A wordsholic psychologist, spectators, silent observers, and stoic witnesses.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sebuah Perayaan Bagi Senja
. Kau adalah senja Yang kucinta dengan buru-buru Kau adalah senja Yang kunanti kala lelah mendera . . Aku mencintaimu berulang-ulang Meski kau telah berlalu Mengingatku saja mungkin kau tidak Tapi singkatmu saja membahagiakanku . . Bisakah kau hanya menjadi senjaku Kan kurindu dirimu sesekali Agar tak mudah lelah atau bosan Bahkan marah sekalipun . . Hadirmu adalah perayaan Mencuri apa saja yang kumiliki Dan aku selalu menjadi puisi bagimu Yang selalu kau baca berulang-ulang lalu kau lupakan . . ---------------------- 06/10/2017
4 notes
·
View notes
Text
Menjejal Bayangmu
Masih dengan senja yang sama Menggelembung bingung menghitung dengung Membiarkanmu membungbung menjadi gaung Masih dengan perempuan yang sama Yang selalu sibuk menggenggam jemari yang tak nyata Menabur peluh untuk sesuatu yang rapuh Mencandai tawa yang tak riang Masih dengan jejak yang sama Yang berderap pada pijak yang semu Aku masih menamaimu dengan aksara lalu yang kelu untuk dipacu Dan ragu untuk di candu
0 notes
Photo

Dulu; Kita. Sekarang; Aku, kamu, saja.
💔💔💔
279 notes
·
View notes
Text
Mengeja Sepi
Sudah kuganti kopiku dengan susu, sayangku Tapi tidak dengan kepingan bayangmu yang tergurat diantara fajar dan tepian lembayung
Derai gerimis yang hadir meracuni akal Membekukan aksara dalam lamunan Andai saja berkata-kata semudah merapal mantera Tentu aku tak se-tersesat ini Mengeja sepi di antara norma
Tiga ratus hari, tiga belas permintaan Namun tak satupun ternarasikan Tidakkah cukup bagimu membaca firasat Yang kukirim beserta doa dan desahan angin di setiap sepertiga malam itu
Betapa ingin aku kekalkan rindu Lewat sapa tak bersuara Meski hanya satu atau dua kata perpisahan Dibatas senja dan jelaga
16/08/2017
3 notes
·
View notes
Text
Doa
Aku selalu percaya akan doa-doa Doa yang aku panjatkan bersamaan dengan bulir-bulir air hujan Doa yang aku sematkan ketika mentari mendidihkan sumur Doa yang kutiupkan bersama sepoi angin di padang rumput .
Aku selalu percaya pada bintang yang terwujud dari doa-doa yang kugantungkan di langit malam Doa yang tak akan punah meski tak hanya kau yang berpaling Doa yang selalu indah ketika dibaca dalam keadaan lelah Doa yang kupanjatkan saat senyummu membayang .
Aku selalu percaya bahwa doa yang merekatkan jarak, melesat, memburu tanpa ragu Aku selalu percaya bahwa doa tak akan menepi walau sepi .
Aku selalu percaya bahwa doa menghentikan gaduhnya dunia Bahwa doa meredam gemericik busuk angin-angin liar Dan bahwa doalah yang mengarahkan ketika aku ingin berbalik arah . .
2 notes
·
View notes
Quote
I met people like storms and people like hurricanes, men like tornadoes and women like warplanes but you were a summer breeze curling the surface of the sea and maybe that’s why I wasn’t prepared for the destruction you left in me.
// of storms and people j.d.m. (via poetryandthesea)
7K notes
·
View notes
Text
Ayah
PUISI UNTUK AYAH
Tidak, Bapak, aku tak akan kembali ke kampung. Aku mau pergi yang jauh (Gadis Pantai. hal. 269)
Sebenarnya, aku ingin kembali, Ayah Pulang ke teduh matamu Berenang di kolam yang kau beri nama rindu
Aku, ingin kembali Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman Memetik tomat di belakang rumah nenek. Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku, Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi
Aku ingin kembali ke rumah, Ayah Tapi nasib memanggilku Seekor kuda sembrani datang, menculikku dari alam mimpi Membawaku terbang melintasi waktu dan dimensi kata-kata
Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada
Maka aku menungganginya Maka aku menungganginya
Menyusuri hutan-hutan jati Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota, Mencipta banjir dari genangan air mata
Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata, mata mereka menyeret banjir Kota yang tua telah lelah menggigil, sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi Hujan ingin bercerai dengan banjir Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia
Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya
Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu, seperti katamu Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia, sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia
Aku tak bisa pulang lagi, Ayah, kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya
Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh. Yang tertinggal jarak itu juga-abadi. Di depan sana ufuk yang itu juga-abadi. Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu
Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa
2 notes
·
View notes
Text
Senja Perempuan, Senja Tak Bertuan
.
Aku lelah duduk beralaskan gundukan rindu yang kau tumpuk Berjalan disela lembayung senja mengumpulkan serpihan senyummu
Kupandangi awan-awan kelabu yang beriringan merengkuh rembulan Tampak mentari membenamkan diri diantara deru ombak Ku lempar bongkahan rindu yang berderai bersama titik-titik hujan
Kugenggam sepi diantara karat kilang-kilang tua di kotamu Di hitam matamu aku menyusuri teori-teori abstrak yang tak terumus; melambat, dan menjemu .
Kau bukan hujan bukan pula terik yang mencekik Kau tak berpendar tak juga berbinar Tapi aku tak kuasa beranjak Jiwaku melungkrah bersama malam dan merajuk . .
3 notes
·
View notes
Quote
I tell myself everything is fine until I see a lifeless bird on the road Causing the bruised sky to split open and sob Silver raindrops ooze out like blood from swollen clouds Soaking the broken bundle of feathers Cracked and shattered on ashen concrete So this is what life is A series of strikes on innocent hearts A collection of dusty gusts to blacken eyes caked with tears A whirlwind of rose thorns and glass I’m looking in a mirror I see myself The small, flightless creature is me Crumpled like the page of an old book tossed aside The wind threatening to wisp away my mangled flesh Twisted like ancient roots in an abandoned tree Kicked and beaten I am not what I am My years remain carefully hidden Tucked behind my eyes and inky clouds A shy moon not daring to peek behind a damp horizon Where do I go? I long to run to the bird and breathe new life into it To smooth out the wrinkles in its paper wings I can hear the ghost of desperate chirping A song echoing in my ears like parched leaves crunching beneath complacent feet on a crisp autumn day I want to see it take flight But I never will This bird is gone So used to being walked by Looked over Forgotten Ignored Can’t anyone here me? I still hope though that maybe Just maybe A kiss from the sun Will be enough to bring me back to life A warm embrace from unfiltered rays of brightness Will mend my splintered limbs A loving touch Will send me to the sky So I can fly again So I can be alive Again
I will mend, I will rise, I will see the sun once more (via pulsing-ink)
221 notes
·
View notes
Quote
But I hate the way how I keep on finding you, in every little thing that surrounds me, even if I tried to erase you and your beautiful name in my memory.
ma.c.a // Clear and Near (via vomitingwords)
5K notes
·
View notes
Text
Candu Kopi
Kopi untukku adalah kau Hadir dengan pahit dan pekat yg sama, namun selalu manis di setiap pertemuannya.
Sejak mengenalmu aku seperti binar-binar fajar yang tak kuasa merindukan senja. Meratapi laju waktu bersama awan kelabu Selalu memburumu dalam ilusi karena candu
Hadirmu tak cukup meredakan dahagaku Berbagi secawan pun aku tak mau Kuramu aromamu dalam setiap lantunan doaku Kukemas rinduku dalam lelap mimpiku
1 note
·
View note