#Otak.! Ccs
Explore tagged Tumblr posts
Text
LGBT Merangkai Duka
Dulu takut menjaga anak perempuan.. tapi sekarang lebih takut lagi menjaga anak laki-laki.
--------
Copas tulisan dari dr. Ani Hasibuan, ahli syaraf di RSCM.
Sekedar berbagi cerita dari poli syaraf utk para orang tua, spy kita semakin gencar menjaga lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan sekolah.
Sejak 1997 saya berurusan dgn para gay. Sampai hari ini belum pernah absen. Mereka pasien terbanyak HIV yg saya tangani. Yg hidup tinggal beberapa sih. Barusan suster saya lapor ada lagi yg meninggal 3 hari lalu, dgn _kriptokokus meningitis (infeksi jamur di otak).
Dari pengamatan saya, gay itu ada “kasta”nya.
Ada yg dominan; biasanya yg punya uang & lebih tua secara umur.
Ada yg submissif; kalau saya perhatikan, semacam “piaraan”. Piaraan ini berkasta juga, ada anak muda putih bersih klimis dari kalangan keluarga menengah. Ada juga yg kelas sandal jepit (bukan yg harga 18 ribu ya...
Perlakuan dari yg dominan pd piaraan juga berbeda, sesuai KW si piaraan. Yg KW ori diperlakukan sgt istimewa.
Waktu saya kerja di klinik HIV RSCM, pernah dpt pasien mahasiswa universitas swasta terkenal di Jakarta yg kena meningitis kriptokokus (jamur otak). Orang tuanya pekerja petrol, tinggal di Dallas, USA. Dia di sini tinggal sendiri. Anaknya tampan, klimis & kelihatan anak baik. Sang dominan sering ikut mengantar kalau kontrol. Jangan kaget ya... dominannya ini seorang aktivitis LSM anti HIV! Itu kalau si pasien saya ini mengeluh sakit kepala, si dominan ini mengelus2 punggung si submissif sambil bilang, “Sakit ya sayang? Yang mana yg sakit? Sabar ya sayang..” (Untung saya masih setia pd sumpah hipocrates. Kalau saya berkhianat, si dominan itu mau saya suntik fentanyl 1000 cc biar mokat, mampus..!).
Tapi saya pernah juga dpt seorang dominan yg kena infeksi di medulla spinalis, spondilitis TB. Jadi lumpuh kedua kakinya tiba2. Pas dirawat, submissifnya datang menemani. Itu dibentak2, gak ada sayang2nya. Si submissif ini tampilannya sih kelas sandal jepit, manggil dominannya "Abaaangg...”
(jijik ya dengarnya ).
Ada juga piaraan bayaran. Satu pasien saya asal Jogja (skrg sdh meninggal dgn toksoensefalitis; bisul di dalam otak, krn kuman tokso yg sering nempel di badan kucing, anjing). Mengaku dia bayaran, dipiara seorang laki2 Cina utk bayaran 1000 sampai 2000 USD per bulan. Uangnya dia kirim ke Jogja utk anak & istrinya... 😩. Dia ini sejatinya bukan gay, jd semacam pelacur lelaki (gigolo) yg kerja sebagai caddy lelaki di satu lapangan golf di Tangerang. Waktu ketahuan HIV & tokso, nangis meraung2. Selama dirawat baca Qur’an terus. Kalau saya periksa selalu terisak2 & bilang menyesal. Pas ketemu bininya saya yg berkaca2. Sebab bininya perempuan berhijab rapi dgn dua balita yg juga berhijab.
Ada juga gay kakak adik. Sejak kecil dikasih satu kamar dan satu ranjang oleh emak bapaknya. Pas gede, tau2 yg kakak kena kripto. Dicek HIV positif. Ditanya pasangannya siapa? Dia bilang adiknya. Pas adiknya dicek, positif juga HIV-nya. Kedua2nya sdh meninggal, dlm satu ruang rawat yg sama. Ayahnya sampe anak2 itu dikubur pun gak pernah mau datang nengok.
Hati-hati dgn anak-anak..
Ajarkan mereka utk bertindak agresif kalau ada yg coba2 menggoda (gay).
Jangan kasih ampun, langsung pukuli beramai2..!! Pengalaman saya dari anak2 yg kena goda para 'penyuka anus' ini, mereka makin agresif kalau yg digoda diam atau menunjukkan rasa takut._ Tapi langsung berhenti kalau yg digoda langsung main fisik. (Beberapa anak muda yg digoda gay konsultasi ke saya bersama ortunya).
Bila anak bepergian, jangan ijinkan kalau sendirian...!
Usahakan beramai2, spy nyalinya tidak ciut kalau ada gay yg datang menggoda. Mereka bisa tawarkan apa saja; bisa uang, bisa bujuk rayu, bahkan ancaman.
Dari wawancara dgn pasien2 gay, mereka ini tadinya SEMUA pernah mengalami anal seks, sebagian besar secara paksa! Setelahnya mereka akan sangat dijaga & ditemani oleh kelompok gay. Pergaulannya diganti jd pergaulan gay, dst.
Cerita tentang gay semua berakhir TRAGIS...!!! Belum pernah saya dengar yg berakhir spt di cerita fairytopia... Misalnya berakhir kayak Cinderella, happily ever after... Kisah para gay berakhir dengan tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dan diujungnya mati sendirian tanpa didampingi kaumnya.
Semoga bermanfaat... 🙏🏻
----
Bila Anda menganggap bahwa tulisan ini bagus dan perlu diketahui oleh banyak orang, tolong bagikan kpd teman, kerabat serta handai-taulan yg lain. Demi menyelamatkan generasi penerus bangsa.... 🇮🇩🇮🇩
Terimakasih
Salam Sayang
From :
dr. Ani Hasibuan.
Semoga informasi ini dpt membantu para org tua yg awam tentang LGBT...
Sumber dari Fb
1 note
·
View note
Text
Dari : Yang Kerap Bersembunyi
Menemukan Career Class di explore Instagram ketika dalam keadaan demotivated parah dan nggatau arah ketika udah dewasa such as a blessing.
Dari banyak kelas yang diikuti tentu, ngga semuanya masuk di otak yaa gengs hehe. Tapi, banyak momen dibawa aku dibawa untuk sadar dan hidup dan mulai berpikir melebihi biasanya. Kini, mulai tau mulai dari mana dan arah mana yang akan dituju.
Jujur, aku pribadi orangnya sangat lemah untuk berkomunikasi secara online. Ketika teman-teman yang lain mulai berjejaring aku masih terpuruk dengan ketakutan dan keengganan. Kukira akan susah menambah teman dengan kondisi seperti ini terus. Ternyata, keluarga CC tersebar dimana-mana! Bermula dari Sports Day yang mengharuskan kita untuk bersua kini aku punya teman-teman offline dari CC yang luar biasa. Sering ketemu kalian adalah bentuk recharging yang aku butuhkan hehe.
Aku ngga menuntut diriku terlalu banyak dan membebani sebegitunya karena ikut CC, tapi aku percaya bahwa selama aku bersama CC aku terus maju dalam ritme bertumbuhku :)
0 notes
Text
Benar Runin, Kita Jangan Main Api
Kepalaku terasa pening akhir-akhir ini, kalau coba diuraikan memang agak tegang karena beberapa tugas yg belum selesai.
Rekap Poin Pelanggaran
Rekap Siswa Kelas (kehadiran, pelanggaran dll)
Meriksa jawaban PTS 6 Kelas
Tugas workshop writing di CC
dan calon bayiku, camate.
Aku pengen buat platform edukasi di bidang keilmuanku math edu.
Pada hari jum'at, aku sudah 1on1 dengan buddyku Kak Rani, secara keseluruhan kak Rani mengapresiasi bahwa aku anaknya visioner. Memang ketika "i know what i want", pasti aku fokus ke sana. Perasaan tersebut tuh awalnya hangat tapi lamat-lamat kalo terlalu dipikirin (bukan di kerjakan step by step) justru membuat api semangat yg ada bisa melahap diri. Makanya saat ini aku merasa bisa relate dengan Fang Runin, tokoh dalam serial Perang Opium. Saat ini aku membaca buku kedua dimana Fang Runin sudah punya kemampuan dewa api. Rin (nama pendek Runin) pun merasakan pergolakan batinnya, terlebih dewa api ini selalu meminta korban. Api yg muncul pada diri Rin bersumber dari kebencian dan juga kesedihan yg dalam. Salah satu cara agar Rin tak bisa mendengarkan bisikan dewa api adalah dengan cara makan opium alias teler. Namun pada bab yg tengah aku baca, Rin mulai menemukan beberapa solusi yg bisa dicoba untuk menenangkan dirinya pada saat-saat 'sakau'.
Pikiran itu bisa membunuhmu.
Sekalipun itu api semangat, rupanya aku harus bisa tenang dan menyelesaikan apa yg memang jadi kewajibanku juga. Mungkin ada yg bilang overwhelmed sampe ke burnout. Lucunya adalah aku senang dalam membangun camate ini, meskipun otakku panas. Karena semua hal dimasukkan dalam otak untuk berpikir, sementara aku belum juga buat plan indikator aku untuk belajar kedepannya tuh apa dulu. Kalo apa ajanya sih sepertinya udah mulai kekumpul. Dan yg seringkali terasa adalah back pain —punggungku, bahkan badanku terasa gak fit sih beberapa hari ini.
Ternyata seminggu lagi bulan Ramadhan, akhirnya.. rindu sekali. Waktu untuk reset kehidupan. Semoga kita gak lalai dan bukan termasuk orang-orang yg merugi.
3.3.24
0 notes
Text






Takdir membawa kita lebih sering ketemu ya dokter Wulan shalihah.
Apa ya yang melatarbelakangi ini ? Aha inget saya karena kamu saat itu sedang proses dengan salah satu ketua LDK kampus saya dan kamu menanyakan tentang dirinya. Saya yang juga tidak begitu kenal ketua LDK tersebut putar otak gimana buat nyari infonya hehe. Dan selang beberapa bulan Qodarullah tidak Allah takdirkan lanjut. Tapi kamu begitu ridhanya.
Kemarin kita bisa ketemu lagi walau dengan hujan deras. Alhamdulillah agenda ngebakso beneran mendukung ditengah hujan deras. Kamu selalu memulai percakapan
“Kamu mau cerita apa ?”
Seketika banyak hal yang saya ceritakan padanya. Hal selama ini berusaha saya tidak ceritakan. Kamu dengan begitu sabar mendengarkan tanpa menjudge. Pertanyaan kamu selanjutnya
“Kamu gemes gak si dengan diri kamu ?”
Dengan cepat ku jawab “iya”.
Iya, proses berliku, pasang surut perasaan dan kebimbangan menimpa, ditambah kegagalan kegagalan rencana yang trlah saya rancang juga datang bersamaan. Bagaimana bisa hati ini bisa tegar.
Kemudian dia dengan senyum menenangkan. Tidak banyak kata tapi kami saling melengkapi kejadian ini dengan materi materi CC. Betapa bersyukurmya saya saat itu. Rasanya bertemu denganmu dan sering bertemu adalah cara Allah untuk menolong saya. Rasanya saya yakin saat itu untuk bisa mengikhtiarkanmu dengan seseorang yang menjadi doa saya di Raudah. Saya akan ikhlas bisa melepasnya denganmu. Pikir saya saat itu
Sampai pada saya mempersilakan dirimu untuk menceritakan
“Ada cerita apa ?”
Kamu menceritakan banyak hal, mulai dari masalah kerja di RS, rencana melanjutkan spesialisasi, adikmu yang di Yaman. Sampai pada perbincangan terakhir terkait ada seseorang yang sedang kamu senangi. Yang kamu dengannya sama sama sedang bertumbuh di CC.
Deg,
Lidah saya yang tadi sudah siap mengatakan hal tentang mengikhtiarkanmu tidak bisa di ucapakn. Saya melihat wajahmu sangat merah merona membicarakan seseorang tersebut. Hingga akhirnya rencana saya tentang ini tidak jadi di ucapkan.
Saya mendoakan kamu shalihah supaya Allah perkenankan dengannya.
Terima kasih untuk tetap menerima saya menjadi teman baikmu🤎
0 notes
Audio
(Otak.! Ccs)
5 notes
·
View notes
Text
Ulasan: Menghalau Insecure, Aku Bisa Apa?
By @kurniawangunadi
Satu kata untuk webinar AOH bersama mas Gun semalam, AMAZING!
Ini kali pertama aku join di @careerclass.id dan merasakan positive vibes semangatnya tuh nular. Boleh jadi karena environmentku yang selama ini cuma berjibaku di rumah bersama ketiga bocahku jadinya pas nemu kelas ini berasa muda lagi.
Flash back ke jaman kuliah dulu yang bisa mobile kemana-mana, ikut event sana-sini, diskusi dan tukar pikiran ma banyak orang. Dan di CC rasanya aku menemukan itu kembali...
Bersyukur banget bisa bergabung semalam dikelilingi orang-orang yang punya semangat untuk berbenah, bisa nambal ilmu lagi, diberikan kesempatan buat recharge diri lagi.
Benar-benar nggak nyangka materinya seluar biasa itu. Serasa benar-benar deep talk ma diri sendiri. Apalagi pematerinya, jujurly selalu suka sama tulisan mas gun di tumblr. Ngikutin beliau dari tahun 2015 di tumblr sampai punya anak 2 dan malam tadi bisa kenal lebih dekat perjalanan hidupnya terutama value of lifenya dalam urusan karir.
Kalau orang sekelas mas Gun aja ternyata pernah merasa kecil, pernah merasa bukan siapa-siapa. Tapi bisa melewati masa insecurenya. Cara mas Gun bawain materi tuh santai banget tapi isinya amat bergizi untuk asupan otak Emak tiga bocah yang selalu overthingking ini.
Tapi nggak ada yang kalah heboh sih, participantsnya itu yang hampir menyentuh angka 500-an. Wow. Sekeren ini yak @careerclass.id. Sempat membatin. Duh, kemana aja selama ini? Kenapa nggak dari dulu gabung CC.
Materinya dari awal insightfull semua.
Seperti merasa stuck sama kehidupan sama karir karena diri kita yang nggak kita pacu buat bergerak. Kata-kata seperti aku nggak bisa apa-apa. Padahal kalau ada hal yang aku nggak bisa, itu kan bisa dipelajari. Padahal kita belum nemu aja sama strengh diri kita. Dan orang lain seperti teman, mereka lebih bisa melihat kemampuan dan keunggulan diri kita ketimbang diri kita sendiri.
Jadi ini sebenarnya seperti perjalanan menemukan kembali diri kita. Kita disuruh mengenali diri kita lebih jauh. Assesment sama diri sendiri. Kita tuh dulu aktivitas produktif yang kita sukai dan rela menghabiskan waktu itu untuk apa? Benar-benar materinya huhuhu cem mana ya. Kalau sudah berbicara sama diri sendiri rasanya mau mewek. Hiiks.
Tapi ketimbang tetap memilih memelihara insecure. Jatohnya nggak enak. Nggak cuma pusing tapi kita juga membuat banyak kesalahan. Seperti kehilangan kesempatan, kehilangan relasi, dan harganya tuh mahal banget. Jadi untuk apa insecure terus?
Daripada sibuk dengan hal-hal yang membuat kita nggak yakin sama diri sendiri, menarik diri dari lingkungan dan merasa rendah, kenapa kita tidak fokus dengan kejadian yang membuat kita percaya diri, diterima dan merasa berharga.
Kalau sudah nemu sisa nyari amunisi buat meraihnya. Tentunya selalu ada harga yang harus dibayar. Boleh jadi kita harus strugle dan nambah effort dua kali lipat lebih dari biasanya. Kita harus ngorbanin sesuatu. Memang nggak mudah tapi bukan berarti nggak mungkin.
Aku setuju sama mantra mas Gun. Yap, lakukan apa saja apapun resikonya. Mencoba hal baru. Nggak nyaman sama satu pekerjaan, nggak bahagia sama pilihan sekarang bisa explore yang lain selama dua hal ini ada. Kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari semua diskusi itu ada satu hal yang paling berkesan buatku.
Kalau ada orang lain yang bisa, berarti kita juga bisa sebab ada yang sudah sampai. Sisa kita menemukan jalannya saja. Dan pilihlah yang menyenangkan, pilihlah yang membuatmu bahagia walaupun harus capek banget yang luar biasa sebab itu akan kamu jalaninya seumur hidup.
Semoga disisa waktu ini kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki. Memilih yang benar-benar nyaman untuk kita jalani. Sesuatu yang membuat kita bahagia.
No insecure anymore!
Masya Allah... Thanks mas Gun, kak Alia dan team CC untuk diskusinya malam tadi. Jadi penasaran seperti apa kelas berikutnya😍.... Can't wait to join the next class with kak Al... @alia.aryo.
Makassar, 9 Mei 2023 | Terkantuk ngelonin bocah.
@dianesstari
8 notes
·
View notes
Text
Kecerdasan Buatan a.k.a AI
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merujuk pada kemampuan mesin atau komputer untuk meniru kemampuan otak manusia dalam mempelajari, menganalisis, dan memecahkan masalah. AI berfokus pada pengembangan sistem yang dapat mengambil keputusan dan melakukan tugas tertentu dengan tingkat kecerdasan yang serupa dengan manusia. Green source code by Markus Spiske is licensed under CC-CC0…

View On WordPress
0 notes
Text
SoM Week #3: Menyadari Perilaku
Pikiran dan perasaan kita memang tidak ada wujudnya, namun biasanya apa yang kita pikirkan dan rasakan ini terlihat dari bagaimana kita berperilaku. Contohnya, kita punya temen yang sehari-hari selalu terlihat ceria dan bersemangat, tiba-tiba di hari itu ia terlihat menyendiri dan murung. Dari perilakunya ini, bukankah kita bisa menebak bahwa ia sedang tidak baik-baik saja?
Selain perilaku yang seperti ini, ada pula yang namanya perilaku tubuh. Perilaku tubuh adalah cara tubuh memberitahu bahwa ada sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
Misalnya saat kita melakukan kesalahan, jantung berdetak menjadi lebih kencang. Saat mendengar kabar tidak mengenakkan, kepala menjadi sakit bahkan sebagian orang ada yang pingsan. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang ga beres dalam diri kita.
Makanya, kita bisa banget menyadari apa yang sebenernya terjadi pada perasaan dan pikiran kita dari perilaku tubuh yang timbul. Namun, terkadang perilaku-perilaku ini sering tidak kita sadari dan cenderung kita abaikan saja. We just take it for granted.
Terus kenapa kalo kita ga mencoba sadar atas perilaku-perilaku ini? Ketika kita ga sadar dengan perilaku dan respon kita terhadap emosi yang kita rasakan, ini membuat kita terjerumus dalam impusilve loop.
Apa itu impulsive loop? Keadaan dimana kita menjadi sangat reaktif atas setiap kejadian. Saat sedang marah langsung mencari sesuatu untuk dilempar, saat melihat diskon langsung impulsif belanja. Tindakan yang kita lakukan ini kita lakukan tanpa dipikirkan secara matang lagi. Setiap ada stimulus langsung saat itu juga direspon, dan respon yang ditampilkan cenderung bersifat destruktif.
Banyak pikiran bikin ga mau makan, ada masalah bikin ga mood ngapa-ngapain. Hal-hal seperti ini sebenernya wajar banget kita rasain, tapi coba sadarkan kembali pikiran kita dan bertanya kepada diri, “apakah yang kita lakukan saat ini sudah tepat?” jangan sampe perilaku destruktif yang tidak kita sadari itu terus berlarut. Berlarut-larut inilah yang seringkali membuat diri kita semakin merasa terpuruk.
Oh iya, yang perlu kita ingat adalah emosi yang kita rasakan itu ga salah sama sekali, tapi respon kita terhadap emosi yang seringkali keliru. Apabila kita biarkan perilaku seperti ini terus berulang, perilaku tersebut akan berubah menjadi pola dan kebiasaan. Lalu, kebiasaan ini akan direkam oleh otak dan terkristalisasi sehingga menjadi bagian dari diri manusia, menjadi karakter kita. Apakah kita mau dikenal sebagai pribadi buruk atas perilaku berulang yang tidak kita sadari?
Terkadang kita sudah berusaha keras untuk membenahi pikiran dan emosi supaya overthinking dan perasaan ga nyaman itu menghilang, tapi kita lupa membenahi perilaku padahal perilaku, emosi, dan pikiran itu saling memengaruhi satu sama lain. Kalo kita mulai menata perilaku, secara langsung dan ga langsung kita juga sedang membenahi pikiran dan emosi. Sekarang coba kita melihat ke dalam diri, apakah ada kebiasaan tidak kita sadari yang ternyata bersifat destruktif?
Kita bisa mulai menata perilaku dengan membangun jeda. Dengan membangun jeda, artinya kita memberi kesempatan kepada diri untuk mengelola pikiran dan perasaan secara matang sehingga perilaku yang ditampilkan bisa lebih terarah, tepat, dan ideal. Jeda itu bagaikan rem. Sama halnya pembalap hebat, hebatnya pembalap itu bukan terlihat dari kemampuannya mengegas motor tapi karena kemampuannya yang mengerti kapan waktu yang tepat untuk mengegas dan kapan waktu yang tepat untuk mengerem.
Pada materi kali ini, kita diajarkan untuk lebih bijak lagi dalam mengelola perilaku. Pun kalau nanti kita sedang marah dan merasa emosi tersebut harus diluapkan, meluapkan kemarahan itu memang muncul atas perilaku yang sudah kita pikirkan dan sadari. Begitupula ketika sedang merasa sedih, menangis dengan sejadi-jadinya itu memanglah perilaku yang kita sadari.
Sekian, terimakasih~
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Cc @maknawellness on instagram
3 November 2022
0 notes
Text
Aku Bisa
.
Aku bisa
Aku pasti bisa
Ku tak mau berputus asa~
.
Sudah 10 bulan terhitung sejak pembelajaran dan proses bertumbuh di CC dimulai. Progresku? Mungkin tidak se-wah yang lain.
Tapii, sungguh aku mensyukurinya :)
Apa progres yang paling tampak di diriku?
Skill bertanya. Ya, aku serius.
Sejak bersekolah sampai kuliah, aku bukan orang yang suka dan mudah untuk bertanya. Aku lebih suka mencerna semua materi yang diberikan, merasa cukup, dan merasa tidak ada celah untuk bertanya. Aku rasa, kalau aku bertanya, pertanyaanku akan tampak bodoh karena sudah dijelaskan selama kuliah/materi berlangsung. Padahal berulangkali kudengar, bertanya justru artinya kita paham dengan materi, kalau tidak malah seringnya karena kita bingung sendiri.
Berkali-kali mengikuti seminar, pelatihan, rasa-rasanya bisa dihitung dengan jari momen dimana aku bisa bertanya.
Dan aku, selalu takjub dengan mereka, teman-teman yang selalu punya sisi untuk ditanyakan. Tidak mudah puas. Pandai menggali rasa penasaran mereka sendiri. Sementara aku, hanya bisa menganggukkan kepala, tapi juga ikut kebingungan saat mendengar temanku bertanya.
Oh iya, ada ya pertanyaan seperti itu. Kok bisa sih, dia kepikiran. Apa ya, jawabannya.
Kira-kira, itu yang kupikirkan.
Sampai aku memutuskan bertumbuh di Career Class 2021. Mulanya, aku targetkan untuk bertanya di setiap bulannya. Ha-rus bi-sa. Tegasku dalam hati.
Rupanya, situasi tidak berjalan sesuai keinginan diri. Awal tahun terasa berat, karena materi CC yang tidak terjamah sama sekali olehku selama berada di bangku sekolah maupun organisasi. Aku pusing setiap akhir materi. Mencernanya sudah menguras energi, hendak bertanya apalagi.
Mau tanya apaa, heii? Aku menggerutu dalam hati, karena pertanyaan yang tak kunjung bisa kuproduksi.
Ingin sekali menyerah pada targetku.
Tapi Mbak Alia dan Mas Gun tidak pernah henti mendorong kami. Ayo bertanya, ayo berpendapat. Aku semakin tergelitik jadinya. Ayolaah, masa iya 1 tahunku di CC terlewatkan begitu saja.
Baiklah. Aku harus berusaha, nggak harus langsung bagus, kok! Semangatku pada diriku. Terlebih melihat teman-teman CC yang selalu antusias di setiap sesi. Ah, aku harus bisa.
Aku mulai bertanya. 1 kali, degdegan rasanya. 2 kali, tangan terasa dingin, lidah terbelit-belit. Serta, aku merasa pertanyaanku kacau sekali, aku hanya menanyakan apa yang seharusnya sudah ada di materi.
Namun, kali ke tiga, empat, dan seterusnya..
Aku merasa bisa bertanya dengan lebih lancar. Aku mulai tidak khawatir akan pertanyaanku yang biasa-biasa saja. Aku.. Mulai menikmati perasaan senang ketika bertanya. Dopaminku mulai bekerja :)
Dan di bulan 9 proses bertumbuhku, tiba-tiba sebuah pesan masuk melalui chat privat zoom.
"Haloo, X. Nanti tanya yaa. Pertanyaan kamu bagus-bagus soalnya."
Sebelumnya, beberapa kali admin pernah memintaku bertanya. Tapi kali ini, permintaan bertanya terasa spesial sekali. Karena orang yang memintanya, dan sesi yang sedang berlangsung. Aku yakin, saat sesi itu banyak sekali peserta yang ingin bertanya namun waktu yang tersedia tidak mencukupi.
Dan disitu aku merasa berterimakasih, pada CC dan diriku sendiri. Aku bahkan hampir tidak menyadari progresku. Sekarang, meski masih tetap harus memutar otak saat bertanya, setidaknya terasa lebih mudah dibandingkan saat pertama dulu.
Memulai selalu nggak mudah, tapi bukan berarti nggak mungkin dilakukan. Kalau aku bisa, kamu juga pasti bisa. Iya, kan?
Coba dulu, siapa tahu ketagihan :)
35 notes
·
View notes
Text
Part 2
ini masih kilas balik 2021. semua berjalan seperti yang kumau sampai tanggal 9 Desember 2021 temanku CC tiba-tiba mengirimiku tangkapan layar yang ketika kubuka adalah homepage akun instagram doi. tersemat di bio akunnya, sebuah nama akun yang familiar di mataku.
CC membuka percakapan dengan bertanya ;
"(*nama disensor*) bukanne wakil bendaharamu yo?" jeng jeng jeng. aku speechless otomatis, otak kayak ngeleg beberapa detik karena masih memproses apa yang dimaksudkan. Kupancinglah si CC bercerita tentang apapun yang dia tahun tentang doi dan dapat kusimpulkan bahwa mereka berdua punya hubungan spesial. Bukan perasaan jealous yang aku rasakan dominan pada saat itu. Hanya saja 'tidak percaya' dengan kenyataan itu wkwkwkwk.
Setelah itu, aku meng-crosscheck lagi apa apa yang sudah terjadi beberapa waktu ke belakang. HAHAHAHAHAHA aku cuma bisa senyum kecut mengarah pada *nama disensor*. Lagi-lagi aku keliru menilai seseorang. Lagi-lagi firasat dan intuisi yang kurasakan juli 2020 terbukti nyata. "Langkahmu bener-bener isok tak woco, Yog."
Yang aku herannya adalah ketika aku sendiri yang sengaja menutup mata dan telinga dari informasi tantang doi, masih ada saja jalan informasi itu sampai kepadaku. dalam hal ini melalui CC. Gusti Allah.
0 notes
Audio
(Otak.! Ccs)
2 notes
·
View notes
Text
Mengumpulkan sisa-sisa...
Hari Sabtu kemarin pagi-pagi tetiba dapat amanah buat bikin proposal. Well, buat manusia deadliner sejati dan suka menunda alias semuanya dipikirin dulu tapi realisasinya ga tahu kapan, sungguh PR sekali ya.
Sabtu Minggu biasanya gue alokasikan untuk doing nothing. Beneran cuma scroll ga berguna atau nonton drakor. Sejak akhir 2021 sampai minggu lalu ada career class (jadi ga bisa dibilang doing nothing. karena abis kelas biasanya gue butuh mencerna semua itu dan ngademin otak).
Pas banget minggu ini libur kelas CC dan emang otak gue udah masuk mode liburan. Dan kayanya emang gue males ngerjain proposal dan harus presentasi tapi ga didanai. Zuzur emang mengharapkan imbalan tapi emang level gue baru segitu. And I admit it
Kalau otak gue udah bilang “Gak akan gue kerjain” maka seluruh sel tubuh gue akan bekerja sama untuk menjadikan itu sebuah kenyataan. Tapi balik lagi as a people pleaser (yang mau berubah pelan-pelan), gue ga enak aja klo ga bikin. Tapi klo bikin ya mefet juga, udah lewat deadline. Klo bikin pasti hasilnya ga maksimal dan gue ga akan senang sama hasilnya. Intinya gue berkutat di circle badai tidak berujung cuma karena gue males dan beneran MALES.
Di beberapa menit ini gue mau memaksa diri untuk mengumpulkan sisa-sisa kewarasan dan ngerjain apa adanya. Bener-bener apa adanya. Tau deh entar hasilnya gimana
Allah maafkan aku. Maafkan sungguh....
0 notes
Text
Sebut Dudung Etnis China, Netizen: Dia Jenderal Dungu Berwajah Pesek!

KONTENISLAM.COM - Seorang netizen pengguna media sosial melontarkan tudingan bernada hinaan dan ejekan terhadap, Jenderal Dudung Abdurrachman. Ia menuding Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu etnis China. Lewat unggahannya di Twitter, netizen bernama Ahmad Musa Musa tersebut membagikan sebuah poster berisi narasi yang menuding Jenderal Dudung bukan orang Sunda melainkan asli etnis China. “Valid : Si Dudung sok nama orang Sunda Ternyata asli Etnisnya China,” demikian narasi dalam isi poster yang dibagikan netizen itu, seperti dilihat pada Minggu 5 Desember 2021. Dalam isi poster tersebut, juga tertulis narasi yang meminta masyarakat agar mewaspadai Jenderal Dudung. “Waspadalah ini China nga tahu diri!!!,” tulisnya.
Selain itu, poster tersebut menuding bahwa TNI berhasil disusupi China nyaru orang Sunda. “TNI berhasil disusupi China nyaru nama orang Sunda,” tuturnya. Sebut Dudung Etnis China, Netizen: Dia Jenderal Dungu Berwajah Pesek! Tak hanya itu, dalam isi poster itu juga tertulis narasi bernada hinaan terhadap Jenderal Dudung Abdurrachman. Dudung Abdurrachman disebut jenderal dungu, berwajah pesek, otak picik dan licin. “Jenderal Dungu Berwajah pesek otak picik licin aslinya sifat China etnisnya,” tulis isi poster itu. Sementara dalam narasi cuitannya, netizen Ahmad Musa Musa menyebut Jenderal Dudung komunis China. “China komunis emang ni orang,” cuit si netizen. Adapun unggahan netizen itu sontak viral usai postingannya tersebut dibagikan warganet lainnya, Tukangrosok_. Warganet tersebut melaporkan postingan netizen yang menyebut Jenderal Dudung etnis China itu ke Puspen TNI dan aparat kepolisian. “Cc Puspen_TNI tni_ad CCICPolri Minta diajak ngopi nih akun,” ujarnya. [sumber: terkini]
from Konten Islam https://ift.tt/3opRa0X via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/12/sebut-dudung-etnis-china-netizen-dia.html
0 notes
Text
Volume otak Pithecanthropus erectus sekitar...
Volume otak Pithecanthropus erectus sekitar…
Volume otak Pithecanthropus erectus sekitar… a. 1.300 cc b. 400 cc c. 1.630 cc d. 530 cc e. 2.000 cc Jawaban A
View On WordPress
0 notes
Text
(Aku dan) Pak Didi vs Gagal Ginjalnya
Jumat, 27 Juli 2018
Orderan jaga bedah di malam itu adalah menyerahkan dua lembar resep obat yang telah dituliskan atas instruksi residen urologi, kepada depo farmasi. Kedua lembar itu untuk satu orang yang sama, yaitu Pak Didi. Isinya mulai dari obat antinyeri berupa tramadol (karena si bapak baru saja dioperasi), ranitidin sebagai obat maag yang siap menanggulangi efek samping tramadol terhadap lambung, antibiotik cefoperazone, sampai obat-obatan untuk mengoreksi kondisi hiperkalemia (insulin, kalsium glukonas, dextrose 5%, dextrose 40%).
Ketika obat-obatannya sudah diambilkan, residen urologi 1 memberikan instruksi untuk mencampurkan insulin ke dalam dextrose 40%, lalu dimasukkan ke dextrose 5% dan di-drip (diteteskan) selama 20 menit, kemudian barulah mencampurkan 4 ampul kalsium glukonas ke dalam dextrose 5% dan dihabiskan dalam setengah jam. Saya pun mencoba mengingat-ngingat instruksi tersebut, lalu mendatangi residen urologi 2 untuk mengonfirmasi. “Kamu bawa aja semuanya ke sini. Saya bantuin,” kata beliau. Berbeda dengan residen urologi 1, beliau memberikan instruksi untuk memasukkan kalsium glukonas dulu secara drip, baru setelahnya insulin dan dextrose 40% secara bolus (disuntik langsung ke selang infus). Saya pun menuruti saja karena toh beliau langsung turun tangan mencampur kalsium glukonas ke dalam dextrose 5%.
Pertama, saya drip dulu kalsium glukonas dalam dextrose 5%. Selagi menunggu obatnya habis, saya masukkan obat-obatan lain, tidak lupa melakukan skin test (tes alergi) dulu sebelum memasukkan antibiotik. Lalu barulah saya mem-bolus insulin dan dextrose. Berhubung proses pembolusan ini agak nyeri, saya pun melakukannya dengan perlahan-lahan. Setelah itu, saya tuliskan obat-obat yang telah dimasukkan ke dalam catatan obat pasien alias COP, lengkap dengan dosis, cara memasukkan obat, dan waktu pemberian. Ketika sedang sibuk menulis, kedua residen urologi itu datang lagi. Mereka datang dengan membawa alat USG dan meminta saya untuk mem-video-kan hasil USG Pak Didi.
Selesai urusan dengan Pak Didi, saya kembali ke ruang ‘plester’ alias ‘markas��� para dokter muda di dalam IGD Bedah. Tiba-tiba residen urologi 1 mendatangi saya untuk menagih video USG yang sedang dalam proses untuk terkirim ke nomor Whatsapp-nya. Saya lalu ‘melarikan diri’ ke kamar mandi. Ternyata saya sudah dicari-cari lagi selama saya di kamar mandi, haha.
Pada jaga malam kali ini, saya belum tidur semalaman. Kegiatan bervariasi mulai dari mendorong pasien untuk di-rontgen atau USG, mengantarkan konsul, mengantarkan pasien ke kamar operasi, memasukkan obat, (mencoba) memasang infus, dan lain-lain yang sudah tidak bisa saya ingat. Saya baru saja pulang dari ruang radiologi, duduk di plester untuk beristirahat sejenak, sembari ‘mengisi’ kekosongan koas di IGD karena yang lain sedang sibuk di radiologi atau di tempat lain. Baru sebentar duduk, residen urologi 3 masuk.
“Dek, kamu lagi nganggur? Tolong masukin ini ya buat Pak Didi. Dibolus lambat aja. Habis dalam setengah jam ya,” katanya sembari menyerahkan empat ampul plastik yang masing-masing berisi 25 mililiter cairan (yang saya terka) dextrose 40%. Berhubung saya adalah satu-satunya koas yang stand by di plester, ditambah lagi beliau adalah pasien saya, jadi saya langsung beranjak tanpa pikir panjang.
“Eh, Neng lagi..” sambut Pak Didi yang terpaksa terbangun karena ini sudah ke-sekian kalinya saya mendatangi tempat tidurnya di ruang observasi. Disambut dengan demikian hangat, menambah lebar senyum saya yang dilanjutkan dengan meminta izin untuk memasukkan obat lagi.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Untuk mengantisipasi lamanya pembolusan, saya ambil kursi perawat untuk saya duduki. Saya masukkan obat ke dalam spuit 10 cc, mengatur three way infus, lalu mulai membolus dengan perlahan.
“Aduh, Neng, sakit itu, Neng,” rintihnya. Rasanya baru saja saya injeksikan satu mililiter. Saya menyangka efek antinyeri dari tramadol sudah hilang, makanya pembolusan ini tidak selancar semalam. Saya pun tidak mungkin meneruskan kalau beliau masih kesakitan. Setiap kali beliau mengeluh, saya berhenti sebentar dan memperhatikan raut wajahnya. Kalau mukanya sudah tidak mengernyit lagi, baru saya lanjutkan. Itupun dengan teramat-sangat perlahan. Sekalipun kadang-kadang saya khilaf untuk mempercepat sedikit.
Malam itu terasa sangat panjang. Saya sempat mencoba mengganti spuit 10 cc dengan yang 20 cc. Berdasarkan ilmu fisika yang pernah ada di otak saya, spuit 20 cc yang memiliki luas permukaan lebih besar seharusnya memberikan tekanan yang lebih kecil, sehingga bisa mengurangi rasa sakit (mohon maklum jika salah; pelajaran kedokteran minggu lalu saja saya bisa lupa, apalagi fisika yang 4 tahun lalu). Saya pun sempat mencoba menusukkan jarum ke balon infus, ketimbang memasukkan via three way. Eh, ternyata kedua percobaan saya menghasilkan hasil yang sama, si bapak tetap saja kesakitan tanpa terkecuali.
Untuk mengisi kebosanan, terkadang saya mengajak Pak Didi mengobrol. Beliau sudah pernah dioperasi pengangkatan ginjal sekian tahun yang lalu (20 tahun atau berapa ya, saya lupa), lalu baru saja beberapa waktu belakangan tiba-tiba tidak bisa buang air kecil. Beliau dibawa ke rumah sakit umum daerah, dipasangi kateter urin, namun urinnya juga tetap tidak keluar. Barulah ketika dirujuk ke RS Hasan Sadikin, dilakukan tindakan nefrostomi, yaitu memasukkan kateter langsung ke ginjal untuk mengalirkan urin.
“Itu obat apa, Neng, namanya?” Karena ditanya demikian, saya akhirnya membaca label nama obat. Oh, ternyata ini adalah natrium bikarbonat! Kebetulan kemasannya memang mirip dengan dextrose 40%. Lalu saya jawab dan saya jelaskan ke beliau, bahwa kerusakan pada ginjalnya membuat ginjal tidak bisa memproduksi natrium bikarbonat untuk menetralisasi asam di tubuhnya. Hal itulah yang mengindikasikan pemberian obat ini. Saya juga terangkan kalau tidak diberikan obat ini, nanti kondisi tubuhnya bisa terlalu asam sehingga bisa membuat napas menjadi sesak (maksudnya Kussmaul breathing). “Oh, saya sekarang nggak sesak sih,” katanya. “Iya, Pak, bagus itu. Justru obat ini buat mencegah supaya Bapak nggak sampai sesak napasnya,” saya coba semakin meyakinkan beliau akan pentingnya pemberian bikarbonat.
Setelah tepat DUA JAM membolus tanpa jeda (selain untuk mematahkan tutup ampul dan menyedot obat dari ampul), akhirnya selesai juga pembolusan yang harusnya habis dalam setengah jam ini! Jujur, saya sudah sangat lelah karena belum tidur semalaman. Bahkan tadi ada beberapa saat dimana saya sempat tertidur 1-2 detik ketika sedang membolus. Tapi, saya sangat senang karena waktu yang lama itu bisa saya manfaatkan untuk lebih mengenal pasien. Beruntungnya saya karena sang pasien dan keluarganya sangatlah kooperatif. Terlebih lagi, saya yang sudah mengurusi Pak Didi sejak ia selesai di-nefrostomi, mulai dari memasukkan obat, melakukan koreksi hiperkalemia, memvideokan hasil USG, mengambil darah, hingga melakukan koreksi asidosis selama 2 jam penuh! Rasa lelah saya seolah terbayar lunas dengan ucapan terima kasih mereka yang begitu tulus. Di samping itu, saya juga mendapat banyak pelajaran dari apa yang saya saksikan. Mulai dari betapa setianya istri dan anak Pak Didi menemaninya hingga harus tertidur di lantai, hingga cukup banyaknya keluarga yang datang jauh-jauh untuk menjenguk, mendoakan, dan memberi dukungan. Pak Didi pun pada akhirnya harus menjalani cuci darah karena kerusakan ginjalnya sudah di stadium akhir. Dalam kondisi seperti itupun, beliau masih bisa tersenyum dan tampak kuat. Membuat saya semakin bersyukur karena telah diberikan keberuntungan dan nikmat yang banyak, khususnya nikmat sehat yang harganya begitu mahal.
Jarum jam akhirnya menunjukkan pukul 7 pagi. Saatnya dismiss! Setelah saya menitipkan pengecekan analisis gas darah Pak Didi kepada tim jaga berikutnya, tiba-tiba salah satu dari mereka mengatakan bahwa Pak Didi sudah tidak ada di tempatnya! Saya pun kembali ke sana, dan benar. Beliau sudah tidak ada. Saya lihat di catatan perawat, ternyata beliau sudah naik kembali ke kamar operasi. Yah, saya pun cukup kecewa. Padahal saya sudah berniat untuk pamit dengannya dan keluarganya. Tapi, tidak apa-apa. Semoga diberi kesembuhan dan kesehatan ya, Pak! :)
Bandung, 28 Agustus 2018
ASN
1 note
·
View note
Text
Team Dokter RS PON: Kondisi Tukul Arwana Masuk Fase Akut

Tim dokter Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Cawang, Jakarta Timur, menyampaikan keterangan singkat terkait kondisi terkini Tukul Arwana. Para dokter yang tengah menangani Tukul adalah dr. Sardiana Salam, Sp.S,M.kes, dr. Arief Rahman Kemal, Sp.S dan dr. Ricky Gustanto Kurniawan, Sp.S. Sardiana mengungkapkan, kondisi Tukul Arwana saat ini masih memasuki fase akut. Hasil pemantauan, tekanan darah Tukul dalam posisi naik turun. Terkadang stabil tapi bisa tiba-tiba mengalami kenaikan. “Ada obat anti hipertensi yang kami berikan,” ucap sang dokter dalam jumpa pers virtual kepada awak media, Senin (27/9). Sardiana juga menyatakan, pada saat dilarikan ke rumah sakit beberapa hari lalu, terdapat perdarahan sekitar 80 cc di otak Tukul. Perdarahan ini diduga terjadi diakibatkan oleh penyakit hipertensi yang tidak terdeteksi. “Sebenarnya pada saat melakukan vaksin sudah diketahui tekanan darahnya 160/100, tapi pada waktu itu masih bisa vaksin karena memanng untuk vaksinasi batasannya 180/100,” ungkapnya. Dia juga mengungkapkan, Tukul saat ini sudah bisa merespons. Namun dengan fase akut tersebut, respons yang diberikan pasien memang masih terbatas. Fase akut pada pasien, menurutnya, biasanya terjadi sekitar 3 minggu atau 21 hari. “Kalau untuk penyembuhannya itu tergantung dengan kondisi pasien,” katanya. Diberitakan sebelumnya, Tukul Arwana dilarikan ke rumah sakit Pusat Otak Nasional (PON), Rabu (22/9), akibat mengalami stroke ditandai dengan terjadi pendarahan pada bagian otak. Di hari yang sama, dokter yang menanganinya melakukan tindakan operasi. Prosesnya berlangsung dari pukul 21.30 sampai pukul 02.00 WIB. Proses operasi Tukul dikabarkan berjalan lancar. Read the full article
0 notes