yourmajestyv

[yourmajestyv]

Mungkin ini tandanya. Kamu bukan buat saya. Semoga di kehidupan berikutnya, saya bisa menjadi bagian hati dan hidupmu selamanya.

Thank you for putting up with me.

[yourmajestyv]

Tenang saja.

I barely know you for, how long? Maybe less than a year.

Saya sudah terbiasa banget kok tidak menjadi prioritas.

Bukan buat ibu, buat bapak, buat abang, bahkan buat sahabat-sahabat saya.

Tapi, buat saya, kamu saat ini adalah prioritas. Sama seperti mereka semua sebelumnya. Walaupun saya bukan prioritas mereka. Sama seperti saya bukan prioritas kamu.

That is why I will always forgive you.

It does not even hurt anymore.

Apakah saya marah? Ya

Apakah saya kecewa? Tentu

Apakah saya pengen kamu menjadikan saya prioritas? Pasti

Apakah saya bisa minta kamu melakukan itu? Tentu saja tidak

Saya akan lakukan apa yang menurut hati saya benar. Apapun konsekuensinya. Termasuk menjadikan kamu prioritas. Saya tidak minta balas budi. Saya pilih kamu, karena hati saya bilang, kamu perlu.

Doa saya, supaya, kamu tidak pernah lagi kecewa.

[yourmajestyv]

I do not like liars.

[yourmajestyv]

Do I do the surgery for you?

Do I do the surgery for me?

Do I do the surgery for people around me?

[yourmajestyv]

I know I am healing, when I forget the words and forget how it felt.

[yourmajestyv]

Ni orang tolol banget sih.

Gapapa bagus.

[yourmajestyv]

Saya tidak suka comfort zone terganggu.

Tapi mungkin sudah saatnya.

Dengan atau tanpa mereka.

Harus bisa.

[yourmajestyv]

I don’t really wanna die.

I just want everything to be better.

[yourmajestyv]

It’s not because I want attention

It’s just because “what’s the point?”

[yourmajestyv]

Darkest secret you shared to people you THINK you can trust is used against you.

🙂 sweet human being

[yourmajestyv]

Lucu sekali.

Mereka lupa pernah mengatai aku pelacur.

Mereka lupa pernah mengatai aku cacat.

Mereka lupa pernah mengatai aku macam-macam.

Aku juga lupa apa saja.

Tapi aku ingat rasanya.

Sampai mati pun aku akan ingat.

Kamu pernah tau rasanya? Tiba-tiba sadar bahwa kamu sendiri. Benar-benar sendiri. Tidak tau harus lari kemana? Tidak sabar lagi beranjak dewasa. Tidak sabar lagi ingin segera beranjak pergi. Hanya bisa berlari ke kamar, mengunci pintu, mematikan lampu, sembunyi di dalam selimut, menahan isak supaya tidak terdengar.

Menahan isak supaya tidak terdengar.

Menahan isak supaya tidak terdengar.

Menahan isak supaya tidak terdengar.

Lemah.

Tapi kelopak mata tidak bisa bohong. Merah hidungku tak bisa disembunyikan. Semua orang pun tau kalo semalaman aku menangis. Mencengkram lengan bawahku. Memberi tanda sesuai bentuk kuku. Sudah berdarah, sudah puas. Berarti sudah bertahan sepaling kuatnya.

Lucu sekali.

Sekarang aku sudah jauh lebih tua. Tapi rasa itu kadang terasa lagi. Semua ucapan baru dari mereka mengingatkan aku kembali ke kala dulu.

Menahan isak supaya tidak terdengar.

Lemah.

[yourmajestyv]

[yourmajestyv]

I want to be with a person who can see me for who I am, not how I can perform for him.

[yourmajestyv]

Let’s bring toxicity to toxic people.

[yourmajestyv]

Sudah melewati batas.

[yourmajestyv]

My psyc said. Achievement has nothing to do with one’s worth.

My mind was blown.

Like, come on.

That is why I hate compliments. People compliment you, so you are expected to be characterized by that adjectives! When you don’t meet the expectation, what are you?

I hate it when you compliment me.

What am I when I’m not that “adjective”?

What am I?

What am I to you?

Everytime we have conversation, it’s whether you compliment me or you criticize me.

I am the adjectives you shape in your brain.

Not Vania. Not the Vania, human being in front of you.

:)

I know you know about this blog.

I know you read this blog.

Let’s pretend that you don’t know and I don’t know that you know.

I hate you.

I love you.

[yourmajestyv]

Pelajaran hidup berkali-kali:

To never expect anyone to do unintentional good to you.

Never.

:)

Apalagi kalo berharap dibalas dengan level yang sama atau lebih. No no no no.

Vania, come on. Berkali-kali. Berbuatlah sesuai level lawan mainmu. Ga usa do good lebih sedikit. Ga usa better than the best. Makan tuh. Bantal siapa yang basah?

:)

Keras kepala sekali. 🙂

Coba tanya diri sendiri, pernah kah saya berbuat unintentional good kepada orang lain?

I don’t think so.

At least, I do good to fulfill my need to express my love.

So I think it is intentional. I expect the same level of love I give. It’s not genuine.

Yeah, makan tuh genuine.