Text
I don’t regret us and I don’t regret our memories-good or bad. And I think we’re gonna be fine.
73 notes
·
View notes
Text
Pertanyaan
Ada rentetan pertanyaan yang ingin, tapi tak akan pernah kutanyakan. Terbayang-bayang di kepala setiap kali sepi menghampiri dan pikiranku tak bisa berhenti mencarimu. Ada rententan pertanyaan yang ingin kutanyakan, jadi jika kamu mendengarnya di suatu tempat, di sini akan aku tanyakan.
Menurutmu, apa yang terjadi pada ‘cinta’ ketika sepasang kekasih meninggalkannya?
Sesedih apa dia sebelum mati?
Apakah ia mati?
Atau dia tetap hidup di suatu tempat…dan menunggu kita kembali, sementara kita sedang berbohong pada diri kita sendiri lalu pergi meninggalkan salah satu yang lebih tersakiti.
Aku telah hancur menjadi jutaan kepingan kecil, lalu kepingan kecil itu hancur menjadi sejuta lagi…hancur menjadi debu hingga tiada tersisa, hanya senyap.
Katakan padaku,
seberduka apa kamu,
semenyakitkan apa itu,
bagaimana rasanya membuka mata namun tahu aku tidak menatap balik padamu lagi?
Sulit untuk hidup dengan berbagai “bagaimana jika”. Seperti harus selalu ada rasa sakit bodoh yang menyertaimu. Dan percayalah, aku merasakannya juga; bagaimana dunia membawa kita ke sini, bagaimana kita melaluinya, dan kita tetap saja hidup.
Butuh berapa bulan sebelum kamu bisa berhenti melupakanku?
Atau kamu sebenarnya masih memikirkanku?
Karena, jika iya,
barangkali aku juga memikirkanmu memikirkanku,
denganku,
dalam diriku,
di sekitarku,
di seluruh tempat–kamu, aku, dan kita.
Apakah kamu masih menyentuh dirimu dengan pikiran tentangku? Apakah kamu masih membayangkan tubuhku yang tersentuh padamu? Apakah kamu masih membayangkan lekukan punggungku yang membuatmu ingin merenggutnya dariku hingga menyebabkan kamu jatuh gila?
Sayangku, sayangku yang manis. Sejak kita pergi, berapa kali kamu berpura-pura jika itulah tanganku yang membelaimu? Berapa kali kamu mencariku dalam fantasimu, yang kemudian malah berakhir dengan tangisan bukannya kedatangan? Jangan berbohong padaku. Aku tahu kapan kamu berbohong, karena selalu ada sedikit kesombongan dalam reaksimu.
Apakah kamu marah padaku?
Apakah kamu baik-baik saja dan akankah kamu memberitahuku jika kamu tidak?
Dan jika kita bertemu lagi, apakah kamu akan menggapaiku dan memelukku seperti yang kamu ucapkan saat terakhir kali kita bicara?
Ataukah kita hanya akan menatap guncangan yang menyerap kita satu sama lain?
Karena, saat ini mungkin kita sudah punya orang lain yang menunggu kita. Kita pernah bahagia bersama, iya kan? Namun apakah salah jika aku mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan itu?
Katakan padaku, Sayang–kalau kamu juga mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.
Original poem : Questions by Rupi Kaur
125 notes
·
View notes
Text
Dear someone I met at the wrong time, let’s re-meet at the right time.
– @cindyjoviand
297 notes
·
View notes
Quote
Sometimes in order to understand something you must know when shut up. Listen more and talk less. Often I’m silent, but it’s a pleasure, not a pain. I like listening to what others have to say, form my own opinion, [I like] not being forced to speak.
Paulo Dybala during the interview for Vanity Fair Italia’s December issue (via paulodybalasource)
41 notes
·
View notes
Text
Another hour we've spent talkin' on the phone. Recollecting memories we shared together.
0 notes
Photo
Ur smile💕
Dolce&Gabbana Fall Winter 2018/19 Men’s Fashion Show: the day before
264 notes
·
View notes
Text
Everyone may be friend and love each others. At the discretion of your old-timer and your people around right now.
0 notes
Text
Beralasanlah. Alasanmu sudah menjadi imun kekebalan akan sikapku untuk menanggapimu.
0 notes
Text
Barron Rahmawanto.
Seorang lelaki berpipi sangat chubby dan punya tubuh montok yang dia anggap kekar. Teman-teman bilang kalau dia adalah kembaranku karena kami mirip dengan presentase 75%. Profesinya adalah seorang kakak pembina pramuka dan dia sangat bangga jika punya banyak adik-adik pramuka, terutama perempuan karena sembari tebar pesona. Ya, bisa diakui jika dia memang agak ganteng dan berkharisma saat pertama kali orang melihatnya. Pantas saja jika banyak perempuan yang ingin dekat dengannya, tetapi sayang sekali tak ada satu pun yang nyantol dengannya.
Sekarang ini dia lagi suka-sukanya dengan Nella Kharisma. Lagu favoritnya yang aku tau adalah 'A Thousand Years' dari Christina Perri, karena saat aku pinjam laptopnya tiba-tiba dia ngelihatin video clip dari lagu tersebut dan bilang kalau lagu itu menggambarkan hatinya banget. Dan ternyata dia juga meresapi lagu 'Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah' dari Merpati yang dia nyanyiin bareng aku di mobilnya.
Lelaki ini punya hobi main badminton, futsal (kalau jadi pemain lembek banget kayak banci), makan, dan nge-PHP-in cewe. Segala jenis cewe udah sering dia PHP. Dari yg aslinya si cewe itu punya pacar sampai mutusin pacarnya demi lelaki yang super duper menyebalkan itu. Tetapi, ada juga cewe yang emang ngarepin dia, cuma si cewe ini matre dan sok perfect banget yang ngebuat aku gedeg liatnya dan aku pun akhirnya ngelarang dia untuk ga boleh jadian sama cewe itu.
Lelaki menyebalkan ini juga tukang pamer, tapi bukan barang yang dia pamerkan melainkan cewe/gebetannya. Sungguh buang-buang waktu. Ada cewe cantik atau mulus dikit langsung dia sabet buat dijadiin ajang pamer dan mungkin sebagai daftar cewe-cewe yang bakal dia PHP lagi. Lebih sangat menarik seperti itu, karena aku yang mengetahuinya menganggap itu adalah sebuah hal lucu yang tak habis pikir dia melakukannya dengan sistematis.
Diantara teman-teman sekelas lainnya, dia lebih berparasit padaku. Oleh karena itu kami berdua punya chemistry yang misterius, yang orang lain pikir kedekatan kami itu baik-baik saja padahal tidak, layaknya Tom&Jerry yang selalu bermusuhan. Ada apa-apa dikit dia pasti lari ke aku sehingga aku bagaikan pelariannya saja jika orang lain sudah tidak mempedulikannya. Yang aku herankan, kenapa harus aku? Padahal masih ada teman-temannya yang lain. Jawabannya, dia ga suka karena yang lain itu ribet. Bilang aja emang aku itu adalah robotmu wahai lelaki gatau diri habwr.
Untungnya, dia masih mau terbuka akan kisah-kisahnya padaku walaupun itu ga semuanya. Kami lebih sering telponan ketimbang chatting. Telponan berjam-jam bisa kami tahan kalau ga pulsanya bener-bener sudah habis. Dialah yang lebih sering telpon aku duluan dan dengan senang hati aku mau mendengarkan ceritanya. Apakah mungkin karena hal inilah yang membuatnya sudah nyaman denganku dan menganggap aku sebagai kepercayaannya dia, makanya dia sering berparasit padaku ketimbang teman-teman yang lain?
Ada cerita waktu dia keterima kerja di Jakarta, dia pamitnya cuma ke aku dan teman-teman yang lain gada yang tau. Di Jakarta pun dia juga masih sering telpon aku. Pada waktu itu memang aku merasakan sedih ditinggal olehnya, karena bagiku tidak ada lagi sesosok lelaki yang jika datang kuliah langsung menggeser kursinya mepet di sebelah kursiku lalu menceritakan kejadian-kejadian yang baru dialaminya dengan berbagai versi.
Sebenarnya, kami berdua saling membenci karena kami merasa kami tidak cocok. Dan lagi tentang introspeksi diri kami berdua, itu masih kurang untuk mengetahui hal apa yang membuat kami jadi saling tidak peduli. Dia menuliskan pernyataannya yang benci padaku di sosmed dan dia juga menuliskan pernyataan tentang apa yang dia lakukan terhadapku adalah untuk memperbaiki hubungannya denganku agar lebih baik lagi.
Ya, aku membencinya karena aku tidak suka jika dia terlalu parasit padaku dan tidak pernah menganggap sosok diriku itu ada dalam bagian hidupnya. Aku ingin dia benar-benar tau jika aku membencinya sekali. Dia adalah lelaki yang paling membuatku gerah akan sikapnya yang pernah aku temui. Dia adalah kamu, Chubby.
0 notes
Text
Boleh lah, boleh...
Di suatu sore ada seorang lelaki dan gadis yang sedang bercengkerama di sebuah warung sembari makan bersama. Mereka sedang membicarakan banyak hal dan tiba-tiba si gadis tersentak saat lelaki itu menanyakan sesuatu kepadanya.
L: Ujianmu sudah selesai berarti?
G: Sudah dong. Akhirnya lega banget!
L: Berarti si (cewe lain) juga sudah ya?
G: Bentar-bentar, (cewe lain)? Oh, jadi sekarang kamu sama dia?
L: Loh apa sih? Aku kan cuma tanya.
G: Oh, gitu? Iya, dia juga udah selesai kok, malah duluan kelompoknya.
L: Nah gitu sih dijawab.
G: Kenapa kamu ga tanya sendiri aja ke dia?
L: Kamu kan temennya, pasti ya tau.
G: Tapi kan aku ga deket. Kontak sendiri kan enak jadi bakalan tau.
L: Dia udah punya pacar gitu.
G: Oalah, jadi kalo dia belum punya pacar mau digebet gitu tah?
L: Apa sih? Kan mesti gitu. Malesin.
G: Loh aku ga ngapa-ngapain padahal. Dia sendiri yang tanya duluan haduuuuhh.
L: Engga, engga. Aku ga gitu.
G: Gitu loh ya gapapa. Toh kamu juga udah kontakan semua sosmed aja loh.
L: Sotoy kan? Bisa aja kalo ngarang.
G: Perlu bukti tah? Ayo tak tunjukkin. Dikira aku gatau woo.
L: Kan ya, kan. Sudah sudah jangan dibahas kalo gitu.
G: Bilang aja takut wekk. Udahlah, kalo beneran iya ya selamat, tapi jangan lupa aku dikasih cipratan kebahagiaan.
L: Apa sih? Engga, engga.
Si gadis tau jika lelaki itu berbohong. Dia hanya meng-iya-kan saja apa yang dikatakannya karena tak mau berdebat. Si gadis hanya ingin mengucapkan selamat jika memang benar lelaki tersebut sekarang berhubungan dengan temannya itu.
Lalu apakah ada yang salah dari perlakuan si gadis? Dan kenapa lelaki itu seperti tidak ingin si gadis itu tau tentang sesuatu yang disembunyikannya dengan perempuan lain itu?
0 notes
Text
Datang seenaknya, pergi seenaknya. Bodohnya aku mau menerimamu.
0 notes
Text
Karena kita sudah terlalu jauh untuk kembali dekat. Iya, kan?
– @cindyjoviand
701 notes
·
View notes
Text
There are people who flirt, "love", then throw u away. So whooorrible.
0 notes