Tumgik
ummunafifi ¡ 3 years
Text
Melepas Ekspektasi
Well see, life getting harder, huh? I sent a message for you, did you read it?
Baik - baik ya, nanti kita monitoring lagi di waktu yang lain. Mengenai ekspektasi - realita, tentang kita.  
0 notes
ummunafifi ¡ 3 years
Text
Random
Felt down, right? But wait, the war is not over yet.
“And to your Lord (alone) turn all your intentions and hopes.”
(Al Inshirah 94 : 8)
0 notes
ummunafifi ¡ 4 years
Text
Before The Year of 2020
Almost forget about how to take my thought in words, also, how to operate this application.
The world is changing, a lot.
Mencoba mendeskripsikan masa sebelum tahun 2020 ke dalam tulisan, ternyata tak lagi semudah dulu. Tak lain dan tak bukan, karena otak dan jari-jemari sudah vakum sekian lama. Hi again, dear Tumblr. I’ll try to make a best version of my last 5 times writing (to fulfill my 1000 post’s target, wkwk)!
Ralat, ya nggak akan jadi best writing juga sih, udah kayak baru belajar nulis aja ini mah. *crying*
2017-2018
Ah. Sepertinya terakhir kali menulis masih di tahun 2018 ya, the hardest part of my working phase. Sekaligus salah satu wahana terbaik dalam pembelajaran hidup. Kembali ke Kota S setelah kurang lebih 2 tahun berkelana. Sudah pernah mengira bahwa Kota S akan sekeras itu, tapi melalui tahun 2017-2018 ternyata ngos-ngosan juga, hehe.
Masih ingat, di suatu bulan setelah fase Pencerah Nusantara (PN) berakhir, alur hidup membawa dengan cepat menuju suatu proses rekrutmen untuk di tempatkan di salah satu Puskesmas di Kota S. Tidak peduli betapa acak-acakannya penampakan, masa itu terlalui dengan seadanya : memenuhi panggilan test tulis dan praktik komputer dengan titik keberangkatan dari Semarang (literally nge-bis dan nitip barang bawaan di penitipan barang Terminal Purabaya). Terlalui dengan mudah, fase PN mengajari banyak terkait materi test, yang sudah barang tentu - tak sekedar teori. Setelahnya, di hari itu juga, membereskan barang untuk pulang.
Selang beberapa minggu, panggilan tahap wawancara dan psikotest pun datang. I did it. Berangkat dari Kota K dengan berkendara sepeda motor, untuk langsung pulang kembali. Wawancara berjalan dengan baik-baik saja, karena setidaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh interviewer sudah menjadi makanan keseharian juga saat di penempatan PN. Test Psikologi pun berjalan seperti test psikologi yang sudah-sudah. Hari itu, diakhiri dengan pertanyaan,”Ini dokumen punyamu ya, Dek?” Salah satu interviewer memperlihatkan sebuah dokumen di tangannya : dokumen penilaian selama menjadi tim PN. Kemudian jawaban ‘iya’ meluncur dengan begitu saja. Dokumen itu terlampir tanpa diminta, hanya karena sayang : sayang ah, sudah dapat beginian kapan lagi digunakan. 😅
Jalannya hidup, seperti ikut berlari marathon, berkejar-kejaran dengan jeda yang tak seberapa. Masa itu terlalui, hingga akhir tahun 2018 akhirnya tiba juga. Masa yang tak bisa disebut satu per satu dengan rinci, pahit dan manis yang menjadi satu. Menemui tipe leadership yang berbeda, digembleng habis-habisan. Bertahan hanya demi harus bertahan minimal setahun! Tapi masa itu wajib masuk dalam jalannya hidup mahkluk Tuhan yang ini, yaitu aku. Meyakini bahwa proses itu sudah masuk dalam daftar resep kehidupan yang ditetapkan oleh-Nya. Maka, vitamin dan segala obat-obatan itu, sudah dengan baiknya tercerna dan menjadi bagian yang justru menghidupkan. Maka, kini, sudah turut kupeluk.
2019
Di penghujung tahun 2018, Allah bantu jawab harap bukan dengan mengiyakan ‘ingin’, tetapi dengan jawaban ‘butuh’. Pergolakan di akhir 2018, akhirnya terjawab. Allah bantu ‘pulangkan’, dengan ‘lepaskan’. Barangkali, tidak akan pernah bisa terdeskripsikan dengan baik, betapa syukur, sedih dan bahagia bercampur. Tapi percaya, masing-masing dari kita pasti pernah merasai. Maka disitulah aku, pada tahun 2019 berada : rumah.
Sebagian besar 2019 terlewati dengan perjalanan pulang pergi Kota K - Kota B. Tempat baru untuk mengabdi itu, kini bertransformasi menjadi institusi dibawah pemerintah : Dinas Kesehatan Kota B. Suatu hal baru, jika di masa 2016-2017 adalah masa menginvasi wilayah binaan Dinas Kesehatan Kabupaten C dengan segala rasa gemas dan protes, 2019 adalah masa dibalikkan. Menjadi bagian Dinas Kesehatan Kota B, seringkali membuat berkaca pada masa 2016-2017. Jangan begini, jangan begitu. Kamu dulu pernah begini karena pihak sana begitu, maka jangan jadi begitu juga - kan dulu kamu yang protes. Daaaan sebagainya. 
Lalu, siapa sangka, masa 2017-2018 bisa juga bertransformasi menjadi wahana pembelajaran yang begitu kuat. Sistem Kota S yang terbentuk begitu sistematis, meski cenderung otoriter, ternyata memberi warna tersendiri. “Dia tepat, tapi lembekkanlah sedikit agar ada ruang untuk bernafas. Manusia kan manusia, bukan robot.” Di 2019, sistem yang ditemui jauh berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berjumpa dengan pemimpin dan rekan kerja yang bisa menerima masukan, adalah salah satu syukur terbesar di tahun ini.
Selebihnya, masa-masa sebelum tahun 2020 itu, telah mendapat award sebagai masa terbaik dalam hidup - hingga 28 tahun ini. Before we got a hit called a pandemic in 2020. Ah, kurang lebih begitu. Mau kutulis detail, tapi sekarang sudah jam 09:48 Waktu Indonesia bagian kamarku. Times to jump in another task, ciao!
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
H-2 bulan dan nyatanya kamu masih berlarian dalam pikiran.
Bahkan, masih dengan baiknya membangunkanku dari tidur agar tak kesiangan.
Terimakasih, tapi kurasa cukup.
Mohon pamitlah dengan segera, sesegera kita mengusaikan semuanya.
Tak kusangka resikonya akan sebesar ini, dan bahkan, kita terancam tuk tak saling sapa meski saling melihat.
Tak apa, berlalulah.
Berbahagialah, dengan tenang.
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
"Hingga akhirnya aku lelah mencari tahu, dan kamu berlalu. Ah, yang berlalu tak hanya kamu, tetapi juga waktu, dan rindu, dan haru, dan biru. Kesemuanya lumat, jadi satu. Dan untunglah, cukup oksigen yang harus kuhirup, untuk bertahan hidup. Maka ini, sudah lebih dari cukup. Berulang begitu saja. Dan pada akhirnya, akan aku (dan kamu) temui batas titik yang terbentuk jadi satu garis. Di ujungnya, masa kini, masa lalu, dan masa depanku (dan kamu) telah habis. Pada tiap perjumpaan, akan ada perpisahan. Pada tiap awalan, akan ada akhiran.
Aku tidak terburu.
Tapi toh, nanti akan kulupa juga, kamu.
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Jera (?)
Sampailah aku pada titik ini, yang entah apa namanya.
Ada yang menarik hati, mengusik hingga terkadang kusenyum-senyum sendiri, atau malah terisak (juga sendiri).
Antara ingin tapi tak ingin.
Antara mau tapi tak mau.
Antara ingin mencoba tapi tak berani.
Antara .. ah, serasa terbayang kesalahan yang sama bila aku mencobanya.
Inikah yang dinamakan jera (?)
Mati-matian menahan.
Mati-matian menyembunyikan.
Mengolah segala kemungkinan agar pada akhirnya terbentuk mindset -tidak mungkin-.
Ah, harus sampai usia keberapa aku menebak-nebak?
Mencoba mencukupkan diri dengan hanya melihat sebuah senyuman, mendengar suara beralun lembut dengan ketukan-ketukan, lalu keteduhan, kesabaran serta kesederhanaan.
Aku tertarik, tapi pagar yang mengelilingiku sudah kugembok baik-baik.
Kuncinya sudah entah dimana, barangkali suatu hari nanti ada yang menemukannya lalu datang membuka (?)
Maka, jika itu kamu, cukupkanlah dengan qobiltu - dan lalu menggenapiku.
#eaaaaeaaaeaaa 😝😝😝
#mohonmaafsedangngehenk
#lagikopyorkebanyakankepalaudang
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Senja ini Bapak mengungkit soal rencana lanjut kuliahku, yang pernah kuukir waktu dulu.
Tak pernah kusangka ia masih mengingat inginku untuk hal yang satu itu.
Yang diingatkannya kepadaku bukan soal kerjaan, bukan pula soal kapan rencana pernikahan.
Hampir dua tahun lalu, aku ijin resign dari kerjaan yang baru seminggu kuterima kepada beliau, untuk tunduk kepada ego, dengan alasan - nanti Pak, semoga apa yang akan kukerjakan ini bisa membantuku dapatkan beasiswa S2.
Bapak?
Ijinkanku mengambil langkah itu. Dugaku, karena aku sematkan keinginan lanjut sekolah setelahnya.
Bapak selalu ijinkanku untuk mengambil langkah ini itu, ia percaya padaku - sebab memang dari awal, aku memilih untuk tidak mengikuti langkah kakak-kakakku.
Waktu itu, kuharap aku bisa jadi obat lukanya, atas kakakku - yang putus sekolah di bangku SMA.
Putus sekolah?
Ya, di kelas dua SMA, salah satu abangku memilih jalan itu, karena pergaulan telah merusaknya.
Aku?
Saat itu masih duduk di bangku pertama SMP, tak banyak yang bisa kulakukan kala itu, hanya bisa menyaksikan.
Tapi tekad kuat merasuk seketika kala itu, aku tidak mau putus sekolah, sampai kapanpun juga.
Aku harus tuntas, harus jadi di atas Bapak - yang seorang sarjana muda.
Bukan apa-apa, hanya ingin menjadi obatnya.
Tanpa perlu menjadi dewasa, kala itu, aku tau, kakakku telah menorehkan luka di hati Bapak.
Dan Bapak, selalu percaya kepadaku, untuk langkahku selanjutnya, karena ia tahu, aku selalu mencoba untuk tidak menjadi kakakku.
Aku anak rumahan, yang selalu dalam kontrolnya hingga SMA. Tapi ia masih percaya padaku, atas pergaulan saat kuliah - pun karena ia tahu, aku pemilih. Pemilih untuk menentukan siapa orang dekat - siapa yang menjadi teman.
Bapak, senja ini ungkit rencanaku lanjut sekolah. Mungkin ia mulai meragu, karena dua tahun berselang setelah aku sampaikan rencana lanjut sekolah, tak lagi aku mengungkit-ungkit itu kepadanya. Bapak mungkin mulai khawatir, sebab melihatku kini, bila terus memilih di jalan ini, maka tak akan ada kesempatan bagiku untuk lanjutkan sekolah. Dan ya, Bapak, aku sudah menangkap kodemu. Bagiku, percakapan di senja ini adalah titah. InsyaAllah Bapak, semoga aku segera bisa tunaikan maksudku - belum sampai janji, alhamdulillah- dulu.
Do'akan 🙏
Titah Bapak
1 note ¡ View note
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Namun perihal dia kini telah menjadi hal lain bagiku. Wahai, lelaki yang pantang kusebut-sebut. Kudo'akan engkau sebaik-baik yang aku mampu. Tak perlu kau dengar, tak perlu pula kau ketahui, hanya perlu kau percayai bahwa aku, ikhlas melepas. Tiada aku mengganggu, dan oh, kau tahu akupun tiada pernah mengganggu meski 2 tahun telah berlalu bukan?
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Dan aku masih terpagut dengan hal-hal yang tak tergapai olehku. Duhai, setidak rela itukah aku?
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Pramesti Diasfani dan Adnan Abimanyu adalah teman sekelas saat SMA. Mereka adalah teman cenderung musuh kala itu. Hingga akhirnya, Adnan berhasil memenangkan hati Mesti karena suatu peristiwa. Sayangnya, Adnan menghilang kala Mesti mulai berani mengakui perasaannya. Mesti yang sudah kehabisan cara untuk berbalik memenangkan hati Adnan, kemudian membuat kesepakatan dengan semesta. Ada sebuah perjanjian yang membuat Mesti harus bertaruh dalam sebuah test, yang mana bila ia lulus dari test tersebut, maka ia akan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya lebih dulu ke Adnan. Lalu, luluskah Mesti dalam test it? Dan bagaimanakah nasibnya setelahnya?
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Photo
Tumblr media
Let's move, let's make a deal with our life. Me promise to my self, to not go back into this place? No, all I promise is only to let you go, to accept the truth that you are not the one. Happy to know that good news, April is yours.
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Rumah Baru
Saatnya berganti rumah. Tapi sayangnya aku susah berpindah saat telah menjatuhkan hati. Rasanya mudah saja bagiku untuk bertahan, dan menikmati rumah lamaku dengan segala fasilitas yang ditawarkannya.
Tapi, kini fatal sudah. Aku bisa saja berdarah-darah menunggui rumah itu, tapi, apa bagusnya bila sejatinya rumah itu bukan untukku?
Berpindah rumah, adalah bukan hal mudah. Membiasakan diri dengan sesuatu yang asing, tak akan berlangsung cepat.
Tapi aku harus pindah, sebab telah terusir oleh pemilik sejatinya.
Hanya saja, kini aku tak lagi ingin salah rumah.
Biar saja aku berhenti sejenak di kamar sewaan, asal nanti, jatah rumahku itu tak lagi menolakku.
Selamat tinggal rumah lama, tanpa perlu kudoakan, sepertinya kamu dan pemilikmu akan baik-baik saja, tak bisa terpisahkan karena telah sepasang. Seperti kunci dan gembok. Berbahagialah.
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Finally, time is over.
Semoga berbahagia :)
0 notes
ummunafifi ¡ 6 years
Text
Mencintaimu dengan sehebat ini, harusnya ialah bukan tugasku.
Tapi ibarat arang, yang meski telah terbakar habis masih berusaha menyala.
Lalu, api pun menyala kembali asal bara bertemu dengan udara.
Bagi arang itu, udaranya ialah O2.
Bagiku, akulah arang yang masih menyisakan bara.
Tapi, tak kuketahui apa bentuk pengganti udara yang bersifat seperti O2.
Akupun penasaran.
Yang ku tahu, hanya bahwa ada yang belum padam dan siap menyala saat tersambar udara, kapan saja.
Mungkin, udara itu ialah seperti saat aku berjalan di ruas-ruas kota yang menceritakan masa mudaku, jalanan setapak yang kulewati sepulang sekolah saat SMA dulu, masjid agung tempat kau menghadiri undanganku, tempat makan bebek favoritmu, atau bahkan toko perangkat komputer yang bahkan bisa jadi tak memiliki histori denganmu.
Lalu, bangunan perusahaan telekomunikasi dengan logo yang mencolok dan hampir selalu kulihat di tiap-tiap kota yang kusinggahi.
Mungkin, aku harus mencari tempat yang kedap udara, agar baraku mati dan tak lagi menyala.
Bisa jadi, dengan pindah ke tempat baru.
Atau, memilih persinggahan hati yang baru.
Ketahuilah, akupun tak lagi ingin menyalakan api ini, tak lagi mau melakukan tugas yang bukan tugasku - mencintaimu dengan hebat-.
(dalam laju bus menuju kampung halaman disertai kepungan hujan)
0 notes
ummunafifi ¡ 7 years
Text
Rindu, sesungguhnya apa komposisimu?
0 notes
ummunafifi ¡ 7 years
Text
Maka, sederhananya, jika bukan untuk orang lain, lakukanlah demi dirimu sendiri (dulu).
0 notes
ummunafifi ¡ 7 years
Text
Saat berbeda pendapat, jangan selalu merasa benar, jangan ingin menang sendiri. Ilmu merubah cara pandang terkadang sangat diperlukan, yang paling sederhana fungsinya, adalah agar tidak cepat sakit hati. Ya, merubah cara pandang, bermanfaat untuk kita sendiri.
0 notes