Text
Kartini and Gadis Kretek are still triggering for me. Losing your dreams is as hurtful as losing someone in your life. You won't relate until it happens to you.
1 note
·
View note
Text
There are moments when I have no idea what the universe is trying to tell me, sadder still, sometimes it become a forever mystery.
1 note
·
View note
Text
Have you ever had your heart broken when nothing hurt you?
1 note
·
View note
Text
Sekilas lihat ini yang pertama kali kepikiran,
Yah, nanti jadi beda ya :"

Ya seneng harusnya ya, karena pasti bakal jadi lebih baik dan nyaman buat ibadah. Tapi boleh lah ya, ngerasa kehilangan salah satu tempat nostalgia jaman-jaman kuliah. Apalagi kalau pas lagi sendiri di masjid farmasi. Syahdu banget hawanya. Atapnya yg bentuk joglo, kuda-kuda atap yang persis atap rumah. Bisa dibilang rumah karena jadi tempat yang aku tuju kalau aku gatau mau ke mana. Karena kalau nyari tempat misal coworking space atau kafe, belum tentu ada tempat yang layak buat sholat. Ibadah, makan, tidur, belajar, sampe mandi pun aku pernah di Masjid Farmasi hahahaha. Dah bener2 definisi rumah bgt. Bakal kangen banget sama masjid farmasi versi joglo inii.









1 note
·
View note
Text
akankah berubah
"mbak, apakah laki-laki itu akan berubah setelah menikah?" tanya seorang adik. saya diam sebentar, coba memilih jawaban yang paling tepat--sesuai pengalaman dan pengamatan.
toh akhirnya, saya hanya bisa bilang yang sering dibilang orang. "pernikahan nggak akan mengubah siapa-siapa, baik laki-lakinya maupun perempuannya. alih-alih, pernikahan menunjukkan jati diri seseorang. jadi, jangan berharap seseorang akan berubah karena pernikahan. kalau sebelum menikah saja ada bagian yang sulit diterima, setelah menikah--kemungkinan besar--akan lebih sulit lagi bagian itu bisa diterima."
saya berpikir lagi. lebih lama sekarang.
"tapi pernikahan juga membuat baik si laki-laki maupun si perempuan bertumbuh lebih dewasa. mungkin di sana bedanya berubah dengan bertumbuh. mengubah seseorang itu seperti membengkokkan atau mematahkan dahan. sementara, bertumbuh bersama seseorang itu seperti dahan-dahan yang semakin panjang ke arah datangnya cahaya matahari. bertumbuh bersama itu alami dan tanpa usaha."
533 notes
·
View notes
Text
Lagi-lagi patah sebelum tumbuh. Berganti sebelum hilang. Masih sia-sia, belum jadi makna. Masih terus berulang, belum bertemu henti.
0 notes
Text
Rasanya seperti menunggu sesuatu yang tidak tau apa.
1 note
·
View note
Text
15 Agustus 2022.
Hari ini hari kelahiran bapak. Hitungannya ke 57. Sabtu lalu sowan bapak. Kukira sudah biasa saja untuk mendoakan bapak di samping sareannya, toh sudah menjadi hal yang rutin tiap minggunya. Tapi memang belum pernah, sendirian berdoa di sana. Dan ternyata, masih belum bisa untuk biasa-biasa saja. Belum cukup kuat untuk mengucapkan rangkaian doa dengan baik-baik saja.
Aku tidak ingat kapan hari terakhir bertemu bapak. Hal terakhir yang kuingat saat mengambilkan makan untuk terakhir kali ketika sakit di rumah. Selama di rumah sakit tidak bertemu. Setelah itu tidak pernah bertemu lagi.

1 note
·
View note
Text
Akhir Juni 2022 banyak perpisahan ya. Kehidupan setelah kuliah, orang datang dan pergi hal yang biasa. Pada akhirnya, kita akan selalu merasa, "tanpamu, bagaimana?"


0 notes
Text
Just wanna archive things here. It was my first job as pharmacist. 25 March 2021. My first place to get my sense back after grieve, though I felt I wasn't stable yet. Got some unexpected things but it was great. It led me to what I am right now. It was part of my journey. It led me to meet many people with their own plot twist!


0 notes
Text
5 November 2021
Setaun lalu, terakhir kali bisa meluk Bapak. Lalu hari ini ada whatsapp dari kontak Bapak. Ya aku tau itu ibuk, tapi dulu Bapak juga yang selalu tanya
"Pulang jam berapa?"
"Pulang naik apa?"
"Kereta jam berapa?"
"Dijemput jam berapa?"


Lalu ingat dulu waktu awal di Jogja, Bapak selalu minta dibacakan Al-fatihah tiap aku bilang kangen.




4 notes
·
View notes
Text
Sudah hampir setahun ya, rasanya seperti deja vu.
17 November 2020
23.30
"Bapak kok belum sare?"
"Ngoreksi ujian. Rabu minggu depan ke Semarang? Tgl 25 ya?," tanya Bapak sambil mengoreksi lembar jawab ujian
"Nggih Bapak, saged mboten?"
...
"Bisa"
19 November 2020
"Bapak, mboten sah ngeterke kula teng Semarang. Kula mengundurkan diri mawon"
"Gapapa, jadi aja, minggu depan Bapak udah sembuh"
20 November 2020
"Bapak, kula sampun mbatalke teng Semarang, Bapak istirahat mawon"


3 notes
·
View notes
Text
Bapak juga kurang lebih sama.
Bahkan sampai saat2 terakhirnya, masih saja ingin memastikan anak2nya tercukupi makanannya, padahal Bapak hampir tidak pernah menyebut ingin makan apa, selalu menikmati apapun yang ada di meja.
Mendengar berbagai cerita kerabat yang bertemu Bapak dalam mimpinya, bersyukur semua bercerita Bapak menjamu tamunya seperti di dalam sebuah istana.






ayah dan makanannya
bagi ayah, makanan itu cuma punya dua rasa, alias enak dan enak sekali. setiap ayah makan, ayah selalu pasang ekspresi "nikmat". kadang jempolnya ikut diacung-acungkan--membuat siapapun yang lihat akan kabita, ingin makan juga. ayahlah yang membuat menu sesederhana apapun menjadi istimewa.
tentang makanan, ayah adalah ayah yang selalu ingat akan keluarganya. sebungkus nasi kotak berkat tahlil atau akikah, sebungkus snack konsumsi rapat, atau apapun itu, lebih sering ayah bawa pulang daripada makan sendirian. di rumah, kami semua akan bersuka cita mengelilingi kotak itu sambil membagi-bagi bahkan berebutan lauk.
kadang malu juga rasanya. ayah suka bawa pulang makanan sisa kondangan keluarga atau tetangga. sekarang-sekarang, baru paham maksudnya. ayah hanya ingin berbagi dengan keluarganya.
beberapa waktu sebelum ayah meninggal dunia, saya mengantar ayah menghadiri kegiatan di sebuah hotel. ayah tidak membiarkan saya langsung pulang. saya "diseret" ke restonya untuk ikut sarapan all you can eat.
"malu ah yah, kan bukan jatahnya," kata saya. dengan santai ayah justru minta ke panitia supaya saya bisa ikut makan. alhasil, saya ikut sarapan.
catatan kenangan ini hadir karena saya sedang sangat merindukan ayah dan makanannya. rasanya, rindu saja melihat ayah makan sehingga selera makan kita ikut bertambah. rasanya, rindu dirayu-rayu ayah untuk makan ini itu, diajak ke berbagai tempat untuk makan.
dan, sangat rindu digosok-gosok punggungnya ketika sedang tidak ingin makan, entah karena sedih atau sakit.
semoga sekarang ayah sedang menikmati sajian-sajian terbaiknya Allah. untuk setiap nafkah yang diberikannya kepada keluarganya. untuk setiap kebahagiaan, rasa nyaman, rasa aman yang dihadirkannya. untuk setiap tetes kasih sayangnya, semoga Allah membalas dengan bergelas-gelas air surga.
344 notes
·
View notes