Perapal aksara yang bertaruh pada fana, merangkai rasa dalam palet kata, mengawetkan nestapa di lembar maya, berharap abadi dalam rima dan cakrawala. Narasiku, semoga tersemat di pusara sandimu.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Episode kali ini terlalu panjang, aku terlanjur tersesat didalamnya.
6 notes
·
View notes
Text
Sudah saatnya kau hidup dengan gagasan bahwa kau dapat ditinggalkan dan dilupakan, setiap kali kau pikir kau berharga bagi seseorang.
— Repose
404 notes
·
View notes
Text

"Nak, memang tidak semuanya harus berbalas..."
Tak semua senandung harus menemui gema, tak semua seruan akan dibalas oleh gaung yang merdu. Ada doa yang terbang tinggi, memecah langit dengan rindu, namun layu sebelum sempat mencapai singgasana-Nya. Ada pinta yang mengalir, lembut seperti sungai, namun tenggelam di pusaran sunyi yang tak berbatas. Tidakkah kau mengerti? Tidak semua yang kita titipkan pada malam, akan sampai pada bintang.
Kita ini, makhluk yang menabur harap seperti petani menebar benih di ladang yang asing. Tapi apakah setiap bibit mesti tumbuh? Tidak semua tanah ramah, tidak semua musim bersahabat. Ada yang jatuh di tanah tandus, diserap oleh hampa, lalu menguap menjadi angin tanpa arah.
Dan bukankah hujan pun tak selalu menjadi berkah? Di tempat yang kering, ia adalah nyawa. Namun, di bumi yang telah basah, ia bisa menjadi beban. Begitu pula doa, ia tak selalu menjelma jawaban. Kadang, ia hanya menjadi riak kecil di lautan takdir, tak cukup kuat untuk mengubah arus.
Tuhan, yang Maha Mendengar, kadang memilih diam, bukan karena lupa, tapi karena tahu. Ia tahu kapan kita perlu dilimpahi, kapan kita mesti belajar kekurangan. Sebab, tidak semua kehilangan adalah celah, dan tidak semua penolakan adalah luka.
Maka, jika pinta kita seperti embun yang terhapus mentari sebelum sempat menyentuh bumi, mungkin bukan karena ia sia-sia, melainkan karena Tuhan sedang menyusun hujan di waktu yang lebih tepat. Jika doa kita seperti burung yang terbang, hilang di cakrawala tanpa arah, mungkin ia sedang mencari sarang yang lebih baik untuk hinggap.
Tidak semua yang tak berbalas adalah penolakan. Kadang, ia adalah cara semesta mengajarkan ikhlas tanpa syarat, dan keyakinan tanpa perhitungan. Sebab, cinta yang tulus pun tak selalu harus diterima. Dan di situlah, manusia belajar bahwa berharap adalah seni mencintai, bahkan ketika jawaban tak pernah datang.
#sajak#aksara#writing#fiksimini#kata#prosa#sastra#menulis#senandika#puisi#sajakpendek#sajak patah#cerpen#sajak cinta#senja#puisi cinta#diksi#tulisan#writers on tumblr#kutipan#quotes#28 hari bersajak#puisiindonesia#reminder#nasihat#sajak puisi#sastra indonesia#penulis
398 notes
·
View notes
Text
Tidak ada yang kurang dalam dirimu, dan tidak ada yang keliru dalam diriku. Tapi entah mengapa, bersama kita justru menjadi kesalahan terbesar.
14 notes
·
View notes
Text

"Di kehidupan selanjutnya..."
Di kehidupan selanjutnya, aku ingin kita bertemu lagi, bukan sebagai takdir yang berdiri di dua jalan berbeda, tetapi sebagai dua jiwa yang saling berpaut tanpa jarak, tanpa kehilangan, tanpa jeda.
Di kehidupan selanjutnya, aku akan mengejarmu berulang kali, hingga lelah tak lagi punya makna, hingga seluruh dunia menyerah 'tuk mematahkan kita. Aku akan menjelma badai, menghancurkan setiap penghalang yang berdiri, atau menjadi ombak yang tak pernah jera mencium tepian pasir tempatmu berada.
Di kehidupan selanjutnya, aku akan belajar berkata "tidak" pada semesta, jika itu berarti menahanmu tetap tinggal di dekapku. Aku akan menolak setiap perpisahan yang datang mengetuk, menepis jarak yang mencoba bertamu, menyangkal logika dan hukum apa pun yang melarang aku mencintaimu.
Di kehidupan selanjutnya, aku ingin menjadi akhir dari perjalanan hatimu. Tak peduli siapa yang menjadi awalnya atau berapa banyak nama yang pernah singgah di noktah kisahmu. Yang kupinta hanyalah satu: jadilah rumah yang kutuju saat senja rebah di langit, dan izinkan aku menjadi alasan kau percaya bahwa cinta bukan sekadar pertemuan, tapi perjalanan yang diciptakan oleh dua hati yang memilih untuk tinggal.
#sajak#sastra#prosa#aksara#menulis#kata#fiksimini#writing#senja#senandika#sajak cinta#quotes#kutipan#sajak patah#sajak puisi#28 hari bersajak
60 notes
·
View notes
Text
Kita muda, tapi mengapa jiwa ini terasa renta? Apa terlalu banyak yang kita bawa, atau terlalu sedikit yang kita lepaskan?
103 notes
·
View notes
Text
Kita hanya dua garis waktu yang bersinggungan, saling mengenal lalu menghilang.
#sastra#kata#aksara#sajak#quotes#fiksimini#prosa#puisi#sajakpendek#sajak patah#kutipan#senja#puisipendek#28 hari bersajak#senandika#menulis
25 notes
·
View notes
Text

Kita, dua gugusan bintang yang entah sudah mengelilingi jarak atau hanya diam di titik yang sama. Seperti hutan yang merindukan hujan, aku menemukan kedamaian dalam teriknya padang. Kabar tentang kita bukanlah cerita yang diceritakan, melainkan sebuah sunyi yang dibaca oleh angin yang lewat—penuh tafsir, dan hanya bisa dimengerti oleh jiwa yang terbiasa merasakan tanpa perlu bertanya.
Di antara serpihan waktu, aku ingin menjadi tanah di bawah kaki, tempatmu meletakkan jejak tanpa mengharap itu akan kembali. Karena yang terpenting bukanlah yang tertinggal, melainkan rasa yang mengalir dalam diam, seperti pertemuan dua sungai yang tak saling mengenal, tapi tetap mengalir menuju laut yang sama.
#prosa#sastra#sajak#sajak patah#sajak puisi#fiksimini#writing#kata#menulis#puisi#aksara#hujan#28 hari bersajak
45 notes
·
View notes
Text

Januari, 2025.
Hujan di pagi Januari ini menyelinap masuk lewat celah jendela kamarku, membawa harum tanah yang menggugah ingatan. Ia tak ubahnya seperti mantra sunyi, merapal kembali fragmen-fragmen silam yang kukira telah karam. Aku ingat ; dua tahun lalu, aku menjemputmu dengan motor tua yang mesinnya tak pernah benar-benar patuh kepadaku. Hujan mengguyur tanpa jeda, tapi kita—entah bagaimana—menemukan hangat di tengah dinginnya suasana.
Tawa kita meledak tiap kali roda motor menyentuh genangan, memercikkan air hingga membasahi rokmu. Kau memprotes kecil, tapi aku tahu setidaknya aku membuatmu tersenyum selama perjalanan singkat itu. Bahkan, pelukanmu di punggungku masih terasa begitu nyata hingga kini.
Namun, bukankah waktu selalu merubah sesuatu tanpa perlu izin dari pemiliknya? Kini aku tenggelam dalam kertas-kertas ujian, runtutan paragraf mati yang menuntut perhatian penuh. Bagaimana denganmu? Apakah hujan pagi ini juga mengetuk memorimu? Atau kau telah jauh melangkah, meninggalkan segala yang pernah kita rajut bersama?
Januari tetap hadir, hujannya setia menyapa, tapi ia tak pernah benar-benar sama. Apa yang dulu kita miliki kini membeku menjadi potret yang tak bergerak, tinggal kenangan yang mengendap di sudut-sudut benak. Kita, yang dulu begitu lekat, kini berjalan di jalanan yang berbeda—sibuk dengan dunia yang tak lagi memberi ruang untuk tawa dan hangat itu.
Aku hanya berharap, semoga hatimu tak dihantui bayang yang sama—tak terseret arus kenangan yang tak lagi punya tempat berpulang. Semoga langkahmu tetap ringan, tanpa beban masa lalu yang diam-diam menjelma rinai pagi ini.
#sajak#prosa#aksara#senandika#fiksimini#writing#hujan#sajak patah#puisi#menulis#fiksi#sastra#28 hari bersajak#puisi pendek#sajak cinta#cinta#kisah cinta
28 notes
·
View notes
Text
Sepertinya semesta punya caranya sendiri untuk membantuku melepaskan apa yang dulu kusayangi. Semua kenangan yang pernah kutulis di catatan ponselku... cara aku mencintainya sepenuh hati—hilang begitu saja, seolah memberi isyarat bahwa waktunya benar-benar melangkah maju. Mungkin memang sudah saatnya untuk berdamai, mengikhlaskan, dan memberi ruang untuk cinta yang lebih baru, lebih baik, dan lebih membebaskan diri di tahun ini.
17 notes
·
View notes
Text

Tolong, Jadilah Hening Diantara Gemuruh Narasiku.
Bukan untuk menawan diriku sepanjang waktu, kau hadir hanya sesekali, seperti sejumput angin yang membebaskanku dari letihnya hiruk-pikuk kefanaan dunia ini. Kau adalah jeda yang manis dalam riuhnya kehidupan, sekelebat bayangan yang tak pernah betah menetap namun selalu menyisakan jejak. Kau menghapus letih dalam sekejap, mengubah segala kelelahan menjadi kenangan yang begitu indah, yang tersimpan rapi di sudut-sudut ingatan—kenangan tentangmu yang tak pernah pudar, meski waktu terus bergegas meninggalkannya di belakang.
Kau adalah sebuah pelarian yang tak pernah kujemput, namun kerap kali hadir bak musim semi dalam padang gersang keletihan, menghadirkan sejenak rasa tenang di tengah deras arus kehidupan yang tak mengenal henti. Sesekali kau membebaskanku dari perihnya realita, memelukku dengan kenangan yang lembut, menjelma sepotong harapan yang mengendap di sanubari, menungguku kembali—bukan untuk selamanya, tapi cukup untuk membuatku bertahan dalam segala ketidakpastian ini.
#sajak#prosa#aksara#menulis#senandika#fiksimini#writing#kata#puisi#sastra#28 hari bersajak#sajak cinta#cinta#kisah cinta
24 notes
·
View notes
Text

Kelak, aku akan membuka kembali lembar-lembar kisah yang pernah kurangkai; di mana penaku menari indah di atas kenangan yang telah berlalu. Saat mataku menyusuri tiap barisnya, mungkin rasa itu tak lagi sama—entah berupa kelegaan yang patut kusyukuri, atau justru penyesalan yang meresap, menyayat hati yang dulu pernah kuberikan padamu.
Aku akan mengenang lagi pahitnya penolakan yang kau suguhkan, juga alasan-alasan yang kau bisikkan sebagai pembenaran. Kata-kata itu masih menggema, tak lekang oleh waktu, menjadi luka yang tak terlihat tapi selalu terasa.
Mungkin, di lembaran-lembaran itu pula, aku akan mendapati diriku yang dulu tersesat dalam ilusi yang kau ciptakan, memerangkapku dalam bayanganmu. Untuk terbangun darinya, aku harus bertarung melawan keinginan hati, melawan hasrat yang tak pernah rela untuk pergi. Sebuah perjuangan sunyi, antara melepaskanmu atau terus tenggelam dalam pesonamu.
#sajak#writing#poetsandwriters#aksara#senandika#sastra#sajak puisi#28 hari bersajak#prosa#menulis#fiksimini#kata#puisi pendek#puisi#cinta#sajak cinta#diksi
60 notes
·
View notes
Text

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤ #hiraetheorèjaz — Layaknya dersik sangkala yang tak luruh bahari, lagi Nirmala hadir sebagai bayang-bayang pada chandraprabha, menari di atas riak memori pawana si adhikari. Tiap lekuk sasmita sang empu meretas batas senggang realitas dan ilusi – mencita tapak denai keabadian yang bernaung di sudut terdalam benak. Manik adikara puspa milikmu, pelias penaka pandang. Lerungan nan lembut, namun menembus, bak sorot lembayung yang membenam cakrawala, merayu esensi asa yang selesa terpatri di sanubari.
Adyakala, di setiap nishkala malam, kula pujangga maksih menjejaki bisikan sang Laksmi – lirih mengalun, melantas sekat jumantara fana. Engkau bak puisi yang tak jangkap, terurai dalam aksara tak berafal, namun menggema dalam sukma. Menating nuansa manyapada yang tak pernah benar-benar sirna, menyadikkan akan karsa yang sempat kita ikrarkan di bawah purnama – menyertaimu hingga batas akhir semesta, merajut benang amorfati dalam kerangka harsa dan amerta .
#sajak#senandika#kata#aksara#fiksimini#alusisenja#writing#poetsandwriters#book quotes#puisi#kumpulan puisi#prosa#diksi#mark lee#short story#quotes
22 notes
·
View notes