lailazuhro
lailazuhro
Untitled
136 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
lailazuhro · 4 years ago
Text
Meletakkan Percaya
Di perjalanan yang ke sekian, lagi-lagi aku menemukan pemahaman bahwa tidak semua hal harus dituliskan, dibicarakan, dikatakan. Tidak semua perasaan senang dan gamang harus dipublikasikan, dibagikan, dirayakan. Karena tempat terbaik untuk merayakan semua perasaan bahagia atau mungkin duka, tentu hanya kepada-Nya.
Di titik ini, lagi-lagi pundakku ditepuk lembut oleh kenyataan. Bahwa meninggikan ekspektasi, justru tidaklah lebih baik daripada menegaskan kepada diri perihal membatasi kepekaan.
Dan ketika aku mulai memilih untuk membatasi relasi dan menjadi realistis akan hidup ini, aku kembali memahami bahwa mereka yang berbuat baik hari ini memiliki kemungkinan untuk menjadi yang paling menyakiti di kemudian hari. Bahkan yang dianggap paling banyak menyajikan ketulusan, juga memiliki kemungkinan untuk menjadi yang paling banyak menyimpan kebohongan.
Dan tentu saat kejadian itu datang, ia justru membawa banyak kejutan. Hingga akhirnya aku pun sadar tentang rumus yang tidak akan berubah, yaitu mereka yang diberi luasnya kepercayaan, justru bisa menjadi seseorang yang menikam dari belakang.
Di masa lalu, aku pernah menjadi yang paling lugu dalam menilai perihal sisi baik dan buruk pada diri seseorang. Kepalaku yang disuguhkan ketulusan, tidak pernah menyimpan kecurigaan perihal mereka yang bisa berkhianat sewaktu-waktu. Tapi nyatanya ada. Orang-orang yang mengajarkan kekuatan melalui jalur perjalanan bernama kepahitan.
Kepahitan yang menjelma racun bagi jiwa. Kepahitan yang barangkali bisa terulang, namun kemudian menjadi penawar tatkala pengkhianatan-pengkhianatan itu datang lagi. Kepahitan yang membuatku berkaca dan mengambil banyak pelajaran dari jutaan pengalaman.
Dan kini, ketika orang-orang berbicara tentang kepercayaan, dadaku justru menjadi sangat sensitif dan berubah menjadi sentimental. Alasannya sederhana, sebab aku kehilangan cara untuk mempercayai siapa-siapa. Aku kehilangan tempat untuk meletakkan percaya. Aku bahkan kesulitan menemukan bagian yang hilang itu hingga saat ini.
Maka perihal dewasa adalah tentang secukupnya. Secukupnya dalam merasakan, menceritakan, juga meletakkan kepercayaan.
Sudah cukup rasanya terjatuh pada tingginya asa yang membuat lupa pada kenyataan bahwa semua orang rentan berubah.
07:15 p.m || 14 Juli 2021
495 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
“aqu cemburu, ayank.”
Tumblr media
Menurutku, rasa cemburu adalah semacam alarming system dalam beragam relasi.
Jika relasinya suami istri: alarming system supaya suami atau istrinya tidak terlalu nyaman dengan orang lain, terlebih kawan lawan jenis pasangannya– agar tidak lupa untuk berusaha saling menciptakan nyaman di antara pasangan suami istri (yang tentu lebih berkah).
Rasa cemburu tidak hanya ada di relasi suami atau istri. Tetapi seorang orangtua yang cemburu pada anaknya yang sering main di luar, semisal. Atau seorang anak yang cemburu karena orangtuanya lebih memfavoritkan saudara kandungnya. Cemburu orangtua kepada anak barangkali untuk mengingatkan agar anak memprioritaskan berbakti pada orangtua. Cemburu salah satu anak barangkali aslinya berfungsi sebagai alarm agar orangtua bisa bersikap adil terhadap anak-anaknya. 
Oleh karena itu, barangkali tujuan cemburu, sejatinya untuk diolah bagi yang merasakannya, agar menjadi alarm pengingat santun bagi orang yang ia cemburui. 
Bagi saya, tidak terlalu tepat ketika kita dibutakan rasa cemburu hingga menyemprotkan emosi pada orang-orang yang kita sukai. Olah rasa cemburu itu menjadi produktif, sebagai pengingat bagi orang-orang tersayang.
Cukup mewanti-wanti, “Sayang, maaf, tapi nampaknya nggak usah sering-sering menanggapi WA beliau jika memang tidak terlalu penting. Walaupun WA-nya nggak flirting dan juga ia sudah bersuami, tapi setidaknya bantulah agar ia lebih nyaman berbicara banyak dengan suaminya, dengan nggak terlalu menanggapi pesannya. Ngobrol ngalor-ngidulnya sama aku aja” (sembari ketjup mesra)
Atau, “Nak, boleh kamu main sama temen-temenmu. Sejujurnya Mama iri dan pengen juga nongkrong bareng kamu. Mama bisa nggak rikues untuk minta ditemenin tiap hari Jumat belanja mingguan di supermarket? Nanti bisa sekalian makan bakso bareng yang enak itu lho.. Atau ada hari lain yang bisa kamu luangkan?”
Atau, “Pa, kalau boleh jujur, nampaknya Papa lebih banyak ngobrol dan curious sama dunianya adik. Aku sebenarnya ingin ngobrol-ngobrol sama Papa tentang aktivitasku. Kira-kira bisa ngobrol nggak Pa? Nanti aku traktir di kafe orangtua temenku deh..”
Satu hal yang pasti, ketika pasangan, orangtua, atau anak akhirnya ngeh atau belum ngeh terhadap ‘alarm’ yang kita berikan– jangan lupakan upaya agar tidak membuatNya cemburu– gara-gara hambaNya lebih mengejar cinta yang lain ketimbang cintaNya.
*Ilustrasi dari sini.
217 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Yang Hadir di Hidupmu; Nikmat atau Pelajaran
@edgarhamas
Orang datang & pergi di hidup kita. Allah pertemukan kamu dengan mereka bukan sia-sia.
Ada yang menyenangkan, ada yang menyesak dada. Itulah manusia, datang padamu, bisa menjadi "nikmat", atau jadi "pelajaran."
Nah, kita bagi orang lain; apakah jadi nikmat atau jadi pelajaran?
Kita sering menduga-duga, orang yang datang ke hidup kita kira-kira baiknya apa dan buruknya apa. Tapi kita sendiri jarang berkaca, adanya kita buat orang lain apakah jadi anugerah atau malah jadi bencana.
Kalimat yang saya takutkan dalam sebuah hubungan pertemanan adalah jika kita dihitung "wujuduhu ka 'adamihi", hadirnya kita dan tidak hadirnya kita sama saja, tidak ada manfaatnya.
Tapi yang lebih ngeri adalah jika "adamuhu khairun min wujudihi", ketika kita tidak ada, orang-orang di sekitar kita bahagia. Jika kita hadir, orang-orang malah kesal dan merana. Kita berlindung dari itu semua.
Mudah-mudahan, Allah jadikan kita penyejuk mata bagi orang-orang yang kita sayangi, orang-orang yang kita kenal. Yang hadirnya dirindukan, yang senyumnya ditunggu, yang ketidakhadirannya disayangkan. Âmin.
409 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Belajar Mendewasa (2)
Ayah pernah berkata padaku, "Semakin kamu dewasa, akan ada banyak hal yang diluar dugaanmu; hal-hal yang tidak sesuai dengan rencanamu. Hanya sedikit sekali, sesuatu yang berjalan sesuai dengan keinginanmu".
Kurasa itu benar.
Menjadi dewasa adalah tentang menerima. Menerima konsekuensi setiap jalan yang kita pilih. Seberapa banyak kita ingin menyerah, akan ada satu alasan untuk tetap bertahan.
Menjadi dewasa seringkali mengajarkan kita untuk menerima penilaian orang lain. Menerima segala prasangka buruknya terhadap kita; menerima setiap perlakuannya kepada kita; menerima apapun yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita.
Kita berusaha menepisnya, berbaiksangka, memberi 'udzur pada orang lain sebagaimana kita juga ingin diperlakukan demikian.
Kurasa, apapun yang kita hadapi—entah itu baik maupun buruk, baiknya kita mengaca saja pada diri. Barangkali, memang tersebab dosa-dosa kita sendiri.
Lagi. Menjadi dewasa juga tentang berkorban. Menomorsekiankan kebutuhan kita sendiri; mengubur ego-ego kita sendiri; meluangkan pikiran dan waktu kita untuk orang lain. Ya, semua akan tercurahkan untuk tanggungjawab pada keluarga, pekerjaan, juga studi kita.
Kupikir semakin dewasa, akan semakin berkurang keinginan kita untuk ini dan itu. Tertimbun oleh banyaknya kesibukan-kesibukan, bertambah pula tanggungjawab kita. Sedikit sekali waktu untuk sekadar nongkrong dengan teman-teman, bahkan hampir tak ada.
Namun, serumit apapun masalah kita, sudut pandang agama selalu menawarkan solusi untuk kita.
Islam mengajarkan kita, bahwa ketenangan yang kita dapat ialah ketika kita bercerita padaNya. Meski terkadang kita hanya mengaduh dan menangis, karena bingung, apa kiranya yang harus kita ceritakan pada Semesta? Kita—yang seringkali datang hanya saat butuh saja.
Ya, kurasa menjadi dewasa adalah bergelut dengan diri sendiri, memperbaiki yang ada dalam diri, menyelesaikan semuanya sendiri.
Sabar, nanti lama-lama juga akan terbiasa.
Pena Imaji
241 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
tak mengapa bila saat ini kamu bersedih karena harapanmu belum terwujud, tak mengapa. sungguh, tak mengapa. Barangkali hatimu sedang harus dilapangkan dengan banyak hal. sehingga bila harapan itu berwujud, kelak kamu akan mensyukuri terwujudnya dengan banyak syukur yang melangit.
Allaah Maha Tahu kapan yang terbaik, tidak pernah meleset sedikitpun apa-apa yang telah ditetapkan olehNya. seorang mukmin harus percaya akan hal itu. menerima dengan sabar dan memintanya dalam setiap doa-doa sholat. mintalah dengan banyak pinta kebaikan, Tuhanmu sungguh Maha penyayang sayang. 
maka tak mengapa ya, jangan bersedih. sebab harapan itu masih ada dan jangan menyerah dalam mengupayakannya. dan ingatlah hari ini, hari dimana engkau begitu memintanya dengan tulus. semoga Allaah takdirkan pertemuan itu. pertemuan yang hanya menyisahkan kebahagiaan untuk orang-orang yang baik hatinya.
pada rona senja kotamu || 15.30 || 08 September 2020
244 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Self awareness & Intelectual curiousity
Masih tentang CUPYTS: Cinta Untuk Perempuan Yang Tidak Sempurna by Najeela Shihab sebagai host dengan Maudy Ayunda dan Gita Savitri sebagai partner diskusi. Topiknya adalah “Kepinteran” dan Kepintaran. Kurang lebih diskusinya seperti ini:
Mba najeela : istilah kepinteran ini, kalian melihat orang yang pinter itu gimana?
Gita : menurutku, perempuan yang pinter itu yang paham worth-nya dia, dia yang punya self-concious, dia yang mengenal dirinya sendiri, dan yang cerdas yang tau kapan mesti memprioritaskan dirinya.
Maudy : aku juga setuju, self-awareness itu penting untuk mengenal diri sendiri. Nambahin juga, kepintaran itu adalah keinginan untuk mengembangkan dirinya, to have that growth mindset.
Lalu part lain mengenai relationship,
Mba najeela : dalam love-relationship pernah diputusin cowok gara-gara kepinteran enggak? 
Maudy : aku cukup sering sih dapet kalimat “mungkin lu kepinteran kali, jadinya intimidating” meskipun secara prinsip itu kurang tepat ya. Tapi, sebagai seseorang yang mendengar mindset itu dari kecil, ya takut juga. Kalau kita mikir bahwa perempuan yang kepinteran itu sulit dapet jodoh, berarti kita berasumsi bahwa pasangan yang baik adalah yang memilki hierarchy dalam intellegence, and that’s not the value. Justru partnership yang baik adalah komunikasi yang baik, visi-misi yang sama, alignment, dll. 
Gita : kalau aku, dari awal prinsipku adalah gak ada hierarchy soal intelektual, yang dipertemukan dengan suami yang melihat masculinity itu bukan yang memandang perempuan inferior (perempuan gak boleh lebih pinter, gak boleh terlalu independen, yang bisa ngebuat pria loose his purpose to be superior, “lalu saya buat apa?”). Dia melihat dirinya sebagai human being.
Lalu membahas kriteria pasangan Maudy Ayunda (dan mungkin perempuan diluar sana),
Mba nejeela: kalau mau jadi pacarnya maudy, mesti lebih pinter dari kamu enggak?
Maudy : siapa yang lebih pinter itu sulit banget buat di-compare, are we talking about IQ? kapabilitas berpikir secara logis? atau skill lain? justru aku lebih nyari orang yang punya self-awareness dan intelectual curiousity yang tinggi. 
Dan kalimat Mba najeela yang menarik adalah:
The best relationship is actually makes you smarter, wherever you start. If you are in good relationship, you push each other to be better, to learn together. If you are a good couple, then you will be smarter cause of your interaction each other.
29 Agustus 2020
884 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
How to Stop Comparing Yourself to Others
1. Don’t listen to the voice inside your head that tells you that you are inadequate.
2. Don’t hang out with people who look for the flaws and can’t see the best in the people in their lives.
3. Recognise that each person is different and unique. There is no-one like you - and you have great attributes.
4. Take note of your efforts, and the progress you have made. You’ve already come far. You should celebrate that!
5. Appreciate others, and what you gain from them. Don’t see them as people who undermine you.
6. Remember that NO-ONE is perfect at all - and that other people struggle with the same stuff as well.
7. Go after what matters the most in this life: being loyal, and thoughtful, and caring, and kind.
670 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
“Let them judge you. Let them misunderstand you. Let them gossip about you. Their opinions aren’t your problems. You stay kind, committed to love, and free in your authenticity. No matter what they do or say, don’t you dare doubt your worth or the beauty of your truth. Just keep shining like you do.”
— Scott Stabile
2K notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Tumblr media
KEDEWASAAN EMOSI
Salah satu topik yang agak jarang diangkat di Indonesia adalah kedewasaan emosi (emotionally mature).
Yang saya lihat, kebanyakan orang di Indonesia beranggapan bahwa kedewasaan emosi ini akan berjalan seiring dengan umur.
Padahal, berdasarkan pengalaman diri sendiri, kalau nggak sering-sering dikulik, kita jarang sadar bahwa secara emosi, kita kurang dewasa.
Tumblr media
Setidaknya, ada 20 tanda kedewasaan emosi seseorang, diantaranya adalah:
1. Sadar bahwa kebanyakan perilaku buruk dari orang lain itu akarnya adalah dari ketakutan dan kecemasan – bukan kejahatan atau kebodohan.
2. Sadar bahwa orang gak bisa baca pikiran kita sehingga akhirnya kita tau bahwa kita harus bisa mengartikulasikan intensi dan perasaan kita dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tenang. Dan, gak menyalahkan orang kalau mereka gak ngerti maksudnya kita apa.
3. Sadar bahwa kadang-kadang kita bisa salah – dan bisa minta maaf.
4. Belajar untuk lebih percaya diri, bukan karena menyadari bahwa kita hebat, tapi karena akhirnya kita tau kalau bahwa semua orang sebodoh, setakut, dan se-lost kita.
5. Akhirnya bisa memaafkan orang tua kita karena akhirnya kita sadar bahwa mereka gak bermaksud untuk membuat hidup kita sulit – tapi mereka juga bertarung dengan masalah pribadi mereka sendiri.
6. Sadar bahwa hal-hal kecil seperti jam tidur, gula darah, stress – berpengaruh besar pada mood kita. Jadi, kita bisa mengatur waktu untuk mendiskusikan hal-hal penting sama orang waktu orang tersebut sudah dalam kondisi nyaman, kenyang, gak buru-buru dan gak mabuk
7. Gak ngambek. Ketika orang menyakiti kita, kita akan (mencoba) menjelaskan kenapa kita marah, dan kita memaafkan orang tersebut.
8. Belajar bahwa gak ada yang sempurna. Gak ada pekerjaan yang sempurna, hidup yang sempurna, dan pasangan yang sempurna. Akhirnya, kita mengapresiasi apa yang 'good enough'.
9. Belajar untuk jadi sedikit lebih pesimis dalam mengharapkan sesuatu - sehingga kita bisa lebih kalem, sabar, dan pemaaf.
10. Sadar bahwa semua orang punya kelemahan di karakter mereka – yang sebenarnya terhubung dengan kelebihan mereka. Misalnya, ada yang berantakan, tapi sebenernya mereka visioner dan creative (jadi seimbang) – sehingga sebenernya, orang yang sempurna itu gak ada.
11. Lebih susah jatuh cinta (wadaw). Karena kalau pas kita muda, kita gampang naksir orang. Tapi sekarang, kita sadar bahwa seberapa kerennya orang itu, kalau dilihat dari dekat, ya sebenernya ngeselin juga 😂 sehingga akhirnya kita belajar untuk setia sama yang udah ada.
12. Akhirnya kita sadar bahwa sebenernya diri kita ini gak semenyenangkan dan semudah itu untuk hidup bareng
13. Kita belajar untuk memaafkan diri sendiri – untuk segala kesalahan dan kebodohan kita. Kita belajar untuk jadi teman baik untuk diri sendiri.
14. Kita belajar bahwa menjadi dewasa itu adalah dengan berdamai dengan sisi kita yang kekanak-kanakan dan keras kepala yang akan selalu ada.
15. Akhirnya bisa mengurangi ekspektasi berlebihan untuk menggapai kebahagiaan yang gak realistis – dan lebih bisa untuk merayakan hal-hal kecil. Jadi lebih ke arah: bahagia itu sederhana.
16. Gak sepeduli itu sama apa kata orang dan gak akan berusaha sekuat itu untuk menyenangkan semua orang. Ujung-ujungnya, bakal ada satu dua orang kok yang menerima kita seutuhnya. Kita akan melupakan ketenaran dan akhirnya bersandar pada cinta.
17. Bisa menerima masukan.
18. Bisa mendapatkan pandangan baru untuk menyelesaikan masalah diri sendiri, misalnya dengan jalan-jalan di taman.
19. Bisa menyadari bahwa masa lalu kita mempengaruhi respons kita terhadap masalah di masa sekarang, misalnya dari trauma masa kecil. Kalau bisa menyadari ini, kita bisa menahan diri untuk gak merespon dengan gegabah.
20. Sadar bahwa ketika kita memulai persahabatan, sebenernya orang lain gak begitu tertarik sama cerita bahagia kita – tapi malah kesulitan kita. Karena manusia itu pada intinya kesepian, dan ingin merasa ada teman di dunia yang sulit ini.
Written by @jill_bobby
Referensi: https://youtu.be/k-J9BVBjK3o
4K notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Karena Rahimmu, Allah Kucurkan Rahim-Nya
===
“Laki-laki itu aslinya tidak punya apa-apa. Ia menjadi punya ‘apa-apa’ karena ada wanita.”
Kalimat dari Prof. Mansur Suryanegara, guru besar sejarah di Universitas Padjajaran, dalam sebuah kajian membuatku terhenyak. Loh, kok kata-kata tersebut sesuai realita banget, ya?
Dulu, aku punya teman yang ketika masih bujang ia kucel, tak terurus, dan tak punya duit. Namun setelah menikah, ia makin keren, ganteng, duitnya banyak, punya mobil bahkan punya rumah sendiri. Aku pun mengalami, semasa bujang subhanallah, sudah rambut jarang dicukur, gak pernah diminyakin lagi, badan cungkring, gigi kuning. Kata teman, aku sudah kayak pentungan bedug masjid yang dikasih nyawa. Sudah begitu dompet tipis, gak punya uang, kadang iseng masukin uang monopoli di dompet biar gak stres, padahal kelakuan seperti itu adalah tanda-tanda orang stres. Tapi setelah menikah, alhamdulillah sekarang sudah bisa beli ini itu dan punya tabungan.
Lantas aku teringat pada sebuah ayat, “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih bujang, dan orang-orang yang layak menikah. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan (mengayakan) mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya, juga Maha Mengetahui.”
Aku bisa merasakan sendiri bagaimana setelah menikah, kehidupan berubah menjadi lebih baik. Tapi aku belum bisa memahami apa korelasi antara menikah dengan menjadi kaya? Bukankah secara logika, setelah menikah beban menjadi bertambah? Yang awalnya beli makan satu piring, sekarang dua piring. Yang awalnya beli baju sendiri, sekarang harus beliin baju istri. Mestinya, uang makin habis dong karena pengeluaran membesar. Nyatanya tidak. Setelah menikah malah makin bagus kehidupannya, baik dari segi ekonomi atau sosial.
Lama aku memikirkan hal itu, hingga kajian dari Prof. Mansur Suryanegara membuka mata ini lebar-lebar.
“Mengapa setelah menikah, laki-laki menjadi punya ‘apa-apa’? Rahasianya ada pada istrinya. Sebab, perempuan punya Rahim! Dari seluruh organ manusia, cuma ada satu organ yang namanya sama dengan salah satu sifat Allah, yakni Ar-Rahim. Dan organ itu hanya dimiliki oleh perempuan.”
Begitu dimuliakannya perempuan oleh Allah, hingga dalam Al-Quran ada surat An-Nisa’ (perempuan) tapi tidak ada surat Ar-Rijal (laki-laki). Surat Al-Fatihah disebut Ummul Quran atau Ibunya Al-Quran, bukan bapaknya Quran. Di masa jahiliyah, orang-orang menghinakan perempuan sedemikian rupa, lalu Islam datang untuk mengangkat derajatnya setinggi angkasa. Saat orang jahiliyah membunuh anak-anak perempuan mereka yang baru lahir karena malu merasa mendapat aib, Rasulullah malah menggendong si kecil Fatimah Az-Zahra ke sana kemari sembari tertawa riang. Tatkala Rasulullah ditanya sahabat, siapa orang yang harus dihormati terlebih dulu? Rasulullah jawab, “Ibumu … ibumu … ibumu … setelah itu ayahmu.” Satu banding tiga. Ibarat lomba, siapapun pemenangnya, semua hadiah sudah pasti milik Ibu. Bapak cuma dapat juara harapan, itu pun kalau hadiahnya disediakan panitia.
Bahkan penamaan bulan di kalender Hijriyah pun merupakan penghormatan terhadap perempuan.
Muharram, artinya suci. Bahwa setiap perempuan itu suci.
Safar, yang berwarna keemas-emasan. Bahwa, emas memang perhiasan dunia, tapi perhiasan dunia yang paling indah adalah istri sholihah.
Rabiul Awal, seperempat awal.
Rabiul Akhir, seperempat terakhir.
Jumadil Awal, sesuatu yang mulai membeku, merujuk pada janin yang ada dalam rahim ibu.
Jumadil Akhir, sesuatu yang makin membeku.
Rajab, besar. Artinya, janin di dalam sudah berkembang dan membuat perut ibu semakin besar.
Sya’ban, kenyang. Calon anak sudah terbentuk sempurna.
Romadhon, panas. Jabang bayi dalam perut sudah siap keluar.
Syawal, lahir. Jabang bayi dilahirkan ke dunia. Itu sebabnya, setiap tanggal 1 Syawal dijadikan simbol kelahiran seluruh orang Islam. Dalam hadits, setiap tanggal 1 Syawal, dihapuslah dosa-dosa setiap hamba yang beriman sebagaimana bayi yang baru lahir. Dan di tanggal ini pula kita diperintahkan silaturahim. Menyambung kasih sayang.
Dzulqo’dah, punya kaidah. Maksudnya, bila bayi telah dilahirkan dan tumbuh besar, ia harus patuh pada kaidah utama, yakni Al-Quran.
Kemudian, Dzulhijjah, semua dipanggil dan dikumpulkan di padang Arofah. Di sana orang-orang yang berhaji, diperintahkan untuk berdiam diri dan berdzikir. Agar paham bahwa yang menyatukan kedua insan dalam ikatan pernikahan adalah Allah. Sebab, di padang Arofah itulah Allah mempertemukan Adam dan Hawa setelah mereka terpisah dari surga. Di Arofah, ada sebuah bukit yang dinamakan Jabal Rahmah. Mengapa disebut Jabal Rahmah? Karena Perempuan (Hawa) adalah Rahmah atau Kasih Sayang-Nya Allah yang diberikan pada laki-laki (Adam).
Maka, ketika seseorang mengucapkan ijab qobul, sejatinya Allah sedang menyerahkan amanah besar pada si laki-laki. Bila dibahasakan dengan mudah, Allah mengucapkan hal ini ketika seorang lelaki menikahi perempuan.
“Hey, laki-laki. Ketahuilah, seseorang yang engkau nikahi itu bukan semata anak dari mertuamu, melainkan adalah amanah yang Aku titipkan padamu. Akad nikah ini bukan perjanjian main-main, ini adalah mitsaqon gholidzo, perjanjian yang berat antara Aku dengan engkau. Sayangi dia, engkau akan Aku sayangi. Kau sakiti dia, engkau akan mengerti akibatnya.”
Jadi, bisa dipahami ya, mengapa di sinetron ikan terbang, laki-laki yang menyakiti istrinya selalu bernasib buruk di akhir cerita. Kalau tidak ditabrak motor, pasti masuk penjara. Dan itu juga terjadi di dunia nyata. Tak ada laki-laki yang sukses karena hobi menyakiti hati istri, yang ada malah makin hancur. Bisnis bangkrut, banyak hutang, badan penyakitan. Sebab, Allah tidak ridho dengan kelakuannya. Doa istri yang tulus, akan menembus Arsy, sebab ia punya Rahim, tempat bermulanya kehidupan manusia. Beda dengan laki-laki yang hanya punya usus besar, tempat berkumpulnya ongol-ongol yang baunya bikin sebel itu.
Eh, ngomong-ngomong, mengapa waktu akad nikah harus ada minimal dua saksi? Sebab, Allah tahu kalau gak ada saksi, laki-laki suka nipu. Wkwkwk.
Sebelum nikah, laki-laki bilang ke si perempuan, “Dek, terimalah aku jadi suamimu. Izinkan aku menjadi imammu.”
Tsaah… co cuwiiit!
Tapi setelah nikah dan disuruh jadi imam sholat jamaah, yang dibaca sama si suami surat Al-Ikhlas mulu. Saat ditanya istrinya mengapa kok surat Al-Ikhlas terus yang dibaca? Suami enteng saja jawab, “Soalnya aku ingin jadi orang yang selalu ikhlas, Dek. Aku gak mau riya’.”
Bisa aja kau, Pak Tejo! Noh, dicariin istrimu yang lagi nggandol truk, noh.
Back to topic…
Jadi para jomblo, jangan takut nikah. Menikahlah, maka kehidupanmu akan berubah lebih baik, sebab perempuan itu punya rahim. Lantaran ia punya organ yang namanya sama dengan salah satu Asmaul Husna, maka Allah pasti menjaga kehidupan orang-orang yang mau memuliakan perempuan. Apapun permasalahan hidup, akan mudah terselesaikan bila ada perempuan di sisi.
Tak percaya? Datanglah ke Mekkah. Dahulu, Mekkah adalah tanah yang tandus, tak ada satu rumput pun yang tumbuh di sana. Tapi setelah kedatangan Bunda Hajar yang ditinggal Nabi Ibrahim sendirian bersama sang bayi, Mekkah tiba-tiba menjadi daerah yang sangat subur, tanah yang kering seketika mengeluarkan air zam-zam yang sampai sekarang tak pernah surut. Ditinggal sendirian di tanah yang gersang dan panas pun Bunda Hajar bisa bertahan, mengapa? Sebab, ia punya rahim. Rahim itu terkoneksi dengan sifat Ar-Rahim milik Allah. Hingga di setiap langkahnya, perempuan selalu dilindungi oleh kucuran kasih sayang Allah.
Allah berfirman, “Pergaulilah istrimu dengan baik.”
Gampangnya, bila laki-laki ingin hidup nyaman, baik-baiklah pada perempuan, biar bisa nebeng kucuran kasih sayang dari Allah, gitu.
Aku salah satu orang yang percaya Indonesia akan menjadi negara yang hebat kelak. Lihat saja, lulusan terbaik di ITB, UI, UNPAD, atau kampus top lainnya rata-rata adalah perempuan. Mereka lulus dengan predikat cumlaude. Bila Bung Karno bisa memiliki 25 gelar akademik, menjadi pemimpin revolusioner, presiden pertama Indonesia padahal ibu beliau hanya lulusan SD, bisa dibayangkan betapa hebatnya anak-anak di masa depan, karena mereka terlahir dari rahim perempuan-perempuan hebat, lulusan terbaik di kampus-kampus terbaik.
Jadi teringat lirik lagu Indonesia Raya yang fenomenal itu.
Indonesia, tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Mengapa kok ‘Jadi pandu ibuku’ bukan ‘bapakku’? Sebab, WR. Supratman, sang pencipta lagu tersebut, sangat paham, bahwa yang menumpahkan darah saat proses melahirkan seorang anak yang kelak menjadi para pemimpin hebat Indonesia itu adalah Ibu. Bukan bapak.
Karena Ibulah yang punya rahim. Bapak-bapak hanya bisa pasrah dikasih kantung kemih.
****
Surabaya, 21 Agustus 2020
Fitrah Ilhami
176 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Surat Keberkahan
Kepadamu yang sedang berjuang, jangan pernah lupa pada keberkahan doa orang tua yang sangat penting. Akan ada di dunia ini, dia yang terpaksa berhenti memperjuangkan, bukan karena pupus harapan dan cintanya, karena tidak ia dapatkan surat keridhoan dari orang tuanya. Tidak sedikit juga dari mereka yang memaksakan dan menabrak dinding pernikahan tanpa keridhoan. Pernikahan itu keberkahan, maka jemputlah dengan yang berkah-berkah juga.
Maka sebelum kamu memutuskan untuk berjalan memperjuangkan seseorang, tanyakan dulu pada hati dan orang tua, sebab dari keduanya pintu kemudahan dan kelapangan hati akan terbuka, jalan yang dulunya terasa sempit akan melebar, hati yang awalnya tertutup akan terbuka. Tidak sedikit, mereka yang dengan lembut dan mudahnya menjemput pernikahan, sebab antara hati dan doa orang tua berjalan beriringan, menjadi penjaganya selama perjalanan.
Hari ini, akan banyak didapati mereka yang jarang berkomunikasi dengan orang tuanya, memutuskan sebuah perkara namun tanpa meminta doa dan pertimbangan orang tua, meletakkan keberkahan doa orang tua dibagian paling akhir. Saya terheran, bagaimana mungkin ia dengan mudah berjalan tanpa merasakan ada hal penting yang tertinggal.
Semoga aku, kamu, dan kita yang sedang menunggu atau berjuang, selalu mendapat doa-doa terindah dari orang tua. Dan semoga orang yang sedang berjalan menujumu pun sudah mendapat surat keberkahan orang tua.
Menuju tempatmu.
@jndmmsyhd
607 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Slow down. Life isn’t a race, it doesn’t matter how fast you buy your first house, how fast you get stuck in your career or get that promotion. Take it one step at a time, you don’t have to go to uni straight after high school. Take a gap year, fuck it, take three gap years. Let yourself have the next 5 years unplanned, because you’ve got your entire life to live. Slow down, embrace today for what it is, thank yesterday for what it gave you and have hope for tomorrow for what it can be.
2K notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Malunya aku pada mereka
Malunya aku pada mereka yang menghabiskan waktunya pada jalan kebaikan. Ia merelakan kebahagian miliknya untuk membahagiakan orang disekelilingnya. Ia sibuk menata bukan sibuk berkata. Menapaki langkahnya dengan kebaikan dan ketulusan. Bukan berjalan sombong penuh kepalsuan.
Malunya aku pada mereka yang mencurahkan waktunya untuk belajar. Mencari arti serta memaknai hidup dan juga memberi ruh pada nurani. Karna banyak yang hidup hanya sekedar hidup. Padahal hidup bagai perlintasan kereta dan kita hanya singgah saja, namun perlu sungguh juga.
Malunya aku pada mereka yang memilih menjadi pejuang. Merelakan harta dan tahta untuk sesuatu benar, bukan sesuatu yang tenar. Melanjutkan mimpi dan visi perjuangan generasi sebelumnya. Belum tentu ia terkenal didunia maya. Namun ceritanya abadi dan membekas dibanyak hati manusia.
Jadi mau ambil peran yang mana. Kita adalah manusia yang diberi kesempatan untuk mengubah bukan untuk mengghibah. Setiap waktu adalah peluru. Tergantung kita mau mengarahkannya kemana, ke kepala kita sendiri, atau kehati banyak mahluk bumi.
416 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Sepintas
Setiap orang memiliki masa lalunya sendiri. Tentang mengapa seseorang memilih untuk menutup diri dari banyak orang, namun bisa jadi bahwa sejatinya orang itu sangat terbuka bagi orang-orang yang tertentu— orang yang sudah mengenalnya misal.
Setiap orang memiliki masa lalunya sendiri. Tentang mengapa seseorang memilih jalan hidup yang saat ini Ia tempuh. Kenapa menjadi pendiam, periang, narsis, atau apapun bentuk pribadi yang orang lain bisa lihat.
Setiap orang memiliki masa lalunya sendiri. Mungkin karena tentang manja, nyaman, kekayaan, kasih sayang. Atau mungkin juga tentang sepi, sakit, ditinggalkan, dan tentang semua hal yang pedih yang pernah terlewati.
Setiap orang memiliki masa lalu yang berbeda, dan tak ada hak bagi orang lain mengatur-atur hidupnya seenaknya.
Jangan melihat seseorang hanya sepintas.
Bogor, Juli 2020
108 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
"Kamu tidak bisa menghentikan atau menolak cinta yang datang padamu, akan ada orang yang tidak kamu duga ternyata ia mencintaimu. Mengharapkanmu dan mengupayakan untuk hidup bersamamu. Kamu tidak pernah memintanya, juga tidak pernah mengundangnya, ia datang padamu dengan nalurinya."
Berawal dari mata yang mengagumi parasmu, atau dari mata yang membaca tingkah lakumu, bisa juga dari telinga yang mendengar soal dirimu, dan ada juga yang berawal dari mata yang membaca tulisanmu. Semuanya wajar dan memang biasanya seperti itu.
Yang bisa kamu lakukan hanya menyikapinya, mengarahkan hatimu agar tidak mudah berbunga oleh semua yang datang. Seperti laki-laki yang bebas menentukan pilihannya, maka sudah menjadi hak perempuan untuk menolak atau menerima permintaan.
Andai seorang perempuan tau semahal apa perhatian dan hatinya, tentu ia akan sangat menjaga dan memberikan pagar yang kuat, agar orang tidak mudah masuk tanpa izin dan mengetuk. Andai laki-laki tau seberharga apa perjuangannya, maka ia akan sangat berhati-hati dan memilih mana yang layak ia perjuangkan, tidak sembarangan dalam memilih.
Semua akan berujung kepada saling menjaga dan terjaga. Indahnya islam dengan menjadikan setiap perjuangan menuju kebaikan yang di nilai pahala, dan setiap yang menjaga diri di nilai istimewa.
@jndmmsyhd
2K notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Noted
#tentangpernikahan: Sebuah Kilas Balik
“Setahun pertama pernikahan itu berat apa nggak, ya?”
Barangkali ini adalah sebuah pertanyaan yang sering kali kita pertanyakan sebelum menghadapi pernikahan. Barangkali ini adalah pertanyaan yang begitu ingin kita ketahui jawabannya jauh sebelum kita memutuskan untuk menikah.
Pernikahan.
Yang selalu erat dengan dua insan dan masa depan. Namun. Kita tak boleh melupakan. Bahwa setiap insan itu sebelum menikah memiliki kehidupan lain, yang mungkin kita tak pernah sekalipun mengetahuinya. Sebut saja masa lalu.
Dan pernikahan, sangatlah erat dengan tragedi masa lalu. Kok bisa gitu?
Tanpa sadar, segala perilaku kita ini seringkali dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang terisi oleh jejak-jejak rekam masa lalu. Tentang cerita-cerita yang pernah kita alami dan tanpa sadar tersimpan rapi di dalam pikiran yang paling dalam.
Tak jarang, kita memang masih menyimpan luka lama terkait masa lalu.
Dan akhir-akhir ini, entah kebetulan atau bagaimana, aku menemui beberapa postingan yang sama di media sosial membahas tentang kehidupan pernikahan, yang dipengaruhi oleh luka pengasuhan masa lalu. Yang kalau dibaca-baca, mungkin sangatlah relate dengan apa yang sering terjadi di kehidupan rumah tangga muda.
Dalam sebuah postingan, disebutkan bahwa perilaku yang sering menumpahkan kesalahan pada pasangan, atau sering membuat marah pasangan, dan menciptakan drama-drama dalam rumah tangga, yang mana disebutkan kalau tanpa drama seperti kurang lengkap rasanya, erat hubungannya dengan luka pengasuhan di masa lalu. Bahkan bila mengalami semua hal tersebut, seseorang itu bisa menjadi seperti bom yang siap meledak sewaktu-waktu jika tak dapat mengontrolnya.
Mengapa bisa terjadi? Ternyata, semua itu kemungkinan adalah akibat dari rekaman masa lalu yang sering melihat orang tua atau orang terdekat melakukannya juga. Sehingga diri ini ter-mindset untuk menganggap hal itu sebagai hal yang biasa dilakukan. Oh, kalau kita salah kita bisa menyalahkan orang lain. Oh, kalau kita lagi kesal kita bisa marah sama pasangan. Oh, hidup rumah tangga itu nggak lengkap tanpa drama dan marah-marah.
And many mores.
Trigger atau pemicunya? Bisa banyak hal. Dari yang kecil sampai yang besar, mulai masalah masakan yang nggak cocok sampai hutang finansial. Semua mungkin menjadi sumber penyebabnya. Bahkan keran bocor pun bisa jadi penyebabnya.
Dalam perjalanan rumah tangga, akan ada masa adaptasi awal. Di mana mungkin kita akan merasa kesulitan dengan hal tersebut. Apalagi hidup dengan seseorang yang memiliki kebiasaan berbeda. Kita pasti akan sering menganggap “loh aku dulu di rumah begini, maka sekarang pun aku akan menerapkan begitu juga di rumah tanggaku saat ini.”
Well, it’s a big no!
Jangan terbiasa untuk membawa sesuatu hal hanya karena terbiasa, kalau memang itu adalah suatu kesalahan, maka beranilah untuk mengakuinya dan tidak mengulanginya kembali.
Maka, di sini kita butuh sebuah komunikasi.
Pada awalnya, setiap pasangan pasti merasa sulit untuk berkomunikasi. Beberepa dari kita masih terlalu nyaman bercerita dengan ibu dan sahabat, sehingga tanpa sadar kita memperlakukan pasangan seperti orang asing. Sebelum menikah, mungkin kita baru mengenalnya dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun. Itu pun melalui perantara dan beberapa kali saja secara langsung. Namun, tidak pernah saling curhat atau menceritakan masalah pribadi.
Mungkin kita baru menyadari, ternyata hal itu begitu susah. Kita yang biasanya sering ceplas-ceplos ke teman, mengapa tak bisa seperti itu ke pasangan?
Maka, inilah saatnya introspeksi diri. Kembalikan segalanya kepada Allah Yang Mahakuasa. Segala ketentuannya adalah yang terbaik kita. Mungkin diri kita yang terlalu banyak tuntutan, serta terus mengharapkan kesempurnaan. Padahal saling melengkapi adalah tujuan dari setiap pasangan. Saling menutupi, ibarat pakaian.
Maka, sudah seharusnya kita tak lagi khawatir lagi. Karena menikah adalah pembuka pintu rezeki. Yang tidak bisa kita hitung dengan angka-angka lagi. Rezeki yang tak hanya sebatas uang, melainkan bisa dalam bentuk kesehatan, kecukupan dalam makanan, keamanan dalam rumah, serta ketentraman dalam kehidupan.
Awal dari setiap kebaikan pastilah banyak kesulitan. Tapi yang terpenting, untuk siapa kebaikan tersebut kita niatkan. Yaitu, untuk Allah Yang Maha Penyayang. Karena Dia-lah tujuan kita diciptakan. Tujuan kita menjalankan kehidupan pernikahan.
Selamat berproses, masalah berapa lama waktunya, tak usah dipikir, yang penting adalah nikmati momennya :)
_
Malang, 24 Juni 2020 | @shafiranoorlatifah
336 notes · View notes
lailazuhro · 5 years ago
Text
Tulisan : Jeda yang Panjang
Masa pandemi ini, adalah jeda yang panjang, bahkan mungkin terlalu panjang sampai-sampai kita bingung mau melakukan apa lagi, memikirkan apalagi. Sejak Maret, sebagian besar dari kita harus menarik semua kegiatan di luar, kembali berdiam diri di tempat tinggalnya masing-masing. 
Selama ini, kita sibuk menjalani kehidupan dari pagi sampai pagi lagi. Mengejar mimpi-mimpi kita di dunia ini. Kini, kita dihadapkan pada kondisi dan kenyataan bahwa mimpi itu mungkin harus ditunda, harus mengubah rencana-rencana besar yang sudah kita buat, menyusun ulang perjalanan, bahkan ada sebagian dari kita yang harus memulai segala sesuatunya dari nol, ketika mereka kehilangan pekerjaan.
Jeda ini, membuat kita berpikir, bagi yang mau berpikir tentunya. Berpikir lebih dalam dan lebih mengenal diri kita sendiri, sebenarnya sudah sejauh mana perjalanan kita, sudah memiliki bekal keahlian apa saja, apakah kita sudah cukup mandiri dengan tidak mengandalkan orang tua baik secara finansial dsb, apakah kita sudah cukup dewasa untuk mengambil risiko atas keputusan, dan banyak lainnya. 
Kita juga mulai mengenal lebih dalam, siap sebenarnya teman-teman kita dan seberapa banyak. Bagi orang yang terbiasa mengisi energi dirinya dari luar, memiliki kenalan begitu banyak, dari yang sebanyak itu, mungkin yang benar-benar hadir di saat kita tidak bisa bertemu dengan banyak orang, hanya sedikit. Dari yang sedikit itu pun, mungkin kita masih memilih dan memilah dengan siapa bisa bercerita dan cerita apa yang bisa dibagikan.
Jeda yang panjang ini juga membuat kita sadar bahwa di atas rencana kita masih ada rencanaNya. Siapa sangka, bahwa keadaan secara tiba-tiba berubah seperti ini. Dan kita menyangka, selama ini bahwa kerja keras dan upaya kita adalah satu-satunya cara menuju impian kita, ternyata tidak. Ada campur tanganNya yang membuat keadaan-keadaan di sekitar kita menjadi daya dukung untuk kita mewujudkan mimpi-mimpi tersebut.
Jeda yang panjang ini melelahkan bagi orang yang terbiasa berdiam diri di rumah. Selama jeda ini juga, kita akan tahu sebenarnya karakter kita seperti apa; rajin, pemalas, kreatif, apakah kita punya dorongan internal yang kuat, dsb. Karakter itu muncul dengan tak terbantahkan, mengingat kita tidak ada aktivitas luar lainnya yang memaksa kita untuk bergerak lebih. 
©kurniawangunadi
414 notes · View notes