#soohyuk-ia
Explore tagged Tumblr posts
Text
Karmic Connection||Soohyuk&Jinki
Jinki ran from his past, he ran from his duty and he ran from his previous life. His running made him leave everything and everyone in his life. Of course he’s thought of his personal possessions but things could be replaced but the people -his friends- that he left behind was something that could never be replaced. The shigofumi tried not to think about it too much over the years but he did find his mind would wonder every now and then.
The ding of the bar door alerted Jinki to someone coming in. “Hello, we’re not fully open but please com-Oh shit...Soohyuk? -Fuck!” The bottle he had slipped through his fingers and crashed onto the group shattering. If he was alive his heart would of dropped seeing the man that was entering his bar.”
“Soohyuk?” He squinted his eyes like his perfect 20/20 vision wasn’t believing who he was seeing.
@soohyuk-ia
5 notes
·
View notes
Text
Booty Text || Soohyuk&Joohyun
∗ o1﹕ a text sent late at night .
Text Unknown Number : A little gift for you
Text Unknown Number : {Image attachment}
Text Unknown Number : You should come watch me on IAOF
Text Unknown Number : ~Link~
@soohyuk-ia
2 notes
·
View notes
Text
Afterlife
Soohyuk + Spencer
What was going on between the two was..complicated. Past love and the feelings the two shared was unexpected. And thinking the two would part however there was a problem. Soohyuk was told he had to mentor Spencer until he knew all the ropes. How awkward. But he had to remind himself to keep things professional. “Spencer--” he placed a huge thick of papers in front of the other on his desk. Looking at Spencer in the eyes was rather complicated. “Whoever mentored you before end up disappearing in their last mission so I’ll be mentoring you for the time being along with your missions.” A hello could have been a better greeting but still.
Not that he disliked being a reaper but one of the biggest most mourning task to handle was to pass on a soul to the afterlife that was a loved one of yours. It taught reapers to understand that their lives were different and that they had to control their own emotions. And he knew very well what Spencer mission was next. “Before you go through that big stack of papers to know your next mission---uhm how have you been feeling?” Smooth Soohyuk. Their break up was months ago and ever since then they haven’t kept in contact. Not that he disliked Spencer. He still deeply cared for him, but didn’t wish to express it.
The two had their own flaws. Soohyuk wouldn’t open up as easy and well of course he wouldn’t able to look at Spencer any different thinking he was perfect. “Okay this is awkward, and this is for me too, but we have to deal. We both don’t really have a choice in this, so how about it? Peace and we can throw havoc along the way?” A nice way of saying Spencer can yell at him as much as he wants through the time they have to deal with each other.
0 notes
Note
Another reaper? Now the man had dislike to his own kind but meet a possible familiar face wasn't something he was ready for. And so what does he do? Turns around entering the floral store to then find out he's the owner. He sighed with a defeated smile "You must be the new store owner. It's nice to finally meet you.-- "
Spencer tilted his head at the man before him. It's been a while since he met another reaper, and he couldn't help it as the urge to befriend the other bubbled within him. He supposed that it was a natural response, his physiology probably acknowledging the other as someone whom he could easily connect with. There was probably a more scientific explanation about it or whatever, but he didn't actually get the chance to get a high school degree.
"Thank you," he said automatically, offering the other a small bow. God, okay, what would be a nice topic to move onto that wouldn't make him seem like a total loser? "I'm Spencer, by the way. So do you, uh, live or work around here?"
0 notes
Text
┌────soonwoo au
by nojamsty
—ᵖᵃʳᵗ ᵒᶠ ꜱᴀᴜᴅᴀᴅᴇ
✓✓✓

Saat Wonwoo datang dan masuk ke dalam rumahnya, menariknya yang masih sibuk di halaman belakang dengan keadaan tangan yang kotor dengan tanah keluar rumah dan memintanya ikut tanpa penjelasan selain kata Soonyoung mungkin dalam bahaya, mampu membuatnya tanpa banyak tanya mengikuti Wonwoo. Tapi tetap saja, pertanyaan masih mengantri di dalam kepalanya. Apalagi ketika Wonwoo menyerahkan ponselnya dan mengatakan bahwa ia harus memantau Soonyoung dengan gpsnya.
"Maksud lo gimana sih Won?"
Diantara bisingnya deru motor, Seungcheol yang duduk di belakang Wonwoo berbicara sedikit kencang, karena tidak mengetahui maksud dari perkataan Wonwoo dalam pesan singkatnya tadi dan tanpa penjelasan lebih lanjut dari pacar adiknya itu.
"Jadi gue tuh sebenernya sering diajakin mabar sama Hyuk di kosan, lo tahu sendiri 'kan hobi kita nge-game kalau gak lagi futsal.." Wonwoo melirik sekilas pada spion motornya, "Nah, akhir-akhir ini dia sering ngajakin taruhan sama gue, biasanya emang taruhan sih.."
"Ya terus?"
Dari perkataan Wonwoo, Seungcheol belum bisa menarik kesimpulannya karena dia sendiri tahu bahwa teman yang duduk di samping bangkunya sering mengadakan taruhan, bukan hal yang aneh lagi diantara mereka.
"Dia nyuruh gue putus sama Soonyoung kalau gue kalah.."
Dahi Seungcheol berkerut bingung. "Lah kok gitu? Lagi stress apa dia Won?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Gue gak tahu, awalnya gak gue anggap gak serius sih, cuma kemaren tuh gue pas mau buang sampah di kamar kosan gak sengaja lihat sticky note di depan kamar dia, udah lusuh sih.." Wonwoo menghela napasnya sejenak, "udah kayak habis di buang gitu, pas gue baca itu kayak apa ya.." Wonwoo sedikit berpikir untuk mencari kata yang cocok, "kayak kata-kata yang biasanya di kirim Mr. Cat ke Soonyoung gitu, apalagi pakai tulisan komputer 'kan."
"Gue pikir ngapain ada di depan kamar dia, ya udah gue kantongi 'kan itu, terus iseng pura-pura mau ngajakin dia mabar, gue masuk kamarnya, gue emang udah sering masuk kamarnya, lo juga gitu 'kan, gak ada yang mencurigakan sama sekali, tapi dia kayak marah gitu.."
"Asli sih gue bingung banget sama tuh bocah.."
"Terus semisal nih, ternyata dia Mr. Cat gimana?" Wonwoo bertanya sedikit menolehkan kepalanya, "ada kemungkinan enggak?"
Bahu Seungcheol tegang, bukan hanya dari perkataan Wonwoo tapi dari layar ponselnya. "Soonyoung udah gak bisa di lacak.."
Wonwoo menghentikan laju sepeda motornya detik itu juga, beruntung mereka tidak terpental karenanya. "Soonyoung.." Wonwoo menoleh cepat, "apa?!"
Seungcheol menunjukkan layar ponselnya. "Beneran udah gak ada jejaknya."
"Dimana terakhir kali mereka berhenti, sekarang coba lihat punya Hyuk.."
Degup jantung keduanya terasa menyesakkan dada, bertalu-talu seolah-olah bisa menjebol rongga dada mereka, takut akan kemungkinan terburuk. Tidak ingin prasangka keduanya menjadi benar. Seungcheol dengan jari gemetarnya mulai kembali mencoba melacak keberadaan Hyuk.
✓✓✓

✓✓✓
Karena tidak memiliki petunjuk apapun dan ini cukup beresiko keduanya memilih berhenti di sebuah ruko kosong dan segera menelepon Pengacara yang di percayakan oleh Ayah Seungcheol, dan berjaga-jaga Wonwoo ikut menelpon Seulgi untuk datang. Tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada Soonyoung, jika saja Wonwoo menyadarinya sejak awal bahwa teman satu kost dengannya mungkin saja memiliki ketertarikan pada Soonyoung, ini tidak akan terjadi.
"Soonyoung belum bisa juga di hubungin.." Seungcheol berucap pelan, dan Wonwoo sadar bahwa temannya sedang mencoba menekan suaranya yang bergetar.
Jika Soohyuk adalah Mr. Cat kemungkinan itu bisa saja terjadi, selain dia berteman dekat dengannya dan Seungcheol, ia juga memiliki akses keluar masuk dengan bebas sepertinya di rumah Soonyoung. Dan jika Wonwoo mengingat kembali, ia sering kali melihat Soohyuk berdecak tiap kali ia menceritakan bagaimana Soonyoung dan dirinya yang bertengkar karena hal kecil, pandangan tidak sukanya sering kali menggangunya, tapi Wonwoo tidak pernah mengambil pusing, mengingat bagaimana kepribadian Soohyuk.
Satu notifikasi muncul di layar ponsel Wonwoo. Ia membukanya ketika membaca itu dari Seulgi. Dan keseluruhan data muncul di layar ponselnya. "Cheol.."
Seungcheol menoleh dengan bingung melihat raut wajah Wonwoo. "Kenapa?"
"Lo tahu gak kenapa Hyuk pakai nickname Mr. Cat?" Wonwoo memijat pangkal hidungnya, "kenapa dia bisa pakai nama itu?"
Dari data yang dikirim Seulgi, Wonwoo tidak dapat menemukan fakta kenapa Soohyuk menggunakan nickname itu yang membuat mereka akhirnya mencurigai Junhui daripada Soohyuk sendiri.
"Kenapa bisa pakai nickname yang pernah dipakai Jun?"
Dahi Seungcheol berkerut, mencoba menggali beberapa ingatan yang mungkin saja terlewatkan olehnya dan ia sadar satu hal, jika ia melupakan sesuatu yang mungkin saja menjadi salah satu alasan Mr. Cat ada. "Gue gak yakin ini bener, tapi gue sama Hyuk udah kenal sejak SMP dan dia emang tahu kalau Soonyoung dulu punya secret admirer, selain itu dia tahu gue pernah ngamuk karena masalah Ten, gue sekelas terus sama Hyuk mungkin ya karena itu juga.."
"Ah!" Seungcheol berdecak, "gue rasa dari awal dia emang bikin kita curiga sama Jun atau siapapun di sekitar Soonyoung tapi gue tahu kenapa Jun.."
"Kenapa?"
"Waktu di OSIS dulu mereka pernah sempet cekcok sih, awalnya dari persaingan jadi ketua, terus gue kurang tahu kenapa mereka sempet berantem selesai rapat gitu.."
"Serius?"
Seungcheol mengangguk. "Gue gak pernah tahu apa sebabnya karena Hyuk gak pernah mau cerita dan gue dulu belum kenal deket sama Junhui, tapi satu sekolah heboh karena mereka sih.."
"Berarti sekarang kita butuh hubungin Junhui.."
"Anjing? Setelah kejadian kemarin, lo masih berani ngehubungi Junhui Won? Yang bener aja.."
Wonwoo bingung. "Lah, emangnya kenapa? Sekarang Soonyoung lebih penting, yang lain pikirin belakangan aja."
Tapi suara klakson menghentikan percakapan keduanya, mobil Jongsuk berhenti di depan mereka.
✓✓✓

___

✓✓✓
Mereka akhirnya berhenti, tepat di pinggiran kota, jauh dari kata bising dan hiruk-pikuk. Seungcheol melempar pandangannya ke arah Wonwoo yang masih terpaku pada layar ponselnya. "Daerahnya bener disini kok.." Wonwoo bersuara.
"Kalau kalian kurang yakin, kita bisa tunggu Junhui kesini.." Kali ini Pengacara, Jongsuk yang bersuara.
Wonwoo dan Seungcheol menggeleng serempak. "Gak bisa, kita gak bisa ngulur waktu terus, gimana kalau Soonyoung kenapa-napa?" Dan Wonwoo membenarkan ucapan Seungcheol.
"Tapi kita juga gak tahu gudang yang di maksud Junhui 'kan?" Jongsuk berucap, "atau kita malah bakalan nyasar tanpa arah karena gak tahu lokasinya?"
Wonwoo menepuk pundak Seungcheol yang merosot. "Gue sama Cheol yang masuk cari gudang, Om tunggu Kak Seulgi dulu disini.."
"Kalian bisa nyusul kalau sekiranya kita gak balik-balik sekitar satu jam, kalian bisa nyusul bareng polisi yang bakal kesini.."
"Kalian yakin?" Jongsuk berkata ragu.
Wonwoo mengangguk mantap. Ia akan mempercayai perkataan Junhui seperti Soonyoung yang terus mempercayai sahabatnya itu. Ia tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja sampai membuat Soonyoung dalam keadaan bahaya.
✓✓✓
Butuh sekitar setengah jam Wonwoo dan Seungcheol berjalan ke dalam perkebunan karet, tidak terlalu sulit karena lokasinya sedikit terbuka, hanya saja jauh dari keramaian. Mereka hampir putus asa, karena tidak menemukan gudang yang di maksud, tapi tetap mengikuti jalan setapak tidak lebih dari selebar satu jengkal tangan orang dewasa.
"Ini kita masuknya terlalu dalem gak sih Won?"
Wonwoo menggeleng pelan, ia juga tidak tahu, tapi ia tetap meminta Seungcheol berjalan di sampingnya tanpa kata. Mungkin seharusnya mereka berdua menggunakan motor saat masuk untuk mempercepat akses mereka masuk, tapi Wonwoo berpikir bahwa itu akan membuat mereka di ketahui keberadaannya lebih cepat karena suara deru motor.
"Won, menurut lo sekarang keadaan Soonyoung gimana?"
Dari getar suara Seungcheol, ia tahu bahwa sahabatnya tengah diliputi rasa khawatir akan keadaan Soonyoung sekarang. Ia hanya menggeleng pelan. "Gue juga gak tahu, tapi gue rasa Soonyoung bakalan baik-baik aja, kita tahu 'kan kalau Mr. Cat gak pernah nyakitin Soonyoung?"
Seungcheol hanya mengangguk, mencoba mempercayai perkataan Wonwoo dan diam-diam mengamininya.
Saat keduanya melihat pagar kayu setinggi hampir dua meter, mereka berjalan lebih ke pinggir dengan langkah pelan. "Itu kemungkinan gudangnya gak sih?"
Wonwoo memberi isyarat pada Seungcheol agar duduk jongkok di sampingnya. "Kira-kira disana cuma ada Hyuk sama Soonyoung atau kemungkinan ada temen-temen Hyuk yang gak kita tahu?"
Seungcheol menggendikan bahunya. "Gue gak yakin juga, kita ngintip ke dalem aja dulu?"
"Lo yakin?"
Dan Seungcheol mengangguk mantap.
Pagarnya sedikit reot dengan celah lebar yang terbuat dari bambu, yang membuat keduanya dengan leluasa mengintip ke dalam, ukuran gudangnya cukup besar dengan pagar yang mengelilinginya. Tampak sepi dan terlihat sebuah mobil jeep terparkir di pekarangan. Jadi itulah kenapa jalan setapak tampak memiliki dua jalur yang bersisian dan tanaman karet tampak terbelah menjadi dua bagian yang memiliki jarak lebar dari yang seharusnya, mungkin agar mempermudah akses mobil untuk keluar masuk.
"Lo pernah lihat Hyuk naik mobil itu gak?" Seungcheol bertanya dengan ragu, tidak pernah melihat mobil itu di kemudikan oleh temannya.
Wonwoo menggeleng. "Enggak, tapi gue yakin pernah lihat mobil itu ada di parkiran keluarga Lee sih.."
"Lo sebenernya kenal Hyuk sebelum SMA 'kan?"
Wonwoo menggendikan bahunya. "Cuma tahu dia salah satu anak konglomerat, pernah ketemu waktu acara perusahaan pas gue diajakin kakek.." Wonwoo melirik Seungcheol di sampingnya, "bener-bener kenal waktu di SMA aja.."
"Kalian satu kompleks 'kan?"
Wonwoo mengangguk. "Tapi itu emang penting banget ya?"
Seungcheol meninju lengan Wonwoo. "Anjing, kenapa lo gak pernah cerita."
Wonwoo memutar bola matanya. "Emang apa pentingnya, gue juga sama dia cuma deket karena hobi taruhan doang, sekarang kita tuh mikir gimana caranya masuk, mau langsung terobos aja atau gimana?"
"Tapi apa lo yakin mereka berdua ada di dalem?"
Wonwoo menggeleng. "Kalau kita gak masuk, gimana caranya kita tahu?"
"Kenapa kita gak pernah curiga sama Hyuk sih dari awal?" Seungcheol berucap, membuat Wonwoo menggendikan bahunya.
"Sebenernya Hyuk sering banget ngeledikin Soonyoung, sering ngejajanin juga tapi emang dasar adek gue no respon, gue gak sampai kepikiran kesana sih.."
"Hyuk gak kelihatan kepo Cheol, dia juga kalau sama gue cuma taruhan mulu, cuma pas tahu gue jadian sama Soonyoung—pas awal mulai deket, emang agak gimana gitu, gue pikir sih dia begitu karena gue sering nolak taruhan dia." Lanjut Wonwoo yang membuat Seungcheol menoleh.
"Lo taruhan mulu tapi gak pernah menang."
Wonwoo menghela napasnya. "Dia ambis banget kalau taruhan, terus kalau taruhannya nyuruh gue putus sama Soonyoung ya ogah lah gue." Wonwoo menggelengkan kepalanya.
"Ini kita jadi masuk gak sih?"
✓✓✓
.
.
.
.
.
.
.
✓✓✓
"Ini rumah kakak?"
Teman Seungcheol tersenyum sebelum menggeleng. "Bukan, tapi mau ngambil mobil, tunggu sebentar ya, gue masuk dulu.."
Soonyoung mengangguk kaku, ia menoleh dan melihat sekitar, seperti pemukiman di pinggir kota, perumahan tampak sedikit sepi. Ia menatap rumah yang di masuki Hyuk yang bernuansa rumah lama tapi sedikit asri karena tanaman yang memenuhi perkarangan rumah. Soonyoung menatap kembali layar ponselnya, saat ia berpikir akan menelpon Wonwoo, ponselnya terenggut dari genggamannya, Hyuk tersenyum. "Main hp mulu dari tadi.."
"Kak hpku dong.."
Hyuk menggeleng. "Enggak ah, dari tadi asik banget main hp sampai gak ngerespon gue ngomong."
Hyuk memamerkan kunci di tangannya. "Yuk naik mobil.."
Saat tangan Hyuk menggandengnya ia reflek melepaskannya. "Bisa sendiri kak.."
Karena percakapannya dengan Wonwoo di chat, membuat Soonyoung merasa harus lebih hati-hati, terlebih ponsel miliknya kini di bawa oleh Hyuk.
"Soonyoung kok pucat banget sih? Sakit?"
Soonyoung menggeleng. "Enggak.." ia takut, "cuma agak gak enak badan kayaknya.."
"Soonyoung tadi beli minum?"
Soonyoung meremas plastik Indomaret di genggamannya. "Enggak kak."
Saat mobil yang dikendarainya mulai keluar dari perkarangan rumah, Hyuk memberikan botol air minum padanya. "Minum dulu gih, biar gak kelihatan pucat.."
Soonyoung menerimanya dengan ragu, tenggorokannya memang terasa kering, tapi ia tidak yakin untuk meminumnya. Ia melihat kemasan dengan teliti, tampak masih tersegel dengan baik. Kemudian ia menatap kakak kelasnya dengan penuh pertimbangan, ia tidak boleh pingsan karena rasa takutnya. Ia meremas botol minuman dengan gugup.
"Kak ini emang jalur ke rumah kakak ya?" Ia bertanya dengan suara seraknya, jelas sekali tampak ragu dengan jalur yang diambil oleh kakak kelasnya, terlebih Wonwoo mengatakan bahwa ini bukan jalur menuju rumah Soohyuk.
Kakak kelasnya tampak menggeleng. "Bukan, rumah gue bukan lewat sini, tapi gue mau ke tempat lain dulu, makanya bawa mobil biar lo gak kepanasan."
Soohyuk menoleh. "Gak pa-pa 'kan? Sebentar doang habis itu kita pulang.."
Soonyoung hanya mengangguk dengan ragu, dan memilih memutar tutup botol, ia harus tetap tenang dan berpikir jernih, dan untung rasanya masih tampak seperti air mineral biasa.
Lima belas menit kemudian Soonyoung sadar bahwa mereka benar-benar pada jalur keluar dari kota. "Kak mau kemana sih? Kok jauh banget?"
Soonyoung menoleh. "Hp Soonyoung bawa sini dong, mau ngabarin Abang.."
Soohyuk menggeleng pelan. "Udah gue kabarin kok, lo gak usah khawatir.."
Soonyoung menggeleng. "Kalau gitu bawa sini hpnya, Soonyoung mau bales chat.."
Soonyoung tahu bahwa itu pasti bohong, ia tidak bisa mempercayainya.
Kakak kelasnya kembali menggeleng. "Enggak, nanti lo sibuk sama hp aja.." Soohyuk tampak tersenyum, "emang Soonyoung gak ngantuk?"
Jika Soonyoung boleh mengatakannya, ia memang merasa kantuk telah menyapanya, tapi ia harus tetap terjaga maka dari itu ia ingin meminta ponselnya di kembalikan.
"Kalau ngantuk tidur aja dulu, nanti dibangunin."
Dan darimana kakak kelasnya tahu bahwa ia sekarang mengantuk?
.
.
.
✓✓✓
.
.
.
Saat Wonwoo dan Seungcheol akhirnya masuk perkarangan gudang, hal yang pertama di lakukan Wonwoo adalah memeriksa mobil, dan bungkus plastik Indomaret menarik perhatiannya. "Sebentar.." ucapnya membuat Seungcheol menghentikan langkahnya.
Ia menerima lemparan sebuah cutter dari Wonwoo. "Buat apaan?" tanya Seungcheol bingung melihat Wonwoo mengambil sesuatu dari dalam jeep yang keadaan jendelanya terbuka.
Wonwoo menggendikan bahunya. "Jaga-jaga." Ia sedikit menarik senyum, mengingat Soonyoung membeli apa yang di mintanya.
Wonwoo kemudian berjalan lebih dulu, untuk membuka sedikit pintu dari celah kecil ia mulai mengintip. Gudang tampak luas, tidak banyak barang hanya beberapa tumpuk kayu bakar. Ia tak menemukan tanda-tanda Soonyoung di dalam, tapi melihat bagaimana isi bungkusan di mobil, sebagaimana ia meminta Soonyoung untuk membelinya, membuat Wonwoo yakin bahwa Soonyoung ada disini.
"ANJING!"
Wonwoo tersentak saat mendengar teriakan Seungcheol, ia tidak menemukan Seungcheol di belakangnya, ia segera beranjak dan berjalan menuju sumber suara. Terdapat pintu di belakang gudang, yang pastinya tidak terlihat dari pintu masuk karena tertutup dinding. Saat ia mendekat, ia bisa melihat bagaimana Soohyuk tengah tersungkur dengan sebuah suntikan di tangannya.
"Lo apain adek gue bangsat!"
Ada tawa dari Soohyuk karena kedatangan mereka. "Buat dia tidur lebih nyenyak.." katanya tanpa beban dan segera berdiri.
"Gue bahkan belum mulai pesta, tapi kalian datang mengganggu.."
Saat Soohyuk bergerak tiba-tiba secara sengaja ke arah Seungcheol dengan jarum suntik yang mengarah ke temannya, saat itu pula Wonwoo bergerak dua kali lebih cepat dalam hidupnya untuk menjatuhkan diri tepat ke arah Soohyuk. Rasa sakit ketika akhirnya mereka berdua berjatuh membuat Wonwoo mengerang, tapi ia sadar bahwa bukan waktu yang tepat untuk banyak mengeluh, ia segera menarik paksa jarum suntik dari tangan Soohyuk ketika temannya masih mengerang kesakitan dan melemparnya menjauh dari jangkauan.
Seungcheol yang melihat itu, segera mendekati Soonyoung yang masih tak sadarkan diri dengan kondisi terikat. Ia mengeluarkan cutter dari sakunya untuk mencoba lepaskan ikatan yang melilit tubuh adiknya. Soonyoung tampak pucat, dan entah sudah berapa lama adiknya tak sadarkan diri. Ia diam-diam merapalkan doa dalam hatinya, sedikit gemetar saat mencoba menyayat tali tambang dengan cutter.
Erangan kesakitan membuat Seungcheol menoleh dan melihat bagaimana Wonwoo mengerang dengan sebelah tangan yang mencoba menahan pisau yang menusuk lengannya dari tikaman Soohyuk.
"Bangsat! Seharusnya kalian gak ada disini!" Soohyuk mengerang kesal, "kalau gue gak bisa dapetin Soonyoung, lo juga harus bernasib sama!"
Wonwoo dengan rasa sakit yang menikam lengannya, sekuat tenaga menahan agar benda tajam itu tidak menusuknya terlalu dalam, dan dari sudut pandangnya ia bisa melihat Seungcheol ragu tapi ia hanya menggeleng, meminta agar Seungcheol tetap menyelamatkan Soonyoung lebih dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Soonyoung..."
Tepukan pada pipinya membuat Soonyoung perlahan membuka kelopak matanya. "Hei.. bangun.."
Saat itu ia bertemu pandang dengan tatapan khawatir dari Seulgi, ia mengerutkan keningnya merasa pusing. "Are you okay?"
Soonyoung sedikit menegakkan tubuhnya untuk duduk, dan teriakan kembali terdengar.
"Lo keparat gila!"
Disana ia melihat Abangnya tengah di tahan oleh Om Jongsuk karena terlihat memberontak, dan Soohyuk tampak di tahan dengan polisi di kedua sisi tubuhnya di depannya dengan baju yang kini penuh dengan percikan darah. Tubuhnya bergetar karena rasa takut kembali menyerangnya, dan Soonyoung tahu Seulgi kini memeluknya dengan erat dengan beberapa ucapan menenangkan terucap di bibirnya.
Dan dengan pandangan yang sedikit kabur, ia melihat Wonwoo tampak tersimpuh, tidak jauh dari Abangnya dengan sebelah tangan yang menutupi lengannya. Dan Soonyoung sadar bahwa Wonwoo tengah mencoba menekan lengannya yang berdarah. "Wonwoo.." ia berucap lirih.
Tapi entah bagaimana saat itu juga Wonwoo menoleh padanya, memberikan senyum tipis seolah mengatakan ia baik-baik saja. Seolah mengatakan bahwa semuanya akan segera berakhir.
"Lo setan! Apa yang ada di kepala lo!"
Dan tawa yang terdengar mengerikan menyapa pendengarnya, Soohyuk tertawa dan hampir terjungkal jika saja polisi tidak menahan kedua lengannya. Hanya tertawa, dan tidak mengatakan apapun, tapi saat pandangan Soonyoung bertemu dengannya, rasa takut membuatnya menggigil karena senyum itu tampak menakutkan.
"Soonyoung.." jawabnya pelan atas pertanyaan Seungcheol.
Sebelum pertengkaran kembali terjadi, kedua polisi akhirnya menyeret Soohyuk keluar, dan Seulgi memeluknya semakin erat, menyembunyikan pandangnya dari orang itu.
Beberapa waktu berlalu, ia mendengar langkah kaki datang. Dan ia melihat Junhui dan Jihoon berjalan masuk, saat keduanya mendekat, Seulgi melepaskannya. "Tolong Soonyoung, gue mau ke Wonwoo dulu.."
Dan Jihoon memeluknya lebih dulu. "Bego!" Itu kata pertama yang keluar dari bibir Jihoon, "lo seharusnya gak pergi gitu aja!" Ia mendengar makian Jihoon tanpa daya.
"Gue khawatir banget tahu!" Ia membalas pelukan Jihoon, dan mendongak menatap Junhui yang berdiri di belakang Jihoon, yang tampak tersenyum dengan sayu.
Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, tapi rasa takut dan pusing hanya membuatnya semakin mual, ia hanya memejamkan matanya sebelum ia mendengar Seulgi berteriak.
"Wonwoo luka lo di balut dulu bego!"
Satu tepukan menyapa kepalanya, dan melihat Wonwoo yang tersenyum sebelum kembali berjalan. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa darah masih perlahan menetes dari lengannya.
"Soonyoung.." Suara Seungcheol membuat Soonyoung mengalihkan pandangannya dari Wonwoo yang berjalan keluar. "Ayo pulang.."
Dan Soonyoung akhirnya menyadari bahwa ia berada di sebuah gudang di perkebunan karet, ia tidak bisa mengingat kenapa bisa sampai ke tempat ini, karena sepertinya ia benar-benar tidak sadarkan diri. Ia juga tidak tahu berapa lama menghilang karena mereka semua tampak letih dan lesu. Bahkan dalam gendongan Abangnya, ia melihat beberapa luka gores di lengan dan wajahnya yang memungkinkan lebam akan tercetak jelas keesokan harinya.
Saat mereka keluar, mobil polisi yang membawa Soohyuk lebih dulu pergi, dan Wonwoo kini tengah mendapatkan pertolongan pertama pada lukanya yang di rawat oleh Seulgi. Jihoon dan Junhui masih setia berjalan di belakangnya, dan langit juga tampak mulai petang.
"Kita ke rumah sakit dulu.." Seungcheol berucap pelan, "kita harus cek kondisi lo dulu.."
Soonyoung menenggelamkan kepalanya pada leher Abangnya, walau ia tidak merasakan sakit pada tubuhnya dan hanya ketakutan tanpa kejelasan yang menggerogotinya, ia hanya akan menurut, yang terpenting adalah ia kini tidak sendirian.
.
.
.
.
.
Saat Soonyoung terbangun, infus telah terpasang. Ia bergumam pelan, membuat Seungcheol yang sedari tadi tidak beranjak dari samping adiknya kembali terjaga. "Dek.."
Soonyoung mengerjap pelan, sedikit mengeluh ketika duduk. "Abang, Soonyoung pingsan?"
Seungcheol hanya mengangguk. "Gak pa-pa, Soonyoung cuma butuh istirahat aja.."
"Wonwoo dimana?"
Ia tahu, bahwa Wonwoo juga tidak dalam keadaan baik-baik saja. "Lagi di rawat, ada di kamar sebelah.."
"Soonyoung mau lihat.."
Seungcheol menggeleng. "Belum bisa, Wonwoo belum sadar.."
"Apa?"
Seungcheol menggeleng pelan. "Gak pa-pa, nanti kalau udah sadar, kita ke kamarnya ya.."
Pintu kamar inapnya terbuka, Jihoon tampak membawa sekantung plastik makanan. "Udah bangun nyong?"
Jihoon meletakan bungkusan di atas meja. "Kak, gue beli makanan buat kita-kita, Soonyoung gak pa-pa 'kan makan makanan luar?"
Seungcheol mengangguk. "Junhui kemana?"
"Tadi katanya mau nyari angin, ya udah gue tinggal aja.."
Jihoon mengambil kursi dan menyeretnya mendekat pada ranjang Soonyoung. "Tadi ketemu Kak Han juga, tapi kayaknya dia malah keluar, mau ngomong sama Jun katanya."
Seungcheol kembali mengangguk. "Han udah ngomong kok.."
Kini tatapan Jihoon kembali pada Soonyoung. "Lo tuh, bego apa gimana sih nyong, lo buat geger aja.."
Soonyoung menunduk, merasa bersalah.
"Tapi Kak Cheol juga bego, bisa-bisanya kelepasan.." Jihoon mendesah pelan, "gue tahu bukan waktunya buat marah-marah, tapi astaga gue gak habis pikir aja gitu.."
"Coba aja tadi kalau gue sama yang lain telat masuk kesana?" Jihoon berucap dengan lemas, "gue gak tahu apa yang bakalan terjadi sama kalian.."
Seungcheol menggeleng pelan. "Sorry, itu beneran refleks gue langsung masuk waktu lihat Hyuk mau nyuntik Soonyoung.." Seungcheol mengusap wajahnya dengan gusar, "gue gak bisa diem aja, apalagi pas lihat Wonwoo di tusuk sama bajingan itu di depan mata gue.."
Jihoon menggeleng prihatin. "Itu kejadian paling dramatis dalam hidup gue tahu kak, lo bisa sekalap itu hajar Soohyuk, yang bahkan cuma ketawa tanpa perlawanan."
Seungcheol mengangguk. "Gue pikir, dia gak bakalan bales bogem gue karena inget gue Abangnya Soonyoung, tapi beda kalau itu Wonwoo, bahkan dia mau Wonwoo mati dan itu bikin gue marah banget.." Seungcheol menutup wajahnya, "gue ngerasa jijik, dan bener-bener kepikiran buat bunuh Hyuk pakai tangan gue sendiri, walau gue tahu tangan gue udah mati rasa karena sakit.."
Usapan lembut pada pundaknya membuat Seungcheol sedikit tenang, saat ia mendongak, senyum lembut Soonyoung menyapanya, seolah mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Dan Seungcheol terdiam, rasanya ingin menangis, bayangan kehilangan adik tersayangnya adalah hal paling menakutkan yang pernah ada dalam pikirannya, terlebih jika teman yang paling berharga harus berkorban nyawa. Dan jika itu benar-benar terjadi, Seungcheol tidak akan pernah yakin bisa tetap hidup dengan kebahagiaan.
.
.
.
.
.
.
Wonwoo duduk bersandar, ia mengusap hidungnya dan menghela napas, menatap kosong di depannya. Pikirannya berkecamuk, bayangan kejadian kemarin terus saja berputar di kepalanya. Rasa sakit itu masih jelas terasa di lengannya, tapi rasa takut yang tak pernah terbayangkan olehnya terus membuatnya cemas tanpa akhir.
"Won.."
Wonwoo mendongak, melihat Seulgi masuk ke kamar inapnya.
"Soonyoung sama yang lain mau jengukin lo, gimana udah gak pa-pa?"
Dahi Wonwoo berkerut bingung, membuat Seulgi menghela napasnya saat sebelum mengambil kursi untuk duduk di sisi ranjangnya. "Gue dari kemarin nolak mereka buat ngelihat lo, dalihnya sih lo belum sadar.."
"Kenapa?"
Seulgi menepuk pundak Wonwoo. "Gue tahu, lo kemarin habis sadar nangis terus.." senyum tipis terukir di bibir Seulgi, "karena gue tahu lo gak mau kelihatan lemah di mata orang lain, makanya gue bilang gitu."
Wonwoo ingat, kemarin setelah siuman karena sempat tak sadarkan diri, ia menangis. Tidak tahu kenapa, tapi bayangan kejadian kemarin membuatnya sesak, takut kehilangan Soonyoung disisinya, karena kelalaiannya menjaga manusia paling lucu dan menyebalkan seperti janjinya, merasa bodoh karena hampir membuat orang yang disayanginya celaka, rasa bersalah terus saja menggerogoti hatinya, walau ia tahu Soonyoung sekarang baik-baik saja, tapi Wonwoo tahu trauma akan selalu mengikuti Soonyoung selamanya.
"Gue udah gak pa-pa.."
Seulgi mengangguk paham. "Nanti gue ngomong sama Seungcheol, dari kemarin Soonyoung mau ketemu lo soalnya, terus kata dokter lo udah bisa pulang.." Seulgi menghela napasnya, "kita balik ke rumah kakek malem ini, dan lo tahu gak bisa menghindar, lo udah bikin heboh.."
Wonwoo ikut menghela napasnya. "Bonyok gue juga disana?"
Seulgi mengangguk tak yakin. "Mungkin aja.."
"Tante Seulgi juga berarti ada?"
Seulgi kembali mengangguk. "Jelas, dia pasti yang paling marah diantara yang lain, mungkin ngamuk?"
Wonwoo kembali mengangguk, tanda ia paham dan akan menerima konsekuensinya. Lagipula ia tidak menyesal, walau kini lengan kanannya di balut oleh perban.
Tidak lama setelahnya Seulgi pergi untuk menemui Soonyoung, dan saat keduanya kembali bertemu, senyum di bibirnya tidak bisa berbohong bahwa ia bahagia melihatnya baik-baik saja, walau bibir pucat itu tampak kering dari biasanya.
Wonwoo menepuk sisi ranjangnya, meminta tanpa kata pada Soonyoung untuk duduk di sisinya. Perlahan Soonyoung mendekat, pandangannya tidak lepas pada lengan Wonwoo yang di balut oleh perban.
"Lihat mata gue bukan tangan gue.." ucapan Wonwoo membuat atensi Soonyoung teralihkan, senyum bersalah itu membuat Wonwoo terdiam, ia tahu bahwa Soonyoung merasa bersalah.
"Gue gak pa-pa.." ucapnya, mengusap pelan kepala Soonyoung, "lo juga gak pa-pa 'kan?" tanyanya, di sambut anggukan Soonyoung.
Di lain sisi, Wonwoo bisa melihat Seungcheol duduk di sofa di ruangannya, Jihoon dan Junhui pun ikut bersamanya, tapi untuk saat ini Wonwoo hanya ingin terfokus pada Soonyoung di depannya.
Hening tercipta diantara keduanya, hanya tanpa kata keduanya menyelam pada netra masing-masing, mencari sesuatu bahkan tanpa tahu apa artinya, kecemasan jelas terpancar dari binar mata keduanya yang tampak redup akan penyesalan yang berbeda, rasa bersalah yang menggerogoti hati keduanya. Jelas ingin mengucapkan ribuan kata maaf, tapi keduanya tak sampai hati untuk mengucapkannya, ada sesuatu yang lebih ingin mereka sampaikan tapi tak tahu bagaimana cara mengucapkannya.
"Ndut.." Wonwoo memulai, rasanya ingin menggenggam tangan Soonyoung tapi kedua tangannya tak bisa ia gerakan dengan mudah, selain sebelahnya terluka, sisi lain masih terpasang infusnya.
"Kenapa?"
Wonwoo menarik senyum tipisnya. "Gue boleh minta peluk?" tanya pelan, tak ingin ucapannya di dengar yang lain.
Dan Soonyoung menyetujuinya tanpa kata, membuat Wonwoo menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Soonyoung, tangannya hanya terkulai disisi tubuhnya, tapi Soonyoung dengan hati-hati melarikan tangannya untuk mengusap punggung Wonwoo perlahan, mencoba dengan gemetar mengirim ketenangan untuk Wonwoo.
"Lo masih suka sama cowok yang nangis gak?" Wonwoo bertanya pelan, mengirim gelitik di leher Soonyoung.
"Kenapa? Lo mau nangis?"
Wonwoo mengangguk ragu. "Udah sebenernya, tapi gak tahu kenapa kayak mau nangis lagi.."
Soonyoung menyandarkan dagunya pada bahu Wonwoo, menyamankan posisinya tanpa membuat Wonwoo merasakan sakit. "Ya udah nangis, gue temenin.."
"Gak deh.." jawab Wonwoo pada akhirnya, "gue gak mau kelihatan cupu.."
Ucapan Wonwoo mampu membuat kekehan Soonyoung terdengar, sayup-sayup mengirimkan gelayar pada perutnya.
"Lo gak cupu kok.." balas Soonyoung, "lo keren banget, si paling keren deh.."
Ada senyum di bibir Wonwoo mendengar ucapan Soonyoung, benar-benar membuatnya sedikit terhibur. "Masa sih?"
Soonyoung mengangguk. "Kemarin Abang cerita tentang lo, kedengarannya keren banget sih, sampai rela di tusuk karena gue, tapi ternyata tetep bisa cengeng juga."
Wonwoo terkekeh pelan. "Namanya juga manusia.."
Usapan pada punggungnya membuat Wonwoo merasanya nyaman.
"Makanya itu, karena lo manusia wajar kalau nangis.."
Bahkan jika Soonyoung boleh jujur, ia ingin sekali menangisi nasibnya yang membuat orang-orang di sekitarnya celaka. Rasa bersalah terus bercokol dalam hatinya, sesak membuatnya sulit bernapas tapi ia takut untuk menunjukkannya, ia harus tetap tegar karena kepedulian mereka membuat Soonyoung sampai saat ini masih baik-baik saja. Apalagi ketika ia melihat Wonwoo berjalan menjauh keluar dari gudang dengan lengan yang berdarah, ia merasa akan menangis melihat Wonwoo terluka karena menyelamatkannya tapi air mata tak kunjung datang, hanya menyisakan panas di matanya dengan hati yang terasa sakit.
Wonwoo memejamkan matanya, menghirup aroma parfum Soonyoung yang menguar di indra menciumannya, membuatnya merasa tenang, sayup-sayup mendengar degup jantung keduanya yang berdetak. Membuatnya merasa nyaman, mengikis rasa khawatir yang membuatnya takut. Soonyoung kini baik-baik saja, ada di hadapannya, tengah memeluknya dan Wonwoo seharusnya sudah merasa lebih dari cukup, seharusnya.
Tapi ia tahu ada sesuatu yang masih mengganjal hatinya, sesuatu yang seharusnya tidak ada, sesuatu yang selama ini selalu ia sangkal.
Rasa itu, yang membuatnya merasa hampa dan sesak di saat bersamaan, dengan setetes air mata yang mengalir perlahan turun dari sudut matanya tanpa peringatan. Wonwoo berharap Soonyoung tidak pernah menyadarinya. Menyadari bahwa sudah lama Wonwoo merindukannya, rindu yang tak dapat disampaikannya, tapi ingin ia ucapkan dengan lantang pada teman masa kecilnya yang lucu. Teman yang selalu ia rindukan setiap malam menjelang tidur, karena Wonwoo merasa Soonyoung adalah teman pertamanya yang selalu memberikan kesan bahwa Wonwoo bisa diandalkan, walau ia harus mengorbankan camilan kesukaannya. Wonwoo kecil sangat menyayanginya dengan tulus, dan rasa kehilangan itu ada saat keduanya harus berpisah lama tanpa ia tahu keberadaan Soonyoung.
Kerinduan yang seperti diberi pupuk, semakin subur dan membuat Wonwoo mungkin mengembangkan sesuatu yang lain tanpa disadarinya, dan ketika mereka bertemu kembali, mungkin saja kerinduan itu telah memekarkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang kini membuatnya takut akan kebenarannya, Wonwoo semakin menenggelamkan kepalanya jauh yang ia bisa ke dalam ceruk leher Soonyoung, mencoba menyembunyikan dirinya dan perasaannya jika memang ia bisa.
Soonyoung mengusap punggung Wonwoo perlahan, merasakan basah pada lehernya, hatinya ikut terasa sesak. Dan ia tanpa sadar meneteskan air matanya, tidak tahu kenapa seolah-olah ia bisa merasakan kesedihan yang menguap pada tubuh Wonwoo yang mulai gemetar. Tidak tahu apa alasan yang membuat pacar settingannya sampai meneteskan air mata, sampai-sampai ia merasa Wonwoo tidak ingin orang lain mengetahuinya bahwa ia tengah menangis.
Soonyoung dan Wonwoo seharusnya mereka baik-baik saja.
-ˋˏ✄┈┈┈┈
4 notes
·
View notes
Text
🌊 Merry go round {Soory}
Merry gets a letter from the home front, a family reunion. Why do they want to meet? Her family is in shambles after a divorce and the death of her twin brother. Her other two twin siblings haven’t spoken to her in years- she needs some mental support and asks you to come to a place under water where there sure will be some adventures to be had!
The first time they met had not been a good meeting- she generally hated reapers but this one was semi-okay. Even though the first time they had met she had attacked him viciously with a heel, bag, gun and a heated curling iron.
He escaped and they made up, ah friendship.
Right now she was staring at the invitation that had come to her by watermail and grimaced as Soohyuk was sitting with her in her home. Both enjoying some snacks and a drink as she was flapping the paper around after reading it. “Why are they inviting me? Do you think someone died?” she whispered the last part and made a face. Hancock was sitting in the back and hummed a little, saying he had not seen any other family spirits.
“You’re not even- how would you see them you’re right here. Idiot.” she snapped at her brother and rolled her eyes before throwing some cashews at him. She turned her attention back to Soohyuk. “What do you think? Why are they inviting me to this… family meeting? they say everyone is coming, that means my other siblings too? You know I am from a quadruplet? Right? I have two other siblings, they went with dad during the divorce.”
@soohyuk-ia
2 notes
·
View notes
Text
NEW ACADEMIC YEAR
Hyungwon x Taemin
@hyungwon-ia @taexmin-ia
A shipment of books and materials have been stolen by a group of bandits in a light fairy realm. it is up to you two to get the items back, or else headmaster will be deeply disappointed...
Katarina x Soohyuk+
@soohyuk-ia & @katarina-ia
The new schoolyear brings a lot of lost students to the academy and some of them have kids. Muse A and Muse B find a crying child and will have to soothe the young demon boy and find his parents.
irene x Nohi
@enchanted-irene-ia & @nohi-ia
Cleaning time! Somehow you two are stuck cleaning some of the music rooms of the academy before the year starts and you get to a room with a dance floor and several instruments, why not... enjoy yourself for a moment?
1 note
·
View note
Text
soohyuk-ia replied to your post: -flings a grape at your forehead; Heh.
Funny how you have the nerve to call m hyung, when in fact you are hundreds of years older than me. -brings a hand to cover my mouth as I let out a few faint snickers; How are you, Jiho?
-rolls my eyes a bit and crosses my arms, eyeing you from head to toe- You're one to talk. You certainly look older than me, gramps. -gives up in trying to be insolent and gives a slight smirk- I'm doing good, hyung. It's been a while, eh?
2 notes
·
View notes
Text
Roses Aren’t Always Red || S&J
a💐 — our muses in a flower store/tattoo parlor au
Jinki didn’t even know where to start, after such a big order and the ordeal of having to put together so many bouquet for a surprise proposal. He might not get to see the persons expression when getting engaged but he could only imagine the joy on everyone’s face. He smiled to himself. He simply loved love and beautiful flowers only add to the moment. Which is why he opened his own flower shop.
He grabbed a broom and got busy sweeping up the discarded leaves and stems that were cut off while he made the bouquet. He couldn’t blame anyone else but his own self for the mess.
With his back turned from the front door he could only hear the ding of the bell as the door opened. “Welcome to Soul Flower, I’m so sorry about the mess please come in”
@soohyuk-ia
1 note
·
View note
Text
Dreaming ~ Soohyuk x Jieun
Strolling down the hallway, bag casually held with one hand over her shoulder, she let her eyes wander to the yard below and inhaled the fresh scent coming in through the window. She was headed to her second class of the day and already she was tired. Sleep lately hadn't been that good with her either having nightmares, weird dreams, or nothing at all and she'd been resorting to cat naps between classes and sometimes in class to get her through the day.
The longer she stayed at the window, the harder the soft green grass began calling her name yearning for her to come to it and rest. She could almost hear the wind compelling her to skip class, to be one with the earth and the sun. It was that or Jieun was fully losing her mind at last and at the moment that was surely possible.
The school had never clearly gone over an attendance policy and for this class Jieun hadn't skipped that much. One last glance down the hall and her decision was made. Ditching never hurt anyone right?With a smile on her lips and a pep to her step, the fallen was headed down the back staircase, across the lawn, and to the shore of the lake. It would have just the right amount of sunlight on a day like today for a perfect nap!
A yawn escaped just as she had reached the grass and she knew this was the perfect decision. The bag she'd held before was slung onto the ground with a careless ease and sinking to the grass after it she settled her head on the bag wiggling a bit to make herself comfortable before closing her eyes. Before long, the sound of waves lapping the shore and the breeze flowing over the water began to lull her into a comfortable sleep and she knew finally she would get the rest she needed.
1 note
·
View note
Note
-pulls a face of thought, eyebrows furrowing; I suppose. I am in fact observing the life on earth's terra, and not just the humans who dwell.
-raises his eyebrows and pulls a finger on his lips, tapping them lightly- Mmh, well I hope you have a lot of spare time then, because you must have noticed things are moving rather quickly nowadays. And some species are disappearing, too ; but I'm not doubting you have an impressive memory to stock all of those pieces of information. -removes his finger and smiles slightly-
0 notes
Text
Booty Text || Soohyuk&Joohyun
[text]: What’s IAOF?
[text]: I think you got the wrong number.
[text]: Is this a spam text.
Text Unknown Number : Insolitus Academy Only Friends
Text Unknown Number : Don't you know about it?
Text Unknown Number : This is not spam text
Text Unknown Number : I'm not a robot I'm a doll!
Text Unknown Number : Do you not want to see me naked?
Text Unknown Number : Are you gay? I can send you the link to my friend he's just as pretty as a doll!
2 notes
·
View notes
Text
/blows a flying kiss to her favorite fallen angel before scooting away/ (◕‿◕✿)
1 note
·
View note