syaffiration
227 posts
https://collshp.com/syaffiration
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Memiliki kakak yang bisa masak dimsum adalah salah satu nikmat yang mesti disyukuri, alhamdulillah💜🥟

Bagaimana tidak? Saat bertamu ke rumahnya, sering dihidangin dimsum secara GRATISS🎊. Dan saat bertamu ke rumah juga beberapa kali dibawain dimsum, masyaa Allah🍀
Oiyaa.. Kakak bukan hanya bikin dimsum ini untuk keluarga, tapi untuk dijualin juga. Awalnya beliau memang ngga bermaksud jualan, hanya ingin masak dimsum yang sehat untuk anak²nya di rumah. Tapi, saat Kami, saudaranya nyobain dan menurut Kami ini enak dan sangat layak untuk dijualian.. Kami nyaranin kakak untuk jualan dan dengan bismillah, akhirnya beliau mulai jualan🌿
Beliau jualannya santai sihh, karena sesempat beliau aja. Dan beliau juga ngga khawatir kalau bikin stock, kata beliau gini "kalau laku, alhamdulillah dan kalau lagi ngga laku, ngga papa kok.. untuk dimakan aja di rumah".. Sesantaii itu.. wkwkwk
Oiyaa.. selain jualan dimsum, beliau juga bikin pempek. Dan ini foto dokumentasi pesanan orang² yang beli dimsum dan pempek beliau kala itu, masyaa Allah💫

Semoga Allah selalu memberkahi usaha kakak yaa.. allahumma aamiin🎀🌷
Btw.. kalau beliau lagi giling daging ayam untuk bikin dimsum, beliau pakai Chopper ini ya teman teman⤵️
Selain menggiling/menghaluskan daging ayam, bisa juga untuk menghaluskan daging sapi dan juga ikan yaa✅. Chopper ini juga bisa untuk mencincang atau menghaluskan bumbu² dapur✅, menghaluskan es batu✅, dan lain-lain.
Untuk lebih detailnya, teman² boleh cek langsung ke sini yaa⤵️
Mana tau ada yang lagi nyari Chopper, semoga rekomendasi ini bermanfaat ya teman-teman💐
1 note
·
View note
Text
“Maka nanti jika ada anak laki-laki yang datang mau melamar anak kita, yang pertama kali kita seleksi adalah kita tanyakan: “Dimana kamu tadi sholat shubuh?’ Kalau dijawab, "di rumah” Maka katakan: “Maaf saya tidak bisa menikahkan anak saya dengan orang yang tidak sempurna kelaki-lakiannya” (Mufti Muhammad Luthfi Al Banjari)”
—
Ini bukan sebuah kode atau sesuatu yang harus di cie ciein. Tapi ini tentang ilmu yang perlu diperhatikan. Berapa banyak di antara kita kini yang jarang sekali melihat tentang kesungguhan seorang laki-laki yang mau datang untuk sholat di masjid ketika shubuh.
Bapak saya pernah berkata, “jika kamu ingin melihat kesungguhan seorang laki-laki lihatlah ia ketika sholat berjamaah shubuh di masjid. Karna akan jarang kau temui laki-laki yag bersungguh-sungguh mendatangi Rabbnya dalam keadaan masih banyak manusia yag terlelap.”
Kemudian timbulah pertanyaan random dalam pikiranku, “bagaimana jika ia masih awam dalam hal agama?”
Dengan bijaksana bapak berkata, “Orang yang berilmu itu banyak. Orang yang agamanya pandai juga banyak, tapi orang yang berkomitmen terhadap Rabbnya itu yang sedikit. Banyak yang pandai agamanya tapi terkadang buruk dalam akhlaknya. Berbeda jika ia baik akhlaknya, Insya Allah ia akan paham ilmu agama dan penerapannya meski itu bertahap.”
“Bagaimana jika nanti menantu bapak masih berproses? Sholat shubuhnya kadang masih di rumah?”
“Kita tidak bisa menolak sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah. Sesuatu yang menurut kita buruk belum tentu menurut Allah. Bisa jadi Allah punya rencana yang lain. Agar kita bisa menjadi kawannya dalam berhijrah.”
“Sesederhana itu pak?”
Dan bapak hanya tersenyum… Bapak, seorang laki-laki yang hemat berbicara.
Surabaya dengan perasaan yang sederhana || 16.59 || @andromedanisa
211 notes
·
View notes
Text
Mencukupkan Rasa..
Ku ceritakan kau kepada Tuhan, aku menuliskannya dengan perasaan malu. Menuliskanmu dengan detail barangkali adalah upayaku untuk mencintaimu. Tak apa dalam diam, sebab dalam diam cinta tetaplah cinta, bukan? Sebab dalam diam tidak sampai melampaui batas yang melanggar syariat.
Ku ceritakan kau kepada Tuhan, aku menuliskan segala rasa ku dengan begitu malu. Ah, begini ya rasanya jatuh cinta dalam diam. Dimana perasaan ini hanya aku dan Tuhan saja yang tahu. Perihal sebuah temu namun tetap pada tempatnya. Aku menyukai sekalipun diam, aku tetap menyukai seperti ini sekalipun kamu tak pernah mengetahui.
Nanti, kala satu hari Tuhan takdirkan kita bertemu kembali, dan bersatu, bersama. Akan ku hadiahkan kamu puisi-puisiku selama aku menunggumu. Namun kala nanti Tuhan tak mengizinkan kita bersatu. Maka biarkanlah kisah ini aku akhiri dengan semestinya. Dan seharusnya memang harus diakhiri, sebab kehadiran seorang yang baru memang layak untuk ditunggu dan disambut dengan sebaik-baik sambutan.
Jadi, tetaplah berjalan ditempat kita masing-masing ya. Sampai nanti di waktu dan tempat yang tepat, takdir Tuhan mempertemukan kita dan menyatukan kita dalam kebaikan.
137 notes
·
View notes
Text
Jangan melanjutkan..
Pernikahan itu bukanlah solusi atas perasaanmu yang belum selesai. Selesaikanlah perasaanmu itu sebelum kamu menikah. Seseorang yang hadir dalam hidupmu, yang memutuskan untuk membersamaimu dalam kebaikan, lebih berhak mendapatkan kebahagiaan dan cinta itu darimu.
Jika kamu sendiri belum selesai dengan dirimu, maka bagaimana mungkin kamu meminta seseorang untuk menyelesaikan itu yang mungkin kau sendiri tidak ingin menyelesaikannya.
Pernikahan itu bukanlah jalan pintas yang bisa kamu pilih saat kamu patah hati dengan seseorang yang lain. Lalu memutuskan menikah dengan orang baru. Ingat, seseorang yang datang kepadamu itu memiliki hati, cinta, dan rasa cemburu. Jadi, bagian mana yang tidak kamu pahami?
Mencintai itu soal pilihan, namun menikah adalah perihal tanggung jawab. Tidak hanya kepada dirimu sendiri melainkan orang lain (pasanganmu) pada akhirnya.
Jika kamu belum selesai dengan perasaanmu. Selesaikanlah dahulu. Sampai semuanya tidak ada lagi ada pertanyaan, sampai semuanya tidak ada lagi rasa sakit yang tertinggal, dan tidak ada lagi rasa sesak kala kau mendengar namanya disebut.
Jika kamu belum selesai dengan perasaanmu. Selesaikanlah dahulu. Sebab seseorang yang baru datang kepadamu dengan banyak keputusan dan keberanian untuk membersamaimu, apapun itu bentuk lebih dan kurangmu.
Jadi, berhentilah jika kamu belum selesai dengan perasaanmu. Jangan melanjutkan perjalananmu dengan seorang yang baru. Sebab, itu akan saling menyakiti. Entah perasaanmu, lebih-lebih perasaan dia yang memberanikan diri hidup menua, bertumbuh bersamamu.
Mencukupkan itu perlu, agar hatimu tak serakah dalam mengambil keputusan. Agar hatimu cukup dengan sebuah kebaikan yang sudah ditetapkan oleh syariatNya.
200 notes
·
View notes
Text
Persahabatan dalam Keluarga
Ada beberapa pertanyaan yang muncul, tentang bagaimana menumbuhkan kedekatan antara orang tua dan anak, ataupun antara kakak dan adik dalam sebuah keluarga.
Sebagian kita ada yang merasa “canggung”, bahkan tidak begitu akrab dengan orang tua dan saudara kandung, bisa karena faktor karakternya yang memang tidak suka menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya satu sama lain, atau juga karena sejak dari awal, orang tua sebagai suami istri mensikapi hubungan antara keduanya sebagai hubungan atasan-bawahan, ordinat-sub ordinat. Perasaan setara, kesamaan, sebagai dasar terbentuknya persahabatan tidak ada sama sekali. Kesetaraan disini bukan dimaknai tanpa adanya batasan.
Maka, jangankan berbagi cerita, mengungkapkan satu hal kecil saja menjadi teramat sulit lantaran batasan yang begitu tegas. Sehingga anak-anak nya pun demikian.
Idealnya dalam pandangan Islam, pernikahan ataupun membangun sebuah keluarga memang bukan ajang untuk saling mendominasi antara suami dan istri. Bukan juga diartikan harus setara dalam tanggung jawab dan hak-haknya. Begitupun antara orang tua dengan anak, sebaik-baiknya adalah membangun “chemistry” yang baik, sehingga yang tercipta adalah hubungan orang tua dan anak yang hangat, seperti layaknya sahabat, namun batasannya tetap ada.
Seorang suami ataupun ayah adalah qowwam, sebagai pemimpin ataupun imam keluarga tetap punya hak sekaligus kewajiban mengarahkan seluruh anggota keluarganya kepada nilai-nilai Islam sebagai upaya melindungi dirinya dan keluarganya dari api neraka.
Seorang ayah adalah sosok pemimpin, pelindung, pendidik dan sahabat jiwa bagi istri dan anak-anaknya. yang memadukan ketegasan dan kelembutan, yang menebarkan cinta, bukan yang membuat takut. Yang mengedepankan kemauan baik, bukan menggunakan otoritasnya.
Seorang istri ataupun ibu adalah sebagai “partner/sahabat”, atau dalam Al-Qur'an disebut “shahibah” bagi suaminya dalam menjalankan rumah tangga.
Pada banyak kasus yang saya dengar dan amati, seringkali penafsiran dan penerapan prinsip keluarga yang kurang tepat, yaitu dengan menempatkan suami/ayah sebagai sosok yang “otoriter”, hidupnya hanya tentang mencari nafkah, perkataannya harus selalu dituruti tanpa tapi ataupun tanpa adanya komunikasi dua arah. Sangat jarang yang namanya komunikasi dua arah antara istri dan anak-anaknya. Kerap menjadi kendala bagi suami istri dan juga antara orang tua dan anak. Banyak hal prinsipil yang kemudian susah diwujudkan dalam iklim demikian, semisal menjalin komunikasi yang efektif.
Bila hal pokok semacam ini sulit dijalankan, bagaimana bisa rasa keterikatan hati dan kenyamanan sebagai unsur persahabatan bisa terwujud dan bisa dijalankan? Tidak heran kalau kemudian hal tersebut sebagai rutinitas yang kerap membosankan, bahkan menyakitkan. Akhirnya, masing-masing mencari orang lain yang bisa diajak bicara dan mendengar.
Masalah ini pun nyatanya tidak melulu disebabkan dominasi suami/ayah. Ternyata ada pula peran seorang istri/ibu. Misalnya, ada istri yang juga sebagai seorang ibu enggan mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Bukan karena suami yang demikian keras, tapi karena istri merasa memang seperti itulah seharusnya seorang istri bersikap. Atau waktunya pun “habis” digunakan untuk mencari nafkah juga. Sehingga pulang dalam keadaan sama-sama capek, dan keduanya tidak lagi mau “diribetkan” dengan urusan mendidik anak ataupun menjalin komunikasi dengan anak.
Hal-hal semacam ini tentunya harus dibenahi, dan tentu tidak akan mudah bagi yang sudah menjalaninya sekian lama. Sehingga sulit untuk diubah, namun bukan berarti tidak bisa.
Bagi kita yang belum mengambil keputusan untuk berumah tangga, ilmu sebelum berumah tangga itu sangat penting, salah satunya dari sisi ini.
Pernikahan yang diniatkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah, seharusnya menjadi tempat untuk menebar kebaikan di setiap sudutnya. Yang dibangun antara suami dan istri adalah persahabatan, yang merupakan perwujudan dari kasih sayang untuk memperingan langkah dalam menjalankan ibadah tersebut.
Penerapannya dimulai dengan saling berkomitmen dari awal, dan mengetahui tanggung jawab dan hak masing-masing tanpa harus menuntut. Sebagai seorang lelaki, kita mencontoh dari sosok suri tauladan terbaik sepanjang sejarah dalam memperlakukan wanita, dialah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebenarnya jikalau kita mau mengamalkan Islam dengan sebenar-benarnya, maka kita contoh perilaku dan akhlak beliau kepada istri dan anak-anak. Banyak film percintaan atau novel-novel yang sedang “booming” akhir-akhir ini, dimana menggambarkan bagaimana mesranya dan lembutnya seorang lelaki dalam memperlakukan perempuan, sehingga perempuan itupun jatuh hati. Padahal perempuan itu bukan istrinya. Hal itu wajar, karena sebelum yang namanya tahu baik-buruknya, sebelum saling mengikat satu sama lain dalam sebuah pernikahan, biasanya adalah masa yang penuh kamuflase.
Orang yang belum menjalankan hidup berumah tangga memperlihatkan kebaikannya saja itu wajar, tapi orang yang sudah membina rumah tangga sampai tua, lalu memperlakukan pasangan dan anak-anaknya dengan baik, itu baru luar biasa. Itulah yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Contoh klasik dari kemitraan dan persahabatan yang ditunjukkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah betapa ringannya beliau membantu pekerjaan rumah tangga, semisal menjahit bajunya yang robek sendiri. Pun acapkali Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak sungkan meminta pendapat pada istri-istrinya untuk satu masalah yang butuh pemecahan. Dalam beberapa kesempatan beliapun asyik bersenda gurau dengan istri-istrinya, memperlakukan anak-anak dengan lembut, tanpa rasa takut akan hilang kemuliaannya.
Agar dalam sebuah keluarga bisa memberi rasa aman dan nyaman bagi suami istri dan anak-anaknya, usaha membangun keluarga dengan iklim persahabatan adalah salah satu ikhtiar yang sangat diperlukan :)
195 notes
·
View notes
Text
Ya Allaah, janganlah Engkau letakkan nama seseorang didalam hatiku, jika pada akhirnya namaku tidak pernah ada di dalam hatinya. Sebab aku tak ingin mencintai dengan penuh luka.
210 notes
·
View notes
Text
KISAH SEORANG ISTRI YANG BISA MEMBUAT SUAMINYA TERGILA-GILA PADANYA
Kisah seorang istri yang bisa membuat suaminya tergila-gila padanya. Seorang Ayah bercerita pd anak perempuannya, Suatu hari seorang wanita tua diwawancarai oleh seorang presenter dalam sebuah acara tentang rahasia kebahagiaannya yang tak pernah putus. Apakah hal itu karena ia pintar memasak? Atau karena ia cantik? Atau karena ia bisa melahirkan banyak anak, ataukah karena apa? Wanita itu menjawab : “Sesungguhnya rahasia kabahagiaan suami istri ada di tangan sang istri, tentunya setelah mendapat taufik dari Allah. Seorang istri mampu menjadikan rumahnya laksana surga, juga mampu menjadikannya neraka. Jangan Anda katakan karena harta ! Sebab betapa banyak istri kaya raya namun ia rusak karenanya, lalu sang suami meninggalkannya. Jangan pula Anda katakan karena anak-anak ! Bukankah banyak istri yang mampu melahirkan banyak anak hingga sepuluh namun sang suami tak mencintainya, bahkan mungkin menceraikannya. Dan betapa banyak istri yang pintar memasak. Di antara mereka ada yang mampu memasak hingga seharian tapi meskipun begitu ia sering mengeluhkan tentang perilaku buruk sang suami.” Maka sang peresenter pun terheran, segera ia berucap: “Lantas apakah rahasia nya..?” Wanita itu menjawab: “Saat suamiku marah dan meledak-ledak, segera aku diam dengan rasa hormat padanya. Aku tundukkan kepalaku dengan penuh rasa maaf. Tapi janganlah Anda diam yang disertai pandangan mengejek, sebab seorang lelaki sangat cerdas untuk memahami itu.” “Kenapa Anda tidak keluar dari kamar saja..?” tukas presenter. Wanita itu segera menjawab: “Jangan Anda lalukan itu! Sebab suamimu akan menyangka bahwa Anda lari dan tak sudi mendengarkannya. Anda harus diam dan menerima segala yang diucapkannya hingga ia tenang. Setelah ia tenang, aku katakan padanya; ‘Apakah sudah selesai?’ Selanjutnya aku keluar…. Sebab ia pasti lelah dan butuh istirahat setelah melepas ledakan amarahnya. Aku keluar dan melanjutkan kembali pekerjaan rumahku.” “Apa yang Anda lakukan? Apakah Anda menghindar darinya dan tidak berbicara dengannya selama sepekan atau lebih?” tanya presenter penasaran. Wanita itu menasehati : “Anda jangan lakukan itu, sebab itu kebiasaan buruk. Itu senjata yang bisa menjadi bumerang buat Anda. Saat Anda menghindar darinya sepekan sedang ia ingin meminta maaf kepada Anda, maka menghindar darinya akan membuatnya kembali marah. Bahkan mungkin ia akan jauh lebih murka dari sebelumnya.” “Lalu apa yang Anda lakukan..?” tanya sang presenter terus mengejar. Wanita itu menjawab: “Selang dua jam atau lebih, aku bawakan untuknya segelas jus buah atau secangkir kopi, dan kukatakan padanya, Silakan diminum. Aku tahu ia pasti membutuhkan hal yang demikian, maka aku berkata-kata padanya seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.” “Apakah Anda marah padanya..?” ucap presenter dengan muka takjub. Wanita itu berkata: “Tidak… Dan saat itulah suamiku mulai meminta maaf padaku dan ia berkata dengan suara yang lembut.” “Dan Anda mempercayainya..?” ujar sang presenter. Wanita itu menjawab : “Ya. Pasti. Sebab aku percaya dengan diriku dan aku bukan orang bodoh. Apakah Anda ingin aku mempercayainya saat ia marah lalu tidak mempercayainya saat ia tenang..?” “Lalu bagaimana dengan harga diri Anda?” potong sang presenter. “Harga diriku ada pada ridha suamiku dan pada tentramnya hubungan kami. Dan sejatinya antara suami istri sudah tak ada lagi yang namanya harga diri. Harga diri apa lagi..?!! Padahal di hadapan suami Anda, Anda telah lepaskan semua pakaian Anda!”
(Ditulis Ustadz Abu Fairuz Ahmad hafidzahullah, dikutip dari FB)
593 notes
·
View notes
Text
Ada hari dimana perasaan kita akan sangat begitu lapang menjalani hari-hari kita yang mungkin terasa berat bila dibandingkan hari-hari lalu. Namun, kita merasakan baik-baik saja sebab perasaan lapang yang kita rasakan saat menjalaninya. Perasaan ini tentu tidak bisa hadir tanpa adanya pengalaman kecewa yang pernah kita alami selama hidup. Dan poin yang utama adalah sebab pertolongan Allaah kepada diri kita yang begitu lemah ini.
Ada hari dimana kita tidak lagi merasakan sakit dan kecewa saat impian kita tidak terwujud. Sebab kita memahami bahwa segala sesuatunya adalah bagian dari takdir yang musti kita imani meski kurang mengenakan untuk diri kita. Namun kita tak lagi merasa kecewa, sebab kita memahami segala ketetapanNya adalah yang terbaik untuk kita sekalipun kita tidak memahami hikmah apa yang bisa kita ambil saat itu juga.
Inilah salah satu pertolongan Allaah. Menghadirkan perasaan ikhlas kedalam hati kita. Perasaan ini penting, agar kita tidak mudah untuk menyalahkan takdir. Atas apa-apa yang terlewat dari diri kita.
Ada hari dimana kita akan dibuat takjub, atas perasaan lapang ini. Sesuatu yang memang untuk kita akan menjadi milik kita pada akhirnya sekuat apapun kita melepaskannya.
Maka banyaklah bersyukur setelahnya wahai diri. sekecil apapun perasaan Ridha yang kamu rasakan adalah bagian dari kebaikan Allaah untukmu.
27/365 hari...
313 notes
·
View notes
Text
Sulit rasanya untuk membalik lembaran dalam sebuah buku dan meneruskan membacanya, saat kamu mengetahui bahwa seseorang yang kamu cintai tidak akan ada di bab berikutnya, tetapi ceritanya harus terus berlanjut.
Lanjutkan dan jalani saja hidupmu saat ini dengan baik, entah nanti ditakdirkan dengan yang kamu impikan atau tidak. Kamu hanya bisa marancang dengan baik, dan Allah akan memberikan jawaban dan hasil yang terbaik untukmu.
Selamat menikmati hidup dengan syukur, hari dan seterusnya.
@jndmmsyhd
599 notes
·
View notes
Text
Jangan pernah merasa baik-baik saja jika masih suka maksiat sekalipun rajin ibadah. Barangkali ketika kita tidak sholat tepat waktu karena habis nonton sesuatu yang mengandung maksiat.
Barangkali kelunya lidah untuk membaca Al-Qur'an karena semalam habis ngomongin orang atau ngobrol hal-hal yang ngga berguna. Barangkali sulitnya kita menerima nasehat karena telinga yang teramat sering mendengarkan perkataan kotor.
Barangkali saat tangan terasa berat untuk sedekah tersebab seringnya jari-jemari mengetik sesuatu yang menyakiti hati saudara kita saat membacanya. Dan hal-hal lain yang sebenarnya teguran dari Allah tapi kitanya santai aja.
Merasa baik-baik saja karena maksiat jalan ibadah jalan. Astaghfirullah, yuk mari kita koreksi amal yaumi kita. Jika masih ada kekurangan yuk dimaksimalkan. Sambil terus mohon ampun atas segala dosa kepada Allah. Dan berjuang menghindari maksiat sekecil apapun.
260 notes
·
View notes
Text
Semoga penantianmu tidak sia-sia. Pada dia yang begitu kamu doakan dalam setiap doamu. Semoga kesabaranmu berbuah bahagia. Pada apa-apa yang kini sedang kamu upayakan dengan penuh keyakinan. Semoga kamu sampai pada apa yang sedang kamu tuju. Meski dalam menujunya kamu seringkali menangis dan mengatakan ingin menyerah saja.
Semoga pada akhirnya kamu menemukan bahagiamu. Atas apa yang kini sedang kamu tunggu dan kamu nanti-nanti kehadirannya. Doa-doamu sungguh didengar sayang. Allaah Maha Mendengar, dan segala pintamu Allaah mendengarnya. Maka, bila saat ini kamu mulai lelah. Ku mohon, jangan pernah lelah pada apa yang kamu mintakan kepadaNya.
Semoga penantianmu tidak sia-sia. Pada banyak hal yang ingin sekali kamu raih. Ini semua hanya butuh waktu, ini semua hanya butuh kelapangan dan kesabaranmu.
Tulisan di awal tahun 2022. Semoga kelak, kamu sampai pada apa yang kamu rasakan saat ini..
162 notes
·
View notes
Text

Semoga dari cerita ini, ada manfaat yang bisa diambil. Cerita ini tentang sepupu kecil saya, kami dulu pernah serumah ketika dia masih bayi, sampai berumur 2 tahun. Sayapun tidak jarang ikut membantu menjaganya.
Mungkin semua tau, kalau bayi itu suka bangun di malam hari, sedangkan disiang hari, ia bisa tidur sangat lama. Sayapun beberapa kali "menculik" sepupu kecil saya itu dari kamarnya, khawatir jatuh dari kasur, karena melihat mamanya yang ketiduran, sementara dia "ngoceh" sendirian :D
Ketika sampai ke fase toilet training, sekitar umur 1,5-2 tahun, dia sudah belajar dilepas dari diapernya. Setiap akan tidur dia dibiasakan buat pipis di toilet, dan diwaktu-waktu dia suka pipis pun, dia akan cepat-cepat kita bawa ke toilet agar terbiasa pipis ataupun bab disana. Namun di umurnya yang mau 4 tahun, ketika dia main kerumah, saya dapati dia pipis diatas kasur saya waktu itu, bukan saat tidur, tapi saat ia enggan bersegera ke toilet saat terasa pengen pipis, karena keasyikan main sama saya. Jadilah dia pipis, kemudian bersembunyi.
Mendapati dia pipis dan bersembunyi, naluri pertama saya bukan ingin marah, tapi malah merasa kasihan. Sempat bertanya² dalam hati, "kenapa sampai harus sembunyi?"
Kemudian saya malah iseng kagetin dia, waktu kedapatan bersembunyi.
"Nah! Ketahuan sembunyi disini"
Dia tiba-tiba menangis, tentu saya merasa bersalah setelahnya. Kemudian saya peluk, saya tenangkan sambil saya tuntun ke kamar mandi, dan saya bantu bersihkan. Yang buat saya terharu, dia meminta maaf sambil memeluk.
Setelahnya saya bertanya,
"Kenapa ade minta maaf?"
"Tadi aku pipis di kasur aa, padahal aku harusnya cepat² ke kamar mandi kalau mau pipis"
"Masya Allah, aa bangga. A** sudah minta maaf sama aa, padahal yang dipipisin kan kasurnya. Dan a** tau, nanti lagi kalau mau pipis, seharusnya cepat-cepat ke kamar mandi, bukan sembunyi. Begitu bukan?"
Diapun mengangguk dan tertawa :D
*Dia sebut dirinya pakai namanya sendiri, bukan "aku", tapi cukup saya samarkan namanya.
Sesudahnya, saya bertanya ke mamanya, namun tentu tidak dihadapan sepupu saya. Apa sepupu saya itu pernah pipis di kasur lalu dimarahi? Kemudian mamanya menjawab,
"Ga, a. Cuma seringnya dia itu nahan pipisnya kalau lagi asyik sama kegiatannya, jadinya pernah pipis waktu dia lari ke kamar mandi, setelah dia nahan-nahan. Anti cuma kasih tau, kalau nahan-nahan pipis itu ga baik, ga sampai anti marahin kok. Kenapa aa tanya begitu? Apa tadi kejadian disini?"
Alhamdulillah, setelah kejadian itu.. saya tidak lagi melihat ataupun mendengar sepupu saya mengulang "kesalahan"nya.
Dari kejadian tersebut membuat saya belajar bagaimana seharusnya bersikap ketika menghadapi anak-anak pada fase-fase seperti itu. Tidak perlu menunggu punya anak dulu untuk memahami hal-hal semacam ini.
Kadang, ketika anak berulang melakukan "kesalahan" yang sama, lalu reaksi setelahnya adalah bersembunyi, padahal orang tuanya tidak sampai memarahinya ataupun memberikan hukuman atas kesalahannya, aksi "sembunyi" nya itu mungkin sebagai bentuk rasa kecewa kepada dirinya sendiri atau malu telah berbuat kesalahan.
Menjadi pengingat bagi orang-orang dewasa disekitarnya, bukan hanya mencukupkan mendidik agar ia bersikap jujur saja, namun reaksi kita ketika ia sudah bersikap jujur dan mengakui kesalahannya pun penting disini.
Karena jika omelan yang terus berulang dan teguran keras yang ia dapatkan, alih-alih membaik, justru bisa menjadi tekanan untuknya. Bahkan bisa saja ia malah menarik diri untuk jujur.
Cara terbaik ketika kita melihat ataupun mendengar mereka melakukan kesalahan, adalah mengajak mereka bicara secara privasi, bukan didepan orang lain atau banyak orang.
Bangun komunikasi dua arah, dengan terlebih dulu bertanya tentang alasannya melakukan demikian. Dengarkan dengan seksama, tanpa sedikitpun memotong apa yang ia sampaikan.
Setelah selesai, baru kita sampaikan bagian mana yang harus kita luruskan tanpa harus diiringi dengan amarah. Berikan apresiasi jika ia telah bersikap jujur.
Beri ia ruang untuk belajar dari kesalahan. Jika perlu, sampaikan konsekuensi terburuk dari kesalahannya itu apa, jika ia tidak memperbaikinya.
"Kita semua tidak ada yang luput dari kesalahan, kebanyakan penghuni surga pun adalah mereka yang berdosa, namun kemudian mereka bertaubat dengan sebenar² taubat. Begitupun ketika melihat kesalahan orang lain, belajarlah dari kesalahannya, agar kita jangan sampai terjerumus kedalamnya. It's okay not to be perfect, sometimes we make mistakes, learns from it, and never makes that mistake again."
https://instagram.com/gsatria
245 notes
·
View notes
Text
Kesedihan yang harus ditahan-tahan .
"Udah, jangan nangis dulu. Tahan-tahan kesedihannya."
"jangan nangis. aku aja bisa nahan buat gak sedih."
Mengapa kesedihan hari ini harus ditahan-tahan? Tidak bisakah jika ia ingin menangis, menangis saja. Sampai lega, sampai tenang kembali perasaannya. Menangis tak menjadikan seseorang itu hina. Ia adalah kesedihan yang disuarakan melalui air mata.
Mengapa kesedihan pada hari ini harus ditahan-tahan? Tidak bisakah kesedihan itu memiliki temannya? Kalaupun tak memiliki temannya setidaknya berempatilah atas kesedihan yang sedang ia alami, yang sedang ia rasakan. Barangkali dia juga tak mau merasakan sedih. Manusia mana yang mau dirinya berada dalam kesedihan? Semua bersepakat bahwa manusia mana pun ingin merasakan bahagia saja. Namun hidup itu seimbang. Ada yang datang maka harus ada yang pergi. Begitu juga bila ada kebahagiaan maka kesedihan selalu ada beriringan.
Kalau sedih mengapa harus ditahan-tahan? Aku pun tidak tau. Barangkali bersikap baik-baik saja tanpa terlihat sedih adalah pilihan untuk manusia pada hari ini.
94 notes
·
View notes
Text
Kesedihan yang belum reda...
Hujan sedari pagi belum reda. Seperti halnya kesedihan yang kamu rasakan. Ada banyak hal yang ingin sekali kamu ceritakan dengan menangis. Namun kamu memilih untuk tersenyum lebar. Menyakitkan memang, disaat hati ingin berteriak marah namun dipaksa untuk tetap tersenyum pertanda baik-baik saja.
Allaah tahu apa yang kamu rasakan. Bersikap baik-baik saja itu tidaklah mudah. Namun kamu memilih untuk demikian.
Jangan bertanya kepadaku kapan hujan akan reda. Yang aku tahu tidak ada takdir yang menyakitkan kita. Kemarahan, kesedihan yang kamu rasa adalah bentuk dari protesnya dirimu akan takdir Allaah. Jangan demikian sayang. Itu akan membuatmu semakin lelah.
Tak mengapa, nikmati saja proses kesedihanmu. Hidup didunia ini tidak ada yang abadi. Kesedihanmu akan berganti kebahagiaan kelak bila kamu memilih untuk tetap bertahan, dan berjuang untuk tidak menyerah saat ini
Hujan sedari pagi belum reda. Sama seperti kesedihanmu yang belum reda dari raut wajahmu. Maka bila saat ini masih merasakan sedih, maka berdoalah. Mintalah kepada Allaah agar mengganti kesedihanmu dengan bahagia.
Kelak, saat nanti engkau merasa bahagia dalam hidupmu. Jangan lupa bersyukur lebih banyak ya sayang. Saat kehimpitan menyelimuti hidupmu engkau memilih untuk riuh memanjatkan doa kepada Allaah. Doa-doamu didengar, doa-doamu kelak akan diijabah Allaah.
Saat kesedihanmu belum reda, cobalah untuk Ridha. Sebab salah satu hal yang membuat sedih belum juga reda dikarenakan perasaan yang belum Ridha terhadap takdirNya. Sedih itu tak mengapa, yang tak boleh adalah berlarut-larut dalam kesedihan. Sekadarnya saja, sebab setiap orang pun diuji. Dan tak sama ujian tersebut. Manakala engkau mengalaminya, jangan lupa dan jangan lepas untuk meminta pertolongan.
Desember yang selalu sendu || 14.13
142 notes
·
View notes
Text
Barangkali niatmu yang kurang bersih dalam memohon, sehingga Allah menunda doamu untuk mengabulkan. Bisa jadi juga karena terlalu banyak maksiatmu hari ini, sehingga tidak layak doamu dijadikan nyata. Bersihkan lagi hati dalam meminta, dan kurangi lagi maksiat yang menjadi penyebab doa itu terhalang.
Ada seseorang yang bilang bahwa ia mencintai hujan, tapi tatkala hujan turun ia justru berteduh dan menghindarinya, tidak sedikit pula ia mencaci dan menghina hujan yang turun. Entah karena agendanya yang menjadi tertunda atau karena ia benci dengan basah.
Cintanya dusta, hanya sebatas kata yang keluar layaknya pujangga tapi sebenarnya ia tidak benar-benar cinta. Sebagaimana doa yang kamu langitkan, jangan sampai ia hanya sebatas kata saja, sedangkan kamu tidak berusaha menghindari maksiat-Nya.
Sebab hakikat doa adalah mendekatkan diri pada Allah, sedangkan maksiat adalah cara termudah dan tercepat untuk menjauh dari-Nya. Jika benar kamu mencintai doamu, maka seharusnya kamu bisa menghindari dan mengurangi maksiat juga dosa.
@jndmmsyhd
562 notes
·
View notes
Text
Usia, Pencapaian dan Pencarian
Bukan sebuah jaminan seseorang yang semakin bertambah usianya akan semakin matang dan dewasa cara berpikirnya, bukan jaminan pula ia akan baik dalam menentukan skala prioritasnya. Akan tetapi, semakin seseorang dewasa terkadang akan semakin banyak kekhawatirannya, dari mulai kapan menikah, punya anak, rumah dan kendaraan, atau mungkin kekhawatiran soal pencapaian lainnya.
Setidaknya, cobalah menepi dan menyendiri, sebentar saja. Berbicara dengan diri sendiri dan apa yang hari ini benar-benar kamu butuhkan dan apa yang hanya sekedar keinginan atau lapar mata.
Ada seseorang yang usianya beranjak mendekati 30 tahun, kekhawatirannya adalah soal jodoh yang sampai detik ini belum juga datang. Ada pula seseorang yang mungkin usianya 20 sampai 25 tahun yang mengkhawatirkan soal rezeki dan tempat tinggal. Bukan, bukan untuk membandingkan dengan orang lain, kok.
Hanya saja, kadang kita lupa bahwa setiap orang ada kekhawatirannya masing-masing, setiap usia juga ada gemuruhnya masing-masing, dan itulah yang sebenarnya sedang menjadi ujian untuknya. Apapun kekhawatiranmu hari ini, jika ia memang ditakdirkan untukmu maka ia akan tetap datang padamu. Yang menjadikan berbeda adalah bagaimana caramu mendapatkannya saja, melalui yang baik dan berkah, atau yang cepat tapi tidak ada ketenangan dan keberkahan.
Berapapun usiamu, jangan sampai tidak menaikkan pencapaian soal kedekatan dengan Allah. Kekhawatiranmu sebenarnya salah satu tanda ada jarak antara kamu dan Allah, entah dari seringnya kamu lalai atau berlebihan mengharap pada manusia. Semakin kamu dekat dan yakin dengan Allah, maka kekhawatiranmu pasti akan semakin mengecil, gelisahmu juga akan semakin hilang.
Usiamu hari ini berapa? Dan bagaimana pencapaianmu soal ibadah? Kalau soal dunia aku tidak bertanya, sebab prioritas dan hidup kita pasti berbeda :)
Selangor, 17 Desember 2021 (Menunggu selesai karantina)
@jndmmsyhd
701 notes
·
View notes
Text
“Tidak semua yang kamu rasakan saat ini harus kamu kabarkan pada semua atau sebagian orang, ada saatnya gemuruh hati itu kamu simpan sendiri untuk disampaikan pada Allah. Iya, berdua saja, hanya kamu dan Dia yang tahu. Dan itu lebih menenangkan.”
—
Sebaik-baik cara untuk menyembuhkan luka adalah menceritakan luka dan sakit itu pada yang tepat, yang akan memberi obat sesuai kadar sakitnya, yang akan memberikan jawaban pada persoalan yang semua manusia tidak bisa menjawabnya.
Hanya berdua saja, entah dalam doamu sebelum beranjak tidur, atau kala sujud dengan air mata yang jatuh tanpa kamu diminta, seakan tubuh enggan bangun sampai tersampaikan semua gemuruh dan ketakutan hati soal dunia. Tanpa terasa lisanmu berkata “Ya Allah, peluklah doa-doaku”
Berdua saja, antara kamu dan Allah saja yang tahu.
@jndmmsyhd
781 notes
·
View notes