Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Back here as mother of two.
Gak pernah nyangka punya anak dua dengan jarak dekat. Saya yang dulu tiba2 nyengcle ngopi dimana aja, kapan aja, sm siapa aja, tiba2 sekarang lagi ngurus dua toddler. Menyesal? Enggak. Setelah dipikir2, tanpa dulu mau menikah dengan siapa dan kapan, saya bener2 asik motoran ke Bandung kesana kemari untuk ngopi dan silaturahim dengan teman--yang mana itu sangat random siapa aja yg bisa. Terus random ngajak teman yang ternyata sekarang jadi suami? Waw, ternyata aku menjemput jodohku? #plak.
Ternyata dulu dikasi seliweran kesana kemari karena ternyata ada takdir saya untuk menikah dan punya anak cepat. Dimana saya menjadi diam di rumah dan ngurus anak. Sudah nggak berselewiran karena dulu dikasih kenyang untuk bebas seliweran ngopi sana sini sampai malam. Menyesal karena sekarang nggak bisa begitu lagi? Tentunya saya sangat bersyukur, sudah puas dengan diri saya sendiri.
Walau ngurus toddler nggak seindah postingan lagi ngopi bareng suami dan dua toddler di story instagram, tapi setiap harinya adalah pembelajaran. Tentu nggak lepas dari stress yaah, karena dua toddler ini berjarak dekat. Nggak ada hari tanpa berantem dan menangis bagi dua toddler ini. It's okay. They're just kids. Sudah nggak aneh dengan keadaan emosional yg negatif, kemudian jadi postif, lalu ditengah malam tiba2 menangis karena ternyata hari itu sangat melelahkan. Mungkin akumulasi dari hari2 sebelumnya yang ternyata sangat melelahkan. Plus bapak suami yang terkadang pulang malam. Ada hari dimana saya bodo amat, pokoknya mau nangis kenceng. Ada hari dimana saya membiarkan anak saya berantem kalau berantemnya masi kecil2an. Ada hari dimana pakai nada tinggi karena dua toddler nggak nyaut, atau nggak nurut (mukul terus). Ada juga hari dimana saya menyesal kenapa ya harus marah2 ke anak sendiri?? Semua menjadi hal biasa.
Tapi saya nggak pernah menyesal suda melahirkan dua toddler dengan jarak dekat walau tiap harinya selalu istighfar liat kelakuan mereka. Nggak jarang ketika rebahan dengan pede-nya ngomong sm diri sendiri "keren banget guweh ngurus dua toddler sendiri".
Semoga selalu dikasi kesabaran tanpa batas. Yah, meskipun sekarang masi sering pakai nada tinggi kalau udah lelah.
0 notes
Text
Traumatic moment, traumatic name.
Same name, different person.
Triggered me.
That broken trust.
0 notes
Text
Gimana ya, caranya supaya terbiasa dengan hal2 yang nggak biasa? Terbiasa dengan hal2 yang membuat kita nggak nyaman. Ikhlas dengan hal2 yang membuat kita bersedih. Gimana caranya ketika kita bersedih, hal2 lainnya yang membuat nggak nyaman, nggak otomatis teringat, supaya nggak terlalu penuh ini isi kepala. Hehehehe. Boleh ya capek sebentar? Ibu juga manusia kan? :D
5 notes
·
View notes
Text
Di suatu malam duduk sendirian menyantap cilok Borma Setiabudi yang dibawa bapake ketika jemput si bungsu malam2. Terpantau ibuk belum tidur, ikut duduk bersama di meja makan sambil netesin propolis. Entah apa awalnya (lupa), tapi obrolan malam itu mengarah ke sesuatu yang selama ini kupendam. Rasa kesal, khawatir, bingung. Aku tahu ibuku lebih paham dan lebih berpengalaman tentang hidup. Setiap kalimat yang aku lontarkan seperti divalidasi oleh ibuku.
Kalimat2 yang harus aku ingat adalah “De, kesalahan terbesar kita itu adalah berharap pada manusia. Pokoknya jangan pernah berharap pada manusia. Sekalipun kita udah mengutarakan pikiran dan perasaan kita, jangan harap mereka akan langsung ngerti. Nggak. Kita ngutarain itu sekedar bikin kita lega, tapi jangan pernah berharap mereka akan ngerti. Yang bisa kita lakuin itu perkuat do’a.”
Sungguh itu malam yang nikmat, karena ngobrolnya sambil nyomotin bumbu kering cilok. “Cing minta bumbunya, teu ngeunah geuning propolis british teh”. Ibuk ikut nyomot tapi cuma sekali.
2 notes
·
View notes
Text
Suatu hari pak suami pulang malam. Kalau gak salah, aku sedang hamil trimester 2. Aku suda tidur tapi terbangun saat dia pulang. Dia ke kasur, memelukku lalu bilang “kamu tau Tuantigabelas gak? Lagunya ada yang aku banget”. Aku jawab saja gak tau karena memang gak tau wkkwk. Kemudian dia buka Youtube di HPnya, lalu play lagu Tuantigabelas - Rumah. Pertama kali denger lagu itu, aku cuma “Oh iya, bagus”. Aku tipikal yang harus denger lagu & lirik berkali2 untuk menjiwai lagunya (?). Setelah hari itu, aku selalu play lagu itu dan ternyata emang beneran bagus dan sweet wkwkwkk.
Sekarang kalau denger lirik ini;
Kala jalan kita tidak semanis rencana
Kadang terbentur juga hilang arah
Kadang marah dan kadang merasa kalah
Kadang kita jatuh dan tidak berdaya
Tapi kau dan aku, kita akan baik-baik saja
Selama kita bersama, Insya Allah pasti ada
Jalan keluar dari masalah yang kerap melanda
Yang kubutuhkan darimu hanyalah terus percaya
Waktu malam makin larut tapi aku belum pulang
Sayang, tolong sabar, ku sedang cari peluang
Yakinkan dirimu bahwa ku sedang berjuang
Waktu kita yang terbuang pasti kan kubayar ulang
Kayak ngena banget wkwkwk ngapa siiii melow banget dah jadi emak2 niiih hahahaha beneran nikah itu roller coaster tapi banyak bahagianya.
0 notes
Text
Bercandaan yang sangat fatal.
Deepest fear terjadi juga.
Meretakkan sebuah keyakinan.
0 notes
Text
Gave Birth?!

Throwback HPL (29 Agustus) dimana gak ada tanda2 bayik mau keluar dari perut. Gak begitu cemas karena yakin kalau dia akan keluar ketika suda siap. Gak cemas karena ketika terakhir kontrol, kondisi janin dan ketuban aman. Kata dokter, batas terakhir melahirkan baiknya di H+4 HPL. Hari itu mules cuma sepercik dan gak kunjung nambah, bahkan mungkin hilang. Tapi karena sudah H+4 HPL dan ada sedikit flek darah, akhirnya ke klinik sore hari.
Di klinik, kata bidannya suda pembukaan 2 dan tanpa basa basi langsung infus dan masuk ruangan; tida lupa di swab wkwkwk. Setelah masuk ruangan gak ada tanda2 mules bertambah dan flek darah masih segitu2 aja. Setiap bidan masuk ruangan untuk periksa denyut jantung janin (DJJ), mereka pasti bertanya "mulesnya nambah nggak?". Mereka pasti bosan mendengar jawabanku, "Nggak". Setelah beberapa kali cek DJJ, mba mba bidan menyampaikan hasil konsultasi dengan dokter. Katanya karena kondisi bayi dan ketuban masih aman, aku boleh memilih; di induksi, atau menunggu pembukaan bertambah. Beberapa bidan menyarankan induksi, tapi kalau ada pilihan menunggu, kenapa harus sakit-sakit di induksi? Aku ikhlas dan percaya bahwa bayi di dalam perutku masih sehat dan ketuban pun aman, tida ingin terburu2 keluar. Jadi aku memilih untuk menunggu. Besok malamnya, karena mules tida kunjung bertambah dan kondisi bayi dalam perut masih aman, dokter membolehkan aku pulang dulu karena khawatir aku akan bosan wkwkwk. Akhirnya aku pulang.
Di rumah, jam 3 dini hari, perutku sakit seperti haid. Awalnya aku berpikir perutku sakit karena sebelum pulang, di cek pembukaan dulu wkwkwk tapi ternyata flek darah juga bertambah. Kata bidan, kalau flek darah dan mules bertambah artinya pembukaan suda bertambah. Karena mules terus terasa tentu saja jadi tida bisa tidur lagi dan memutuskan untuk kembali ke klinik jam 7 pagi. Belum juga jam 7, rasa mulesnya semakin menjadi2; 5 menit sekali. Untuk jalan pun rasanya susah sekali. Jadi bertanya2 apakah pembukaan suda bertambah?!
Jam 7 pagi sudah di klinik dan ternyata setela dicek masih di pembukaan 2. Aneh gak?! Aneh, karena rasa mules yang suda bertambah sering, dan flek darah yang lebih banyak dari sebelumnya. Akhirnya jam 8 lebih masuk ruangan lagi. Setelah masuk ruangan, mba bidan datang untuk meng-infus tangan kananku. Setelah di infus, perutku sakit dan rasanya susah untuk tiduran menghadap kiri (mules melahirkan baiknya tiduran menghadap kiri). Bergerak susah, mulespun gak ada hentinya. Nge-freeze karena sakit banget. Akhirnya mba bidan datang lagi jam 9 dan setelah di cek ternyata suda pembukaan 3. Aneh gak? Aneh.... Rasa sakit pembukaan 2 dan 3 kayaknya gak jauh drastis kayak gini. Mba bidan bilang "Sholeh, sabar ya... Ini baru pembukaan 3. Memang begini rasanya. Orang lain kuat, ibu juga pasti kuat. Pembukaan boleh di cek 4 jam sekali, tapi kalau rasa mulesnya udah gak ketahan, panggil aja. Jam 12 saya kesini lagi ya." Ku jawab pakai isyarat tangan "👌🏻" aja karena suda gakbisa berkata2 saking sakitnya. Dalam hatiku "ini sakit bangetlo mb, gak berhenti2.. apa iya pembukaan 3 sakitnya udah gak berhenti kaya gini?"
Seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya semakin menjadi2. Mencoba mengatur napas tiup-tiup tapi rasanya susah sekali untuk narik napas karena eungap. Aku mencoba mengintip jam karena penasaran apakah masi lama mb bidan datang. Ternyata masi jam 11. Masi ada waktu sejam lagi tapi suda beberapa kali aku berteriak karena seperti ada yang mau keluar; bayik seperti mendorong ingin keluar. Ibuku bilang, aku harus kasi tau kalau rasanya suda kepengen ngeden seperti pup. Tapi aku bingung rasanya kayak apa wkwkwkwkkwwkk. Akhirnya jam setengah 12 mb bidan datang. Tadinya mau cek DJJ, tapi melihat kondisiku dan cek pembukaan, dia bilang "pembukaan sudah lengkap ya". Setelah itu mb bidan lari2 keluar tuk kasi tau kengkawannya. Kehebohan suara lari2 dan teriakan mb bidan sampai terdengar ke ruanganku.
Kasurku di dorong2 tapi beberapa kali harus pindah2 kasur. Semacam angkot yang suda sampai di terminal, harus ganti angkot. Kebayang gak, lagi sakit mules harus bergerak2 pindah. Mba bidan bilang "tahan dulu ya Bu.. Jangan ngeden". Aku masi bisa mengontrol untuk gak ngeden, tapi gak kuat dengan rasa mulesnya. Sepanjang perjalanan ke ruang persalinan, sambil merem melek karena gak kuat, gak henti2nya baca "Allahumma Yassir Walaa Tu Assiir". Sampai di ruang persalinan masih harus pindah kasur lagi hhh mules dah gakuat begini gimana kalau keburu brojol :( Akhirnya setelah perjalanan menuju ruangan yang (sepertinya) panjang, proses persalinan dimulai.
Sebelumnya, ada ketakutan2 yang menghantui. Bisa lahiran normal gak ya... Setelah melahirkan masih dikasih nyawa gak ya.. Tapi setelah mb bidan nyuruh ambil posisi dan kasi instruksi, yang ada di pikiranku hanya aku harus bisa keluarin bayik dengan selamat. Alhamdulillah, dalam waktu kurang lebih 15 menit, bayi dalam perutku keluwarrr dengan selamat huhuhu. Walaupun setelahnya aku harus dibius total untuk dijahit karena katanya robekannya banyak, nggak apa2, yang penting anak bayik sehat dan selamat. Kata dokternya gak ada yang salah selama proses melahirkan, mungkin karena anak pertama jadi banyak robekan. Qodarullah.
Selama dede bayi masi di dalam perut, aku selalu bilang supaya kita gak nyusahin Eyang dan orang lain. Kita mandiri aja. Dede sholehah2 aja, gak rewel2. Alhamdulillah dede bayi insyaaAllah sholehah sekalii nggak rewel2 :’) Eyang sampai bilang ini bayi kayak bukan bayi sejak dia lahir. Mulai dari tatapannya kayak udah bisa melihat jelas, cara dia nangis, dan gestur-gesturnya wkwkw MasyaaAllah.
Love you, Ghaziya a.k.a Dede Jia! ♡
1 note
·
View note
Text
Lagi bersedih terus ke-shuffle lagu ini. Lagu ini masi jadi lagu terbaik ketika lagi bersedih huhu terimakasi Lee Hi & Jong Hyun. Udah ya, jangan sering2 bersediiii, inget dedekku gakbole di ajak mellow2. Love you dedekku, semoga kamu tida lemah seperti ibuk.
2 notes
·
View notes
Text

Hehehe :3

Namanya Simple Happiness. Nyatanya, jam ini secara tidak sengaja memang memberikan kebahagiaan yang sederhana; untuk diri sendiri maupun orang lain.
1 note
·
View note
Text
Married?!
Tepat 10 tahun sejak berpisah, pada akhirnya kita kembali lagi tuk selamanya yah, Aamiin. Sejak kembali dekat tahun ini, sempet kepikiran kira-kira gimana kalau dulu waktu kita dipertemukan lagi, kita tida ghosting ya? Apa iya akhirnya akan sama seperti sekarang, kembali bareng2 lagi? Aku tida menyesal untuk ghosting karena yakin kalau jalannya memang harus seperti itu. Mungkin di tahun itu kita belum cukup dewasa dan belum dikasih yakin untuk berhubungan lagi, dan mungkin Allah bilang “Jangan sekarang ya. Aku punya waktu yang baik dan tepat untuk kalian”. Dan waktu terbaikNya adalah tahun ini. 2020.

Ini adala sebua tulisan yang ada di draft tumblrku tentang kamu di tahun 2016; yang juga draft tumblr pertamaku. Memang sejak dulu aku takut kalau kembali punya perasaan yang pernah ada. Tapi tida bisa dibohongi, ternyata aku merasa nyaman dan benci kenapa harus merasa nyaman. Keseringan main bareng, keseringan chat, keseringan pap. Terlalu banyak keseringan yang membuatku berpikir kenapa kita harus melakukan si keseringan itu sampai2 merasa tida nyaman. Pikiranku sendiri yang membuat aku tida nyaman, dengan melibatkan kamu. Denial. Pikiran itu ada karena takut aku jadi berharap tuk bareng2 lagi. Akhirnya lama-lama ghosting. Tapi aku baru tau kalau saat itu kamu galau wKwKwK :))
Siapa yang sangka yah, tahun ini kita menikah. Semoga Allah selalu menjaga kita untuk bareng2 sampai selamanya, ya? Kayak video I Like Me Better-nya Lauv hahaha. 116 92!


1 note
·
View note
Text
Gak kepikiran pada akhirnya begini. Gak, ini belum sampai akhir. Lucu sekali bahwa ternyata perasaan nyaman itu tida berubah ketika aku bertemu kamu. Lucu sekali bahwa ternyata kita tida mengutarakan apa yang dipikirkan, padahal semuanya terkoneksi.
Dulu (2016), waktu lagi sering2nya main bareng, aku takut kalau nantinya aku jatuh cinta, lalu aku menggantungkan kebahagiaanku ke kamu, lalu suatu saat aku mengecewakan, atau aku dikecewakan, dan akhirnya membuat jarak dalam pertemanan kita, aku takut. Aku juga takut kalau ternyata perasaanku waktu itu hanya perasaan2 nakal, yang aku manfaatkan untuk menyembuhkan luka di masa laluku. Bener2 tida mau itu terjadi sampai akhirnya aku menarik diri. Aku takut kamu juga jadi menyimpan harapan. Pede banget ya, padahal enggak. Sejak saat itu, aku menghilang, kita menghilang, sampai kamu menemukan seseorang yang bisa membahagiakanmu.
2019 adalah awal dari semuanya. Karena keisengan chatku yang bertanya soal “kamu kerja gak?”, akhirnya kita jadi sering main bareng lagi. Aku ingat kamu langsung menyusulku setelah aku chat karena jarak kantormu yang tida jauh dari tempat aku menugas, dan disana kamu bercerita tentang kisahmu. Tida ada perasaan apa-apa, aku senang kita bisa kembali berteman dan bercerita tanpa canggung. Sampai akhirnya karena menjadi sering bareng2, aku kembali takut dengan perasaanku sendiri. Perasaan yang selalu ada setiap kali bertemu kamu. Perasaan yang dulu aku hindari, tapi sekarang tida akan aku hindari. Aku tida akan menghilang, karena perasaanku ya biarlah menjadi urusanku saja. Aku juga tau kamu saat itu dekat dengan seseorang, jadi aku tida akan merusak itu. Biar perasaanku, aku yang tanggung jawab.
Setiap kali kamu bercerita, aku sebenarnya sering banget ngomong sendiri, dalam hati. Contohnya, ketika kamu cerita tentang luka di masa lalu kamu, aku sering banget bilang dalam hati “Udah, dia udah bahagia sama yang lain. Sekarang kita bahagia bareng2 aja″ bahkan sampai “Sini, biar aku aja yang sembuhin luka kamu”. Konyol gak?! Konyol. Tapi itu memang cuma pikiran2 selintas dan aku tida benar2 berharap bahwa kita bisa bersama. Kalau aku bertanya tentang hubunganmu dengan wanita yang sedang dekat denganmu itu, aku sebenarnya lebih ingin mengenal perasaanmu, dan melihat apakah dia benar2 yang bisa bikin kamu bahagia? Apa kamu bahagia? Karena kalau kamu bahagia, tentu saja aku juga bahagia. Kamu juga pernah bilang kalau target kamu menikah adalah usia 27 tahun dan bagi wanita yang lebih muda itu juga mungkin usia yang pas untuk menikah. Pada akhirnya aku menyimpulkan sendiri bahwa kamu sudah bahagia.
Sering kali aku merasa takut dengan perasaanku, dan bertanya2 tentang perasaan kamu yang sebenarnya. Heran, kenapa aku ingin tahu perasaanmu, padahal jelas2 kamu sedang dekat dengan seseorang? Aneh memang. Tapi setelah di pikir2, pertanyaan itu muncul karena perilaku kamu. Sering kali, bahkan pernah dalam waktu satu bulan, kamu pergi sama aku padahal hari itu, kamu ada janji dengan yang lain. Iya, walaupun tida disengaja membatalkan janji karena kamu memang lupa, tetap saja pada hari itu kita main bareng. Bahkan kadang kamu tetap memilih untuk bareng2 sama aku ketika ada teman yang mengajak kamu untuk menyusul mereka. Itu yang membuat aku bertanya2. Sampai akhirnya, aku menyimpulkan sendiri bahwa kamu hanya butuh aku untuk mendengar ceritamu.
Aku juga sering bertanya2, kenapa obrolan di chat menjadi intens, padahal banyaknya tidajelas, eh, tida penting, hahaha. Sampai pernah suatu hari aku melihat ada kesempatan untuk tida membalas chat, aku jadi sengaja tida balas. Saking takutnya muncul harapan yang seharusnya tida muncul. Tapi setelah mendengar cerita2mu, apalagi cerita tentang banyak yang curhat, bahkan sampai confess tentang perasaan mereka ke kamu, pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa memang kamu adala orang yang bisa membuat orang lain nyaman dan aku adala salah satu dari yang merasa nyaman. Okay, sejak itu aku bersikap biasa saja. Benar2 biasa saja.
Aku merasa bahwa kita sama-sama nyaman untuk bercerita. Aku selalu senang kalau kamu suda cerita banyak, sampai2 kamu bilang “kenapa aku ceritain ini ke kamu ya?” . Sering banget. Aku juga bahkan sering cerita banyak tentang hal yang mungkin sebenarnya tida perlu kamu tau juga. Tapi menurutku disitulah letak nyamannya. Bisa bebas bercerita dan menjadi lebih paham satu sama lain. Semuanya menyenangkan. Aku mulai menerima bahwa ternyata kita adala definisi nyaman sebagai teman cerita. Tapi ternyata ada hari dimana pertahananku roboh dan aku menyalahkan period atas segala perasaan yang dirasakan pada hari itu.
Aku sebenarnya baik-baik saja, tapi rasanya ada perasaan sedih karena ingin ditemani pada hari itu. Mungkin sedang clingy. Sambil mengedit worksheet SMP, dalam hati bilang kalau misal hari itu aku ketemu kamu, aku mau menyampaikan semuanya. Perasaan yang pernah aku rasa. Malu sih tentu, tapi aku tida peduli yang penting aku mau jujur, tanpa berharap apa-apa. Benar-benar murni hanya ingin menyampaikan. Tapi kalau hari itu tida bertemu kamu, berarti memang bukan waktunya untuk menyampaikan semuanya. Aku tida merasa ada tanda-tanda kita akan bertemu dan aku sedikit tenang karena akupun sebenarnya belum sepenuhnya siap. Ternyata kenyataan tida begitu. Sore hari menuju jam pulang kantormu, kamu telepon dan bertanya apa aku ingin ditemani. Jujur kaget dan rasanya ingin bilang “ingin banget”, tapi tentu tida bisa dan aku cuma bisa kembali bertanya “emang gak kemana2 lagi? gak ada janji? emang gak capek?”. sampai akhirnya kamu menyusul ke tempatku.
Seperti biasa, banyak obrolan dari yang penting sampai tida penting. Tida merasa ada sesuatu yang aneh sampai akhirnya kamu cerita sesuatu, yang tentu saja menggantung dulu dan bilang “kenapa aku cerita ini ke kamu ya” dan kamu tida ingin melanjutkan ceritanya tapi aku terlanjur penasaran dan pokoknya mau tida mau harus cerita kan ya masa aja engga :( Akhirnya kamu cerita semuanya, tentang salah satu teman dekatmu yang bertanya tentangmu karena melihat sikapmu yang berbeda. Aku benar-benar mencoba untuk menjadi pendengar yang baik tanpa melibatkan perasaanku. Ada sebua decision making dalam ceritamu dan aku tida akan mempengaruhimu. Malahan aku menjadi bingung apaka aku harus sampaikan apa yang tadinya ingin aku sampaikan. Tapi melihat suda malam jam setengah 9 lewat, aku memutuskan untuk menyimpan ceritaku. Mungkin belum saatnya, tapi lain waktu, aku pasti akan bilang.
Ternyata jalan ceritanya bukan begitu. Kamu tiba-tiba bertanya “eh tapi kamu baper nggak sih?”. Bener2 kaget karena aku baru saja memutuskan untuk tida bercerita apa-apa tapi jawaban dari pertanyaan itu adalah semuanya. Bingung karena pasti butuh waktu yang lama untuk membahas ini sedangkan hari suda malam. Aku bener2 cari aman dan jawab “kalau baper gimana? kalau gak baper gimana? kamu akan gimana?” sampai akhirnya kamu mengakui kalau ternyata kamu merasa nyaman kalau lagi bareng sama aku. Iya, aku tau kamu merasa nyaman tapi kok ini semua malah jadi diluar dugaanku, ya?
Aku cerita tentang semuanya. Perasaan2 yang pernah dirasa. Super kaget karena ada banyak ceritaku yang terkoneksi dengan ceritamu, tapi kita sama-sama menyimpan cerita itu sendiri. Aku bilang bahwa salah satu alasan kenapa awalnya aku ingin simpan cerita ini sendiri, karena menurutku ini tida penting dan kamu juga rasanya tida mungkin “bareng2″ sama aku. Aku dulu pernah bertanya target usiamu menikah dan dari situ aku tau bahwa target kita berbeda. Aku tau ini konyol tapi mungkin aku ingin melihat apaqa ada sepercik harapan? Hahahaha. Tapi lagi-lagi aku ingat dulu kamu pernah bilang, waktu aku ghosting, kamu juga takut perasaan2 yg dulu pernah ada, muncul lagi. Kamu takut, karena kamu memegang prinsip tida kembali pada masa lalu. Dari sanalah aku melihat bahwa sepertinya kita tida mungkin bisa bareng2. Tapi ternyata, semua itu adala sesuatu yang kamu pikirkan juga. Kamu merasa bahwa kalimatmu adala boomerang untukmu sendiri, karena ternyata kamu kembali punya perasaan untuk masa lalu, ya? Kamu bingung karena kamu memegang prinsip itu tapi kamu melanggarnya. Kamu juga ternyata ingat bahwa target usiaku menikah tidak sampai umur 27, dan kamu berpikir apakah kamu bisa mengikuti itu?
Ada momen dimana kita lagi super clingy, aku sampai bilang “hayoloh tanggung jawab, nikahin loooh”. Kalimat itu adala kalimat serius dalam bercanda, hehehe. Aku cuma ingin tau jawabanmu tapi lupa kamu jawab apa ya?! Yang jelas kamu terlihat sedikit kaget, lalu menjawabnya dengan bercanda juga. Ternyata, saat itu kamu benar2 kaget ya? Kamu tau kalau aku tida bercanda? Kamu bilang, bercandaan itu ngena. Bahkan ternyata kamu ingin jawab “iya, aku mau tanggung jawab kok”. Kaget gak? Aku pikir kamu tida akan berpikir sampai sana karena semua hanya candaan, tapi ternyata aku salah. Yang bikin kaget lagi adalah, ternyata kamu punya pikiran seperti ini, “Fthn mau gak ya kalau diajak akad dulu aja? Terus nanti travelling bareng”. Speechless sekali :(
Benar-benar merasa bahwa semua suda di atur sedemikian rupa sampai akhirnya kita bisa saling tahu perasaan satu sama lain. Selama ini aku membangun benteng untuk melindungi diri sendiri dari ekspetasi2 yang mungkin muncul. Aku membatasi diriku dan berusaha paham dimana posisiku. Aku juga tida ingin merusak hubungan kamu dengan wanita itu, apalagi pertemanan kita. Aku juga berniat untuk menyimpan semuanya sendiri karena tida ingin menjadi beban untuk kamu, dan juga sejak awal aku suda berniat untuk bertanggung jawab atas perasaanku tanpa menyalahkan kamu. Tapi ternyata semua malah aneh, di luar yang aku pikirkan. Siapa yang tahu kalau ternyata selama ini, aku tida berharap sendirian? Aku tida menyesal dengan apa yang suda aku lakukan, dan aku sangat berterimakasi atas semua kejujuran kamu.
Setidaknya, aku tida merasa sendiri sekarang. Terimakasih ya!
0 notes
Text

Percakapan aku dan Aa di Dua Coffee: "A, boleh dine in gak sih?" | "Belum teh, masih take away aja" | "Oh.. Ini nunggu Hana sih. Mau ketemu Hana" | "Oh di dalem aja nunggunya".
Sambil nunggu Hana dateng, reflek nawarin kopi ke Ajeng. Eh, lupa. Gak boleh yah. Waktu Hana dateng, dia liat kopi yang ku beli, lalu bilang "eh kita gak boleh minta2 ya". Padahal biasanya suka nyomot2. Sedih. Semoga kamu cepat pergi ya, virus.
0 notes
Text
No Regret
Sedang sering-seringnya berpikir “coba aja waktu itu...” tapi tida sampai ke arah penyesalan, hanya lebih ke rasa penasaran. Mum pernah bilang kalau kita tida bole berpikir begitu karena nantinya akan mengarah pada penyesalan dan bisa jadi malah menyalahkan, bahkan membenci takdir yang suda di tetapkan. Ini tida sampai pada penyesalan karena sadar sekali ada hal-hal yang memang jalannya harus seperti itu. Percaya kan kalau semua yang terjadi suda di atur sebaik2nya untuk kita, oleh Yang Maha Mengetahui?
1 note
·
View note
Text

One of the most kind-hearted man that I knew. Thank you for being you, Goy! Glad to be your friend, I swear you deserve so muchhhh happiness!
1 note
·
View note
Text
10:15 AM
Menuju hari-hari terakhir tahun ini kok sering ngerasa uneasy, ya? Ada beberapa hal yang tida bisa diceritakan, perasaan yang tida bisa dijelaskan, pikiran2 yang tida bisa dikontrol, dan harapan2 yang tida mungkin menjadi nyata. Sering ngabisin waktu diluar karena kalau suda dirumah, menjadi overthink.
Tapi bersyukur juga karena ada banyak kerandoman2 yang terjadi.
0 notes
Text

Suda lama tida post per-kopian. Sejauh ini baru dua kali nongkiy di Mana. Pertama kali kesini beli vietnam drip. Kedua kali kesini, beli es kopi susu karena beberapa menu kopi banyak yang kosong. Tempatnya emang bukan spesiyal kopi2an. Mayan murah, tapi makanan/minuman jd cepet dingin krn emg tempatnya sejuk. Ya iyala, untuk kesini juga harus mendaki gunung lewati lembah dulu. Saya bukan pecinta senja sambil nikmatin kopi, tapi kalau kesini mungkin enaknya senja, karena langitnya bagus (kalau tida mendung & hujan tentunya) dan cuaca mulai adem. Suasana indoor maupun outdoornya ena, tapi hati2 aja kalau outdoor anginnya kenceng banget, bisa2 masuk angin wqwqw. Rekomendid karena emg tempatnya ena dan harganya terjangkaw, dan juga wifinya lancar banget huhu sukak! One of my favorite place!
0 notes