aavianida-blog
aavianida-blog
a work in progress
20 posts
a lifetime learner who is striving to understand herself better
Don't wanna be here? Send us removal request.
aavianida-blog · 10 months ago
Text
Dear Adam
Hi Adam, anakku sayang...
Mama tau akhir-akhir ini Adam sering merasa sedih dan kecewa karena satu hal yang mama pun berat untuk menjalani. Tapi, memang begitulah hidup nak, terkadang kita tidak bisa selalu mendapatkan yang kita mau. Terkadang, ada jalan tidak ideal yang harus dilalui, walaupun berat. Namun, satu hal yang harus Adam selalu percaya, bahwa rencana Allah pastilah yang terbaik. Mungkin saat ini berat untuk dijalani, tapi rencana Allah pasti lebih indah dari yang bisa kita bayangkan.
Terima kasih Adam untuk segala pengertian dan penerimaannya. Mama selalu berdoa supaya dimanapun Adam berada, Adam selalu dikelilingi oleh orang-orang baik yang sayang sama Adam. Semoga segala kesedihan Adam saat ini, digantikan dengan kebahagiaan berlipat di waktu-waktu yang akan datang.
Nanti kita adaptasi lagi ya sama-sama, we will get through this together.
I love you lots! ❤️
Tumblr media
1 note · View note
aavianida-blog · 2 years ago
Text
Tidur dengan perasaan sedih. Sedih banget. Kenapa harus anak-anak yang jadi korban. Jalan hidup mereka masih panjang. Butuh ketenangan, kedamaian, kasih sayang, bukan rasa sakit, trauma dan kesedihan.
The innocent children, should not be suffered.
0 notes
aavianida-blog · 2 years ago
Text
Journaling
Mencoba untuk kembali konsisten menulis jurnal setiap hari. Belajar menguraikan keruwetan pikiran lewat tulisan, mengapresiasi setiap kemenangan-kemenangan kecil, memaafkan kesalahan yg diri ini perbuat, dan menutup emosi negatif agar tidak terbawa ke hari-hari selanjutnya.
It's been 2 weeks and I could feel my life is improving. ✨
Tumblr media
#journaling #reflection #dailyreflection
9 notes · View notes
aavianida-blog · 2 years ago
Text
I Need to Appreciate Myself Better :)
Disaat aku meragukan diri sendiri, merasa bahwa apa yang sudah diusahakan sejauh ini sia-sia, disitu lah Allah kasih tunjuk kalau aku salah.
Nope, usahaku selama ini tidak sia-sia. Ada kok hasilnya, ada bangeeet, mungkin aku terlalu menutup mata, terlalu "keras" pada diriku sendiri, sampai buta pada hasil-hasil kecil yang terlihat, sampai harus orang lain yang menyadarkan dan kasih tunjuk.
Thank you for keep trying, you need to appreciate yourself better! :)
0 notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Happy Mother's Day!
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh ku, bahwa menjadi IBU akan merubah banyak hal dalam hidupku. Merubah prioritas, merubah impian dan cita-citaku, hingga merubah caraku memandang kehidupan ini.
Menjadi IBU membuatku belajar banyak hal, belajar memasak, belajar crafting, belajar tumbuh kembang anak, belajar meregulasi emosi, menurunkan ekspektasi, hingga terus belajar memaafkan dan mengapresiasi diriku sendiri.
Aku sadar bahwa aku tidak akan pernah bisa menjadi Ibu yang sempurna, aku tidak bisa luput dari salah dan khilaf, tapi... satu hal yang pasti, aku akan selalu berusaha, belajar dari kesalahan, memperbaikinya, dan menjadi ibu terbaik untuk Adam.
Tumblr media
He is my everything, my world, and being his mom is the greatest blessings in mylife. ❤️
🌹 Happy Mother's Day to Me.. 🌹
Thank you for always trying and never give up, you have done so much and you deserve to be appreciated (by your own self)! 😊
4 notes · View notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Dear Myself,
Thank you for being brave to try :)
There will always be first time of everything. Just keep trying.
1 note · View note
aavianida-blog · 3 years ago
Text
I bought this book for Adam, but I think this book is still (or even more) relevant for grownups like me.. xixi 😌
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Just breathe... Happiness begins with you ❤️✨
2 notes · View notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Ordinary Day that I'm Gonna Miss
Akhir-akhir ini aku merasa Adam terlalu "lengket" denganku. Sekedar mandi atau makan harus bersama mama, tidak mau dengan yang lain. Jika aku sibuk sedikit saja, dia akan mulai berperilaku menantang untuk sekedar mendapatkan perhatianku. Terkadang aku merasa overwhelmed , ingin rasanya cepat-cepat punya lebih banyak waktu untuk diriku sendiri, supaya bisa ini itu dengan lebih leluasa.
Namun entah kenapa hari ini, aku menghitung waktu, 2 tahun lagi Adam sudah masuk TK, 4 tahun lagi dia sudah masuk SD. Tiba-tiba aku merasa waktu "bebas" ku bersama Adam hanya tinggal sebentar lagi. 4 tahun lagi, Adam akan punya kesibukan sendiri, waktunya bermain bersamaku juga akan jauh berkurang. Tiba-tiba, aku takut sekali 4 tahun mendatang akan berlalu terlalu cepat. Nanti, ketika Adam sudah mulai sekolah, aku tidak akan bisa setiap waktu melihatnya di depan mataku. Tidak ada lagi yang mengajakku bermain ini itu bersama. Mungkin nanti, malah Adam yang tidak lagi punya waktu bebas bermain bersamaku.
So, I'm gonna enjoy it while it lasts. It's ok to postpone "my things", karena waktu penuh bersama Adam seperti ini tidak akan berlangsung lama, and one day I'm gonna miss this kind of ordinary & overwhelming day.
I love you, Adam... Even if my day seems too ordinary and so so.. I never regret spending my days with you. Let's enjoy every moment we have ya, nak. ❤️
Tumblr media
0 notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Belajar Jadi Orang Tua
Jadi orang tua itu sulit ya. Dulu, kupikir seiring berjalannya waktu, menjadi orang tua akan menjadi semakin ringan. Kupikir.. semakin anak besar, semakin dia mandiri, semakin dia tidak banyak memerlukan bantuanku. Setelah 2,5 tahun aku jalani, secara fisik memang iya, aku tidak lebih capek dibanding dulu ketika anakku masih bayi, ketika dia masih lebih banyak butuh digendong, atau ketika aku harus bagun tengah malam untuk menyusui/pumping. Saat ini, aku bisa tidur malam dengan lebih nyenyak dan tidak lagi perlu menggendong anakku kemana-mana. Namun..secara mental, sungguh perjalanan ini menjadi semakin menantang. 
Semakin anakku besar, dia semakin ingin mencoba banyak hal, banyak yang ingin ia ketahui, dan banyak pula hal yang ingin ia ekspresikan. Sebagai orang tua, tentu aku berkewajiban untuk merespon secara positif segala rasa keingintahuannya, segala bentuk emosi dan ekspresi dirinya. Tapi, itu sangat sulit sekali, setidaknya untuk saat ini. Mempraktikkan teori yang sudah aku pelajari baik dari buku maupun kelas parenting sangatlah sulit. Butuh konsistensi dan kesabaran yang luar biasa besar. 
Contoh sederhananya, ketika Adam tidak mau mandi.. Aku harus pintar mencari cara untuk bernegosiasi dengan Adam, dan tentu harus bersabar karena terkadang negosiasinya berlangsung alot. Butuh ketenangan batin untuk sekedar mencari cara agar dia mau mandi. Itu baru satu kasus, mandi. Belum kasus yang lainnya, tidak mau makan, tidak mau tidur, tidak mau ditinggal mama, tidak mau ke toilet, dan penolakan-penolakan lainnya. Sungguh sangat melelahkan secara mental. Saat ini, aku masih butuh banyak latihan sabar, dan latihan menenangkan diri. Kadang, jika kondisi mood ku tidak stabil, yang keluar dari mulutku hanyalah omelan, dan itu sangatlah buruk karena aku sudah melukai anakku :( .. Aku hanya bisa minta maaf pada Adam jika hal itu terjadi. 
Semakin aku belajar parenting, semakin aku merasa bahwa aku bukan hanya belajar untuk Adam, tapi juga untuk diriku sendiri. Ketika aku ingin dia bersabar, aku dulu yang harus belajar bersabar. Ketika aku ingin agar Adam punya konsep diri yang positif, aku dulu yang harus belajar untuk memiliki konsep diri yang positif. Ketika aku ingin Adam bisa meregulasi emosinya dengan baik, aku dulu yang juga harus belajar untuk bisa meregulasi emosiku. Semakin hari, semakin Adam besar, akan ada banyak hal yang aku ingin dia pelajari, dan tentu sebelum itu, aku dululah yang harus mempelajarinya. Sungguh sebuah tantangan yang tidak mudah, butuh semangat, konsistensi dan juga kesabaran untuk menjalaninya. 
Semoga Allah berikan kami kekuatan dan kesabaran untuk membesarkan Adam. Semoga Allah mampukan kami, untuk terus belajar menjadi orang tua dan pribadi yang lebih baik. 
5 notes · View notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Setiap Anak itu Berbeda
Aku pernah belajar teori bahwa “setiap anak itu berbeda”, tapi… pada praktiknya sulit sekali untuk tidak membandingkan anakku dengan anak yang lain. Aku pernah berada pada fase di mana ketika melihat seorang anak bisa A, B, C, D dst.. Aku akan melihat ke Adam, kok Adam belum bisa ya, kok anak ini uda bisa yah.. Padahal usianya ga begitu beda. Lebih buruknya lagi, aku akan melihat ke diriku sendiri. Kok ibunya anak ini bisa ya ngajarin ini itu, kok aku gabisa sih.. Wah aku buruk banget jadi orang tua. 
Yes, I will judge my kids and also myself :)
It takes time and also long reflection, to finally understand that yes “Every Child is Different”. Setiap anak terlahir berbeda. Bagaimana tidak, setiap dari kita terlahir dengan genetik yang berbeda, sudah ada desain sedemikian rupa dari Yang Maha Memberi Hidup. Setiap anak punya kecerdasan yang berbeda, bukan tidak bisa, bukan lebih buruk dari anak yang lain, hanya berbeda. 
Belum lagi setiap anak dibesarkan oleh orang tua yang berbeda. Latar belakang pendidikan, kondisi ekonomi, lingkungan tempat tinggal, hingga pengalaman hidup orang tua sejak kecil hingga menjadi orang tua ikut berpengaruh pada cara pengasuhan setiap keluarga. Tentu berbeda kondisinya antara orang tua yang memiliki anak ketika sudah mapan vs orang tua yang masih belum mapan, orang tua yang dibesarkan di keluarga yang penuh cinta vs orang tua yang dibesarkan dengan omelan, kata-kata dan perilaku kasar, dan segala bentuk perbedaan lain.
Jadi, jika starting point nya saja berbeda, kenapa harus membandingkan?
Setelah aku berdamai, bahwa we’re just different, we have different starting points, and yes there will always be people who are better than us, and that’s ok, it doesn’t make us any less. We are just different. What matters is how I can be better than I was. Bagaimana caranya agar aku baik sebagai individu maupun orang tua, bisa lebih baik daripada diriku yang kemarin. Bagaimana caranya agar aku bisa memfasilitasi Adam dengan baik. Bisa melihat segala potensi yang ada dari dalam dirinya, tanpa perlu membandingkan dengan anak lain. That’s the growth mindset that I need to always remember. 
0 notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Adam dan Bukunya
Pernah satu hari aku memposting rak buku Adam, lalu kemudian aku mendapatkan pertanyaan dari seseorang, kurang lebih begini pertanyaannya.
“Wah banyak sekali ya bukunya Adam.. bukunya apa aja?”
Aku jawab beberapa penerbit buku Adam yang memang menurutku bagus, kebanyakan memang penerbit luar (buku bahasa inggris).
“Wah masih kecil bukunya bahasa inggris.. Apa kamu ga kasian Adam disuruh belajar terus? Kan harusnya anak kecil lebih banyak mainnya, jangan dipatok kudu pintar...
Awalnya aku sedikit bingung, wah apakah selama ini aku terkesan memaksa Adam untuk baca buku terus ya.. sampai-sampai ditanya seperti ini 🙈.. akhirnya aku coba pelan-pelan menjelaskan.
1. Aku "merasa" tidak pernah memaksa Adam untuk baca buku. Pun, Adam terlihat tidak terpaksa untuk membuka bukunya. Bahkan seringkali Adam tidak mau selesai dibacakan buku, ia ingin mengambil buku lagi dan lagi.
2. Aku melihat bahwa membaca buku itu hal yang menyenangkan untuk Adam, bukan kegiatan "serius" yang menyita waktu bermain. Justru baca buku itu seperti "bermain" bagi Adam, karena dia senang melakukannya. Seringkali ketika dia sedih, tidak bisa tidur, atau sekedar ingin bersantai dipangkuan mama, ia akan meminta dibacakan buku. Lalu setelahnya dia akan mengatakan "Adam uda senang, Mama".
Butuh proses yang panjang untuk sampai pada tahap ini. Aku mengenalkan buku dan membacakannya sejak Adam bayi. Aku semakin konsisten membeli dan membacakan buku sejak Adam usia 8 bulan. Tentu ada fase dimana dia tidak tertarik dengan bukunya.. ditinggal merangkak, ditinggal main, tidak mau duduk tenang, dan sebagainya. Tapi, aku tidak menyerah. Aku terus mengobservasi Adam, trial and error, mencari buku yang sekiranya akan membuatnya tertarik. Seringkali buku yang aku beli tidak langsung menarik perhatian Adam, beberapa hanya bertengger di rak berbulan - bulan, bahkan ada yang sampai satu tahun lebih tidak dibaca.
Belum lagi perihal buku rusak dan robek, oh jangan ditanya 🙈, aku mencoba beragam jenis buku untuk menarik perhatian Adam. Mulai dari board book biasa, lift-the-flap, dan buku dengan aneka fitur lainnya. Ada buku yang rusaknya sangat ekstrem, sampai terbelah jadi 2 🥲 .. buku robek-robek juga sudah biasa. Aku mencoba untuk melihat hal ini sebagai pembelajaran bagi kami, karena memang dari awal konsepku adalah trial and error - mencari buku yang paling menarik dari segi isi maupun gambar, sehingga seringkali aku membeli buku diluar rekomendasi usia.. wajar jika tangan Adam belum siap untuk membuka buku tersebut secara perlahan-lahan. Sekarang Adam sudah lebih mengerti, dia tau konsekuensi jika membuka buku dengan kasar, pun jika tidak sengaja bukunya robek, dia akan memintaku untuk menambalnya, haha.
Tumblr media
Hal lain yang sepertinya berperan dalam proses Adam menyukai buku adalah kebebasan yang kami berikan untuk Adam memilih apa yang ingin ia baca. Saat Adam berusia 1 tahun, Adam diberi hadiah Rak Buku Montessori oleh salah seorang teman kami. Rak buku ini membuat buku-buku bisa disusun menghadap ke depan, sehingga Adam lebih mudah mengenali covernya, dan memudahkan ia untuk memilih mana yang ingin ia baca. Ketika Adam diberi kebebasan untuk memilih, disitulah dia bisa menggali apa yang dia inginkan, merasa dihargai, tidak dipaksa, dan kegiatan membaca buku pun menjadi menyenangkan dan berkesan.
Tumblr media Tumblr media
Diawali dengan senang membaca, semoga menjadi awal yang baik bagi Adam untuk bisa menjadi seorang life long learner.
1 note · View note
aavianida-blog · 3 years ago
Text
My Sweet Boy❤️
Tumblr media
Kemarin, perutku rasanya begah, sepertinya karena terlalu banyak makan cabe. Aku pun mencoba istirahat di kamar.
Tiba-tiba Adam masuk kamar, kurang lebih beginilah percakapan kami. A (Adam), M (Mama).
A: Yuk, ke depan yuk mama…
M: Mama lagi sakit Dam, mama di kamar dulu ya..
A: Mama sakit apa?
M: Mama sakit perut..
A: yang mana yang sakit mama? *sepertinya dia belum paham apanya yang sakit 😂*
M: yang ini Dam *sambil nunjuk perut*
A: Mama uda minum obat belum?
M: Belum Dam..
A: Adam ambil dulu ya Mama… di situ ada obat
*nunjuk meja di kamar, memang ada beberapa vitamin di situ*
Yang ini ya mama? Yang putih bukan?
M: Bukan, itu vitamin D.. ga ada obat sakit perut di situ Dam.. obatnya di depan
A: Oohh… yang hijau yaa?
*dalam hati, kok dia tau ya obat magh itu yang hijau (promag)* 🤣
M: Iyaa, ko Adam tau.. ada di depan Dam, di lemari yang atas..
A: oooh.. iya mama
*langsung pergi ke depan*
Mba… Adam mau ambil obat mama mba, di situ mba, yang warna hijau.. tolong ambilin mbaaa...
Mba Iis (I): Ga ada Dam, habis ini kayanya
A: Ada mba, yang hijau mba..
*Akupun pergi ke depan, karena seingatku obatnya masih ada* 🙈
M: yang ini Mba, masih ada mbaa.. ini obat mama Dam..
A: Oh iya, Adam buka ya mama.. minum obat dulu ya Mama…
🥹🥹🥹
Terharu sekali, anak mama sangat perhatian.. it happens several time, kalau mama sakit dia selalu tanya, yang mana yang sakit.. lalu selalu coba kasih obat/pijat.. kadang dia ambilin kutus2, terus dioles olesin ke badan mama... :')
Terima kasih, Adam.. for showing me how much you love & care for me.. Mama is beyond blessed 🥲
Terus jadi anak baik ya Adam.. Mama sayaaaang sekali sama Adam ❤️
1 note · View note
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Kehidupan Pasca Resign
Kupikir setelah aku memutuskan untuk resign dengan pertimbangan yang cukup panjang dan matang, aku akan selalu enjoy menghabiskan hari-hariku sebagai seorang stay-at-home mom. Namun ternyata masa-masa “tidak stabil” itu tetap hadir. Ada waktu dimana aku merasa tidak punya pencapaian, merasa tidak punya teman, dan merasa hidupku datar sekali.
Melihat teman yang karirnya berprogres, teman yang lanjut sekolah di luar negeri, bahkan ada juga yang sudah mendapatkan gelar S2, seringkali membuatku merasa rendah diri. Aku merasa tidak punya pencapaian yang bisa dibanggakan. Aku mempertanyakan kembali, apakah sebaiknya aku bekerja saja, atau lanjut sekolah lagi, atau apa yang bisa aku lakukan agar bisa merasa memiliki “pencapaian”? Agar aku bisa “diakui”? Aku seringkali tidak bersemangat melakukan apapun jika perasaan “rendah diri” ini muncul. Bahkan sekedar bermain dengan Adam pun aku tidak bersemangat.
Aku beruntung memiliki suami yang begitu suportif, yang mau mendengarkan keluh kesahku dan selalu berhasil membuatku merasa lebih baik. Setelah beberapa bulan berlalu, berkali-kali perasaan “rendah diri” itu muncul, berkali-kali aku merasa tidak bersemangat, berkali-kali pula suamiku menenangkanku, hingga akhirnya aku bisa mulai berdamai dengan diriku sendiri dan mulai belajar untuk mengapresiasi pencapaian-pencapaian kecil dalam hidupku. Sekedar bisa mengatur menu makan keluarga, bisa berkomunikasi dan berdiskusi dengan sehat bersama suami, bisa mengobservasi dan bermain dengan antusias bersama Adam, bisa mengontrol emosi saat Adam berperilaku menantang, adalah pencapaian - pencapaian kecil yang aku syukuri setiap harinya.
Saat ini, hari-hariku rasanya lebih ringan. Aku mulai kembali menata, langkah-langkah kecil yang ingin kulakukan, tidak untuk mendapat “pengakuan” orang lain, tapi untuk membuat hidupku lebih baik dan lebih berarti. Wish me luck :)!
2 notes · View notes
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Keputusan Resign
Sejak November 2021 aku memutuskan untuk resign dan lebih fokus membersamai Adam. Banyak yang bertanya-tanya, Apakah tidak sayang melepaskan karirku sebagai seorang akuntan- yang sudah aku bangun selama 5tahun lebih? Apakah nanti tidak akan bosan? Apakah keuangan kami aman? Dan pertanyaan lainnya.
Sebenarnya, sebelum orang-orang bertanya, aku sudah bertanya tentang hal itu pada diriku sendiri. Memutuskan untuk resign, bukanlah keputusan yang mudah buatku. Aku membangun karirku selama lebih dari 5 tahun. DUA tahun pertama, aku bekerja di salah satu kantor akuntan publik terbaik, pulang pagi, bekerja dikala weekend, sudah menjadi hal yang lumrah. Bisa dibilang aku bekerja dengan sangat keras pada 2 tahun pertama karirku. Setelah itu, aku pindah bekerja di sebuah start-up, progres karirku berjalan cukup baik, dari seorang staf hingga akhirnya menjadi Regional Finance Manager. Aku mendapatkan promosi tepat setelah aku Kembali bekerja pasca maternity leave. Aku memutuskan resign setelah hampir 2 tahun menjadi working mom, dan selama hampir 2 tahun itu pula aku berulang kali menimbang apakah aku harus resign? Aku mencoba menimbang matang-matang alasanku ingin resign serta kesiapan mental dan tentu yang paling penting adalah kesiapan finansial keluarga kami.
Salah satu alasan utama aku ingin resign adalah aku tidak ingin melewatkan golden period Adam. 5-6 tahun pertama kehidupan anak adalah masa-masa emas yang sangat sayang untuk dilewatkan. Pada usia itu, anak akan sangat cepat menyerap apa yang secara sadar maupun tidak sadar kira ajarkan kepada mereka. Selama sembari bekerja, aku merasa tidak bisa maksimal mengurus Adam. Aku seringkali merasa terlalu lelah untuk sekedar mengobservasi, memikirkan dan memberikan stimulasi-stimulasi yang mungkin diperlukan oleh Adam. Walaupun bekerja dari rumah, aku tetap merasa terlalu lelah dan itu juga berujung pada mentalku yang tidak stabil. Aku lebih mudah marah, marah pada suami, marah pada Adam, marah untuk hal-hal kecil, yang sebenarnya jika dipikir dengan kepala dingin, tidak perlu direspon “sebegitunya”.
Suamiku berulang kali mengatakan bahwa keputusan resign/tidak sepenuhnya ada di aku, karena yang akan menjalani adalah aku. Dia akan memberikan dukungan apapun yang menjadi keputusanku. Bimbang sekali rasanya. Jujur, salah satu yang membuatku berat untuk resign adalah karena aku mendefinisikan aku = pekerjaanku. Aku seringkali merasa “bangga” pada diriku karena aku memiliki karir, karena aku memiliki penghasilanku sendiri. Bagaimana jika kemudian aku tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan? Apakah aku tetap bisa bangga pada diriku sendiri? Membutuhkan waktu yang cukup lama sampai akhirnya aku bertanya pada diriku sendiri? Untuk apa aku bekerja? Apakah hanya untuk mendapatkan pengakuan? Apakah karena uang? Atau karena apa? Apakah itu sebanding dengan kondisi mental yang tidak stabil? Dengan masa emas Adam yang berlalu begitu saja?
Butuh berkali-kali diskusi dengan suamiku, membicarakan plus dan minus jika aku resign, apa yang akan aku lakukan setelah resign, dan yang paling penting adalah obrolan soal “uang”. Kami melakukan budgeting bersama, kemudian aku kembali bertanya padanya “ini beneran gapapa aku resign?”, aku bertanya seperti ini karena aku tau kebutuhan keluarga kami tidaklah sedikit. “Ya gapapa, terserah kamu maunya gimana, insyaAllah aku bisa penuhin kebutuhan kita.” Sungguh aku bersyukur memiliki suami pekerja keras yang juga suportif dengan keputusan istrinya. Akhirnya, untuk urusan finansial aku percaya insyaAllah suamiku bisa memenuhi kebutuhan kami. Namun, aku juga menata ulang mindset-ku, bahwa jika suatu hari nanti aku perlu kembali bekerja, tidak apa-apa, yang jelas selama resign, aku harus tetap mengembangkan keahlianku.
Setelah melalui self-reflection dan diskusi yang panjang dengan suami, akhirnya aku berada pada kesimpulan bahwa saat ini, yang terbaik untukku, dan untuk keluargaku adalah aku perlu untuk resign, untuk beristirahat sejenak, menata kembali prioritas dalam hidupku, memiliki waktu untuk berfikir ulang tentang apa yang benar-benar ingin aku capai, dan yang paling penting adalah menata mentalku untuk bisa mendampingi masa emas Adam, agar dia bisa tumbuh dengan optimal.
1 note · View note
aavianida-blog · 3 years ago
Text
Hi, I’m Back!
It’s been a while that I leave my Tumblr. I haven’t written anything for about 6 years. Today, I’m trying to start writing again. This time, I will write more about my parenting journey. Hope this will be a good reflection for me 😊
0 notes
aavianida-blog · 9 years ago
Text
Give and Take
life is about give and take.
you can’t only expect to receive when you are not willing to give.
you have to balance this two, darling.
that’s how life will be fair. :)
0 notes
aavianida-blog · 9 years ago
Text
Reminder
I was having a conversation with my housemates when we had our lunch together. We talked about our life plans. Then, she suddenly said “iya itu rencananya Vi, kalau enggak keduluan mati sih.” I was speechless, the second she said that.
How could I never thought about that? I have that A-Z dunya plans, but never integrate that to hereafter plans. What if today is my last day and I have no chance to complete all that life plans? Do all that life plans matter for my hereafter life? Do I have enough good deeds to worth His jannah? :’)
The truth is, we never know when will be our last time. When will be our last chance to do good deeds and make a good impact to other.
Let’s make our life in dunya counts.
Let’s live a great life in dunya as a tools to have greater life in akhiraa. ;) “The life of the world is nothing but a game and a diversion. The abode of the hereafter - that is truly Life, if they only knew.” (Surah al-'Ankabut, 64)
0 notes