Text
Jum’at
“Bapak, sudah duduk”,
Bisik sang anak kepada bapaknya ketika imam sudah duduk untuk takhiyat akhir dan sang bapak masih menikmati sujudnya. Seketika konsentrasiku pecah, sejurus kutahan tawaku. Mungkin, aku akan tertawa terbahak-bahak bila tak ingat kalau sedang sholat jum’at. Pasangan bapak dan anak itu tepat di sebelahku, dan tentu aku bisa melihat dan mendengar kejadian itu dengan jelas. Dan akupun melihat ketika sang bapak menegur anaknya itu selepas salam. Sungguh, sungguh hari jum’at yang aneh.
Sang anak baru berusia sekitar 6 tahun, masih kecil dan jelas dia belum begitu faham tentang gerakan-gerakan sholat dan apa itu tuma’ninah. Sang anak hanya mengikuti refleks alamiahnya, memberitahu bapaknya untuk lekas bangkit dari sujud. Refleks yang alami kukira, refleks yang muncul bukan karena dia merasa tahu dan pintar, tapi muncul karena sayang, sayang kepada sang bapak. Dia, anak berusia sekitar 6 tahun itu jelas tak ingin bapaknya tertinggal gerakan- gerakan imam sholat. Atau dia takut bapaknya lupa gerakan sholat setelah sujud, atau bisa juga dia mengira bapaknya tak mendengar takbir dari imam. Entahlah, siapa yang bisa menebak isi hati anak kecil. Tapi satu hal yang bisa ditebak, sang anak sayang pada bapaknya dan tak ingin bapaknya melakukan kesalahan ketika sholat.
Kasih sayang bisa mewujud apa saja, ia bisa berupa memanjakan, mendidik dengan keras, atau mengajak minum kopi di warung, termasuk menasehati ketika yang disayang “sedang melakukan kesalahan”. Iya, tak semua yang kita anggap baik, baik juga bagi orang yang kita sayang. Tapi kasih sayang tak mengenal hal itu, kasih sayang yang mewujud nasehat akan selalu hadir ketika “ada yang salah atau ada yang tak sesuai”. Bukan, bukan untuk menghakimi, tapi ia hanya ingin melindungi.
10 +����[5l
2 notes
·
View notes
Text
Dulu, aku menerka-nerka bagaimana kehidupan setelah dewasa.
Apakah mudah ya...
Apakah seberat ketika aku mengerjakan ujian trigonometri saat aku di bangku SMA dulu.
Apakah seberat ketika mengerjakan kumpulan kode untuk menjadi gambar ini itu.
Ternyata menjadi dewasa begini rasanya..
Haha. Sungguh tak menentu 💖
0 notes
Text
Masing masing
Setiap insan memiliki jalan masing masing, tidak terlalu cepat, pun terlalu lambat.
Setiap orang memiliki ujian masing masing. Yang lain tidak akan pernah tau bagaimana seseorang sampai pada suatu titik.
0 notes
Text
Tulisan : Perempuan Setelah Menikah
Barangkali dulu, ketika masih gadis. Di usianya yang telah memasuki kepala dua dan usia pernikahan, salah satu kekhawatirannya adalah tentang pasangan hidup. Entah bentuk khawatir seperti; apakah ada laki-laki yang mau menikahinya? atau apakah ia cukup siap untuk menjadi seorang istri? dan lain sebagainya. Dan kekhawatiran itu pun tumbuh subur seiring usianya yang merangkak naik, seiring banyaknya laki-laki yang datang silih berganti tapi tak satupun menarik hatinya.
Di bayangnya, kehidupan pasca menikah, apalagi menikah dengan laki-laki yang dicintainya adalah kehidupan yang segalanya indah. Padahal tidak demikian. Kata siapa bahwa selepas menikah, kekhawatiran perempuan akan sirna begitu saja? Justru sebaliknya, kekhawatiranya bertambah, semakin banyak. Dan ini menjadi sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya.
Khawatir ketika sudah menikah tapi belum juga hamil. Apalagi ketika melihat teman-temannya yang lain memperbarui halaman sosial medianya dengan berita kehamilan atau kelahiran. Lebih khawatir ketika ditanya oleh keluarga. Dan ini menjadi pembelajaran berharga bagi siapapun, bahwa barangkali ungkapan kebahagiaan kita di sosial media bisa menjadi sebab ketidakbersyukuran seseorang yang melihatnya. Juga ini akan menjadi pelajaran berharga bagi semua perempuan yang menikah nantinya dan belum segera dikaruniai anak, ia akan menjadi lebih memahami dan lebih empati kepada perempuan yang lainnya.
Kekhawatiran ketika suami atau anaknya sakit. Apalagi ketika melihat mereka tidak bisa tidur tenang, tidak bisa makan masakan yang dibuatnya dengan susah payah.
Kekhawatiran ketika belum bisa memasak. Meski kita tahu bahwa memasak bukanlah sebuah hal paling penting dari kesiapan menikah seorang perempuan. Tapi bagi perempuan itu sendiri, memasak untuk keluarga, apalagi melihat keluarganya memakan apa yang ia buat dengan susah payah adalah kebahagiaan yang entah bagaimana menjelaskannya. Khawatir ketika suami tidak mau memakan masakannya, khawatir kalau masakannya tidak enak. Meski, sang suami berusaha untuk menganggapnya bukan sesuatu yang penting. Tapi tetap saja itu penting bagi istrinya.
Kekhawatiran tentang bagaimana ia bisa berbaur dan bergaul dengan keluarga suami. Entah tentang bagaimana ia bisa membuka pembicaraan dan mertua. Bagaimana ia bisa menjadi menyenangkan untuk saudara-saudara suami. Dan memang selama ini tidak ada panduan tentang bagaimana membangun hubungan antara istri dan mertuanya. Dan itu selalu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi perempuan yang akan dan baru menikah.
Ada begitu banyak kekhawatiran yang semakin hari semakin bertambah. Dan perempuan yang perasa, membuat kekhawatiran itu kadang tumbuh tak terkendali. Dan tugas laki-laki yang menjadi seorang suaminya nanti sebenarnya sederhana yaitu; jangan menambah kekhawatirannya. Jadilah laki-laki yang baik.
©kurniawangunadi | 10 Februari 2017
4K notes
·
View notes
Text
RTM : Anak dan Zaman
Setelah berkeluarga, saya dan istri seringkali berdiskusi tentang kids jaman now dan segala rupa tantangannya. Sampai-sampai, tanpa sadar saya sendiri membandingkan bagaimana dulu masa kecil saya dengan anak-anak kecil zaman sekarang. Dan kami pun cemas, bagaimana kelak di zaman anak-anak kami ketika sudah lahir ke dunia ini.
Rasanya, perbandingkan itu tidak pernah selesai. Kami merasa, zaman kecil kami jauh lebih aman di bandingkan zaman sekarang, dalam banyak hal. Saat itu, kami juga lupa kalau setiap generasi pasti akan menimbulkan tantangannya sendiri berdasarkan zamannya. Dan sebagi orang tua/calon orang tua, sudah seharusnya kita bersiap untuk itu. Membekali diri dengan pengetahuan, dengan keterampilan, dengan keimanan, ketika kelak mendidik anak agar mereka bisa tumbuh menjadi baik, mau seperti apapun zamannya.
Tugas kita, sebagai generasi yang akan melahirkan generasi berikutnya, tidaklah mudah. Dalam membangun dan membina rumah tangga, semuanya berawal dari sini.
Pertama, dari saat kita memilih pasangan hidup. Proses ini bisa dikatakan gampang-gampang susah. Dan setiap orang yang ingin menikah akan melalui fase-fase kritis tsb, fase dimana merasakan betapa sulitnya membuat pilihan. Di usia berapapun, fase tersebut datang. Sebab, salah satu hak anak adalah dipilihkan orang tua yang baik, dan hak anak kita nanti tentu saja ia berhak memiliki ayah/ibu yang baik. Dan itu adalah pilihan kita, jodoh adalah takdir yang diikhtiarkan.
Kedua, memilih lingkungan tinggal yang baik. Selepas menikah, biasanya akan memutuskan untuk tinggal. Memilih tempat tinggal pun gampang-gampang susahnya, mirip seperti mencari jodoh. Kita bisa memilih untuk tinggal di rumah yang tertutup, berpagar tinggi, di lingkungan yang antar tetangganya tidak saling kenal. Bisa juga di daerah perkampungan, di tempat-tempat urban, di apartemen, dsb. Semuanya adalah pilihan. Dan bisanya, tempat tinggal yang kita pilih menyesauikan dengan tempat dimana kita bekerja. Dan, memilih lingkungan yang baik, itu memang sulit. Adalah sebuah anugerah yang luar biasa bila kita memiliki tetangga yang baik, lingkungan yang saling menjaga dan terjaga. Jadi, memilih tempat tinggal memang tidak hanya urusan bentuk fisik rumah, tapi juga bentuk sosialnya.
Ketiga, memilihkan pendidikan yang baik. Tentu saja pendidikan pertama adalah dari orang tua, wajib bagi orang tua memiliki bekal ilmu untuk mendidik anak-anaknya. Terutama pendidikan karakter. Sebagai orang islam, saya dan istri sepakat bahwa urusan tauhid harus diajarkan dan selesai sejak di rumah. Sebelum nanti anak-anak pergi merantau, pergi jauh menuju cita-cita atau impiannya. Urusan tauhid menjadi tanggungjawab kami. Karena itulah bekal yang bisa menjaga anak-anak, dimanapun ia berada, di lingkungan manapun nanti ia tumbuh di luar rumah.
Ada banyak hal lain. Dan sudah waktunya untuk bangun dan berhenti untuk khawatir. Kita tidak akan bersikap adil bila menginginkan anak-anak nanti tumbuh seperti bagaimana dulu ketika kita masih kecil. Zaman sudah berganti, sudah berkembang jauh, dan pikiran kita harus maju. Kita bersiap dan harus siap untuk menghadapi tantangan zaman untuk anak-anak kita nanti bertumbuh. Menjadi orang tua, juga gampang-gampang susah. Semoga, kita diberikan anugerah anak-anak yang baik dan berbakti dan kita dimampukan dalam menjalankan amanah sebagai orang tua yang baik.
Yogyakarta, 10 Oktober 2017 | ©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Photo

Kemaren waktu ada agenda pengayaan kantor, salah satu tujuannya ke Pura Besakih, yang merupakan salah satu pura terbesar di Bali, juga merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Kita kesana pas tanggal / hari baik versi tanggal kalender saka, jadi banyak acara keagamaan di Bali. Entah itu penikahan atau ngaben. Nah pas kita kesana sore sekitar pukul 15.00 WITA, lagi banyak yang mau beribadah. Ngeliat mereka beribadah rasanya adem banget. Indonesia keren banget yah. Kita berbeda agama namun tetap adem ayem hidup berdampingan. Mereka beribadah, sama seperti kita, walau cara ibadah kita beda, tujuan kita pasti sama. Berdoa pada Tuhan. Loc : Pura Besakih, Bali #purabesakih #ayodolan #maensebentar #instanusantara #lifefolk #exolorebali #balination #balilife #maenbali #balicantik #indotravellers #indonesia #bali #purabali
#balicantik#indonesia#ayodolan#lifefolk#exolorebali#indotravellers#purabali#maenbali#purabesakih#maensebentar#balination#bali#balilife#instanusantara
0 notes
Text
At Pura Luhur Uluwatu (Uluwatu Temple)
At Pura Luhur Uluwatu (Uluwatu Temple) – See on Path.
0 notes
Photo
Kita ketawa, kita gembira, kita bahagia. Yaaaa ~ walau kadang aku sering ngedumel kalau di Kantor, aku tetep sayang mereka. Bali, 9 September 2017
0 notes
Text
Tuhan, aku minta..
Berkali - kali aku minta, beribu ribu doa itu ku minta.
.....
Ketika itu aku benar-benar pada titik terendah selama aku bernafas.
Bapak dan ibu pergi ke surga, keluarga yang sedang kalud kaludnya.
Kala itu.
Masa dimana sandaran hidupmu hilang seketika. Masa dimana pelindungmu pergi untuk selamanya.
Masa dimana dunia yang sebenarnya menampakkan pura - pura nya.
Masa dimana aku jatuh sejatuh jatuhnya.
Doa itu selalu ku pinta.
Selalu.
Tiap malam, pagi, kapan saja.
Sampai sekarang tak pernah terjadi, tak pernah Beliau kabulkan.
Padahal aku hanya meminta
"Tuhan kirimkan aku di masa saat aku sering dimarahi ibu, masa ibu menunggu kepulanganku selepas sekolah."
Tuhan. Aku minta.
Tapi yang Beliau berikan melebihi pintaku.
Ia kirimkan padaku hati yang teguh, jiwa yang kuat, dan pikiran yang jernih bahwa bukankah hidup harus terus berjalan. Bumi tetap berputar, pagi akan jadi malam.
Dan kamu harus melanjutkan hidupmu. ~
0 notes
Quote
Ada yang sedang beruntung malam ini, seseorang yang dirindukan yang ia rindukan
2 notes
·
View notes
Photo

Tuhan, aku punya rumah dan aku masih mengeluh. "Ihhh uangnya dikit bnget mah, pah. Buat jajan seminggu juga abis" ( yaelah masih sekolaah jajan mulu) "Kamar panas bangettt ini yah" ( untung punya kamar sendiri) "Mau jalan gaada baju 😢" ( pleaase baju selemari, masih bilang gaada bajuk) There is to many complain in our life about everything. Tonight, 11th april i got the lesson about life. You eat bread and sugar ? Or rice and tofu ? Alhamdulillah. Your mother too in love wth you. Imagine there is people eat cassava one in a day Terimakasih tuhan. Ternyata aku lebih dari berkecukupan. 🌼 Tadi bersama temen Ketimbang Ngemis Surabaya, menemui Mak as, beliau penjual pisang dibawah fly over waru arah sidoarjo. Umur kurang lebih 70 tahun, gapunya tempat tinggal, baju yang ia miliki hanyalah baju yg menempel dibadan beliau Keseharian berjualan pisang, tidur di dekat rel kereta api, makan seadanya, ketika hujan beliau berteduh dibawah flyover atau di lapak penjual lain. Ketika malam pisang belum terjual habis, beliau akan menuju ke ruko di daerah deltasari untuk menjual sisa pisang pada jari itu. Kemana keluarganya ? Iya, kemana ya ? Jadi beliau memiliki suami dan 2 orang anak ( keluarga berencana, keluarga bahagia , 2 anak cukup) Lalu kemana mereka ? Sebelumnya mbak raha ( temen yg menyarankan mak as untuk dijadikan sosok KNS ) telah menyurvei tntg beliau, awalnya mak as bercerita gapunya suami dan 2 anaknya dititipkan orang. Namun setelah mencari info dari sana sini, ternyata mak as benar memiliki suami dan 2 orang anak, tp ( maaf ) suaminya meninggalkan beliau dan 2 anaknya menjadi berandalan Dan setelah dilakukan survey lagi, mak as ternyataa menceritakan hal yang sama ( mungkin komunikasi mbak raha dan mak as sudah terjalin, jd pd survey berikutnya mak as memceritakan keadaaan keluarga beliau) Ketika ngobrol santai dengan mak as, sesekali mak as memberikan wejangan tentang kejamnya dunia pasar. Lalu sempat memerhatikan sekitar, yang dibawa mak as hanyalah tas belanja kecil dan kresek yang berisi barang dagangan. Ya tuhan beliau cuma punya itu dan masih bisa bercanda dengan kami Sempat terharu ktka beliau menawarkan singkong kepada kita. Bagaimana tidak, mungkin itu singkong buat makan esok hari dan ditawarkan ke kita, warbiasaaaa baiknya. Dan ketika kita akan pamit pulang, ada salah seorang teman membawa donasi baju serta jilbab, alhamdulillah mak as mau menerima donasi yg ga seberapa itu. Next insyaallah KNS ingin mengakomodir tntg penjualan beliau. Semoga dipermudah. Bagi temen yang mau donasi dan mengapresiasi beliau yang tetap mempertahankan kemandirian utk tetap berjualan dari pada mengemis so cus cek instagram @ketimbang.ngemis.surabaya Mak as yang beratapkan langit beralaskan bumi masih bisa tersenyum, jadi masak kalian yang punya kamar sendiri masih ngeluh ? Kan malu kan 😅 One more. Ya allah alhamdulillah ternyata aku serba berlebih.
0 notes
Text
Ibu ibu ibu
Bagiku lelaki yang mencintai keluarganya teritama ibunya adalah lelaki yang begitu menentramkan hati, dia yang santun dan patuh kepada ibunya sungguh meluluhkan siapa saja yang mengetahuinya.
Bagaimana tidak, ibunya pun begitu dia sayangi, bagaimana dengan istrinya nanti, mungkin akan sangat sangat ia cintai.
Lelaki yang mencintai ibu adalah lelaki yang mengerti dan menghargai seorang wanita, kurasa.
Entahlah dia yang bercerita kalau dia begitu mengkhawatirkan ibunya jika jika tak berbahagia adalah dia yang selalu menggetarkan jiwa.
Teruntuk lelakiku yang teramat menyayangi sang ibu 😳
Surabaya, 9 April 2016 23.26
1 note
·
View note
Text
Terkadang dia yang paling bawel yang paling dirindukan sih. Teman, ya atau mungkin ku sebut keluarga satu koma sekian Karena keluarga nomer satu Mungkin mereka nomer satu koma sekian Beda tipis Setipis baju anak cewek sekarang yang pada nerawang. Hmm Entahlah. Selalu rindu mereka, yang paling semangat kalo dikabarin mau nemuin mereka, yang paling erat meluk kalo lagi nangis, yang paling gampang marah kalo lagi dicuekin, yang paling gak terima kalo curhat tentang cowo yang sukany ngephp ( hahaha ).
Bukan seperti malaikat penjaga yang pinter jagain hubungan sama mereka. Bukan seperti ibu pejabat yang bisa rajin nemuin mereka.
Tapi sure. Sesekali telepon berkabar bercerita hal penting sampai ga pentingnya itu ngangenin banget. Cerita kucing sakit sampe pacar baru ke diapun dia tetep dengerin tanpa komentar menyakiti.
Sekali lagi. Entahlah. Mereka sangat mudah dirindukan. Coba tanya, terbuat dari apa mereka. Sampai begitu rinduable sekali.
Catatan : teruntuk sahabat wanita yang lagi pada mencoba menyukai pekerjaan baru !
0 notes
Photo

Mereka datang. Mereka pergi. Dan sesuka hati. Beberapa datang memang untuk bermain main dan mempermainkan. Percayalah akan ada masa yang datang si dia yang akan bertahan dan tetap tinggal.
3 notes
·
View notes
Text
Hujan
Beberapa orang menyukai hujan, aku heran. Bahkan ada salah satu band membuat album yang menyatakan kesukaannya pada hujan. Bukannya aku membenci hujan, hanya saja hujan terkadang begitu menyebalkan. Dia sering kali menggagalkan rencanaku, mulai dari hangout bersama teman lama, menemani bapak pergi ke pasar burung, mencuci baju hingga membatalkan rencana menonton film marvel yang ku tunggu akhir-akhir ini. Tapi tidak dengan sore ini. Aku begitu bersyukur hujan turun begitu derasnya. Menahanmu disini beberapa jam, berbicara ngalor ngidul, menyenangkan . Terimakasih hujan.
0 notes