syeraalsyr
syeraalsyr
Hello, Alsyera here!
1 post
Don't wanna be here? Send us removal request.
syeraalsyr · 5 years ago
Text
Artikel Opini : Pesona Danau Toba untuk Pesona Indonesia
Pelaksanaan Festival Pesona Danau Toba sudah dua kali diselenggarakan di Kabupaten Toba Samosir. Suasana meriah dan padatnya keramaian kota sepanjang Soposurung-Sibolahotang begitu menakjubkan saat pawai budaya dilaksanakan. Keindahannya juga didukung dengan adanya atraksi kebudayaan nasional yang juga membawa kesan tersendiri untuk dikenang masyarakat. Pelaksanaan festival ini tentunya membawa jumlah pengunjung drastis meningkat. Bermacam etnis dari berbagai pulau berpartisipasi dalam festival ini. Hal ini pula yang membawa Danau Toba beserta kebudayaannya lebih dikenal dekat secara nasional.
Selesainya festival tersebut, Danau Toba dipersiapkan untuk menjadi Monaco of Asia. Hal tersebut dinyatakan oleh Presiden Jokowi setelah menghadiri festival  bersama dengan menteri-menteri. Tujuan pemerintah melakukan ini adalah untuk menghidupkan kembali wisata Danau Toba yang pernah menjadi tujuan wisata favorit turis mancanegara pada era tahun 1990-an dan merupakan harapan besar  bagi rakyat Sumatera Utara, umumnya Indonesia. Banyaknya program pemerintah untuk memajukan Danau Toba harusnya menjadi berita yang baik.
Kesempatan seperti ini harus bisa dioptimalkan oleh pemerintah dan masyarakat sekitaran Danau Toba. Namun, untuk menjadi Monaconya Asia, pembangunan infrastruktur di kawasan Danau Toba masih perlu dipercepat. Bukan hanya itu, pembenahan di berbagai sektor juga masih perlu didongkrak lebih maksimal. Kenyataannya, pembenahan yang harus segera dibenahi masih sering terbengkalai begitu saja. Pembangunan masih dilakukan setengah-setengah tidak sampai selesai menyeluruh.
Kedatangan Presiden Joko Widodo bersama menteri-menteri disambut dengan antusiasme masyarakat. Digelarnya festival tersebut membawa beberapa perubahan di beberapa lokasi pelaksanaan festival. Perubahan tersebut tampak dengan adanya gotong royong masyarakat untuk membersihkan sekitaran Danau Toba. Pembenahan punggung-punggung jalan, menata ulang pasar, dan mendirikan beberapa panggung budaya juga sudah dilakukan. Hal ini membawa kawasan Toba Samosir semakin teratur. Namun, yang menjadi masalah adalah perubahan tersebut hanya bersifat sementara.
Setelah karnaval selesai, lingkungan tetap dibiarkan kotor, pasar kembali semrawutan, dan jalanan yang tidak teratur. Salah satu penyebabnya adalah rasa apatis yang mengakar pada diri masyarakat.  Apakah Danau Toba yang bersih, indah, dan teratur sekadar menyambut orang-orang besar negara? Inilah yang menjadi masalah stagnannya keadaan Danau Toba. Masa prafestival masyarakat bergotong royong membersihkan kawasan Danau Toba,  pascafestival hal baik tersebut menghilang. Sampah-sampah di jalanan kembali berserakan. Pinggiran Danau Toba juga dipenuhi sampah yang tak jarang terbawa arus air ke tengah.
Masalah pencemaran danau pun menjadi masalah yang sangat mendesak untuk diatasi. Danau Toba memperlihatkan pengotoran yang makin parah. Pencemaran itu datang dari sampah rumah tangga, hotel, keramba, dan kotoran ternak. Tidak hanya itu, pemberian izin usaha perhutanan memperparah kerusakan lingkungan. Hal tersebut terjadi karena terdapat penebangan pepohonan hutan tanpa adanya revitalisasi. Banyak masyarakat mengabaikan masalah tersebut dan hanya berharap pemerintah sajalah yang menuntaskannya.
Infastruktur dan akses menuju Danau Toba juga perlu dihidupkan. Transportasi perlu ditingkatkan fasilitasnya dengan standar wisata. Kapal-kapal penyebrangan perlu ditambahi jumlahnya karena kebutuhan akan kapal semakin meningkat. Untuk menyebrang ke Pulau Samosir orang-orang harus mengantri lama. Jalur  kereta yang dicanangkan juga belum terealisasikan sampai sekarang. Padahal, lintasan sepanjang rel bisa menjadi nilai objek wisata lain dengan adanya pemandangan indah.
Selain itu, masyarakat Danau Toba juga masih perlu konsisten dalam melestarikan budaya. Nilai-nilai budaya sudah mulai ditinggalkan masyarakat, seperti lunturnya nilai hormat suku Batak terhadap aspek spiritual dan material. Hal yang sangat kontras adalah arsitektur bangunan khas Batak yang mulai hilang tergantikan dengan bangunan modern. Ornamen dan corak-corak gorga mulai jarang terlihat, tetapi pasar Balige masih menonjolkan keindahan tersebut. Sebenarnya pasar tersebut baru dibenahi dan dilakukan pengukiran gorga serta pengecatan ulang saat festival mau diselenggarakan. Mungkin saja, bila tidak ada festival, pasar tersebut dibiarkan begitu saja memudar dan pahatannya dibiarkan terkikis tidak rapi.
Sifat tidak terbuka terhadap wisatawan juga menjadi penghambat. Beberapa masyarakat masih ada yang tidak peduli dengan kehadiran wisatawan ataupun berinteraksi sekadar saja. Padahal, budaya hospitality perlu dibangun agar ada keramahtamahan dan servis yang bagus. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya merasakan dan menikmati alam, tetapi juga mendapat layanan. Hospitality yang baik dan berkesan sebenarnya bisa menjadi kerinduan bagi wisatawan untuk kembali mengunjungi tempat tersebut.
Sebenarnya, diperlukan perubahan  paradigma dalam memandang pariwisata hanya untuk konteks pembangunan nasional. Pariwisata tidak  lagi sekadar alat peningkatan pendapatan nasional, tetapi memiliki jangkauan yang lebih luas dan mendasar. Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan memerlukan fokus yang lebih tajam serta mampu memposisikan destinasi pariwisatanya sesuai potensi alam, budaya dan masyarakat yang terdapat di masing-masing daerah.
Sebelum pembenahan infrastruktur dan sarana, pembangunan pariwisata membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan karena sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat  berperan penting dalam keberhasilan pengembangan pariwisata. Khususnya untuk masyarakat sekitaran Danau Toba, pembenahan mental warga akan menciptakan atmosfer pariwisata yang lebih baik lagi ke depannya. Terbuka dan pedulinya masyarakat akan sangat membantu percepatan pembangunan infastruktur.
Usaha wisata sangat mengandalkan  kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Untuk itu perlu dilakukan penataan dan pengelolaan objek tujuan wisata, atraksi seni dan budaya serta sumber daya dan lingkungan yang ada dengan baik. Danau Toba harus sebisa mungkin tetap menjaga keorisinilan budayanya.
Agar menjadi sama seperti Monaco di Eropa kemudahan-kemudahan perlu diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kulinernya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan  suasana tenang serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.
Seluruh instrumen pemerintahan Toba Samosir harus mampu mengkomunikasikan semuanya. Masyarakat juga harus sadar akan tanggung jawabnya dalam pemeliharaan budaya sebagai identitas dirinya. Pemerintah maupun masyarakat diharapkan tidak meninggikan ego dan apatis terhadap keadaan yang ada.
Kesempatan yang terbuka lebar ini harus dimaksimalkan sebaik mungkin karena kesempatan tidak datang dua kali. Bila pemerintah pusat bersusah-susah memperjuangkan pembangunan infrastruktur Danau Toba, pemerintah daerah dan masyarakat juga harus tanggap terhadap berbagai keadaan dan perubahan karena masalah-masalah yang ada adalah tanggung jawab bersama
1 note · View note