Conversation
Malangnya
Rose: Sepertinya benar bahwa aku telah..
Dinda: Rose-ku yang malang, kau memang terlalu mudah menyukai seseorang. Kau tidak pernah melihat kekurangan dalam diri siapapun pada awal-awal perkenalan. Semua pria di dunia ini, baik dan menyenangkan di matamu.
Rose: Hiks..
Dinda: Aku heran, dengan semua pengalaman percintaanmu itu, kau masih saja mudah percaya akan bualan dan omong kosong para pria.
Rose: Kebodohankulah yang melatarbelakangi semuanya.
Dinda: Cukup banyak orang yang berpura-pura baik, kita bisa menemukannya dimana-mana. Tapi yang berwatak tulus tanpa pamrih, hanya ada sedikit sekali. Kita bisa melihat sejatinya sikap seseorang dengan cara memujinya tanpa mengatakan satupun keburukannya.
Rose: Jelaskanlah..
Dinda: Well, ya, aku sebenarnya senang melihat Rain, dengan pembawaannya yang mudah tertawa saat senang, bisa bersikap ramah jika mau, meskipun ya, dia angkuh dan congkak, dia kerap menganggap diri lebih tinggi dan orang lain lebih rendah.
Rose: Aku tidak pernah mempermasalahkannya.
Dinda: Aku tidak merasa keberatan Rose, jika kau menyukai sifat-sifat yang dimilikinya. Pada saat tertentu, aku melihat keterbukaan sifatnya yang arogan, dingin dan pemilih. Kutebak dia muak pada sopan santun yang membosankan, sikap yang berlebihan. Atau mungkin dia juga menjauhi para perempuan yang berbicara genit dan berusaha keras untuk menarik perhatiannya. Lantas kau datang, Rose, dan dia langsung tertarik karena kau memang sangat berbeda.
Rose: Aku? Ya. Aku!
Dinda: Aku tak pernah menemui seseorang dengan banyak sifat seperti itu. Serius namun sangat santai. Sepertinya dia adalah pria yang baik yang mampu memperlakukanmu dengan baik, maka aku memberikan restuku kalau kau betul yakin akan memilih dia, well, ya, menimbang kebodohanmu karena pernah menyukai banyak pria bodoh.
0 notes
Conversation
Kepadamu, Rose
Rose: Jantungku berdegub kencang ketika dia datang.
Dinda: Oh Rose-ku yang manis. Sudah jelas bahwa kekagumanmu itu telah berubah menjadi cinta.
Rose: Cinta?
Dinda: Ya. Lihatlah betapa sekarang kau begitu yakin perasaanmu itu tidak akan diketahui khalayak umum, karena kau telah sebisa mungkin menjaga tingkah laku dan menunjukkan kepercayaan diri yang akan menghindarimu dari kecurigaan orang lain.
Rose: Aku akan malu sekali kalau orang lain menyadari kelakuan salah tingkahku.
Dinda: Hey! Padahal akan melegakan jika kau menunjukkan perasaanmu didepan umum, karena kadang menyembunyikan perasaan bisa merugikanmu dimasa depan.
Rose: Benarkah?
Dinda: Rose-ku yang manis, ingatlah bahwa kau adalah seorang perempuan, dan jika kau menutupi rasa sukamu pada seseorang, mungkin saja kau akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya, dan kau sungguh salah jika beranggapan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik di akhir.
Rose: Tentu saja itu harapku, dengam menjaga rasaku!
Dinda: Padahal.. Ada begitu banyak hal yang patut disyukuri, selain mampu merasakan tadi.
Ya, itulah mengapa perlu diusahakan, Rose.
Rose: Usaha untuk?
Dinda: Kita tidak selayaknya diam saja, kita semua bisa memulai dengan bebas. Maka menunjukkan sedikit rasa ketertarikan adalah hal yang wajar, Rose. Apalagi untuk hal sepenting cinta.
Rose: Malu!
Dinda: Di dunia ini, hanya sedikit wanita yang cukup berani untuk mengungkapkannya tanpa takut dianggap “tak tahu malu”.
Rose: Tapi..
Dinda: Ingatlah.. Pemikiran seorang wanita selalu sederhana, Rose. dalam sekejap melompat dari kekaguman menuju cinta. Dari cinta ya menuju pernikahan.
Rose: Ya, kau benar sekali. Tapi bukankah jika diawali degan niat yang baik harus melalui proses yang benar?
Dinda: Oh Rose. Kau janganlah membuatku tertawa lagi tentang pengabaian dalam proses pe-de-ka-te itu. Karena kebahagiaan dalam pernikahan adalah pertaruhan nasib, Rose. Itulah mengapa kedua pihak perlu untuk saling mengetahui sifat masing-masing. Namun bahkan, jikapun dia memiliki sifat yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, bukankah perubahan akan selalu muncul di setiap waktu?
Rose: Menjalin hubungan?
Dinda: Sungguh akan lebih baik jika kau mau mulai mengetahui diawal bukan? Mempersiapkan diri sajalah. Toh kau tidak berminat membeli kucing dalam karung.
0 notes
Conversation
Terang
Dinda: Bagaimana rasanya patah hati?
Rose: Yang pasti tidak bisa bilang biasa saja.
Dinda: Apa yang ingin kau lakukan padanya?
Rose: Menghujamkan belati kedadanya.
Dinda: Apakah kau sedendam itu padanya?
Rose: Tentu saja.
Dinda: Inginkah kau memaafkannya?
Rose: Tentu saja.
Dinda: Lakukanlah!
Rose: Aku masih menunggu.
Dinda: Penjelasan baiknya?
Rose: Tidak perlu. Apapun alasannya, hatiku sudah terlanjur patah.
Dinda: Lantas?
Rose: Aku masih menunggu karma membalasnya.
Dinda: Kejam!
Rose: Dia lebih kejam.
Dinda: Dunia akan buta bila semua orang yang hidup ingin menuntut balas.
Rose: Dunia akan damai bila semua laki-laki bersikap baik hanya kepada perempuan yang disukainya.
Dinda: Maksudmu?
Rose: Seandainya ada hukum yang mengatur game of heart. I will ask for the judge to kill him as my die too.
Dinda: Rela?
Rose: Keadilan adalah tuntutan setiap orang. Apapun pengorbanannya.
Dinda: Terus?
Rose: Nothing to say. Just die!
0 notes
Conversation
Menjadi Matahari
Rose: Aku kecewa padanya!
Dinda: Santai saja.
Rose: Aku benci dia!
Dinda: Tapi kamu juga cinta sama dia.
Rose: Aku ingin meninggalkan semua kenanganku dikota ini dengan pergi sejauh-jauhnya. Meninggalkan dia dan semua tempat yang hanya akan mengingatkanku padanya. Aku muak berada disini terlalu lama.
Dinda: Apa maumu?
Rose: Mauku, dia merasakan apa yang kurasa. Agar impas, agar adil. Aku menuntut keadilan pada Tuhan.
Dinda: Pendendam!
Rose: Apa masalahmu? Ha!
Dinda: Aku ingin kau memaafkan dia dan menerima kenyataan dengan berlapang dada.
Rose: Tidak semudah itu. Kau pernah patah hati?
Dinda: Siapalah yang tidak pernah?
Rose: Terserah kau saja. Aku akan terus menuntut balas melalui cara Tuhan. Takkan kumaafkan dia sebelum keadilan ditegakkan.
1 note
·
View note
Conversation
Kelak kau akan tahu
Dinda: Dia minta maaf padamu?
Rose: Tidak.
Dinda: Apa katanya?
Rose: Tidak ada.
Dinda: Lantas bagaimana?
Rose: Entahlah. Aku kecewa.
Dinda: Semua akan berbalik padanya.
Rose: Kuharap begitu. Kita lihat saja suatu hari nanti.
Dinda: Apa yang kau harapkan?
Rose: Dia merasakan apa yang kualami saat ini. Bila kelak dia jadi aku, dia akan tahu.
Dinda: Dia yang hanya singgah sejenak itu? Sedalam itukah rasamu?
Rose: Dia meninggalkan kenangan tak terlupa sekaligus duka yang tak kan dengan mudah dihilangkan begitu saja. Lantas aku harus bagaimana? Menerima semuanya dengan lapang dada? Melupakan dia begitu saja? Sementara ketika aku sedang terdiam di malam hari, aku mengenang semuanya tentang dia, aku ingat betul betapa sakit hatiku kepadanya. Tidak pantaskah aku meminta pada Tuhan agar membalas rasa yang sama padanya, seperti apa yang kurasakan saat ini? Tidakkah pantas aku meminta keadilan pada Tuhan? Oh! Apakah aku yang tengah berduka ini harus menempuh cara berupa diam menerima saja?
Dinda: Tak terhapus oleh waktu semua dendammu, sampai karma benar-benar berlaku. Bersabarlah dalam diam dan doa pada Tuhan, Rose. Jangan ragu akan keadilan-Nya.
Rose: Kupegang teguh nilai-nilai dalam hidup, namun kali ini, sungguh aku memohon ampun pada Tuhan atas doa-doa dan siasat burukku.
0 notes
Conversation
Rain mencintai Rose (?)
Dinda: Rose! Betapa beruntungnya dirimu!
Rose: Terimakasih.
Dinda: Rain adalah seorang pria yang menyenangkan, dan hampir setiap perempuan menyukai kehadirannya disetiap pertemuan. Sikap ramahnya dalam membuka pembicaraan, meskipun hanya tentang turunnya hujan (yang meskipun membuatku merasa bahwa topik semacam itu adalah percakapan terumum dan terdangkal) namun akan menjadi menarik jika pembicaranya ahli.
Rose: Ah, kau bisa saja.
Dinda: Menurutku ada banyak pria melakukan hal yang sama, menyatakan cinta melalui permainan kata-kata.
Tapi semakin dipikirkan, semakin aku menyadari bahwa hanya puisi-lah cara paling efektif untuk menyampaikan cinta.
Rose: Cinta adalah sesuatu yang sudah kuat sejak awal, ditambah puisinya, aku terpikat. Sementara untuk ketertarikan, (yang tentunya hanya singgah sejenak) aku yakin ribuan puisi pun tak cukup untuk mempertahankan.
Dinda: Tidak selayaknya aku menilai dirinya sejauh ini, tapi sejujurnya Rose, aku yakin dia selalu tahu harus mengatakan apa, juga mengabaikan apa yang dia rasa tak perlu untuk dibicarakan (kecuali untuk mengungkapkan sesuatu yang akan membuat seisi ruangan terkesan dan mengenangnya di masa depan).
Rose: Karena itulah aku menyimpulkan bahwa aku memang harus memikirkan keputusanku secara serius. Mempercayai lubuk hatiku yang terdalam, karena akupun percaya bahwa aku tidak sedang berpura-pura membuat seorang pria baik merana dengan cara menggantungkan jawaban terlalu lama.
Dinda: Dia adalah tipikal orang yang memberi pujian atas kejujuran, kalau kau benar cinta padanya, maka sampaikanlah secara terang.
Namun jika kamu bertekad untuk menjauhinya, sampaikan dengan santai tapi tegas, maka dia tidak akan menduga sikapmu sebagai siasat genit seorang wanita anggun yang sok jual mahal.
Rose: Umm. Semua orang berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri bukan?
Dinda: Ya. Itu hak-mu. Kita semua hidup di dalam masyarakat, dan aku adalah jenis orang yang beranggapan bahwa jatuh cinta adalah penghiburan terbaik untuk menikmati masa muda. Maka sesuka hatimu sajalah, Rose.
1 note
·
View note
Conversation
Dinda's POV
Rain: Kenapa kau begitu baik padaku?
Dinda: Bukan karena aku mencintaimu ya.
Rain: Sudahlah. Aku tidak yakin itu.
Dinda: Berhentilah bersikap sok tahu.
Rain: Sampai kapan?
Dinda: Sampai aku bosan.
Rain: Cinta tidak mengenal kata bosan. Kalau ada, lantas bagaimana cara ibu dan bapak kita bertahan bertahun-tahun lamanya melanggengkan makna cinta?
Dinda: Sampai aku muak!
Rain: Jangan main-main.
Dinda: Sampai kau mampu mengenang hal menyakitkan itu dengan baik, menceritakannya dengan tersenyum lapang, mengenang perasaanmu yang tak lagi utuh, yang seharusnya indah namun justru membuatmu terduduk patah hati atas perasaan yang sejatinya tak menuntut apapun itu.
Rain: Ah, kau bisa saja membuatku tersipu lantas malu pada kelakuanku sendiri.
Dinda: Maka sampai saat itu datang, aku akan berada disisimu, menjagamu, menjadi satu-satunya sandaran yang siap menampung keluh kesahmu.
Rain: Terimakasih sudah bersedia setia dan menjadi pendengar yang baik. Entah sampai kapan aku begini.
Dinda: Entahlah. Mungkin sampai kau menemukan cinta yang baru, cinta yang lebih baik dari dia.
0 notes
Conversation
Dia~Lo~Gua
Rose: Sejak awal. Katakanlah sejak pertama kali aku berjumpa denganmu.
Perangaimu, yang mencoba memikatku dengan keangkuhanmu yang memuakkan itu, cerita-cerita hidupmu yang membosankan, tipu dayamu, dan sikap acuh tak acuhmu pada perasaan orang lain, semua itu menjadi landasan kebencianku padamu; dan bahkan sebelum sebulan aku mengenalmu, aku sudah tahu bahwa kau adalah pria terakhir di dunia ini yang ingin kunikahi.
Dinda: (Didalam hati) Makian Rose itulah yang paling ingin kuhentikan saat mendengarnya. Tetapi keadaan dirinya bukanlah hal utama yang harus diperhatikan.
Aih, lhatlah pria dihadapannya itu, masih terdiam beberapa menit, sampai kemudian pria itu berbicara dengan suara lembut tapi tegas.
Rain: Aku yakin bahwa kamu sejak tadi telah mengharapkanku untuk pergi dari hadapanmu. Karena aku sendiri tidak punya alasan untuk tetap berada disini, kecuali untuk sebuah harapan yang tulus.
Seandainya saja ada satu-dua kata yang bisa kukatakan atau kulakukan untuk meredakan kemarahanmu, tapi aku justru menyiksamu dengan harapan kosong, aku hanya menyia-nyiakan masa mudamu.
Aku malu pada kelakuanku yang tak mampu memahami perasaanmu.
Karenanya maafkanlah aku, Rose.
Selamat tinggal.
***
Bersama salam perpisahannya, pria itu melangkah keluar.
Rose memandang kepergiannya dengan penuh penyesalan, dan ketika teringat pada kata-kata yang terlanjur terucapkan, dia menangis sesegukkan.
Perasaannya semakin hancur karena dia menyadari bahwa tidak sekalipun dia memupuk harapan bahwa semua akan bisa dikembalikan seperti semula.
Karena dia benar-benar bermaksud untuk membiarkan pria itu pergi dari kehidupannya.
***
Dinda: (Dalam hati) Semua ini tampak jelas setelah berakhir begitu saja.
Menurutku, Rain memang memiliki pesona yang cukup untuk memikat Rose, hanya saja Rain bukanlah jenis orang yang akan memutuskan untuk mendekati seorang perempuan dengan niat menikahi.
Mudah untuk memahami perilaku dan cara berfikir perempuan untuk kemudian dijadikan mangsa empuk untuk dipermainkan.
Tetapi tidak bagi Rose.
Dia mampu menyadari bahwa kisah asmara indahnya hanyalah palsu belaka.
Dia merasa telah tertipu, hatinya terlanjur hancur berkeping-keping.
0 notes
Text
Rose's feel #dinda
Sulit untuk menggambarkan perasaan Rose ketika tengah menceritakan tentang Rain, apakah kegembiraan atau kepedihan yang lebih banyak menguasai hatinya. Kecurigaan samar-samar akibat pertanyaan yang menggelitik akalnya mengenai kebaikan tanpa tara pria yang dikhawatirkannya merupakan tindakan yang dipicu oleh kebaikan dengan maksud tertentu, sekaligus memberikan beban budi yang berat. Rose masih tak bisa mempercayai bahwa di dunia ini ada orang yang tulus melakukan semua hal hanya demi seorang gadis yang bahkan tidak bisa disentuh maupun dimilikinya. Hati Rose membisikkan bahwa Rain melakukan semua hanya untuk dirinya. Tetapi harapan itu segera terpupuskan oleh pertimbangan yang lain. Rose segera menyadari bahwa demi harga dirinya, demi gengsinya, bagi dia yang pernah mengabaikan Rain, tidak cukup untuk membayar kebaikan dengan ucapan terimakasih. Meskipun dia masih bertanya-tanya, apakah kesalahannya karena sudah bertindak tak tahu diri itu dapat dimaafkan. Alasan utamanya mungkin karena ada rasa cinta yang kemudian mendorong tindakannya untuk menjaga jarak dengan Rain. Sungguh benar-benar mengganggu mengetahui bahwa kita memiliki utang budi kepada seseorang yang tidak akan pernah bisa terbayarkan. Bagaimanapun juga, Rose bangga karena Rain mampu digerakkan oleh rasa simpati dan kebaikan hatinya dalam membantu sesama. Kata-kata tidaklah cukup untuk untuk mengungkapkan semuanya tapi berhasil memuaskan rasa bersalah Rose. Dia bahkan menyadari, jauh di lubuk hatinya ada kegembiraan bercampur penyesalan. Dia menyadari ada perasaan yang tragisnya sedang berusaha dia hilangkan di usianya yang semuda ini.
0 notes
Conversation
Curcol of Rose #labil
Dinda: Aku sudah katakan padamu jauh-jauh hari, Rose..
Bahwa terlalu mencintai seseorang dapat menyakitimu, bahkan membunuhmu.
Rose: Kau bisa diam tidak?
Sepertinya kau tidak perlu lagi menceritakan berbagai contoh kisah semacam itu di dunia, aku sudah lihat sendiri dari berbagai media yang ada!
Namun, apa pentingnya mencintai seseorang, jika tidak sepenuh hatimu?
Dinda: Kata-katamu itu selalu berulang-ulang, kau selalu membantah kebenaranku.
Kau menyebalkan sekali, Rose!
Rose: Meski menyebut namanya membuatku terluka, melihat wajahnya membuatku terluka, segala apa yang membuatku mengingatnya membuatku semakin terluka, pain demands to be felt, karena dia sudah terlanjur datang dihidupku.
Dinda: Rose, aku tahu kau tidak butuh seseorang yang hanya datang sesekali kemudian pergi berkali-kali, melainkan dia yang datang untuk bertahan disampingmu, setiap waktu.
Rose: Sialnya dia sudah terlanjur menjadi seseorang yang kenangannya memilih untuk bertahan dikepalaku, padahal dia adalah orang yang tidak mengerti janji yang sudah dibuat sendiri.
Dinda: Artinya, menurutku dia tidak bersungguh-sungguh!
I'm sure you know that you can never have him, Rose.
But why you keep that old feeling in your heart?
Rose: Love is a gift from God.
Dinda: Love is not what people called a gift because its not working on you!
0 notes
Conversation
Rose dan Dinda #pertemanannyanganeh
Dinda: Rose, aku tidak pernah menganggap jarak sebagai alasan penghambat pekerjaan. Maka aku tidak yakin bahwa kau mengambil keputusan karena ingin tinggal berdekatan dengan keluargamu.
Rose: Sok tahu betul kau ini, Dinda!
Dinda: Pasti ada alasan lain. Ya, meskipun aku juga setuju dengan mengatakan bahwa seorang wanita tidak akan bisa hidup nyaman jika tinggal berjauhan dengan keluarganya.
Rose: Itulah mengapa kau bertahan di kota ini. Aku bahkan tidak tahan berlama-lama berada disini.
Dinda: Ya, kau pun tentu sadar bahwa jauh dan dekat adalah sesuatu yang relatif dan tergantung pada berbagai situasi.
Ketika seseorang memiliki uang untuk membayar seluruh biaya perjalanannya, maka jarak tidak menjadi masalah.
Dinda: Aku tidak punya sanggahan atas pendapatmu.
Dinda: Rose.. Aku tahu kau mencintai pedesaan dan buku, dan kau menjadikan keduanya sebagai sumber utama penghiburanmu atas keresahan yang disebabkan keluh kesah mereka yang tak memahamimu.
Rose: Mereka yang kerap mengatakan "bekerjalah mati-matian!" Sialan!
Tentu saja menurutku pekerjaan yang kulakukan saat ini bukanlah jenis kebahagiaan yang umumnya dimiliki gadis muda seumuranku, tapi seorang filsuf sejati memang selalu menghibur diri dengan memanfaatkan apapun yang tersedia.
Dinda: Tapi kau tidak boleh memiliki keterikatan sekuat itu dengan lingkunganmu, Rose. Kau tidak bisa selamanya tinggal di tempat kelahiranmu.
Rose: Hak-ku, Dinda!
Dinda: Berpetualanglah! Jelajahi bumi bukan untuk menemukan siapapun, melainkan untuk mencari peruntungan kebahagiaan yang lebih diatas segala, Rose..
0 notes
Conversation
Dialog Rose dan Dinda
Rose: Lelaki keparat!
--Seru Rose; masih dalam dendam rindunya--
Dinda: Dulu kau sendiri yang begitu bersemangat mengejarnya sampai jauh! Tapi lihatlah kau sekarang. Tersesat, tak bisa pulang.
Masih berjuang, sendiri, menahan, dia; didalam hati.
Rose: Kau yang seharusnya mendampingi dia dengan baik!
Dinda: Kau fikir aku dan dia saling cinta? Kami hanya berteman!
Rose: Perempuan jalang! Kalau begitu berhentilah menggodanya. Lihatlah betapa dekat kau dengannya. Setiap hari menempel seperti parasit!
Dinda: Aku hanya bertugas mengamati perasaan Rain yang sesungguhnya. Dia tidak bahagia tanpamu!
Rose: Sok tahu!
Dinda: Dia memang membiarkan siapapun yang mencoba berdiri disampingnya selalu ada. Seperti keberadaanku.
Namun lihatlah, dia pelan-pelan pergi.
Betapa dia sendiri mendambakan perhatian perempuan selain aku, dan itu adalah kau Rose!
Rose: Teruslah memperjuangkan dia!
Dinda: Kau ini benar-benar bodoh ya! Sebagai seorang lelaki yang tidak pernah benar-benar jatuh cinta sebelumnya, Rain baru merasakan hangatnya cinta yang ‘sejati’ padamu!
Rose: Hah? Apa katamu? Menggelikan!
Dinda: Karena kau memang jauh lebih dewasa dan matang, kau memang tampak jauh lebih tenang menghadapi sikap Rain dibanding saat kau mengalami kisah sebelum-sebelumnya.
Rose: Sok tahu!
Dinda: Saat ini Rain masih begitu hanyut dalam kenangan manis bersamamu dan menyanjung-nyanjung kau diatas semua perempuan.
Rose: Ah, diamlah!
Dinda: Butuh waktu untuk melihat betapa penyesalan Rain akan membahayakan kesehatannya.
Rose: Kau tahu kan bahwa aku tidak bisa bersamanya?
Dinda: Namun lihatlah kelak, kau pasti gagal setelah mencoba menjauhi dia dengan cara ini.
Alangkah beruntunglah orang-orang yang memperjuangkan seseorang yang begitu berarti, pasti akan terasa jauh lebih memuaskan daripada menyesal karena tidak pernah mencoba sama sekali. Pikirkanlah baik-baik Rose, atas apa yang kau lakukan saat ini.
0 notes
Quote
Aku rindu akan gelisahnya hatiku menunggu balasan pesanmu.. Aku rindu saat wajahku tak lelahnya ditarik senyum berhari-hari setiap kali kita selesai berbicara meski sebentar saja.. Aku rindu pada debar yang luar biasa saat senyum manismu itu menghadiahi mataku.
My Rain
0 notes
Quote
The best relationship is when you two give each other that specific stare and just smile. It's when you two can act like lovers and best friends. It’s when you two have more playful moments than serious moments. It’s when you can joke around, have unexpected chat and random call. It’s when you two give each other that specific stare and just smile. It’s when you’ll rather chill inside to watch stars, eat food, and go out all the time. It’s when you’ll stay up all night just to settle your arguments and problems.
It’s when you can completely act yourself, Rain!
0 notes
Quote
I’ve learned to just keep it all in. But not now as the last of my words. I won’t ask for you to promise me forever. I won’t ask you to treat me as if I’m a princess, but I’ll ask you to promise me that you’d remember me forever, that I’ll be somewhere in your heart no matter how long time goes by, that even if you moved on, we won’t be strangers. That you’d give us another chance. If that day you have no one, I won’t be waiting for you.
Rose feeling
0 notes
Quote
I hate perfect love story, just like you Rose. Love doesn’t work the way they do on fairytales. Will they, won’t they, and then they finally do and they’re happy forever. Give me a break. Nine out of ten of them end because they weren’t right for each other to begin with and half the ones who get married get divorced anyway, and I’m telling you right now through all the stuff, I have not become a cynic. I haven’t. Yes, I do happen to believe love is mainly about pushing chocolate covered candies, and you know, in some cultures, a chicken. You can call me a sucker.
My Rose
0 notes
Text
Rose-ku yang manis #Dinda
Rose-ku yang manis, kau baik sekali. Kau manis dan tidak mementingkan diri sendiri. Aku tahu kau bersedih, tapi ini hanya akan berlangsung sebentar saja, dia akan kau lupakan, dan persaudaraan kita akan kembali seperti dulu. Aku tidak meragukan kekuatan hatimu, Rose. Dia mungkin akan hidup didalam kenanganmu sebagai pria paling menyenangkan. Tapi itu saja. Hanya itu saja. Aku tidak punya kekhawatiran ataupun keraguan selain mempercayai bahwa sebentar lagi keadaanmu akan membaik. Aku tidak punya pengetahuan untuk menilai keadaan dan alasanmu, melainkan sifat-sifat yang sudah kuperhatikan selama ini darimu. Bahwa gadis periang sepertimu selalu mampu menyembuhkan diri sendiri. Hanya ada sedikit orang yang benar-benar kucintai, dan lebih sedikit lagi yang kuanggap baik. Kau adalah keduanya. Semakin banyak aku bertemu manusia, semakin aku merasa kecewa, dan setiap hari yang berlalu menegaskan keyakinanku bahwa sifat manusia begitu mudah tergoyahkan, dan betapa sulit kita percaya pada kebaikan dan kerendahan hati. Kerendahan hati seringkali hanya menjadi ungkapan semata, dan terkadang justru disampaikan dengan menyombongkan diri secara tersirat, yakni dengan sangat bangga membicarakan kekurangan. Berulang-ulang membicarakannya, padahal bermaksud menyanjung diri sendiri. Bicara tentang keangkuhan, Rose. Menurutku setiap orang punya alasan untuk bersikap angkuh. Bahkan tidak ada yang berhak menyalahkan sikap buruk yang umum, karena keyakinan bahwa itu adalah hak setiap orang. Aku pun bisa dengan mudah memaafkan keangkuhan orang lain. Selama dia tidak menjatuhkanku. Melalui berbagai interaksi, banyak orang yang rentan terhadap keangkuhan, dan hanya segelintir yang tidak menganggap dirinya lebih unggul dalam beberapa hal, dibandingkan dengan yang lain. Baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Oh iya Rose, kesombongan dan keangkuhan adalah hal yang berbeda. Meskipun kedua kata ini kerap dianggap sama. Seseorang bisa menjadi angkuh tanpa menjadi sombong! Keangkuhan terkait dengan anggapan kita terhadap diri kita sendiri. Sementara kesombongan selalu hadir mengikuti kepandaian.
0 notes