memerangi homoseksualitas bukan berarti memerangi atau menentang orang yang homoseks. Tetapi memerangi homoseksualitas adalah dengan menciptakan lingkungan yang baik, jauh dari komunitas yang melecehkan melainkan selalu membangun satu dengan yang lain karena memang biasanya kecenderungan homoseksual terjadi karena faktor eksternal. Terimalah orang homoseks tersebut dan kasihi dengan kasih Kristus serta menolong mereka untuk mendapatkan pemulihan. Kita menerima orangnya, tetapi bukan menyetujui dosanya, karena kita pun semua juga punya dosa yang mungkin berbeda dengan yang lain.
Love the sinner and hate the sin.
0 notes
Text
are you okay?
BAHAGIA. Jika kamu mendengar kata tersebut, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu?
Uang? Cinta? Prestasi? Liburan ke luar negeri? Pelayanan? Punya banyak teman? Atau?
Ketika kita mendengar kata “bahagia”, hampir pasti kita memikirkan hal-hal menyenangkan seperti yang disebutkan di atas. Berbagai hal yang identik dengan senyuman dan tawaan. Sayangnya, beberapa dari kita tidak demikian, karena berpikir bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan mengakhiri hidup.

Gambar ini lah yang kami temukan beberapa hari lalu. Gambar sederhana dengan dua buah kalimat di dalamnya.
“why did you try to kill yourself?”
“you told me to be happy.”
Bagi beberapa dari kita, kalimat tersebut mungkin terasa aneh. Mengapa? Sesederhana karena memang tidak pernah berpikir untuk mengakhiri hidup demi mendapatkan kebahagiaan. Namun, untuk sebagian orang lainnya, kalimat ini mungkin dapat terasa begitu familiar karena mereka sedang berjuang untuk itu. Kami sendiri tertegun dan sedih ketika membaca dua kalimat tersebut. Kami menyadari bahwa kebahagiaan menjadi satu hal yang dicari oleh semua orang, tetapi ternyata ada beragam cara yang sangat berbeda-beda untuk memperolehnya.
Sungguh menyedihkan jika beberapa waktu ini kita mendengar kabar mengejutkan dari Chester Bennington, yang merupakan vokalis Linkin Park. Ia menggantung diri di kediamannya yang diduga akibat depresi. Di Indonesia sendiri, baru-baru ini juga tercuat berita menyedihkan dari kakak-beradik di Bandung yang meninggal karena terjun dari lantai 5 tempat tinggal mereka. Kejadian ini pun diduga karena kondisi psikologis korban yang terganggu akibat rasa kehilangan yang begitu mendalam atas kepergian sang ibu.
Ya, luka yang begitu dalam dapat membuat seseorang merasa sedih, tertekan, kecewa, kepahitan, stres dan bahkan sampai depresi. Kondisi-kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak menemukan adanya harapan lagi. Merasa terlalu lemah untuk menjalani kehidupan sehingga kematian menjadi alternatif yang paling dekat untuk “bahagia”.
Lalu, apa kata Alkitab tentang bunuh diri?
Alkitab meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pribadi yang boleh memutuskan waktu dan dengan cara apa seseorang akan meninggal. Hal ini pun seperti yang disebutkan dalam Mazmur 31:16 “Masa hidupku ada dalam tanganMu” dan juga Ayub 1:21 “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan!”. Manusia tidak memiliki hak untuk berkuasa atas hidupnya sendiri karena Tuhanlah yang empunya atas seluruh alam semesta ini. Selain itu, bunuh diri juga adalah suatu tindakan yang keji di hadapan Tuhan karena melanggar hukum Allah “jangan membunuh”. Bunuh diri merupakan suatu dosa bagi Allah.
Tetapi apakah sesederhana itu? Tentu tidak.
Kita harus bersedih jika hari ini ada banyak orang bahkan umat Kristiani yang melakukan tindakan bunuh diri. Tidak patut juga kita menghakimi orang Kristen yang meninggal karena bunuh diri, bahwa mereka akan masuk neraka. Bukankah Kristus berjanji bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasihNya? (Rom 8:38-39). Bukankah Kristus pun berjanji bahwa semua dosa yang kita lakukan baik dahulu, sekarang dan yang akan datang akan dihapuskan? Demikian juga kita meyakini bahwa orang yang percaya kepada Kristus tetapi melakukan tindakan bunuh diri, akan tetap diterima oleh Dia di kerajaanNya.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana mungkin orang yang di dalam Kristus dapat bunuh diri? Ini lah manusia dengan segala aspek dan kondisi yang ada di dalam dirinya. Ketika kegelapan, kekecewaan, sakit hati, luka batin, kepahitan, stres dan bahkan depresi yang begitu berat menghampiri, godaan untuk mengakhiri hidup akan selalu hadir. Entah dilakukan dengan khilaf yaitu bertujuan mengakhiri hidupnya dari permasalahan, atau karena dia sudah tidak kuat lagi dan ingin bertemu dengan Tuhan yang diyakini merupakan tempat yang dapat membuatnya bahagia.
Jika demikian, apa yang dapat kita lakukan sebagai umat Kristiani?
Jika kita memiliki rekan yang ingin melakukan tindakan bunuh diri, hadirlah sebagai seorang sahabat, bukan sebagai seorang penasehat atau pengkotbah. Yesus pun meminta ketiga muridNya yaitu Yohanes, Petrus, dan Yakobus untuk menemaniNya di taman Getsemani sebelum akhirnya Ia diserahkan untuk disalib. Dalam Matius 26:38, Yesus berkata “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku”. Artinya, keberadaan orang lain dapat sangat berpengaruh bagi mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu, kita bisa melatih kepekaan terhadap teman-teman yang sekiranya sedang berbeban berat, dan hadir untuk menjadi seorang sahabat yang baik.
Jika ada di antara teman-teman sendiri yang sedang atau pernah berpikir untuk bunuh diri, ingatlah Tuhan sungguh mengasihimu. Dunia ini dapat penuh dengan orang-orang dan peristiwa yang begitu mengecewakan, namun Tuhan tidak sekali-kali meninggalkanmu. Bersandarlah dan Tuhan sendiri yang akan memelukmu dengan kasihNya. Selain itu, jangan segan untuk meminta bantuan. Beberapa dari kita mungkin takut atau malu untuk bercerita karena khawatir jika menerima respon yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu, carilah bantuan kepada orang-orang yang kalian percaya dan andalkan, seperti kakak pembina di Gereja, mentor, atau psikolog.
Kita seringkali memandang rendah permasalahan dan kesedihan orang lain, sehingga kita lupa memberikan sedikit waktu bertanya, “are you okay?”. Kita tidak pernah tahu bahwa tiga kata itu dapat sangat berarti bagi seseorang.
Tuhan memberkati :)
0 notes
Text
Gajah
“Gajah”, begitulah judul lagu yang diciptakan berdasarkan pengalaman sang penyanyi. Lagu tersebut menceritakan pengalaman sang penyanyi yang pernah dipanggil “Gajah” karena memiliki tubuh yang besar. Syukurnya, hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut, dapat disalurkan kepada hal yang positif seperti syair lagu. Namun, apa jadinya ya jika hal yang tidak menyenangkan itu disalurkan kepada hal yang negatif?
Hal yang tidak menyenangkan yang diterima oleh penyanyi itu sering kita sebut dengan bullying. Bullying adalah suatu tindakan menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal. Beberapa waktu ini, Indonesia sedang marak dengan beberapa kasus “bullying”. Baru-baru ini kita mendengar mengenai mahasiswa yang mengejek serta mempermainkan harga diri mahasiswa lainnya. Selain itu, ada kasus bullying pada anak SMP yang terjadi di salah satu mall ternama di Jakarta. Perilaku menyakiti seperti menampar, menjambak, dan menyuruh sang korban untuk bersujud dapat kita lihat jelas pada kasus tersebut.
Bullying sendiri biasanya dilakukan kepada kaum minoritas, atau kaum yang dianggap lebih lemah dan tak berdaya. Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun bullying ini juga dapat sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Contohnya, perasaan tidak aman, tertolak, gelisah, rendah diri, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri inilah yang bisa kita jumpai.
Pastinya bullying tidak asing lagi bagi kita ya, karena memang kita seringkali didengung-dengungkan soal ini. Terlebih lagi, mungkin bullying bisa dengan mudah kita jumpai di sekitar. Entah ketika kita menjadi pelaku, korban, atau penonton. Nah, sekarang pertanyaannya adalah, apa ya sikap kita sebagai orang Kristen untuk menyikapi hal ini?
Pertama-tama, kita harus kembali kepada asal mula manusia diciptakan oleh Tuhan. Manusia diciptakan oleh Tuhan begitu istimewa. Firman Tuhan mencatat bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Sebagaimana tercatat dalam Alkitab, berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti ketika kita melihat manusia, maka kita dapat melihat pribadi Allah di dalamnya. Pribadi yang memiliki kasih, pikiran, kehendak, dan juga tidak berdosa. Hal yang sangat indah, bukan? Tetapi perlu disadari, gambar dan rupa Allah yang begitu indah itu, dirusakkan oleh manusia sendiri ketika manusia jatuh di dalam dosa.
Dosa tidak membuat gambar dan rupa Allah hilang di dalam diri manusia. Tidak. Hanya saja, gambar dan rupa Allah tersebut rusak. Itulah sebabnya, manusia hari ini cenderung melakukan hal yang jahat, merusak, memiliki berbagai kelemahan, itu semua karena dosa. Perlu disadari juga, gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia saat ini, dapat rusak melalui 3 hal:
1. Rusak karena alamiah = contohnya adalah tubuh yang semakin tua. Ketika tubuh kita semakin tua, maka muncul keriput. Hal ini menjadi contoh gambar dan rupa Allah rusak di dalam diri kita. Ingat, kita tidak pernah diciptakan untuk mati, tetapi mati adalah akibat dari dosa. Nah, rusak karena alamiah ini memiliki kadar yang tidak terlalu besar. Mengapa? Karena kita sebagai manusia tidak dapat menolaknya.
2. Rusak karena orang lain = contohnya adalah membully seperti menghina dan memukul orang lain. Ketika kita menghina ataupun memukul orang lain, itu berarti kita sedang semakin merusak gambar dan rupa Allah yang ada di dalam diri sesama, dan itu dinamakan DOSA.
3. Rusak karena diri sendiri = contohnya adalah melakukan dosa pribadi. Rusak karena diri sendiri adalah ketika kita melakukan dosa di hadapan Tuhan. Kita sedang merusak gambar dan rupa Allah dalam diri kita, karena pada dasarnya dosa itu menghancurkan. Ini adalah yang paling buruk di antara ketiganya!
Sekarang kita semua sudah tahu bahwa melakukan tindakan bullying merupakan tindakan yang dapat merusak gambar dan rupa Allah dalam diri sesama. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, kita tidak seharusnya terus-menerus melakukan hal demikian karena Allah pun tidak menginginkannya. Ketika kita menghina orang lain, merendahkan orang lain, mempermainkan orang lain, itu sama saja kita melakukannya kepada Tuhan yang adalah pencipta dan pemilik orang tersebut. Tindakan yang buruk ini adalah sebuah dosa yang keji di hadapan Tuhan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Setidaknya ada 3 tips yang dapat kita lakukan:
1. Menghargai dan mengasihi kehidupan manusia. Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi satu dengan yang lain bukan? Bahkan Tuhan ingin agar kita dapat mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri. Jika demikian, ketika kita ingin berbuat suatu hal negatif kepada sesama, kita bisa memikirkan ulang dan bertanya kepada diri sendiri. “Apakah saya suka jika diperlakukan demikian?”, “Apakah saya akan merasa baik-baik saja jika menerima tindakan tersebut?”. Berlakulah adil kepada dirimu dan diri sesamamu.
2. Tidak menghakimi manusia. “No one perfect”. Ya memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang pasti punya kelemahan, termasuk diri sendiri. Lantas siapakah kita sehingga kita bisa menghakimi kelemahan orang lain? Justru dengan kelemahan ini lah seharusnya kita dapat saling menguatkan dan membantu sesama untuk bisa lebih baik lagi.
3. Berbelas kasih kepada orang yang malang. Menolong orang lain untuk memperbaiki gambar dan rupa Allah dalam dirinya yaitu dengan cara menolongnya bertumbuh di dalam Kristus. Cara terbaik untuk memperbaiki gambar dan rupa Allah dalam kiri kita adalah melalui pengudusan. Pengudusan adalah hidup sesuai dengan kehendak Allah yang kudus dan Kristus telah secara sempurna hidup sesuai dengan kehendak Allah. Maka dari itu pemulihan gambar dan rupa Allah adalah dengan hidup seperti Kristus.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” – Amsal 27:17
Kiranya kita saling membangun dan bukan saling menjatuhkan.
0 notes