Text
---
seharusnya pertemuan itu untuk mendatangkan kebaikan. seharusnya pertemuan itu untuk memberikan manfaat. seharusnya pertemuan itu untuk menciptakan kelegaan. sayang sekali pertemuan kali ini tidak memberikan apapun, bahkan lebih buruk. pahamilah sungguh, rencana matang sempurna yang diacak-acak adalah selelah-lelahnya perjuangan.
1 note
·
View note
Text
memaafkanku
pada saatnya aku lelah, aku ingin diam sediam-diamnya. atau marah semarah-marahnya. jangan kau memupuk keduanya. bisa jadi aku tak sanggup mengendalikannya. bisa jadi aku tak bisa memaafkanku karenanya.
yang sekarang. gila. itu tadi yang paling kubenci. benci. itu tadi yang paling gila.
-11052016-
0 notes
Text
moment of silent
Cinta Tak Menanti, Bukan?
Bukankah kita sudah sepakat bahwa cinta tak pernah meminta untuk menanti? Jadi buat apa menunggu seseorang yang tidak mau ditunggu? Berangkatlah lebih dulu karena dia bukan teman perjalanan terbaik untukmu.
Bukankah kita percaya bahwa cinta tak meminta untuk menanti? Lalu kenapa masih tak tega melihat dia berangkat lebih dulu? Dia tidak pernah berjanji bukan?
Siapapun yang telah berhasil mencuri hati, dia tidak punya arti apa-apa selama tidak diikat dengan janji suci. Karena prinsip cinta sejati hanya dua, menghalalkan atau mengikhlaskan ^^
Jakarta, 1437 H || Sen @SenyumSyukur
236 notes
·
View notes
Text
--
kita memulainya dari tak ada, kemudian bersama mengisinya hingga bahagia, sampai pada akhirnya mengalah sama-sama untuk membuatnya kembali menjadi bukan apa-apa. benar kan? 4ma. Happy Vidyasari 29102015 2235
0 notes
Photo

Ibu... Di sinilah anakmu saat ini bekerja. Di sinilah anakmu melewati waktu 8 dari 24 jam setiap harinya. Di sinilah aku menjalankan apa yang selalu Ibu percayakan. Terima kasih Ibu, telah menyempatkan waktu untuk melihat lebih dekat dan memastikan anakmu bekerja di tempat yang baik bersama dengan orang-orang yang baik. Kumohon selalu doa dan dukungan dari Ibu... Semoga anakmu bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Membanggakan orangtua. Menjaga nama baik keluarga. Tegur aku jika mulai salah. Ingatkan aku jika mulai lupa. Happy Vidyasari
1 note
·
View note
Text
pernahkah kamu?
pernahkah kamu bertemu seseorang yang untuk pertama kalinya ia mengingatkanmu tentang suatu hal? yang memang pertemuan itulah yang pertama bagimu dan baginya. yang barangkali ia sama sekali bukan siapa-siapa. yang barangkali ia tak pernah tahu jika ia sengaja ‘dipasang’ Tuhan untuk mengingatkanmu tentang suatu hal. suatu hal yang hanya kamu dan Tuhanmu tahu, bahkan tidak untuknya. pernahkah kamu?
aku pernah, sesaat sebelum tulisan ini ada.
aku bisa apa. menulis menyesal. tersenyum kemudian termenung. tak perlu menunggu satu menit untukku terjatuh pada matanya.
—
thankyou, little d.. thankyou for your pure, innocent, sweet, and cute eyes. you taught me so much things to be remembered.
so in love with your lovely eyes, and will always be. wanna have a talk with you someday.
hug and kisses for you, little d.
xoxo. thu, 15 Oct 2015.
Happy Vidyasari.
0 notes
Text
Not everyone you lose is a lost

Terima kasih untuk setiap orang yang hadir dalam hidup saya meski harus pergi dan tak pernah tinggal lama. Datang untuk memberikan pembelajaran yang berharga. Pergi pun meninggalkan pembelajaran.
1 note
·
View note
Photo
Kyaaaa I also have my own, picture soon to be posted :’3










Cats That Need Your Attention The Exact Moment You Start Reading
395K notes
·
View notes
Text
aku tau antara aku dan kamu ada ruang yang tak bisa dipaksakan. dengan cermat aku mulai menciptakan batas-batasnya. dengan hati-hati kujaga langkah agar tak melewatinya.
namun ada kalanya aku rindu. dengan nakalnya kulalui batas-batas buatanku. sadarkah, sepertinya ini hanya permainan waktu.
Sun, 21/06/2015 22:16 Happy Vidyasari
0 notes
Photo
uyeeah
Always classy, never trashy, and just a little bit sassy
6K notes
·
View notes
Text
I’m not going to Malaysia.

Aku mulai memperhatikan dataran seberang ini sejak aku menonton acara animasi anak yang tak asing di sini: Upin & Ipin.
Beberapa waktu terakhir aku tidak bisa lepas dari acara Upin, Ipin, Ehsan, Fizi, Mail, Jarjit, Meimei, Susanti, Ijat dan Zul. Jika tayangan yang di televisi sudah mulai diulang-ulang, aku melanjutkan episode berikutnya dengan cara melihat di Youtube. Siapa sih yang akan tahan dengan kelucuan dan kepolosan mereka? Sudah menjadi kecenderungan bagiku menyimak kepolosan mereka yang menggemaskan itu untuk sekedar haha hihi refreshing: “yampun lucunyaaa”; “eh kok nakal banget”; ataupun “eh dulu aku pas aku kecil juga main itu; kok sama?”. Setiap episode dari Upin dan Ipin selalu memiliki daya tarik tersendiri buatku dalam hal bagaimana mereka sangat mendidik anak kecil for doing everything just exactly at their age.
Alasan lain yang membuatku senang mengikuti mereka adalah apa yang mereka lakukan hampir sepenuhnya sama seperti yang aku lakukan saat aku menikmati masa kanak-kanak; bagaimana bandelnya anak kecil saat diajak sholat tarawih, bagaimana serunya anak kecil ketika main petak umpet atau detektif-detektifan, hingga imajinasi tak terbatas menjadi pasukan penyelamat saat berkumpul bersama teman-teman.
Masih ingat, atau sudah pernah melihat episode yang ini?
youtube
Di episode ini mereka belajar untuk mencintai produk dalam negeri sejak dini. Mereka senang mempunyai gasing, batik, hingga tenun khas Malaysia. Di episode lain mereka juga memainkan permainan yang sering kumainkan dan kukenal dengan nama “Gobak Sodor” ataupun “Tekongan/Gatrik” saat aku masih bocah dulu.
Di episode ini:
youtube
youtube
mereka melagukan “Rasa Sayange” yang kukenal sebagai lagu dolanan dari Sulawesi untuk anak-anak, sama seperti aku dahulu.
Tentunya masih banyak episode lainnya yang mengajakku semacam mem-flashback masa kecilku. Apa yang mereka lakukan di sana sama seperti yang juga aku lakukan di sini. Apa yang mereka banggakan di sana sama seperti yang juga aku banggakan di sini. Serial Upin Ipin ini pun menarik rasa penasaranku, dataran seperti apakah Malaysia? Bagaimana bisa kita begitu serupa? Dari kultur yang serupa ini lalu apalagi kemiripan kita? Pun apa yang membuat kita berbeda? Aku ingin berkunjung ke sana.
But I’m not going to Malaysia.
Tidak seluruhnya. Aku hanya mengunjungi ibukotanya saja, KL.

Menyenangkan berada di sana. Aku berulang kali tersenyum menahan tawa mengingat ada banyak orang yang kurasa pengisi suara Upin- Ipin. Logat dan besar vokalnya tipikal. Mungkin ini sama seperti aku yang mengira suara dan logat Arek Jawa Timur yang kembar semua. Hahaha…
Ada suara Jarjit di sana-sini, ada suara Mail dan Ehsan di seberang, dan banyaaak. Semakin aku mencuri dengar, semakin aku cekikikan. Bahasanya, “beda sikit- sikit jelaah~”. Kadang mirip Bahasa Palembang, kadang mirip Bahasa Banjar, dan yang jelas, tak berbeda jauh dengan Bahasa Indonesia.

Aku bebas berbahasa Melayu di sana, hanya saja, memang agak harus menyesuaikan beberapa kata tertentu. Misalnya ketika akan mencari kamar hotel. Dalam Bahasa Indonesia, kita biasanya mengucapkan: “Mau lihat kamarnya dulu, bisa?” Di sana agak berbeda, menjadi seperti ini: “Nak tengok bilik dulu, boleh?”. Hahaha, how how?
Awalnya kikuk memang. Tapi lama-lama justru inilah sisi asiknya . Bapak Ibu yang juga pergi denganku mempercayakan sepenuhnya dialog Bahasa Melayu ke aku. Menurut ibu, mending langsung speaking English, daripada harus berbahasa Melayu. Katanya, “Lha kamu udah sering nonton Upin-Ipin, ibu masih bingung tadi “bilik”maksudnya apa. Baru ibu ngerti maksudnya setelah inget kata “bilik suara”di pemilu”. Oh so my Mooom…


I’m not going to Malaysia.
Berkunjung ke tempat baru tak melulu tentang pergi menikmati spot wisata dan memanjakan diri di sana. Proses berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan setempat akan jauh lebih membuat kita belajar, menambahkan informasi baru, dan meregenerasi pengetahuan-pengetahuan yang terdahulu.
Kuala Lumpur adalah kota yang multi kultural. Indonesia juga multi kultural. Tapi berbeda. Ya, walaupun sama-sama multi kultural, tapi keduanya berbeda. Jika di Indonesia dikatakan multi kultural/ majemuk karena terdiri dari berbagai macam suku dari Sabang sampai Merauke yang berbeda budayanya, maka lain dengan Malaysia. Kemajemukan di Malaysia tampak lebih nyata karena mereka berasal dari ras yang berbeda. Penduduk Malaysia terdiri dari warga keturunan Melayu (penduduk asli), China, dan India. Aku bisa dengan mudah menemukan wajah-wajah mancung khas India, ataupun wajah putih-putih sipit khas China. Aku juga banyak menemukan pelancong bule di Kuala Lumpur. Sepanjang waktu aku di Kuala Lumpur lalu (di hotel, di stasiun, di jalan, di spot-spot wisata), menurutku, perbandingan jumlah setiap ras yang kutemui adalah sama, berimbang (walaupun pasti jumlah kenyataan secara data pasti berbeda). Seperti dunia dalam satu.

Aku menjadi kesulitan membedakan mana yang penduduk asli, mana yang bukan. Mana India/ China sebagai pendatang, mana India/ China sebagai penduduk Malaysia.
Pernah beberapa kali kemarin aku salah menebak. Aku mengobrol dengan supir taksi yang dilihat dari mukanya; dia India banget. Awalnya tawar- menawar harga taksi menggunakan Bahasa Inggris karena, ya, aku masih mengira dia orang India yang belum lama bekerja di Malaysia. Lalu aku iseng:
“Can you speak Malaysian?” ��Oh, boleh boleh… hahaha” “Oh… *takjub nggak menyangka logat bapaknya jadi melayu banget* “… Okay, hahaha… Bapak dari India atau Malaysia? Saya pikir Bapak Orang India.” *Entah ini sesuai sama EYD Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia yang di Melayu-melayukan* -__- “Saya lahir di Malaysia, tinggal sampai sekarang. Tapi atok saya dari India. Saya dan Bapak saya lahir di Malaysia.”
Nah kaan.
Ada lagi, setelah check-in dan menunggu salah satu petugas hotel untuk cek kamar, aku mengobrol dengan resepsionisnya. Mukanya juga India banget. Berbekal pengalaman dari obrolan sebelumnya, aku tidak mau lagi menebak bahwa dia orang India. Jadinya, kubaliklah. .__.
“Are you Malaysian?” ... ... ... ...
“No, Nepal-laaah~” *PFFFFT! *anw pas jawab ini, aksen dia lucu deh. “So, you’re from Nepal and now working here in Kuala Lumpur?” “Yes, in this hotel.” “Can you speak Malaysian?” “Sikit-sikit jelah~”
Lhaah, kekeuh salah. -__-“
By the way, ingat dengan Meimei dan Jarjit, tidak? Nah, mirip bukan dengan yang digambarkan di animasi Upin Ipin ini? Upin Ipin bercerita mewakili penduduk Melayu asli, Meimei penduduk peranakan China, dan Jarjit mewakili penduduk keturunan India. Satu lagi, ada Susanti juga, mewakili penduduk dari Indonesia. Naah, ini persis sama keadaan di sana. Satu lagi poin plus dariku untuk animasi Upin-Ipin yang bisa sedetil ini penggambaran ceritanya.
I’m not going to Malaysia.
Kalau tentang pariwisatanya menurutku Indonesia memang masih harus belajar banyak dari sana.
Hal simply helpful yang ada di sana tapi belum signifikan kutemukan di Jakarta adalah tentang fasilitas layanan informasi di tempat umum. Kebanyakan tempat umum atau layanan publik di sana sudah memiliki petunjuk lengkap. Kita tak perlu bersusah payah dan bingung bertanya sana-sini jika ingin pergi ke suatu tempat atau menggunakan fasilitas tertentu. Petunjuk-petunjuk yang mereka berikan lengkap dan mudah dipahami.


Misalnya ketika di stasiun kereta. Mulai dari bagaimana cara membeli tiket, kemana kita harus berkunjung, apa kereta yang harus kita naiki, di peron berapa kita harus menunggu, hingga kapan kereta datang, semua tertera di board-board yang banyak terpasang di stasiun. Turis asing juga sangat dimudahkan karena semua petunjuk itu selalu tersaji dalam dua Bahasa (bilingual Melayu- English). Mereka sama sekali tidak pelit memberikan banyak fasilitas board sign ini di tempat-tempat layanan umum.


Jumlahnya tidak sekedar satu-dua papan saja, tapi proporsional dengan besarnya tempat umum tersebut dan banyaknya orang yang ada di sana. Dari sini aku tahu, ibukota kita harus menata lagi. Tak dipungkiri, terasa sekali perbedaannya.
I’m not going to Malaysia.
Kuala Lumpur juga termasuk kota yang bersih. Jarang sekali kutemui daerah kumuh di sana. Tata kotanya bagus, sistem transportasinya rapi dan tidak semrawut. Moda transportasi publiknya sangat memadai, jauuuuh lebih memadai daripada yang ada di ibukota kita.
Secara umum, ada 2 macam transportasi publik di Kuala Lumpur, yaitu bis, dan transportasi berbasis rel yang lengkap: KL Monorail, LRT (Light Rapid Transit), KTM Komuter, dan KLIA Ekspres / KLIA Transit. Keempatnya dikenal sebagai sebuah sistem bernama Klang Valley Integrated Rail Transit.
Menariknya, ada salah satu di antaranya yang sudah dapat dioperasikan tanpa masinis, yaitu LRT Kelana Jaya. Keretanya berjalan by system, by timer, jadi kemungkinan keterlambatannya kecil sekali. Agak ngeri ketika pertama kali tahu kalau kereta yang kunaiki tanpa masinis, but yeah, that was amazing.


Selain itu, untuk memperoleh tiket kereta, kita tidak perlu lagi membeli di loket yang dilayani petugas, melainkan menggunakan fasilitas vending machine. Kita tinggal memilih kemana tujuan kita, kemudian mesin otomatis menginformasikan berapa harga yang harus kita bayar, kita masukkan uang, dan keluarlah tiket kita. Tap tap tap, go go go!


Selain itu (lagi), semua jalur transportasi berbasis rel mereka tidak ada yang memotong jalan raya. Mereka membangun jalurnya di atas (elevated) dan di bawah tanah (subway). Mengurangi macet iya, mengurangi kecelakaan iya.
Syukurlah sebelum ke sana aku sempat membaca artikel the travelearn tentang kecanggihan transportasi Kuala Lumpur, jadi ketika di sana aku tidak begitu terheran-heran lagi. Hehehe…
Sepengamatanku, satu hal utama yang memungkinkan mengapa di Kuala Lumpur terlihat lebih rapi daripada di Jakarta adalah Kepadatan Penduduk. Ruang publik di sana tidak sesesak di sini. Ibarat kata, mengatur sepuluh orang dalam satu kelas dengan mengatur empat puluh orang sekelas; pasti akan jauh lebih mudah mengatur yang sepuluh orang, bukan? Maka daritulah suasana di sana terasa lebih kalem, lebih bersih, dan lebih bersahabat. Nyaman.
I’m not going to Malaysia.
Seperti kebanyakan pelancong lainnya, hal yang tak boleh terlewatkan saat bepergian ke kota orang adalah mengunjungi pasar atau pameran yang menjajakan produk khas daerahnya. Waktu itu aku ke Central Market dan China Town di Petaling Street.


Produk unggulan yang umum mereka jual tak lain adalah ikon Malaysia, Petronas Twin Tower, yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk kerajinan tangan. Mulai dari gantungan kunci, hingga tas dan sandal.

Untuk gerai busana, sejauh mata memandang batik bukanlah hal yang langka di sana. Mereka memasarkan batik sebagai motif khas Malaysia.

Semakin memilah-milah ke dalam, aku menemukan tas dan kaos yang bersablon “Raflesia; The Giant Flowers of Serawak Malaysia”. Ada juga yang menjual buah durian dengan tagline “Durian, Buah Asli Malaysia”. Sejenak yang terbesit di aku adalah “Lhoh kok?”, “Mana bisa?”, “Bukannya?”. Hmmm.. tidak berbeda kan dengan yang di sini?
I’m not going to Malaysia.
Nah, begitulah keadaannya. Kita memang berasal dari rumpun dan nenek moyang yang sama. Tak bisa dipungkiri, budaya kita serupa. Kekayaan yang kita miliki tak jauh berbeda.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, masing-masing memiliki kekayaan yang patut untuk dibanggakan. Setelah aku melihat lebih dekat ke sana, aku menjadi lebih mengerti. Rasanya tidak perlu ada ambisi untuk saling mengklaim apa milik siapa, siapa meniru siapa. Meniru tak melulu menjadi hal yang keliru, hanya saja dia yang tulus melestarikan, dia yang kreatif mengembangkanlah yang nantinya akan bertahan.
I’m not going to Malaysia.
As I said before, I’m not going to the whole country of them. Or probably, not yet.
As I’m still young, I still want to visit more, to learn more. And explore more!
At another side of Malaysia. :D But so, what’s next? Don’t forget my dear, let us be a part of the better Indonesia. Still, love our country more and always. :)




My best greeting from Indonesia, Happy Vidyasari 160515, 1058

0 notes
Photo
A man feeding swans and ducks from a snowy river bank in Krakow
the contrast is insane

1M notes
·
View notes
Text
for you
listen to me, dear... you've made your decision. you've thought of this manytimes. you completely know what's the risk.. and you took it. it's so fragile indeed, but at least, you've been brave. listen to me, dear... you've made your decision. you are the one who made it. so you should not be sad. take it (again). face it. you SHOULD NOT be sad. you know who's always there behind you, beside you, in front of you. you know who's always there surround you. for you.. everytime you feel down or in doubt ... you are BRAVE. Happy. 141214.1117. not in a good mood.
0 notes
Photo
untukmu nanti yang menemukan ini..

Jika Kau Pernah (Ingin) Bertanya…
Aku membiasakan diri untuk selalu menghubungimu. Sekadar memberi kabar, juga bertanya apa saja untuk mengulur waktu kita berdua lebih lama.
Aku ingin kau terbiasa dengan hadirku di sekelilingmu. Diam-diam meletakkan sosokku di sebuah ruang dalam ingatanmu.
Aku selalu tertawa mendengar semua leluconmu, bahkan jika di suatu hari aku menemukan satu dua lelucon yang tidak lucu, aku akan tetap tertawa. Percayalah, bagiku itu lucu.
Aku selalu memberikan pundak setiap kali kau merasa lelah. Setiap kali kau merasa ingin berhenti. Bersandarlah di pundakku. Selamanya pun tak apa.
Aku takkan pernah meninggalkanmu sendirian. Bahkan di saat kau membuat jarak yang teramat lebar, aku akan tetap mengawasi, meski dari jauh, meski diam-diam, sekadar memastikan kau selalu baik-baik saja.
Aku selalu mencarimu tiap kali kau mulai hilang dari radarku, juga di setiap kali firasatku berkata yang tidak-tidak.
Aku selalu khawatir tiap kali melihatmu diam dan semacamnya.
Aku selalu mengingat semua yang pernah kaukatakan. Tersimpan dengan sangat rapi di kepalaku; semua mimpimu, semua ceritamu, semua keinginanmu, semuanya.
Aku selalu jatuh setiap kali melihatmu, setiap kali mendengar suaramu, bahkan hanya dengan mengingatmu saja sudah cukup.
Aku jatuh cinta, berkali-kali kepadamu di setiap harinya.
Tapi, jika suatu hari nanti aku menghilang, aku bukan menjauh. Aku bukannya telah melupakanmu. Sama sekali bukan.
Aku… Sebelumnya maaf jika terdengar kekanak-kanakan, maaf jika terdengar egois,
Aku… Aku hanya ingin kaurindukan. Aku hanya ingin kaucari.
135 notes
·
View notes
Text
Dia yang mengalihkan duniamu belum tentu memperjuangkanmu. Namun, dia yang memperjuangkanmu akan mengalihkan dan mewarnai duniamu seiring berjalannnya waktu.
Kepada wanita
2K notes
·
View notes
Text
20.
hingga keputusan ini dibuat, ragu selalu ada.
ya Allah terangkanlah, tuntunlah, mantapkanlah hati kami. belajar adalah tugas utama kami. menata diri. memahami. pertemukanlah kami saat kami telah sama-sama menjadi matang.
.. karena kami pernah memiliki mimpi yang sama. .. karena rasa ini masih sama.
20 ini untuk kamu.
0 notes