Text
Terkadang termenung, mengingat kejadian sembilan tahun lalu. Saat hidup ku berubah dan kehilangan terasa nyata. Tampak jelas tatapan terkahir beliau sebelum aku berangkat ke sekolah. Masih terasa betapa takutnya aku kehilangan beliau, sampai tidur pun tak nyenyak karena mimpi2 buruk. Dan mimpi-mimpi buruk itu menjadi nyata. Aku harus kehilangan ayah ku untuk selama-lamanya.
4 notes
·
View notes
Text
Berikan 'ku alasan untuk tetap bersamamu
setelah lelah berharap
Berjarak dengan waktu
semoga mendewasakan. Arti rasa satu itu,
berkaca kau dan aku.....
Tak ingin daku mengulangi cara yang sama Tuk mengerti tentang kita...
Terimakasih bung, untuk setiap kata-kata indah yang kau rangkai dan suara mu yang menenangkan. Selamat Jalan, Bung.
0 notes
Text
nampaknya aku mulai sulit membedakan nyata dan fana. aku melihatnya, seperti merasakannya. dan itu menyakitkan. aku benci harus bertemu dalam ketidakpastian.
0 notes
Text
Pesan Singkat Horror
“Lo dimana? gue mau ngomong serius” begitulah awal mula pesan singkat yang masuk di pagi itu. Singkat dan membuat penasaran.
Saat itu gue sedang berada di luar kota tiba-tiba ada pesan singkat yang membuat pagi gue menjadi rungsing. Dia berapa kali ngechat gue sebelum dia ngomong kayak diatas, tapi gue merasa chatnya gak penting dan terabaikan begitu aja HAHA. iyalah, orang yang ngechat mantan. Hadehh~
Kita sebenernya lama gak ketemu dan kabar-kabaran mungkin sekitar satu tahun. Biasanya walaupun gak bareng-bareng (pacaran) gue sama dia masih tetep komunikasi, cerita apapun, minta pendapat. Tapi pas akhir tahun 2017 dia sering bales story instagram gue cuma agak gak jelas cuy. yaa jarang gue bales lah, diabaikan aja namanya juga sama MANTAN haha apansih fa. Terus ada trigger nih kenapa gue bales chatnya, dia ngechat gue gini dong “gue denger2 lo mau nyebar undangan nih”. itu gue inget banget bulan Desember 2017, karena dia ngechat gitu gue respon lah. Lebih ke syok sih, dalam hati gue “ih jangan2 dia udah tau lagi gue abis dilamar orang”. Atuhlah gue diledekin abis-abisan gitu sama dia (padahal mah dalam hatinya cemburu kali ah), terus yaudahlah kepancing gue cerita dan minta pendapat. Tapi udah abis gitu udah aja cuman cerita lalu menghilang sampe 4 bulan gitu dan baru deh dia ngajak ketemu.
Oke... ini April 2018. Setelah dia pulang kerja, dia nyamperin gue di tempat makan sekitar Depok. Gue deg-degan sih, kayak takut ada yang salah gitu sama diri gue. Dia mulai membuka obrolan begini nih
“Lo tau kan kalo gue ngechat lo lagi itu tandanya apa?” dengan santai nya dia ngomong seolah gue emang paham maksut dia.
“Hah? enggak.....” bener2 mikir keras tuh gue
“Yeh, Lo mau nikah gak?”
“Hah? sama siapa? yah yeh yah yeh” emosi serius gue emosi.
“Ya lo mau nya sama siapa?” sambil ketawa ngeledek.
“apansih” merasa vertigo gue akan kambuh ketika ada cowok ngomong begini.
“Gue ada budget segini *dia ambil kertas sama pulpen dan nulis planning a b c* nanti kita nikah tahun depan kalo lo mau, gue gak maksa ya” aseli bener2 santai banget ngomongnya, disangka membina rumah tangga kayak ngebriefing staffnya kali”
Ketika dia ngomong gitu, bukan seneng bukan tapi langsung mau jedotin kepala ke tembok. adeh kenapa ya baru 22 tahun baru juga lulus kuliah kerjaannya di lamar orang mulu. Alhamdulilah sih alhamdulilah *harus bersyukur fa*. Saat itu dia juga lagi nerusin S1 (karena kemaren kuliahnya ngambil D3) dan baru mau selesai. Hm kali ini udah yang ke empat apa lima ya. Kalo yang kemaren kan nolak alasan gue ke orangtua karena gue gak kenal, masih kuliah, pengen kerja dulu . Tapi kali ini gue kenal dong woi, udah lulus kuliah, udah kerja, terus gue mau alesan apelagi coy. Mau mewek asli. Mungkin orang-orang seneng ya ketika diajak begini, lah gue? pusing HAHA jiwa mudanya masih bergelora. Dari dulu gue gak pernah kepikiran nikah muda, serius sih gue merasa nikah di umur segini tuh masih terlalu muda aja. Iyalah, lo tau gak sih? gue tuh berantem sama anak kecil umur 6 tahun aja masih nangis, mau masak aja gabisa, dikit-dikit masih manggil “Mama”, bangun tidur aja harus ngeliat muka emak gue dulu. Gak kebayang aja gitu kalo gue jadi ISTRI dalam waktu dekat.
Lalu dia memberikan gue waktu untuk berpikir tapi cuma sehari. Dan besoknya gue ketemu lagi sama dia.
Disitu gue lebih banyak ngomong sih ketimbang kemaren yang cuma hah hoh hah hoh dan kebanyakan syoknya hahaha yang pasti ini udah gue pikirin mateng-mateng. Dari pribadi gue sih, setelah terkakhir pacaran sekitar satu tahun setengah yang lalu (weits lama juga gue jomblo HAHA) gue emang gamau diajak pacaran lagi. Karena memulai dan mengakhiri tuh gak segampang itu cuy, capek rasanya membangun kepercayaan dari awal dengan orang baru mulu. Memang ada niatan untuk punya hubungan serius dengan orang lain. Entah siapalah itu. tapi belom ada niatan buat nikah cepet. Baru kali itu gue liat dia serius banget, ngomongnya lebih bijak dan terarah apa mau nya. Lebih tegas dalam mengambil sikap. Disitu dia seakan tidak memaksa gue padahal dia emang maksa gue buat jawab “yes i do” jijik gak tuh woy? hahaha Gue mengeluarkan isi kepala gue, dia pun juga dan pada intinta kita punya tujuan, visi, dan misi yang sama. Mencoba untuk membicarakan komitmen, membahas masa lalu... supaya kita menerima dan mengenal masa lalu masing2, membangun rasa kepercayaan, wah banyak. Orang mungkin bilang kalo balikan sama mantan tuh bakal ngulang cerita yang sama, itu salah gais salah. Banyak yang berubah dari kita. oh iya, kenapa kita ngebahas tentang masa lalu? karena takut nya salah satu dari kita punya hubungan dengan orang lain. Lagipun disitu kita mencoba mengevaluasi apa si yang salah dari kita dulu, agar kedepannya kita bisa belajar. Cuma mau bilang disini aku speechels. Berterimakasih banget sama Allah, karena rencananya Indah banget🖤

Okay sampai sini dulu ya, ini baru awal kenapa kita ketemu lagi. Next gue bakal cerita kenapa gue mau sama dia dan kenapa dia mau gue jadi istrinya. See youuuu!!! eh itu bonus foto pertama kali kita ngedate (lagi) loh 🖤
(fyi: ini cerita cuma garis besar aja, karena kalo diceritain panjang banget mwehehehe)
0 notes
Text
bulan oktober.
aku mungkin punya mimpi yang ingin ku ciptakan; aku ingin merasakan nyaman yang paling aman. aku ingin menemui ruang yang tak terbatas. dapat mengeluarkan apa saja isi ajaib yang ada di kepala ku tanpa harus waspada. karena percayalah ragu itu melelahkan. sangat melelahkan!
0 notes
Text
Teruntuk kamu
Karena kamu aku sangat yakin Allah itu maha besar, kebaikan, ketulusan, dan kesabaran kamu sangat membuktikan apapun di dunia ini hanya sementara. Dan hanya sabar dan solat lah yang menolong aku, kamu, kita, dan mereka.
Dan bersama mu lah aku semakin yakin, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Intinya hanya yakin bahwa Allah lebih mengetahui sedangkan kita tidak.
Terimakasih telah memberikan aku banyak makna, pelajaran, dan pengalaman. Semoga kamu tetap membumi 💛

0 notes
Text
Saya mencintainya, terlalu mencintainya. Hingga saya lupa bahwa dia pun bukan seutuhnya milik saya. Dan kapan pun dia akan kembali ke pemilik Nya. Tapi yang mesti dia tau "you're best part in my life, I love you mama".
-ah kenapa aku tuh gengsian kalo ngomong langsung-
0 notes
Text
Bercerita seakan kamu paling tersakiti membuat lawan kau akan tertawa bukan?
Bercerita tentang kamu paling terbaik hanya akan membuat kau makin terluka bukan?
Sekarang aku tau kau tak pantas ku jadikan lawan, kau hanya pantas ku tertawakan.
Ingatlah, tetap membumi. Maka semesta akan mendukung mu.
Salam,
aku💛
0 notes
Text
Hai Fitri, selamat datang di bulan mu. Aku berharap hari mu selalu lebih baik, makin bijaksana, dan rendah diri. Jangan lupa pencipta mu telah memberikan banyak anugerah, jangan disia-siakan ya.

Dari perempuan yang selalu jeles kalo pubg lebih penting. Yha... Luv ya 🤟🏻
1 note
·
View note
Text
Beri aku kisi-kisi bagaimana aku bisa menyelesaikan soal yang ku ketahui jawabannya ada di lembar sebelumnya. Lalu apakah ini pantas ku pikirkan terus menerus? Berhentilah.
0 notes
Text
Karena pada akhirnya, saya kembali pulang. Kami telah banyak melewati proses, tahap ke tahap, lalu sampai pada hari ini saya menemukan kesimpulan "bahwa saya tau rumah mana yang pantas untuk saya tempati". Semoga hasil akhirnya pun sama, dia tetap menjadi penghuni rumahnya. 💛 #welcomebackmypage

2 notes
·
View notes
Text
Saya menulis bukan karena saya sudah pintar, sudah baik, atau sudah apa. Saya menulis karena saya sedang belajar. Dan menulis, salah satunya adalah pekerjaan orang belajar untuk mengikat ilmu dan hikmah yang didapat. Dan hidup, sepenuhnya adalah tentang belajar. Karena saya hidup, saya menulis.
— Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
Aku sudah berjalan jauh, namun akhirnya aku merindukan pulang. maaf.. aku sudah banyak menemukan dari sebuah perjalanan. Memaknai arti hilang dan sabar. Lalu sampai makna arti ikhlas aku belum sepandai itu. Aku ingin pulang.
1 note
·
View note
Text
Apakah ada yang abadi selain kata yang ditulis di halaman ini?
2 notes
·
View notes
Text
Aku rindu, dan itu benar.
Aku tidak punya banyak cara untuk menyampaikan kerinduan. Selain pada sebuah tulisan, dan sebuah pemujaan serta pengharapan kepada Tuhan. Aku tidak punya daya untuk berkata langsung, untuk menemui, untuk bicara. Ya begitulah aku adanya.
Mungkin kamu tidak banyak tahu tentang aku, sebagaimana kamu yang tidak tahu banyak pula soal aku. Entah kita sama-sama tertutup, atau sama-sama enggan membuka. Kita tidak punya rasa percaya akan hal penciptaan sebuah rasa. Yang bisa kita lakukan, hanyalah saling diam kemudian seolah-olah tak pernah saling ada, padahal kita sendiri yang meniadakan.
Pukul enam pagi, aku teringat sesuatu akan ulahmu. Dan sekarang pukul enam petang, hujan turun jatuh didepan mataku. Aku kembali mengingat sesuatu akan kamu. Tak pernah ada cakap, apalagi peluk yang bisa ku kenang. Kita berjalan masing-masing di bumi Tuhan.
Apa yang aku tulis semalam, adalah perihal kabar. Mungkin kau sibuk dengan duniamu, pun aku yang pura-pura sibuk dengan duniaku. Sama-sama berusaha bercengkerama dengan semesta tentang kata apa, bagaimana, mengapa, dan kapan yang bisa saja aku sudutkan untuk kamu. Tapi itu semua justru yang selalu bertaut pada jengkal demi jengkal langkah kakiku.
Diantara menit yang kita pernah saling bicara, kemudian tertawa. Dan diantara waktu itu, kita yang mungkin pernah saling menunggu. Jarak kita tidak jauh kan? Tak ada beda dunia diantara kita. Namun terkait hati kita, mungkin sungguh jauh bagiku untuk melangkah kesana.
Yang ramai, yang disambut, yang kukira rumah Sepi, asing, gelap gulita Tak ada suara nyaring pun bising Pengap Kadang yang kukira ini rumah, kita hanya sedang berkemah. Singgah sementara waktu, bukan menetap untuk saling berkata tetap. Tak ada kata satu, pun saling menuju.
Jakarta, 19 Oktober 2017
72 notes
·
View notes
Text
Kok nancep sekali ya💔😢
Aku larut dalam pesan manismu kala itu. Menyunggingkan senyum simpul saat namamu tertera pada layar digital itu. Menyibukkan jentiknya jemari untuk sesegera mungkin membalas apa yang kau sampaikan.
Betapa kita pernah tertawa pada hal-hal yang mungkin tak pernah ada. Betapa banyak angan yang kita ciptakan untuk kita bangun bersama di masa depan.
— Sabar, katamu.
Sebab jarak yang kita tempuh tak akan membuat perasaanmu rapuh.
— Percaya, yakinmu.
Sebab, hatimu sudah tak ingin memilih selain aku.
Melalui pesan-pesan singkat itu, awalnya ku meragu. Namun kau meyakinkanku dengan sepenuh jiwamu. Lalu peluhku berlalu, meyakini apa yang katamu rindu. Secepat itu kau menguasai saraf saraf dalam tubuhku sehingga tak satupun organ menolak untuk mempercayaimu. Engkau meyakinkanku akan sesuatu yang sulit terjadi; cinta dalam jarak yang begitu jauh. Engkau meyakini aku bahwa sampai akhir dirimulah bahagiaku.
Namun seketika kau melupakan, meninggalkan. Tanpa sesuatu yang bisa sepenuhnya kau jelaskan. Kau tahu? Memahami ketiba-tibaan saat seseorang yang mengagungkanmu berubah haluan bagai petir ditengah gersang.
Saat ku pikir bahwa kau adalah bagian dari masa depan namun kau mengatakan bahwa bersamaku adalah sebuah kesalahan.
Bagaimana mungkin? Aku sibuk mencari-cari jawaban pada setiap pernyataan yang kau tujukan, hingga aku lupa bahwa sebelum ragamu, hatimu sudah lebih dulu meninggalkan.
—Secepat itu cinta tumbuh dan berlalu.
Mungkin kau sudah lupa.
Betapa kau pernah menjadikanku dunia, betapa kau pernah menjadikanku satu-satunya.
Mungkin kau sedang tertawa.
Setelah dengan mudah mendapatkan maka mudah pula untuk menghempaskan.
Mungkin begitulah sejatinya dirimu, yang belum ku ketahui dengan pasti. Hanya saja selama ini aku rela di bodoh-bodohi.
Kau mungkin tidak pernah mencintaiku, kau hanya mencintai caraku memperlakukanmu. Dan pada batas ambisimu, kau melupakan aku.
-September 20th'17-
Pict source : @aksarannyta
317 notes
·
View notes