shinm
shinm
ichigo.
15 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
shinm · 8 months ago
Text
Sekembalinya Kamu dari Masa Lalu
"Hai.."
Kamu yang menyapaku. Tatapan yang selama ini aku rindukan, tatapan yang teduh, penuh arti. Seketika kamu langsung menggenggamku erat, mencuri mimpiku (lagi) di masa lalu. Tapi nahas, saat ini mimpiku sudah pupus. Tanpa kehadiranmu.
"Kamu menghilang, kemana saja?" tidak terasa air mataku jatuh dari kiri mataku. Tapi aku sudah tidak bisa lagi menatap indahnya matamu. Menyisakan kecewa yang selama ini terpendam.
Kamu hadir kembali, tapi bukan untuk aku.
Meskipun sejak kau hilang, aku selalu punya harapan yang sama:
kamu bisa kembali bersamaku.
0 notes
shinm · 8 months ago
Text
Semua Tentangmu Yang Hilang
Senyummu, tawamu, kukumu, wangimu, pundakmu, dan segala hal yang terdapat kamu di dalamnya. Kemana lagi aku harus mencari ketika kamu sudah tak ingin lagi ditemukan?
0 notes
shinm · 1 year ago
Text
Pertemuan Dalam Dunia Khayal
Mungkin dia akan selalu jadi nama yang abadi di dalam dunia khayalku. Ia bercerita banyak hal. Tentang kehidupannya di masa mendatang.
Katanya, "aku sudah bahagia bersamanya."
Sampai kisah ini aku ceritakan kepada kalian, aku hanya bisa tersenyum.
Sambil menarik nafas.
"Ternyata seperti ini rasanya mencintai."
0 notes
shinm · 4 years ago
Text
Tahun Kedua & Cerita Kita
Tahun ini adalah tahun kedua aku bersamanya. Meskipun aku tidak tahu kapan memulainya, yang pasti, cerita kita sudah ada sejak dua tahun lalu. Banyak sekali kisahnya, tapi aku tidak bisa bercerita banyak padamu. Sedih, senang, kecewa pasti ada. Hubungan mana yang jalannya selalu mulus, kan? Pasti ada saja lika-likunya. Gapapa, anggap saja itu adalah sebuah proses untuk mendewasakan masing-masing dari kami.
Dua tahun... Lama sekali ya rasanya? Tapi masih dibilang sebentar jika menghitungnya dengan angka. 
Beruntung banget aku punya dia. Ya, seberuntung itu. Bukan hanya ucapan untuk menguatkan. Dia yang selalu ada ketika yang lain pergi. Dia yang selalu buat aku bahagia ketika aku sedih. Dia yang buat aku semangat untuk bangkit ketika yang lain menjatuhkan.
Kadang aku berpikir, kalo ga sama dia, mungkin aku tidak bisa setegar ini. Mungkin aku tidak bisa sesabar ini. Mungkin aku tidak bisa seceria ini.
Seperti yang kalian tahu, aku ini... manusia yang banyak kurangnya. Tapi kalo sama dia, rasanya hidupku lengkap. Aku yang egois ini, bisa dikalahkan dengan sabarnya dia. Aku yang keras ini, bisa dikalahkan dengan lembutnya dia.
Dulu... Pikirku...
“Ah, mungkin hanya awal-awal saja dia seperti ini. Nanti paling berubah.”
Setelah aku menjalaninya... Dua tahun...
Selama kurang lebih 730 hari 10 jam 96 menit 90,3262 detik...
Rasanya bukan lagi ilusi. 
Dia sudah menampakkan wajahnya sejak awal pertemuan kami.
Sekarang, aku sedang tersenyum. Melihat bayang senyumnya yang ku lihat di dinding-dinding kamar. Rasanya bahagia sekali aku memilikinya.
Terima kasih, semoga selalu.
0 notes
shinm · 4 years ago
Text
Terima Kasih..
Namanya Azula.
Wanita kuat, cantik, dan manis. Jika kau melihat senyumnya merekah, kau pasti setuju denganku. Tingkahnya sangat menggemaskan. Dan ia berjanji akan membuatkan aku roti buaya jika kelak aku menikah. Haha.
Biasanya saat ingin menjalankan ujian sekolah, ia selalu memberikanku sebuah pesan untuk membagikan rasa semangatnya.
Tapi suatu malam, ia pernah datang ke dipanku. Menangis sejadinya -padahal ia jarang sekali menangis. Sedih sekali rasanya. Tapi ia hanya butuh tempat untuk mengeluarkan keluh kesahnya, aku hanya bisa menjadi telinganya.
Itu sudah bertahun-tahun lamanya. Semoga ia sudah bahagia di Negara Taipan sana.
"Aku akan kembali besok" katanya.
Nahasnya, pandemi datang menghanyutkan harapan. Tak apa, semoga ada waktu indah yang sudah disiapkan oleh-Nya.
Terima kasih sudah kasih hal-hal senang dalam hidupku! Aku mendapatkan satu hal; bahwasannya perasaan bahagia, semangat, dan tenang itu nular. Sedih pun sama. Semoga kau, Azula, tetap menjadi magnet kebahagiaan untuk sekitarmu.✨
1 note · View note
shinm · 4 years ago
Text
Sekembalinya Sang Putri
Halo, Nona Cantik!
Sudah berapa lama kita tak berjumpa? Setahun? Dua tahun? Lebih dari itu bukan? Entahlah.. Aku hanya ingin kembali, sebagai Putri Mungil.
Non, malam ini aku melewati sudut kota. Menikmati indahnya. Gedung-gedung tinggi, lampu yang berkelip, dan angin yang semilir menyelimuti tubuh. Seharusnya rasanya tenang, bukan? Iya, kan? Tapi kenapa? Malam ini rasanya sesak sekali. Berat sekali...
Katamu, 
“Put, letakkan bebanmu di pundak. Jika nanti kau lelah, kau bisa taruh bebanmu sejenak.”
Tapi kenapa? Kenapa aku tidak bisa menaruhnya sejenak?
Aku sudah keluar dari diorama. Tapi sampai saat ini, aku tidak menemukan arahnya.
Aku sudah melakukan berbagai cara, nihil. Rasanya tetap sama. Menyakitkan.
Nona, aku kembali. Sebagai Putri.
Aku hidup kembali. Tapi tidak tahu apa arti kehidupan.
0 notes
shinm · 4 years ago
Text
Manusia yang paling bisa memahami diri ini, disaat diri ini bahkan engga bisa memahami diri sendiri. Manusia teraneh yang saya temui; karna selalu bisa menerima kekurangan saya, bahkan disaat saya sendiri tidak menerimanya. Manusia paling sabar menghadapi sikap saya, bahkan disaat yang lain mencelanya. Manusia yang selalu mengajarkan banyak hal. Perlahan; satu-persatu. Tentang diri, mimpi, kehidupan, dan perjuangan. Terima kasih, mas.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Untuk aku,
Terima kasih untuk hari ini
Perjuangan masih sangat panjang kedepannya
Kalo hari ini kamu gagal,
Besok kita coba lagi, ya?
Kamu sudah hebat
Salah itu wajar, namanya juga manusia
Gapapa,
Besok kita perbaiki, ya?
Untuk aku,
Tetaplah menjadi aku versi terbaikmu
Menjadi lebih baik tidak harus berubah menjadi orang lain
Semangat, ya?
Untuk esok dan esok dan esok dan esok dan esok lagi
Berbahagialah dengan dirimu,
Karna itu kamu.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Untuk aku,
Terima kasih untuk hari ini.
Perjuangan tak berhenti sampai sini.
Tenang, masih ada hari esok.
Tetap berusaha, yaa. Jangan menyerah.
Kalau lelah, istirahat.
Berhenti sejenak untuk bernapas tak masalah, kok.
Jika ingin menangis, menangis lah.
Tidak ada seseorang yang menjadi lemah hanya karna menangis.
Kamu butuh semua itu.
Percayalah, esok akan jaaauhhh lebih baik.
Percayalah, esok kau akan bahagia,
bersama dirimu sendiri.
Dari aku, untuk aku.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Kamu adalah senja
Duduk termenung menatap mentari yang akan sirna. Pandangmu tak lengah dari pancaran cahaya senja. Matamu berkaca saat ia akan pergi ke pangkuan semesta. Kataku, "Tenanglah. Esok ia kembali."
Keesokannya, kamu masih saja menunggunya di tempat yang sama. Menatap tak berkedip, hingga ia hadir kembali. Padahal kau tahu, waktunya akan berakhir. Tapi tak apa, kau bahagia. Itu lebih dari cukup bagiku.
Hari berlalu, kamu tetap saja duduk diantara dedaunan yang jatuh seolah kau tak memperdulikan pakaianmu yang terkena getahnya. Kau tetap melihat ia pergi dari pandangmu dan berharap ia kembali. Sama sepertiku.
Kau senja yang sesungguhnya bagiku.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Omong Kosong
Suara motor berderu kencang. Lampu jalan benderang menerangi wajahku. Perjalanan ini sungguh sederhana. Menyusuri jalanan yang lengang, aku menikmati dinginnya angin malam.
"Bulannya indah, ya?"
"Kamu lebih." jawabnya.
Aku tersenyum dan mendekapmu lebih erat lagi, melingkarkan tanganku pada tubuhmu hingga ku bisa mencium aroma wangimu. Aku bahagia. Sangat. Karna kamu seperti menjadikanku satu-satunya wanita di bumi.
Ku dekatkan lagi wajahku di samping telingamu,
"Kenapa kamu memilihku?"
Katanya, "karna itu kamu".
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Tumblr media
UI Web Explore - Independence.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
Sepotong Surat
... tidak berguna.
Jadi, bahagia lah dengan apa yang kamu miliki.
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
0 notes
shinm · 5 years ago
Text
KEKUATAN CINTA
Banyak hal di dunia ini yang kita rasakan. Mulai dari perasaan sedih, bahagia, cinta, dan kecewa. Saat ini usiaku hampir  tiga puluh lima tahun. Hidup bersama seorang wanita cantik dan seorang anak perempuan yang sedang bermain di halaman rumah, aku merasakan sebuah kebahagiaan dalam hidupku. Sore ini, aku akan menceritakan sebuah rahasiaku saat usiaku tepat dua puluh tahun. Cerita ini perihal kekuatan cinta yang menguatkan. Wanitaku tidak tahu akan kisah ini, ku tutup rapat, biarlah dia merasakan menjadi wanita yang paling aku cintai seumur hidupku.
                Aku menjalani kehidupanku layaknya mahasiswa pada umumnya. Bangun - Mandi - Kuliah - Pulang - Tidur lagi. Begitulah kehidupanku. Tapi dalam semingguku, ada hari yang berbeda. Dimana aku selalu melihat seorang wanita cantik di hari Sabtu. Ya, aku mengikuti kegiatan sosial di wilayahku. Tidak banyak yang tahu tentang komunitas ini. Aku tahu dari teman akrab di kelasku, Rio. Setiap satu minggu sekali tepatnya di hari Sabtu, kami akan hadir di satu desa di wilayah kami, kemudian kami akan memberikan pembelajaran khusus kepada warga yang kurang mampu di sana. Biasanya akan ada pengamen, pengemis, dan anak-anak jalanan lainnya yang mengikuti kelas kami. Ada juga bapak-bapak yang sudah berusia mengunjungi kelas kami. Katanya, “Kula riyin mboten enten artha kangge sekolah. Kedah kerja saking umur kula 12 taun. Dados nopo mawon, sing penting angsal artha ngge urip.” Kemudian beliau tersenyum, dan melanjutkan kalimatnya “Makane kula ajeng sinau wonten mriki. Mboten nopo nopo telat, tinimbang mboten.” Begitu kira-kira kata beliau, yang artinya Saya dulu gak ada duit untuk sekolah. Jadi, saya kerja sejak usia saya 12 tahun. Sebagai apapun, yang penting dapet duit buat hidup. Makanya saya mau belajar disini. Gak apa-apa telat, daripada gak sama sekali. Dari situ, aku semakin bersemangat menjalani setiap Sabtu-ku bersama komunitas sosial ini.
                “Gimana tangan kamu?” Kata seorang wanita yang memiliki rambut hitam sepundak itu.
                “Baik kok. Udah dikasih obat merah juga.”
                “Oh.. ini buat kamu.” Dia memberikan minuman kemasan kepadaku sambil tersenyum.
                Itulah sedikit percakapan kami yang membuatku jatuh hati padanya. Bukan hanya fisik, kelembutan hatinya pun membuatku terpana. Suatu hari, aku pernah melihat dia berbincang dan bercanda bersama anak kecil yang tak kalah cantik dengannya. Melihat mereka tersenyum dan tertawa membuat hatiku sangat tenang. Namanya Raina. Seperti hujan di sore hari yang membuatku sejuk. Indahnya mengalihkan keindahan bumi pertiwi. Berlebihan, ya? Haha. Maaf ya, ini memang rasa cintaku yang amat dalam terhadapnya. Jatuh cinta pertama kali pada sosok wanita dan amat sangat ingin memilikinya.
                Tak terasa waktu sangat begitu cepat. Tak berapa lama sejak saat itu, aku memutuskan untuk menjadikannya sebagai wanitaku. Bahagianya aku saat itu. Bahkan setelah mengantarkannya kembali ke rumah, aku menerobos hujan deras yang turun ke bumi. Bagiku, hujan adalah hal yang paling menyenangkan. Raina adalah semangatku untuk menjadikannya dia sebagai ratu di istanaku kelak. Dia membuatku semangat untuk lulus dari bangku perkuliahan. Aku tak omong kosong. Karna aku lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude. Dia dan beberapa temanku bahkan hadir saat prosesi wisudaku.
                “Sini, Rain!” Aku mengajaknya untuk berfoto. Dia hanya menolak malu-malu karna sedang banyak teman-temanku.
                Karna aku gemas melihatnya, tangannya ku genggam dan ku tarik untuk mengabadikan momen bersamanya. Aku rasa aku adalah manusia paling bahagia di dunia.
                Tapi sehari setelahnya, aku dijatuhkan oleh duniaku sendiri. Raina tidak bisa dihubungi sejak pagi. Aku masih berpikir positif mungkin ponselnya rusak, atau kehabisan kuota. Aku tidak masalah soal itu, hanya sehari. Ternyata dua hari, tiga hari, sampai satu minggu. Aku menunggu kabar dari Raina. Tapi tidak ada kabar sama sekali. Aku bertanya ke teman-teman terdekatnya pun, mereka tidak tahu sama sekali. Sampai suatu hari aku bertanya kepada teman SMA-nya dulu, Fitri. Aku ingat dia pernah cerita tentang Fitri, sahabat SMA-nya yang sekarang tinggal jauh di luar pulau Jawa sana. Aku menghubungi Fitri via telepon messanger, ingin mengetahui kabar Raina.
                “Assalamu’alaikum, Fitri.”
                “Siapa ya?” Jawabnya
                “Dika, Fit. Pacarnya Raina.”
                “Kamu tahu gak, Raina dimana? Kok aku telpon gak pernah diangkat ya? Terus aku tanya ke temen-temennya juga pada gak tau, tuh. Udah semingguan kira-kira. Mungkin kamu tau, Fit?” lanjutku.
                Hanya hening yang tercipta.
                Lama sekali tak ada jawaban dari sebrang sana.
                “Fit? Kenapa? Apa Raina baik-baik saja?”
                “Dik…”
                “Iya, Fit?”
                “Raina…..”
                “Raina kenapa Fit? Cepet jawab! Apa dia baik-baik saja?”
                Aku kalut. Bagaimana bisa seperti ini? Mengapa Fitri tidak menjawab? Ada apakah sebenarnya? Aku sangat khawatir dengan Raina-ku.
                “Raina… 
                 akan menikah.”
                DUARRR!!!
                Menikah dengan siapa? Bahkan aku belum pernah datang ke rumahnya karna permintaannya. Dia bilang aku bisa ke rumahnya saat aku sudah ingin menjalani hubungan serius kepadanya.
                “Maaf ya, Dik. Kamu jadi dengar kabar ini dari aku bukan dari Raina langsung. Raina akan menikah. Dengan anak sahabat mamahnya. Sudah sejak lama. Mungkin bahkan sejak mereka masih kecil. Tapi dia beneran sayang kamu, Dik. Tapi karna satu dan beberapa hal lainnya, Raina terpaksa menikah dengan lelaki itu.”
                Apakah yang dikatakan Fitri benar? Apakah Raina akan menikah? Ah, sangat tidak bisa kupercaya! Akan ku buktikan sendiri bahwa perkataan Fitri adalah bualan semata!
                Aku bergegas menyalakan motorku dan pergi ke rumah Raina. Aku pernah mengantarkannya beberapa kali sampai depan rumahnya sehingga aku tahu alamat rumahnya. Dengan napas yang menggebu, aku memberanikan mengetuk pintu rumahnya.
                “Siapa, ya?” Tanya seorang wanita paruh baya yang menggunakan hijab style ala ibu-ibu.
                “Dika, Tante. Pacarnya Raina.” Hatiku berdetak. Harusnya tidak ada masalah, kan?
                Ibu itu mengernyitkan dahinya. Kebingungan.
                “Rainaaaaaa” Beliau meneriakkan Raina.
                Munculah sosok wanita yang aku cari selama satu minggu menghilang ini. Dengan baju lengan pendek berwarna merah muda, dan rambut yang terurai, ia datang menghampiriku. Oh, tidak. Menghampiri ibunya. Matanya terbelalak saat melihatku di ambang pintu. Mungkin kami sama kagetnya.
                “Dia siapa, Nduk? Kenapa dia mengaku sebagai pacar kamu?”
                Raina mematung. Aku, pun. Menunggu jawaban seperti apa yang akan Raina lontarkan di hadapan ibunya dan aku.
                “Temen Raina, Bu.” Suaranya purau. Aku mendengarnya. Suara yang dulu aku kagumi. Suara yang selalu ku ingin dengar di setiap harinya.
Dia hanya menganggapku sebagai teman? Selama ini apa? Satu tahun ini apa? Dia yang selalu menyemangatiku, dia yang menyembuhkan segala lukaku, senyumnya yang selalu dia berikan kepadaku. Selama ini, aku hanya dianggap teman? Apakah kami sudah mengakhiri hubungan kami? Aku rasa tidak. Tapi kenapa dia hanya bilang aku ini hanya seorang temannya? Hatiku resah, sedih, menangis, kecewa. Oh God! HELP ME! Rasanya aku ingin berteriak saat ini juga!
Aku memutuskan untuk pergi sebelum air mataku jatuh di pelupuk. Menyalakan motorku dan langsung melajukan motorku dengan kencang. Aku tak peduli lagi! Aku tak peduli lampu merah menyala merah, aku tak peduli ada orang yang menyebrang jalan, aku tak peduli arahku kemana. Aku tak pernah pedulikan apapun, kecuali Raina! Dia Rainaku! Tak boleh ada yang memilikinya, kecuali aku.
Lapangan kota adalah tujuanku. Aku berada di sini sudah lebih dari lima jam. Hanya menangis. Merenungi apa yang tejadi hari ini, seminggu lalu, setahun lalu. Saat pertama kali aku bertemu dengannya, berbincang, bercanda. Bagaimana dia membuatku tertawa hanya karna dia menumpahkan air, bagaimana dia membuatku tersenyum hanya karna melihatnya sedang menjelaskan materi di kelas khusus. Lalu ingatanku berputar pada hari dimana aku diwisuda. Tidak ada hal yang ganjal sama sekali menurutku. Sampai pada akhirnya dia menghilang dan aku mengetahui faktanya bahwa ia akan menikah dengan seorang anak teman ibunya. Betapa hancurnya hatiku.
Aku pulang dengan wajah yang entah bagaimana rupaku sekarang. Seperti apa? Entahlah! Selama di perjalanan pulang pun, aku melaju dengan kecepatan maksimum. Membeli ‘minuman’ dan meminumnya adalah hal yang saat ini bisa aku lakukan saat ini. Karna tak ada hal yang bisa aku lakukan saat ini, hanya mencintai Raina. Tubuhku lunglai, mabuk kepayang. Ponselku bordering, aku tak akan menanggapinya. Pesan masuk banyak sekali, dari Raina! Dia mengajakku bertemu dengannya besok. Untuk apa, Rain? Untuk menambah luka sayatku? Jangan, Rain! Bertemu denganmu lagi adalah hal yang paling menyakitkan. Bekas luka di tanganku yang aku buat sejak tadi ini tidak ada apa-apanya, Rain! Asal kamu tahu itu!
Aku mencintaimu begitu dalam. Beberapa kali aku melukai diriku sendiri. Beberapa kali aku mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri. Sudah kedua kalinya, tepat di hari pernikahanmu dengannya. Namun gagal kesekian kalinya. Bahkan aku kembali ke kota dimana aku dilahirkan. Aku pergi, membawa banyak luka yang tercipta karnamu, Rain. Ternyata kamu tak pernah hilang dari ingatanku, bahkan saat aku berada sangat jauh darimu. Sudah berapa kali juga aku pulang-pergi ke rumah sakit? Tak terhitung! Lukaku juga tak akan sembuh, bahkan jika sampai dibawa ke bawah nisanku kelak. Cintaku sedalam itu, Rain. Andai kamu tau.
Sampai pada titik, dimana seorang wanita hadir di hidupku. Menghilangkan sedikit demi sedikit luka itu. Dia yang akan menggantikanmu di hatiku. Dia yang menemaniku di setiap langkahku. Ya, dia yang menjadi istriku saat ini. Aku sangat menyayanginya. Hingga saat ini, aku menutup rapat kisah itu. Bagiku, ini sebuah pembelajaran bagiku. Jangan mencintai manusia melebihi ambang batas, karna terlalu berharap kepada manusia hanya membuatmu kecewa saat ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Itulah kisahku. Biarlah wanitaku saat ini menjadi satu-satunya wanita yang amat aku cintai.
4 notes · View notes