Text
My biggest regret? Spending my scholarship fund for NOTHING. i wish I could make it deposito
0 notes
Text
Pray
I think Allah has ALWAYS answers ALL prays. First of all, He answers it immediately, if He thinks you could have it now.
The second, He answers it but wait a moment, just because He thinks you haven’t ready enough to have it.
And the last, He has the better one than you asked, because He thinks YOU DESERVE BETTER.
It’s just a matter of someone I’ve always mentioned in my prays, or someone who always call me in his prays.
But I hope, you and me has mentioned each other in our devout prays, to having each other in our best version.
0 notes
Text
can I tellin' you something now? Maybe it's my turn. I'm worrying right now. I just realize that I'm not the person who makes you happy. Realize that, everything that cost my entire life does mean nothing to you. Realize that, I'm just like a ghost, you never notice my presence nor absence. you never know what I've sacrifice to be with you. I'm worrying you too much. I'm caring you too much. I want everything best just for you. And yeah, I'm lovin' you that much But the worst thing is, I don't wanna realize that this relationship is going nowhere.
26102016
0 notes
Text
Dua Tiga
sejak Hari ini, resmi menuliskan 23 tahun di kolom usia. Tapi hati ini tetap tidak berubah. Yang ada kacaunya bertambah. Saya mencintaimu. Tapi saya tahu hubungan ini tidak bisa dibawa kemana-mana. Bahkan untuk marah saya rasanya tidak berhak. Untuk berpindah ke lain hati rasanya susah. Memang saya tidak dituntut apa-apa, hanya "jangan hilang". Tapi saya yang tersiksa tak menuntut, jangan kamu lupa saya juga punya hati. Yang mungkin nggak kamu tahu banwa masih kamu yang tinggal di sini. Bahwa ketika cemburu, saya hanya ditertawakan. Saya pikir kamu yang tak mengenal saya. Kamu pikir saya yang tak pernah berubah. Saya pikir, kenapa kamu tak menunjukkan usaha yang sedikit lebih besar lagi. Kamu pikir, kenapa usaha kamu tak pernah dihargai. Bahkan untuk memastikan bahwa kamu cinta saya saja saya tak bisa. Fine. Ingin rasanya menghilang, tapi takut ada yang kurang. Ingin meneruskan, tapi saya tak tahu kemana ujungnya. Bahkan mungkin kamu saja lupa bahwa hari ini hari spesial saya. Poor me. 24102016, 17.21
0 notes
Text
Ordinary Love
Mungkin memang tidak ada yang bisa saya banggakan dari cinta saya. Jika ia kusebut paling tulus, tetap saja terbersit sakit saat ia tak berbalas. Jika ia kusebut paling setia, masih ada seseorang yang rela menunggumu bertahun-tahun lamanya. Jika ia kusebut yang paling sabar, tak jarang saya merajuk jika kau anggurkan sebentar saja. Jika ia kusebut yang paling mengerti anda, tak mungkin anda berpaling, bukan? Lalu apakah ia bodoh, karena meski sudah kau sakiti berkali-kali selalu saja mengizinkanmu untuk kembali? Iya, bodohnya kamu melepas saya, tapi lebih bodoh lagi saya, yang masih selalu menginginkan anda. :)
16102016
0 notes
Text
Sincerely, I love You.
Segitu susahnya ya buat kamu menerima apa adanya aku? Ya memang saya nggak sepasrah dan se'nrimo' mangtan kamu. Nggak juga semodis yang satunya. Oftenly, I do some things in the extreme ways. Bisa jadi manis banget, bisa cemburuan parah. Bisa kangenan banget, bisa benci sebenci-bencinya. Mood saya juga bisa berubah secepat kilat. Dari bahagia banget, bisa sampe murung sejadi-jadinya. Tapi di antara semua, cuma kamu yang bisa mengendalikannya. Tapi kenapa saya nggak pernah bisa jadi satu-satunya?
30092016
0 notes
Text
Yang masih mengganjal di benak saya, sebenarnya apa sih maunya kamu? Tapi jika ditanya, pasti "saya tidak meminta apa-apa" jadi jawabmu. Jika dibilang tidak diperhatikan, yaa tetap saja setiap harinya kamu selalu menemani saya agar tak sendirian. Jika dibilang tidak prioritas, tetap saya yang kamu nomotsatukan. Jika ditanya masalah sayang, selalu saja kamu menyangkalnya. Tentang dia yang di sana, yang katanya sudah tak lagi saling berkabar. Nyatanya? Semu belaka :) Masih juga ada obrolan dengannya. Kamu tahu mengapa saya selalu bete dibuatnya, tapi tetap saja kau ulang-ulang :) Sampai kamu bilang mengenai janji kamu dulu. "Saya tidak pernah berjanji untuk setia, tapi sebisa mungkin akan mengusahakannya. Saya masih mudah tergoda." Ya memang. Saya tak berhak apa-apa. Ingin pergi tapi kamu selalu menghalangi. Sampai nanti saya lelah sendiri, tak peduli lagi apapun alasanmu nanti. Iya. Saya yang tertipu. Kamu yang masih mudah tergoda, dan kamu yang tidak mau berkomitmen. Katamu jalanmu masih panjang. Semoga saja :) Setidaknya, tak usah membuat saya merasa spesial, jika akhirnya hanya berujung sesal.
26092016
0 notes
Text
Tentang Hari Ini
Satu hari ini saya puas anda buat bingung, pusing, dan speechless. Saya tanya apa sebenarnya mau kamu, kamu bilang juga tak tahu. Saya tanya saya harus seperti apa, kamy bilang kamu tidak meminta apa-apa dari saya. Iya, sejahat itu kamu kepada saya. Lalu kenapa kamu harus datang lagi jika hanya berujung pergi. Lalu kenapa harus saya yang kau buat begini jika hanya menambah peri. Iya, bukan kamu yang memberi, tapi saya yang terlalu berharap. Dari awal memang tak pernah pergi dari hati. Sekecil apapun, tak bisa dipungkiri masih ada bagian dari diri saya masih mengharap kamu. Tapi setelah cerita tadi, rasanya mustahil. Tentang masa depan, tentang orang tua, dan tentang dia. Semuanya tertutur langsung dari mulutmu. Rasanya seperti membuka tabir ruang gelap yang tak berpenghuni. Tentang masa depan, yang saya tahu saya tak akan pernah kau buat di dalamnya. Ya memang, sejak dulu juga kamu tak pernah memuat saya di rencana masa depan kamu. :) Tentang hubungan saudaramu yang ditentang dan berujung perjodohan hanya karena mereka tak memberi restu. Apalagi saya? Yang notabene sudah pernah membuat masalah dengan mereka. Tentang titah mereka untuk kamu mencari seluas-luasnya, tanpa memberi harapan ke semua orang. Tapi kamu tak sadar, bahwa itu hanya akan membuat semuanya jadi lebih rumit. Tentang dia, yang ternyata tak sepenuhnya kau lepas. Begitu juga saya. Ah, kenapa saya baru saja sadar, Dan inti dari semuanya adalah kebodohan saya, yang selalu mengizinkan kamu datang dan pergi sesuka hati, tanpa pernah tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi. :)
Senin, 26 September 2016
0 notes
Text
Betapa suatu tempat dapat memanggil kenangan dengan begitu hebat. Malam ini, pukul sebelas malam. Menyusuri lorong rumah sakit yang sudah gelap. Mungkin bagi banyak orang memang menyeramkan. Bagi saya juga, hanya dari sisi yang berbeda. Menyerankan ketika ingatan-ingatan itu kembali terputar. Malam ulang tahun saya setahun yang lalu. Kamu memberi saya kejutan waktu itu. Padahal beberapa hari sebelumnya, kau bilang hubungan kita berakhir. Mengingatnya, sedikit banyak menyesakkan dada. Apa rasa itu masih ada? Ah, sudah cukup mengenang. Mari kembali pulang.
16072016
0 notes
Text
Malam Hari Raya
Bahwa saya selalu mendapat peran sebagai pecundang, yang tak pernah akan engkau kenang. Rasa steak itu masih sama, Tempat duduknya pun susunannya masih sama, Hanya saja kini kita sudah tak bersama. Memang sudah hampir setahun. Tapi rasanya sulit untuk melupakan. Masih sulit untuk berdamai dengan masa lalu. Tahun kemarin masih saya yang kamu ajak ke sana. Sedang tahun ini, sudah berganti dengannya. Sakit rasanya, ketika kamu sudah melakukan yang terbaik, namun masih saja kurang baginya.
5th July, 2016
0 notes
Text
Produk Gagal (?)
Akhir-akhir ini merasa hidup semakin sulit. Emosi semakin melejit dan rintangan-rintangan semakin membelit. Semakin ke sini semakin saya terpikir, mungkin saya adalah salah satu produk gagal. Saya tak terbiasa menghadapi kesulitan dan kegagalan. Hingga sesuatu yang mungkin sepele bagi orang lain, bisa menjadi pikiran saya selama berhari-hari. Kegagalan kecil saja bisa membuat saya ingin bunuh diri. Ekstrim memang, tapi begitulah adanya. Mungkin hidup kurang menempa saya. Mungkin saya dididik untuk tidak dibiarkan menghadapi kesulitan sendirian. hingga akhirnya sekarang, kesulian kecil saja saya tak bisa menghadapi sendirian. Saya tidak terbiasa ditegur, dimarahi atau apapun. Keluarga saya terlalu adem ayem, tak pernah berdebat. Hingga sekarang pun saya juga membenci perdebatan. Iya. Keluarga saya merupakan tipikal yang, membiarkan anak melakukan apa saja, asal tidak terlampau jauh melenceng dari jalur kebenaran. Jika pada akhirnya salah, maka saya akan menanggung sendiri akibatnya. Setelah akibat itu, terserah pula apakah saya akan melakukanya lagi atau tidak. Hmmm, bagaimana saya mendidik anak saya nanti?
01072016
0 notes
Text
Memang kejadiannya sudah lama. Tapi saya tetap ingin menuliskanya, karena sampai sekarang saya masih ingat bagaimana rasanya. Cerita ini masih berhubungan dengan pertengkaran saya dengan seseorang kala malam itu. Ya. Hari itu saya bangun seperti biasa, menuju rumah sakit dan beraktivitas seperti biasa pula. Sore itu, senior saya di kampus mengajak saya untuk menjemput delegasi dari Bali dan Manado untuk acara perkumpulan para residen. Saya tak punya alasan untuk menolaknya. Berangkatlah kami berdua ke bandara satu-satunya di kota saya. Sesampainya di sana, kami menyambut delegasi pertama dari Manado. Kedatangan kedua delegasi terpaut 2 jam lamanya karena keterlambatan pesawat. Saya dan senior saya pun mencari depot makan di sekitaran bandara, hanya untuk membunuh waktu bersama. Sesudahnya, kembalilah kami untuk menjemput delegasi kedua dari Bali. Ya memang perasaan saya sudah tak enak sejak di depot makan itu. Benar saja. Saya mendapati "seseorangku" dengan "bahagianya". Ah iya. Dia menjemput kedatangan tuan putrinya. Lucunya, bersama teman saya yang lain, kami pura-pura selfie untuk merekam kejadian itu. Yah, tak terbayang betapa luka di hati kembali menganga. Tapi ada rasa penasaran yang terbayar, bahwa saya bisa melihat langsung bagaimana rupa tuan putri yang dipilihnya. Putih, tinggi, semampai. Tetap saja, sang putri lebih tinggi dari sang pangeran. Sekilas tak ada yang spesial dari penampilannya. Tapi balik lagi, mungkin dia sebegitunya mencintai sampai-sampai lupa. Tak lama, delegasi kami tiba, segera saja kami berlalu tanpa lama-lama.
24062016
0 notes
Text
Toxic
Hi. Long time no see. How are you? Looks so great. How am I? Still buried in sadness. Pathetic, huh? Yes. I still blame myself for everything. Even though it doesn't worthy. Happiness that you gave doesn't proper with sadness that I've felt. For now, you're like a toxic for my soul.
12052016
0 notes
Text
Tentang Pertengkaran Malam Ini
Seseorang yang pernah singgah di hidupku, kembali mengisi hari-hariku. Tak berbeda dengan yang sebelumnya. Kini dengan cerita yang sama, dimana aku menjadi pemeran kedua. Tak dapat kupungkiri bahagia yang kurasa, tapi tak dapat pula kuelak sakit yang merasuk sukma. Bermula keinginanku untuk menyicip esgrim- begitulah aku menyebutnya, yang berujung kau tawarkan tuk menemani. Alhasil kita menuju salah satu depot eskrim favorit kita dulu. Awalnya aku sempat ragu karena tempatnya yang strategis dan memungkinkan untuk bertemu banyak kenalan. Tapi saat itu tak lagi kupikirkan. Iya. Rasanya harus jalan diam-diam dan berlumur ketidakjujuran. Akhirnya cita-citaku menyicip esgrim terlaksana. Semua berjalan lancar sampai kau sebut bahwa "bahagiamu" akan tiba besok. Iya. Seperti yang sudah lalu pula, selera makanku sontak lenyap jika kau ungkit tentangnya. Lalu aku berhenti makan. Dengan cueknya ia menyuruhku menghabiskan makananku, sambil sibuk membalas obrolan dengan bahagianya yang jauh di sana. Bisakah saya tidak marah? Tentu tidak. Kau memaksaku menghabiskan makanan, yang kutolak mentah-mentah. Bagaimana tidak, jika kau menyuruhnya sembari terus menatap telepon genggam. Kau mengancam tak mau mengantarku pulang. Yasudah. Aku keluar depot itu. Saya masih berharap dikejar dan diajak pulang, tapi sekian lama menunggu, hari semakin dingin dan gelap, akhirnya kutelepon taksi. Saat itu baru kamu keluar menghanpiriku. Terlambat. Taksi sudah kupesan. Aku masih berharap kau paksa untuk pulang bersamamu. Tapi tak begitu kenyataanya. Akhirnya di dalam taksi itu, kublok media yang menjadi satu-satunya sarana obrolan kami. Aku sakit hati. Iya. Aku tak pernah jadi seperti yang ia ingini. Tapi kenapa kau tak bisa menerima kurangku sebagaimana aku selalu memaafkan salahmu? Bahkan salah yang paling besar sekalipun yang sebenarnya tak akan bisa aku tolerir. Iya. Mungkin kamu sengaja agar beberapa hari ke depan saya tidak mengganggumu. Iya. Terima kasih banyak. tak lama masuk sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Isinya mengucapkan terimakasih atas blok dan semuanya, dan betapa speechless nya sang pengirim dengan kelakuan saya. SEKARANG TERSERAH KAMU. AKU TAK LAGI PEDULI TAK USAH LAGI MENCARIKU. Berhentilah menbuat saya sekonyol hujan, yang selalu berulang kali jatuh di lubang yang sama.
20042016
0 notes
Text
Selingkuh (2)
Pernahkah terlintas di benakmu, siapa yang memenuhi pikirannya saat sedang bersamamu?
Pernahkah terlintas di benakmu, siapa yang menenangkannya saat sedang bertengkar denganmu?
Pernahkah terlintas di benakmu, jika ia membalas pesan singkatmu di dalam pelukan orang lain?
Pernahkah terlintas di benakmu, tangan siapa lagi yang selalu mengisi ruas jemarinya kala ia gundah? Hey. Percaya kan, cinta lahir karena ada kesempatan, lalu perlahan terbiasa adanya? Tak munafik, dulu saya pernah dekat dengan seseorang yang sudah punya kekasih. Bukannya saya tak pernah terpikir bagaimana perasaannya jika tahu, karena saya juga wanita. Bagaimana jika saya yang berada di posisinya?
Hubungan itu berlanjut, membuat saya menjadi amat posesif. Saya sangat takut jika ia pun dapat berpaling dari saya. Berkali saya menasihatinya, jangan pergi ke orang lain jika ada masalah dengan saya. Biarlah kita selesaikan berdua. Namun seperti kutipan yang sering saya baca pula, what comes around goes around.
Hubungan saya pun kandas karena orang ketiga. Sakit memang, tapi tak dapat pula menyalahkan keadaan, karena sudah dimulai dengan kesalahan. Iya. Saya sudah pernah diselingkuhi menjadi selingkuhan. Maka dari itu saya tak mau gadismu menjadi korban selanjutnya.
04032016
0 notes
Text
Ketemu Lagi?
Selingkungan dengan mangtan memang agak gimanaaa gitu. Sering memutar jalan agar tak berpapasan, menghindari tempat-tempat yang sekiranya ia ada di sana. Tapi tak bisa dipungkiri pasti bakal ketlunyuk juga. Pagi itu, hujan turun dengan derasnya. Basah kuyup ketika sampai RS. Teringat advis konsulen untuk menyediakan darah untuk pasien yang pembiusan operasinya aku pegang. Menujulah saya ke ruangan lantai tiga tempat pasien saya dirawat. Hari masih lumayan gelap. Saat masuk ruangannya, terlihat sesosok manusia yang dulu sangat saya kenali, sempat terpikir untuk urung masuk, tapi teringat lagi advis konsulen tadi, zzzz Dimulai percakapan menanyakan perawat yang bertugas, tapi mungkin sedang keliling kamar pasien. Ternyata, dia juga memegang pasien yang sama denganku. Sial ! Setelah ribet menjelaskan dengan perawat yang marah-marah karena pasien harus mencari darah untuk persiapan operasinya, akhirnya aku yang diminta mengambil sampel darah pasien untuk kroscek. Karena tak mungkin sendiri, alhasil aku meminta bantuannya untuk menemani. Yah begitulah pagi itu, menyempatkan menengok teman kelompok yang juga dirawat di lantai itu akibat radang usus buntu. Yaaaa tahu sajalah apa yang terjadi kemudian. Dihapaki. Di jalan kembali ke ruangan pun ia sedikit bercerita hidupnya di stase mayor itu. Kuiyakan saja. Tak cukup sampai di situ. Di ruangan operasi pun, ia masih saja membantuku mendorong brankar pasien. Satu sisi saya senang, bisa memulai hubungan baik lagi meski sosmed masih saling block. Dan hal ini pasti akan terus berlanjut, dan hapakan itu juga pasti akan tetap ada.. Semoga nanti akan tetep bisa profesional begitu. Aamiin
01032016
0 notes
Text
Flatten
Makin kesini makin... Ya biasa aja. Semakin sibuk dan banyak kegiatan, semakin pula kau luntur dari ingatan. Kemarin sempat dengan pedenya aku mengomentari status bbm mu, semata agar kau berpikir aku pun tertarik dengan hal yang kau suka. Tapi ketika membaca balasannya, pusiiiiiing dengan istilah-istilah yang bahkan belum pernah aku dengar. Pathetic, huh? Yea, I like you, Kamu masih jadi motivasiku untuk cepat lulus, seperti yang kamu bilang dulu. Masih berharap sih pada akhirnya garis takdir kita bertemu. Tapi, Apa ini suka beneran, atau cuma penasaran?
31012016
0 notes