Text
Tentang Sebuah Empati
Apa itu empati? Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, "berempati" atau mempunyai empati artinya apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain. Always put yourself in others' shoes. If you feel that it hurts you, it probably hurts the other person, too. Tempatkan dirimu pada posisi orang yang kamu fitnah, kamu aniaya, kamu cela. Setelah sebelumnya aku mendapatkan pelajaran teori, kali ini aku mendapatkan tugas pertama dari kelas Habituasi SCIP mengenai rasa empati yang mempunyai tema Pengikat Makna. Dimana sekarang waktunya mengaplikasikan empati tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan juga harus menceritakan kembali apa yang aku "dapat" dari praktek empati tersebut, supaya menjadi "pengingat" dan "pengikat" agar lebih terkenang dan siapa tahu teman-teman yang membaca jadi ikut tergerak hatinya untuk selalu berbuat kebaikan. Aamiiin ya Allah Baik, mari sekarang kita mulai menuliskan kisahku; 1). Terlahir sebagai orang yang mempunyai sifat tidak enakan dan rasa empati juga simpati yang tinggi (bukan mau nyombong ya), rasanya menjadi beban tersendiri apalagi aku yang belum bisa mengontrol emosi dan peduli terhadap diri sendiri, sehingga akhirnya berakibat "negatif" pada tubuh, baik fisik maupun psikis. Badan jadi mudah sakit, dan pikiran sering stres karena terlalu seringnya lebih memikirkan orang lain dibanding diriku sendiri. Aku sering marah kepada diri sendiri karena rasa itu (mirip judul lagu ya rasa itu) tapi itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap diri sendiri yang ada malah semakin memperburuk keadaan. Baik. Jadi bagaimana caranya untuk mengimbangi rasa tersebut sebagai solusi untuk kebaikan bersama? Yang wajib kita lakukan adalah luruskan niat. Ingat kembali kita hidup untuk apa sih? Niatkan semuanya untuk ibadah Lillahi Ta'ala agar tidak menjadi beban. Dan yang paling penting adalah mengubah mindset kita. Kita jangan menjadi sebuah lilin. Menerangi lingkungan, tapi membiarkan diri kita hancur. Jadilah sebuah lampu yang mempunyai energi besar dan mampu menerangi lingkungannya dengan terang benderang, tanpa membuat diri sendiri "sakit". Prinsipnya kita harus membahagiakan diri sendiri dulu, sebelum membahagiakan orang lain. Bagaimana mungkin kita bisa membahagiakan orang lain, kalau diri kita sendiri tidak bahagia? For thing to change, I must change first! Karena aku percaya yang mempunyai "rasa" seperti itu tidak hanya aku. Maka dari itu aku mencoba berbagi pelajaran yang kudapatkan dari kelas Habituasi ini. Dan harus teman-teman tahu bahwa "rasa" itu adalah anugerah luar biasa dari Allah SWT. Kata Bu Mumun (Leader SCIP) -tidak semua mempunyai "rasa" seperti itu- berarti tandanya kita itu adalah orang terpilih. Hehe. 2). Bercerita tentang membahagiakan orang lain, naif rasanya jika aku tidak mencoba menuliskan membahagiakan orang tua sendiri. Aku anak rantau yang broken home, bertemu orang tua dalam setahun bisa dihitung jari. Apalagi aku termasuk orang yang tidak dekat dengan orang tua sendiri (karena sesuatu hal). Perasaan rindu setiap waktu hanya bisa kupendam sendiri dan menyimpannya jauh di dalam hatiku. Jahatnya aku, sering mengikuti ego sendiri yang tidak pernah mau memulai untuk menghubungi orang tua. Mungkin yang membaca ini akan berpikir jika aku anak kurang ajar, tidak tahu diri bahkan durhaka. Tetapi walaupun demikian sikapku, setiap bulannya aku rutin mengirimkan sedikit rezeki untuk mereka. Seiring berjalannya waktu, kumulai mengerti karena sampai kapanpun beliau adalah tetap orang tua yang sudah membesarkanku dan mungkin seperti inilah cara beliau mendidik anaknya supaya menjadi manusia kuat. Dan bagaimanapun juga orang tua harus tetap dihormati dan sebagai anak kita harus berbakti. Sekarang aku sudah mencoba untuk memaafkan dan berdamai dengan diriku sendiri dan mencoba selalu memulai menghubungi orang tua terlebih dahulu, gengsi dan egonya perlahan mulai pudar karena yang diharapkan orang tua sejatinya bukan materi melainkan "hanya sebuah kabar" dari anaknya yang jauh dari orang tua. 3). Entah sejak kapan aku mulai menerapkan penghargaan dan hukuman pada diri sendiri. Karena memberi penghargaan diri sendiri terkadang sering terabaikan oleh sebagian orang. Padahal, mengapresiasi diri adalah salah satu bentuk bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan sebagai cara kita mencintai diri sendiri. Memang benar kalau mengapresiasi diri sendiri bukan hal mudah untuk dilakukan. Kita butuh latihan untuk membiasakan diri. Terlebih lagi, jika kita termasuk tipe orang yang cuek dengan keadaan. Ibaratnya hidup jalani saja baik atau buruknya. Nah, sebenarnya pemikiran seperti itu gak selamanya bagus loh. Kalau aku terlanjur melakukan suatu hal buruk, aku harus belajar memberi punishment kepada diriku secukupnya lalu mengevaluasi dan memperbaiki diriku. Sementara, ketika aku sudah berhasil melakukan hal baik, aku harus bersyukur dengan mengapresiasi diriku. Sesederhana itu sebenarnya Salah satu yang sering aku lakukan untuk melakukan kebaikan kepada sendiri adalah dengan cara membahagiakan diri sendiri. Dengan membeli semangkuk bakso atau menyeduh indomie dengan taburan bon cabe di atasnya itu cukup membuatku bahagia. Atau dengan memberikan sedikit jajanan ke marjinal di jalan, saat pulang dari pasar. Karena menurutku bahagia itu bukan tujuan, tapi perbuatan. Jangan menunggu untuk bahagia, jika bisa bahagia saat ini. Terkadang kita begitu terpaku pada bahagia yang sebenarnya bukan hanya sebuah tujuan. Rasa bahagia itu bisa muncul jika kita bisa menempatkan rasa nyaman pada diri sendiri serta menikmati setiap momen yang kita jalani. Kita tentu tidak akan merasa bahagia jika hanya diam dan menunggu. Oleh sebab itu, bahagia juga merupakan sebuah aksi yang kita lakukan. Dan satu lagi jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kita pada tangan orang lain. Karena kita sendirilah yang menentukan kebahagiaan kita. Percayalah bahwa kebahagiaan itu datang jika kita mengizinkan kebahagiaan itu datang. Karena kebahagiaan bukan hanya bisa muncul dari kesempurnaan, tapi juga dengan merangkul ketidaksempurnaan yang kita miliki. Jadi jangan menunggu izin orang lain atau bahkan menempatkan kebahagiaan kita atas ekspektasi orang lain. Karena itu akan membuat kita sakit dan kecewa. Alhamdulillah selesai. Ya begitulah sedikit kisahku yang bisa dibagikan semoga bermanfaat dan menjadikan kita pribadi yang lebih bersyukur dengan segala ketetapan-Nya. Terima kasih kepada Ibu Mumun yang sudah menjadi Narasumber dalam kegiatan diskusi empati ini, terima kasih juga atas ilmunya semoga bermanfaat dan berkah untuk kita semua. #materi1 #empati #habituasisejutacinta #ibuprofesional
4 notes
·
View notes
Photo
OPEN PROJECT - Ide Berbagi Indonesia
Ide Berbagi mencari komunitas sosial yang akan mengadakan kegiatan karitas untuk anak-anak di daerah terpencil atau yang membutuhkan. Akan dibantu (pendanaan) melalui jejaring crowdfunding yang dimiliki dengan ribuan donatur yang siap mendukung kegiatan tersebut.
Kirimkan proposal kegiatanmu ke kami melalui kanal berikut: WA/telp: 0877-68000-600 (Fatima) atau 0896-3677-8152 (Widi)
Atau melalui: Instagram: https://www.instagram.com/ideberbagi Facebook: https://www.facebook.com/ideberbagi
99 notes
·
View notes
Text
Yang Tak Terlihat dan Tak Terdengar, Boleh Jadi Lebih Utama
Pernah gak berpikir kayak begini, “kayaknya kontribusi seorang programmer gak sebesar atau sesignifikan seorang CEO deh”. “Mungkin klo ditimbang banyaknya ganjaran kebaikan di akhirat kelak, seorang staff administrasi gak akan bisa menandingi seorang direktur deh”.
Benarkah begitu? Saya ga berpikir itu adalah sebuah kemutlakan di segala kondisi.
Menurut saya belum tentu sebab utama sukses berhasilnya sebuah perusahaan, gerakan, atau sebuah pekerjaan selalu berasal dari tangan orang yang paling dikenal oleh dunia di tim tersebut.
Saya sendiri selalu merasa, dibalik semua pencapaian apa yang kami pernah rintis, kalau mau dikomparasikan, kontribusi saya pribadi dibanding teman-teman lainnya itu sangat minim. Jauh lebih banyak di tim kami, mereka yang lebih berjasa tapi justru banyak tidak dikenal oleh orang banyak.
Adalah bagian dari takdir Allah yang kebagian dapat ujian menjadi yang lebih dikenal orang itu jatuhnya ke pundak saya. Orang lebih mengenal nama Jay ketika merefer soal perusahaan kami.
Kenapa ini pantas disebut ujian? karena kalau kita gagal mengelolanya dengan baik, justru jadi yang dikenal malah senantiasa punya jurang menganga besar yang dapat menelan semua kebaikan dari semua amal kita, lebih seram lagi malah menjerumuskan ke api neraka.
Ada rasa cemburu dalam hati ini kepada mereka yang tersembunyi di balik layar tapi kontribusinya nyata berpengaruh signifikan. Pahala atas kebaikan mereka terus mengalir dalam tiap kerja-kerja mereka, di sisi yang lain mereka aman karena tak perlu berurusan dengan penyakit hati seperti sombong, merasa lebih baik dari orang lain, suka mendapatkan elu pujian, ataupun riya.
Tak selamanya kemuliaan seseorang itu diukur dari seberapa banyak orang yang mengenal dan mengapresiasinya. Jika parameter itu yang dipakai maka atas dasar apa kita meragukan kemuliaan para nabi terdahulu.
Ustadz Salim A Fillah pernah mengatakan sungguh beruntung mereka yang tak dikenal di bumi, namun terkenal di langit ketika hidup. Lalu Allah buat Ia dikenal penghuni bumi baru ketika sudah tiada di dunia. Ia dijaga oleh Allah dari penyakit-penyakit hati di dunia karena keterkenalannya.
Berapa banyak pengikut dakwah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, atau Nabi Musa saat tugas dakwahnya di dunia? Mereka begitu mulia di sisi Allah, tapi di dunia semasa hidupnya tidak banyak manusia yang mengetahui atau mau mengikuti mereka. Justru Allah muliakan mereka di dunia, baru ketika sudah meregang nafas dari dada. Kisah mereka diabadikan sepanjang zaman dalam qur'an, bahkan nama nabi Ibrahim didoakan milyaran orang selalu di setiap hari di shalat kita.
Ini pelajaran buat kita yang sering merasa pekerjaan dan peran kita itu kecil gak berarti, sementara cara ngukurnya dari berapa banyak orang yang tau tentang kita, berapa banyak orang yang mengapresiasi kita, atau berapa banyak followers sosmed kita. Maka bersyukurlah, bisa jadi sedikitnya yang kenal dan memuji kita adalah cara Allah melindungi kita.
Berharap tak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit. Berangan banyaknya makhluk langit yang menyebut-nyebut nama kita tersebab amal kebaikan kita, dibandingkan puja puji manusia padahal hanya karena aib kita yang terhijab kebaikan Allah SWT.
470 notes
·
View notes
Text

Apakah wanita selalu benar?
Banyak kejadian, sepasang pria dan wanita mesti melalui perselisihan akibat perbedaan pendapat. Pada bagian ini, bukan maksud saya untuk menyudutkan kaum wanita. Tapi, sebagai pria akhirnya saya mesti menyatakan bahwa pada posisi ini, kami para pria harus berada pada posisi yang kalah.
Banyaknya kejadian ini - bukan berarti selalu, menghadirkan pernyataan yang mungkin juga disetujui oleh korban pernyataan itu.
"Wanita selalu benar!"
Apakah hal ini dibenarkan? Entah kenapa, kepala saya berpesta pora dengan beragam argumen. Butuh waktu tak sebentar memang. Tapi, akhirnya saya memiliki argumen sendiri.
Apakah benar, bahwa wanita selalu benar? Jawaban bahwa wanita itu selalu benar/tidak, saya rasa belumlah memuaskan sebagai jawaban. Bagi Saya, wanita tidaklah selalu benar. Mereka, hanya butuh dibenarkan - terlepas dari apapun itu. Ya! Itulah pilihan jawaban Saya.
Argumennya? Siapa pun itu - pria/wanita - punya nurani dan kesadaran pada dirinya sendiri. Lalu kenapa wanita dianggap selalu benar? Saya tak pernah setuju menyatakan hal tersebut. Sekali lagi, saya lebih bersepakat menyebut bahwa wanita hanya butuh untuk dibenarkan.
Mengambil bahasa Raditya, para wanita mengatakan di dalam kepalanya, "Beri ego kami makan!"
Maaf jika saya mengatakannya demikian. Tapi, semoga saja kalimat itu tepat. Saya percaya, wanita tidak sebegitu egoisnya untuk dianggap selalu benar.
Pada sebuah kesempatan perselisihan, seorang wanita hanya butuh dibenarkan. Pada lain kesempatan - entah kapan itu - saat kita kembali membicarakan perselisihan itu, wanita tak lagi meminta dipenuhi egonya. Pasti ada beberapa di antara kalian - yang membaca ini - pernah mengalaminya. Wanita menyadari kesalahannya, diiringi tawa bila mengingat kejadian di masa itu. Pernahkan?
Sampai pada bagian ini, berterima kah argumen Saya?
—pengenceritaaja_
0 notes
Text
Menyesalinya
Seberapa banyak keinginanmu untuk mengulang waktu? Agar kamu bisa mengambil keputusan yang berbeda, memilih pilihan yang lain, menunda sesuatu, atau mempercepat sesuatu?
Seberapa banyak keinginanmu untuk mengubah jalan hidupmu saat ini? Meski kamu sadar, bahwa itu tidak mungkin terjadi. Mengulang waktu, adalah fiksi belaka.
Bukankah itu tanda penyesalan? Tanda bahwa kamu belum bisa menangkap pembelajaran berharga, tanda bahwa ternyata kamu mengulang-ulang kesalahan yang serupa hingga kamu ingin mengubah banyak keputusan dan pilihan yang pernah kamu ambil di masa lalu?
©kurniawangunadi
978 notes
·
View notes
Text
“Kita tak akan bisa mengontrol sikap buruk orang lain terhadap kita. Tapi kita bisa menata hati, agar tetap diberikan kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi orang-orang seperti itu.”
74 notes
·
View notes
Text

Jatuh cinta adalah cara bunuh diri paling diinginkan. Kita mengejar keadaan ini. Bukan meminta apalagi dikejar. Ada begitu banyak kesempatan dan waktu berharap memiliki kesempatan ini.
Aku pernah berada pada keadaan ini, mungkin ini salah satunya. Ketika menjatuhkan hati pada seseorang yang tak diinginkan - atau bahkan tak menginginkan keberadaan kita. Kamu adalah salah satunya.
Ada rasa yang lahir di dalam dada. Tak ada yang salah, sebab Tuhan membangunnya begitu megah. Mungkin di antara kita yang membunuhnya secara perlahan. Tapi, tak membiarkannya mati. Ia hidup pada hati yang sendiri dan tak memiliki teman berbagi.
Lalu, kini apa lagi? Hati yang pernah mekar, dipatahkan. Tak sanggup menguncup lagi. Mungkin lebih baik tak pernah memulai jika tahu rasanya tak akan terselesaikan. Menyambung kembali bunga yang patah adalah sebuah kemustahilan. Menyusun lagi bongkah yang berantakan, sering kali membutuhkan waktu yang tak terhitungkan.
Maka, untuk itu aku memintamu berhenti. Jauh sebelum di antara kita berdua semakin tersakiti - kamu atau pun aku.
—pengenceritaaja_
#pengenceritaaja #masihpengenceritaaja #duakepala #perasaan #instagram #dailydoseofrose
0 notes
Text

Ada yang diam-diam merindukan. Ada yang terang-terangan mengatakan. Tapi, ada pula beberapa yang tak pernah mengungkapkan, tak memikirkan, namun pada kenyataannya ada rindu yang tak memiliki akhiran.
Kita pernah merindukan sebuah cerita di mana ada kita berdua. Kamu mengatakan bahwa jarak hanyalah batas yang kapan pun bisa ditebas. Aku mengungkapkan bahwa rasa punya sesuatu yang lebih sering tak kasat mata. Lalu, kita berdua saling melempar kata. Mempertentangkan definisi rindu yang ada di dalam kepala.
Aku mungkin pernah merindukan kamu - bahkan sering. Tapi, aku tak pernah tahu perihal kamu. Adakah rindu itu juga pernah menyapa rasamu? Aku tak tahu. Aku hanya bisa menernak setiap tanya di dalam kepala hingga akhirnya beranak-pinak tanpa jawaban yang nyata.
Di antara begitu banyak tanya yang sudah membangun istana di kepala, aku menyadari satu hal. Aku - tak tahu bagaimana kamu - merindukan pulang. Sebuah tempat di mana kerinduan tak pernah dibicarakan. Bahkan dipikirkan. Dia ada namun tak pernah hadir dalam kata.
Entah bagaimana kamu, aku sedang menyusun setiap abjad untuk menjawab kerinduan itu sendiri. Tapi, selalu saja ada celah kosong yang menelan satu persatu abjad itu hingga tak mampu menggenapi rindu itu. Mungkin semua terjawab jika ada kamu. Ataukah saat kita kehilangan salah satu. Kamu kehilangan aku, atau sebaliknya.
Atau kita berdua yang hilang dalam cerita, dan tak pernah membentuk sebuah kata?
—pengenceritaaja_
#pengenceritaaja #masihpengenceritaaja #duakepala #rindu #sajakliar #kumpulanpuisi #deedailydoseofrose
0 notes
Text
Akankah kita hidup selamanya bersama? Mungkin pertanyaan itu yang pertama kali lahir di kepala. Ketakutan akan kehilangan sesuatu yang disayang, juga menjadi bagian lain yang memamah biak di dalam kepala.
Bolehkah aku mencintaimu secara terlalu? Salahkah aku mengharapkan hidup dalam keabadian bersama, ketika banyak kutemukan perpisahan yang tak terkira? Mungkin berlebihan. Tapi, aku manusia. Sesuatu yang pada banyak cerita sering kali menembus batas nalar. Melakukan sesuatu yang tak biasa -- atau boleh juga disebut gila.
Malam berganti pagi, panas perlahan berubah menjadi dingin. Artinya, segalanya akan berubah. Setiap yang terpisah, tak melulu berarti tak lagi menemani. Perkara antara kamu dan aku, mungkin bukan lagi tentang bersama. Tapi bagaimana kita saling melengkapi, ketika tak bersama. Ketiadaanmu, memaksa aku memenuhi malam dengan bintang-bintang. Menyadari di dalam hutan, ada binatang-binatang yang beraneka ragam.
Mungkin aku keliru. Tapi, dengan atau tanpa keberadaanmu, aku memenuhi hari-hariku dengan dunia yang masih menjadi tanda tanya.
—pengenceritaaja_
0 notes
Text
“Kadang kamu memang harus berjalan sendiri, tanpa punya banyak pilihan. Tapi, jangan takut. Tak pernah ada manusia yang benar-benar sendiri.”
— Pejamkan mata … tarik napas … senyum. :)
818 notes
·
View notes
Text
“Jika Tuhan tak ingin kita menjadi dua orang asing, pada akhirnya kita akan saling menemukan kembali;
meski aku berusaha menjauh darimu. Meski aku berusaha tak menyentuh kehidupanmu lagi.”
– Tunggu saja. Waktu yang akan mengabarkannya kepadamu, cepat, atau tidak sama sekali.
89 notes
·
View notes
Text
Punya seseorang yang amat perhatian kepadamu? ;
Jagalah baik-baik. Juga, jagalah mulut dan jarimu dari perkataan yang mengusik kenyamanannya, hingga membuat ia pergi. Kadang, penyesalan datang setelah kau berjalan di sepanjang lorong-lorong rindu, tapi tak pernah kau temukan ujungnya di mana.
Paham, kan, maksudku?
181 notes
·
View notes
Text
“Saat ini, aku membatasi percakapanku denganmu. Kenapa? Karena aku ingin lebih banyak bercakap-cakap dengan-Nya. Melantunkan semoga, agar nanti kita berdua bisa bebas bercengkerama, sekadar membicarakan hal remeh semacam akhir pekan mau jalan-jalan ke mana. Kau tersenyum malu-malu, aku memelukmu, lalu kita terlelap bersama-sama. Tanpa takut dosa, malah dapat pahala”
— :)
528 notes
·
View notes
Text
“Seburuk apapun orangtuamu di matamu, ia akan tetap menjadi orangtuamu. Jika kau tak bisa memeluknya dengan kedua lenganmu, peluklah ia dengan doa-doa yang baik.”
Bukankah yang menjadi penolong beliau ketika menghadap kepada-Nya nanti adalah doa-doamu juga?
203 notes
·
View notes
Text
Doa: Perantara Kita
Aku membawa namamu hadir, di setiap suara gemuruh petir
Di sela derasnya rintik hujan, membasahi segenap rasa yang selalu kutahan
Jiwa terpisah serpihan-serpihan masa akan datang, kucoba persatukan
Antara kening dan sajadah,
aku meminta pada Sang Pembolak-balik Hati:
Tuhan, pertemukan kami sebagai dua insan penyempurna agama-Mu
Petunjuk demi petunjuk dari Sang Maha Mengetahui, memberikanku rasa enggan untuk tertarik pada yang lain
Aku pun meminta kembali kepada Sang Ilahi, agar ditetapkannya hati ini
Cukup jadi rahasia aku dengan Tuhanku, perihal apa-apa yang kuceritakan
Cukup jadi rahasia aku dengan Tuhanku, perihal berapa air mata yang membasahi sajadah
Cukup jadi rahasia Tuhan, perihal kita ke depannya;
sebatas tatapan dengan telapak tangan, atau berbagi hangatnya genggaman di kala sunyi dan dinginnya dunia
ㅡdelapanbelas
1 note
·
View note
Text
Cinta Yang Baru
Kamu dan aku justru dipertemukan saqt kita berhenti mencari
Kamu dan aku, entah dengan keyakinan dari mana, tak perlu waktu lama untuk mengerti bahwa ini saatnya melebur menjadi kita
Ya, kita adalah dua manudia yang dipertemukan takdir
Barangkali begitu
Kita adalah dua manusia yang sempat dirundung duka oleh kisah pilu masing-masing, lalu melebur saling membangun cinta baru
InsyaAllah
1 note
·
View note
Quote
Tampaknya Tuhan terlalu menyayangi kita sehingga kita dipisahkan. Cara kau pergi karena kau memilih orang lain itu, mungkin adalah cara Tuhan memberitahuku bahwa jika bersamaku, kau tidak akan bahagia.
(via mbeeer)
550 notes
·
View notes