minutesofmind
minutesofmind
MoM
6 posts
MinutesOfMind (MoM) merangkum dunia dan seisinya dari sudut pandangku. Siapa tahu, pandangan kita bisa saling bertemu.
Don't wanna be here? Send us removal request.
minutesofmind · 1 month ago
Text
Hatiku yang Terbolak-Balik
Bulan Mei lalu, abaya Nehhat Isha warna seashell sampai kepadaku. Ini adalah salah satu warna yang aku cari-cari (tapi masih ada warna lain yang masih kuincar sich). Merasa sudah bertubi-tubi paket abaya yang datang ke rumah kami, akhirnya aku bilang ke mas Opik, "Aku nggak akan beli abaya lagi selama 3 bulan ke depan kok". Alhamdulillah, sampai hari ini belum pecah telor!
TAPI, aku belanja barang lain hahaha. Tiba-tiba aku mulai tertarik nyobain khimar yang selama ini kuanggap bukan style ku berhijab (padahal belum tentu style ku benar).
Akhirnya datanglah khimar pertama yang kubeli dari kak Julia di @Julienne.idn!
Memang Allah Maha Membolak Balikkan Hati. Dengan entengnya aku bolak-balik khimar itu, kupakaikan ke kepalaku, sedikit kulipat pad nya untuk menyesuaikan dengan wajahku yang kecil, lalu beberapa detik mematut diri di depan cermin. Oke juga nih, batinku. Dengan langkah mantap aku berangkat untuk jalan-jalan ke luar mengenakan khimar. Itu adalah pertama kalinya belanja bulanan pakai khimar.
Tumblr media
Nggak berhenti sampai disitu. Suatu pagi aku sedikit terburu-buru sebelum berangkat kerja karena belum menyetrika kerudung segi4. Lalu, dengan cepat hati ini memutuskan. Aku mau pake khimar aja ah ke kantor. Bahkan aku masih kagum dengan keputusanku yang sangat cepat dan tanpa pikir panjang itu wkwk.
Jadilah hari itu menjadi pertama kalinya pergi ke kantor pakai khimar satu-satunya yang aku padukan dengan abaya Nehhat favoritku. Aku merasa aman dan nyaman. Lebih semilir dibanding saat pakai kerudung segi empat.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimushalihaat.
Hari selanjutnya, aku pakai lagi khimar yang sama. Pakai-cuci-kering, konsepnya. Juga, aku chat ke kak Julia. "Kak, khimarnya nyaman banget kupake! Pengen yang warna lain deh!"
Terbitlah invoice-invoice berikutnya :)
Tumblr media
0 notes
minutesofmind · 2 months ago
Text
Trauma dan Terima.
Sebelum lanjut ke ceritaku berabaya, mau bilang alhamdulillah dulu karena kemarin malam kami dapet pengalaman parkir di Blok M yang ternyata menjadi strategi paling buruk 😭😭😭😭😭
Tumblr media
Qodarullah sampe di area Blok M udah jam 16.30 tapi kami tetep nekat parkir di dalam gedung parkir Blok M Square.
Nggak pernah mengira kalau untuk keluar dari gedung parkiran ternyata butuh waktu 2 jam mengantre! Ditambah lagi, Moli (mobil kami) bensinnya tinggal 1 strip jadi kami harus berkorban matikan AC supaya tenaganya tidak terkuras.
Sambil merasakan aliran keringat di dalam abaya, aku komat-kamit baca doa, baca sholawat, dan dzikir. Minta pertolongan ke Allah karena kami nggak bisa bayangin kalau Moli harus mogok di tengah kemacetan yang nggak masuk akal ini 🥺
Tapi bener loh! Kalau kita minta pertolongan ke Allah sambil ikhlas dan ikhtiar, pasti Allah tolong. Aku berusaha menata hati supaya ikhlas dan nggak melontarkan kalimat penyesalan “coba tadi gini”, “seandainya tadi gitu”, “harusnya tadi kita gini”. Aku terima saja sambil beristighfar.
Setelah melalui antrean keluar gedung yang nggak masuk akal, kami disambut gerimis dan angin malam. Sepoi-sepoi membelai wajahku yang nggak jadi ngantuk saking gerahnya mengantre mobil tanpa AC.
Kami berhasil keluar dari area Blok M dan mengisi bensin untuk Moli. Inilah ujian penuntut ilmu. Harus berlandaskan ketakwaan dan keikhlasan. Merasa kerdil di hadapan Allah. Seperti aku semalam, yang merasa nggak punya kekuatan apapun selain minta pertolongan Allah dan berusaha semampuku.
Alhamdulillah bini’matihi tatimushalihat. Kita jadikan pelajaran dan kenangan trauma kechil dalam hidup ini yahhh 😇 *aku bukan anak Kalcer blok M ✌🏻
0 notes
minutesofmind · 2 months ago
Text
“Menjadi orang baik itu nggak cukup hanya dengan mengetahui kebenaran, namun harus mencintai kebenaran, menginginkan kebenaran, dan mengikuti kebenaran.”
Materi kajian pertama disampaikan dengan tenang, cara yang halus, dan tanpa ada unsur paksaan. Itulah mengapa, aku nggak mengalami penolakan di dalam hati saat ikut kajian pertama di Nurim. Semua materi aku catat secepat mungkin karena nggak pengen ada yang terlewat. Sambil mencatat, aku manggut-manggut, banyak beristighfar karena semakin merasa banyak khilafnya, dan sesekali terkekeh saat Ustadzuna menyelipkan humor di dalam penyampaian materinya. Semua dikemas dengan ringan sehingga bikin hati dan pikiranku segar sekaligus after effect nya selalu diakhiri dengan tertegun —testimoni dari orang yang tadinya selalu denial ikut kajian karena takut kena doktrin dll—
Akhirnya kami berangkat lagi untuk kajian kedua. Aku dan mas Opik berangkat berdua tanpa Pasutri Radal. Kali ini, aku mengenakan dress dengan kerudung pashmina. Kerudung yang saat itu sedang menjadi 'new style' ku. Aku pastikan pashmina itu menutup bagian dada. Benar, menutup dada tapi nggak menutup punggung. Leher belakangku sudah ngintip-ngintip. Nah, kalau minggu lalu aku sibuk menarik-narik kaos kaki untuk menutupi betis karena kulotku tersingkap, kali ini aku sibuk menarik-narik pashmina bagian belakang. Huft, lagi-lagi ribet juga yah. Padahal sudah tahu busana yang lebih afdol untuk dipakai saat kajian, tapi aku masih kebanyakan gaya.
Semenjak kajian itu, aku bertekad untuk pakai busana yang lebih sesuai di kajian berikutnya. Aku beli abaya dan kerudung segi empat syari pertamaku lewat online shop. Sudah beli, malah nggak berangkat kajian…….jiaaaakhhh!
Akhir pekan di bulan Ramadhan ternyata penuh dengan agenda. Beres-beres rumah, bikin studio gym di rumah (ini juga dalam rangka berolahraga tanpa keluar rumah agar waktunya bisa lebih banyak dipake ibadah biidznillah), persiapan mudik lebaran, mudik, dan lagi halal bihalal, lalu tiba-tiba sudah bulan Dzulqaidah. Dar der dor.
Ya sudah, berlarut-larut lah liburnya. Ah, terus kapaaan aku bisa pakai abaya dan kudung syar’i ku ini? Aku udah nggak sabarrrr, batinku saat itu.
Tumblr media
#reading it is not #hijrah #story but #selfimprovement #for Allah
0 notes
minutesofmind · 2 months ago
Text
Melakukan kebaikan itu harus karena Allah, kalau enggak, kita akan kecewa — Begitulah salah satu cuplikan dari isi kajian yang aku ikuti tiap Sabtu sore di Masjid Nurim Blok M. Mengingatkan diriku kembali bahwa memang udah waktunya berhenti mencari validasi, kecuali hanya kepada Allah alias mencari ridho Allah.
Tumblr media
Perjalanan pakaianku ini nggak lepas dari pengaruh orang-orang yang ada di sekitarku, selain suami sendiri ya.
Awal Februari, seorang Pasutri dari daerah Radio Dalam berkunjung ke rumah kami. Suaminya adalah sahabat mas Opik saat SMA. Aku sangat sumringah (lebih karena aku penasaran dengan sosok istrinya wkwk). Hari itu, aku dan mas Opik berusaha menyajikan makanan terenak untuk mereka supaya mereka nggak kapok main ke rumah. Sajian itu nggak kalah nikmat dengan kisah yang disajikan tamu kami. Hati kami penuh sesak, pikiran semakin meruncing kemana-mana. Sorenya, aku dan mas Opik lebih banyak merenung. Merasa perlu introspeksi diri sampai menyimpulkan: Oh, ternyata selama ini kami terlalu sibuk mengejar target duniawi. Melalaikan target akhirat yang lebih kekal dan menjanjikan. Saatnya kita melakukan perubahan. Jeng-jeng!!
Dua minggu kemudian (22 Februari) akhirnya kami berangkat ikut kajian di Masjid Nurim Blok M. Kajian ini juga berkat ajakan kesekian kalinya dari Pasutri Radal itu. Aku ingat betul momen-momen kajian pertamaku. Berempat kami lari-lari kecil menuju halte Trans Jakarta. Berdiri di bus, sebab kami nggak dapet tempat duduk. Pengalaman seruu bagiku.
Ba'da ashar, sampailah aku ke sebuah majelis yang kelak selalu menyirami akal pikiran dan hatiku dengan air yang sangat segar. Hari itu, aku selalu berjalan membuntuti teman baruku (istri dari sahabat suamiku tadi) yang sudah setahun belakangan ini rutin kajian. Melepas alas kaki, membelah kerumunan akhwat yang sudah lebih dulu memilih tempatnya, lalu duduk di saf depan. Beberapa orang menyapa sambil menyebut nama temanku ini sepanjang kami mencari tempat duduk tadi. Oh, banyak kenalannya disini ya. Siapa sih mereka? Semua orang yang baru datang dan melintas di depan mereka selalu disapa dengan salam. Semua berpakaian warna hitam. Kalau diperhatikan, jenis pakaian yang mereka kenakan pun memiliki model yang sama. Aku lebih suka menyebut potongannya menyerupai gaun daripada gamis lurus. Bentuk lengannya yang besar dan terayun-ayun bersamaan dengan gerakan tangan mereka membuat yang sang pemakai nampak anggun. Tak ada yang ketat, tak nampak aurat.
Hmmm, rupanya ini to cara mereka berbusana untuk hadir ke majelis ilmu. Rapi, tak berlebihan, sesuai syariat, dan aku pun terkesan! Aku menikmati kajian di hari pertamaku itu. Sambil tengok kanan dan kiri, kuperhatika temanku yang mencatat isi kajian dengan posisi duduk pewe. Hmm, kok lama-kelamaan aku nggak pewe ya wkwkwk. Aku mulai merasa nggak nyaman dengan pakaianku. Setelan tunik dan celana kulot dengan panjang yang nanggung di atas mata kaki -yang kalau dipakai duduk, pasti terangkat bisa sampai ke betis :) Aku cuma mengandalkan kaos kaki yang kutarik-tarik ke atas agar betisku nggak kemana-mana, huft. Ribet juga, batinku.
Oke, kajian pertama ditutup dengan lari-lari bareng ngejar Jak Lingko untuk pulang ke Radal.
0 notes
minutesofmind · 3 months ago
Text
Sibuk Mencari Validasi.
Aku sengaja lebih sering mondar-mandir melalui deretan meja VP & EVP divisiku. Dua orang dengan level jabatan tertinggi di gedung ini. Aman, batinku. Tak ada yang menegur caraku berbusana ke kantor sampai dengan hari ini. Lagi pula, untuk apa validasi dari orang lain? Toh aku telah berhasil melewati hari kedua berabaya ke kantor dengan pertolonganNya. Padahal, kali ini aku pakai abaya dengan potongan yang lebih longgar dan lengan yang lebar🥳
Tumblr media
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimushalihat. Betapa indah cara Allah ngasih reminder ke hambaNya. Mas Opik jadi orang pertama yang menjadi alasanku mengubah gaya berbusana lewat pujian berkedok reminder. Tapi, satu alasan ternyata belum cukup bagiku.
Kalau diingat-ingat, perjalanan gaya berkerudungku ini labil juga ya wak.
Tahun 2014 sampai 2021 aku berkerudung dengan cara menyampirkan sisi kiri -yang kubuat lebih panjang- ke bahu kanan. Sebut saja gaya kerudung yang menutup dada, meski aktualnya tak menutup dengan sempurna. Setelan bajuku juga suka-suka yang penting warnanya menarik dan modis (menurut zamannya). Aku percaya diri meskipun keluar memakai celana pensil atau atasan dengan lengan 3/4.
Memasuki 2022-2023, ternyata aku ganti gaya berkerudung agar lebih modis. Dua sisi kerudung kubuat sama panjang, lalu kuikat ke belakang leher. Dengan percaya dirinya mengumbar bagian depan dan belakang tubuh tanpa hijab. Kerudungku adalah definisi penutup kepala dalam arti sesungguhnya. Aku berhasil mengikuti tren dan merasa cantik dengan gaya yang kusebut mbak-mbak banget itu.
Tahun 2024 jadi salah satu titik balik. Dalam proses penjajakan menuju pernikahan, Mas Opik beberapa kali memujiku (memang itu keahliannya sih, pantas aku luluh wkwk). Namun, suatu hari dia bilang dengan santai dan lembut "Kamu bagus ya, kalau pakai kerudung menutup dada". Katanya, itu yang dia lihat dariku saat kami di kampus (kami pernah satu kampus, tapi itu cerita lain lagi ya gurls). Caranya mengoreksi dengan pujian itu berhasil membuatku tertegun dan akhirnya mengganti (lagi) gaya berkerudungku haha. Menyampirkan sisi kiri yang lebih panjang ke bahu kanan. Back to kerudung yang menutup dada ceunah.
Sejak saat itu, aku nggak pernah kembali ke gaya berkerudung yang mbak-mbak banget itu. Aku juga selalu mencari referensi kerudung dengan ukuran paling nggak 115x115 untuk dipakai. Namun, setelan bajuku masih saja suka-suka. Kakiku masih terumbar tanpa kaos kaki. Kalaupun berkaos kaki, pasti cuma sampai mata kaki. Semuanya demi estetika belaka. Pokoknya, ini salah satu hal yang paling sulit buatku. Aku masih tidak mengikuti syariat menutup aurat yang tepat (setidaknya menurut pengetahuan yang aku dapat). Mirisnya, aku menyadari itu, tapi aku belum mengikuti. Merasa percaya diri hanya karena sudah berusaha mengamalkan sunnah-sunnah, padahal yang menjadi kewajiban malah terlewat. Astaghfirulloh wa atubu ilayh. Inilah manusia. Inilah aku yang masih wara-wiri mencari validasi dari sesama manusia. Bukankah cuma validasi dari Allah yang sebenarnya aku butuhkan?
0 notes
minutesofmind · 3 months ago
Text
Abaya pertamaku ke kantor.
Tumblr media
Kalau biasanya aku bikin MinutesOfMeeting yang merangkum berbagai argumen dan sudut pandang dari orang lain, sekarang saatnya merangkum sudut pandangku.
Seperti biasa, aku mematut diri di depan cermin sebelum berangkat ke kantor sambil menilai penampilanku sendiri. Nggak bisa lama-lama, karena suamiku sudah mejeng di teras menunggu istrinya keluar kamar dan berangkat. “Bismillah” kataku sambil berusaha meyakinkan diri dan keluar rumah.
Tanggal 7 Mei 2025 jadi titik balik yang menguji keyakinanku sendiri. Berani nggak ya, pake abaya ke kantor? Bisa nggak ya, konsisten menutup aurat dengan cara yg sedang kujalani ini? Aku khawatir nggak nyaman saat kerja. Adakah niat selain karena Allah di dalam ketakwaan ini?
Astaghfirulloh wa atubu ilayh. Sehari sebelumnya, rasanya hati dan pikiranku sibuk, selaras dengan jari-jariku yang menari di atas keyboard laptop. Sibuk mengoreksi diri. Banyak ekspektasi yang seharusnya nggak perlu aku pelihara, sehingga malah bikin aku bilang “yah” padahal harusnya bilang “alhamdulillah”. Sibuk menelaah lingkungan yang sedang menjadi ladangku mencari rezeki. Saking takutnya kalau-kalau makin kacau, aku berulang kali baca sayyidul istighfar. Duh, moodswing banget deh rasanya 😞
Lalu, selama perjalanan pulang dari kantor ke rumah akhirnya aku bilang ke mas Opik “Besok aku mau ngantor pake abaya hadiah ulang tahun dr kamu ah”.
Woww, akhirnya keyakinan ini muncul! Namun, proses di belakang keyakinan ini juga panjang. Lumayan rumit, karena aku orangnya penuh pertimbangan. TAPI, pertimbangan apa itu hingga membuatmu ragu untuk bertakwa Nis? Islam itu memudahkan, tapi kenapa kamu merasa kalau ini rumit?
Pertanyaan-pertanyaan itu lambat laun terpecahkan sendiri seiring dengan hati dan pikiranku yang sedang belajar tumbuh. Nanti ya, aku rangkum lagi di MoM selanjutnya 😊
1 note · View note