Photo
At last, i can afford this cute little spider story
16 notes
·
View notes
Photo

I m in a crowd, be like...
1 note
·
View note
Text
All great animes are coming this season when i need to work harder on my studies. O. K.
2 notes
·
View notes
Text
Waiting for sunrise,
When it rises, i hope for sunset.
Waiting for sunset,
When it ends, darkness makes me sad.
Such a lovely gift, so why don't i want it?
1 note
·
View note
Text
Light Novel Juni Taisen: Zodiac Wars
Character Information
(Contains Spoilers)
955 notes
·
View notes
Text
When you feel a little blue, remember, you are not really blue but skin colored. Oh. No, it might be a little blue. Yeah, your veins.
(bad grammars, not an native english speaker)
(sorry for reading this random stuff, but thank you for your time :)
3 notes
·
View notes
Text

Edit this amazing LN drawing
Source: https://fioret.wordpress.com/2017/11/11/kumo-desu-ga-nani-ka-vol-7-illustrations/
0 notes
Text
Love my keypads backround :)
1 note
·
View note
Video
tumblr
inspired fom pop up flower and paper cone, voila, a failure. lol
1 note
·
View note
Text
#4 Cinta
PERINGATAN: Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Komunikasi Ilmiah, harap maklum jika konten tidak selaras dengan konten-konten non tugas milik penulis.
“Apa itu cinta? Apakah kamu pernah merasakannya? Apa yang kamu rasakan saat jatuh cinta? Lantas, apa kamu tahu mengapa cowok susah mengungkapkan cinta?”
Semua pertanyaan di tersebut hanya menggunakan satu jenis kata tanya saja. Namun, entah mengapa sepertinya jika mengenai cinta menjawabannya menjadi sangat sulit, atau tidak?
Semua pertanyaan tersebut sudah dicoba ditanyakan pada 20 orang responden mahasiswa dan ya, ternyata memang benar pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup membuat mereka kebingungan. Walaupun salah satu alasan utamanya karena kami dikira ngeramdom, haha. Dari 20 orang yang kami tanyakan, mereka memiliki berbagai pemahaman yang berbeda tentang pengertian cinta bagi diri mereka sendiri. Namun, kebanyakan sepakat bahwa cinta itu adalah sebuah perasaan. Perasaan menyayangi, mengasihi, suka akan tetapi hanya ilusi, dana dan abstrak. Terkadang membuat responden selalu memikirkan objek cintanya dan merasa deg-degan dan berbunga-bunga, tetapi juga membingungkan. Ya, katanya responden sih begitu...
Namun, ternyata tidak semua responden pernah merasakan jatuh cinta, ehm, apalagi menyatakan cintanya. Hal ini sering terjadi di kalangan muda, suka dan memiliki perasaan lebih tapi tidak atau kesulitan menyatakan cintanya. Seperti pertanyaan di awal tulisan ini, mengapa hal ini terjadi? Dari 20 eesponden yang diberi pertanyaan in. 11 orang cewek dan 9 orang cowok memiliki jawaban yang hampir sama tetapi berbeda. Pada responden cowok, 8 menyatakan takut dan 5 di antaranya takut ditolak, lalu 2 orang menyatakan perbedaan prinsip menjadi alasan mereka tidak menyatakan perasaan tetapi 1 orang menjadikan logika sebagai alasan. Untuk responden wanita pun,7 orang setuju bahwa alasan takut ditolak menjadi alasan utama cowok tidak menyatakan perasaannya. Selebihnya perasaan ego dan gengsi menjadi alasan yang cewek pikir menjadi alasan cowok tidak menyatakan perasaannya.
1 note
·
View note
Text
#3 Moral dan Etika
PERINGATAN: Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Komunikasi Ilmiah, harap maklum jika konten tidak selaras dengan konten-konten non tugas milik penulis.
Apa itu moral dan etika? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diambil dari http://kbbi.web.id/, beginilah pengertian kedua kata tersebut.
moral/mo·ral/ n 1 (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila: -- mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan; 2 kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yang tinggi; 3 ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita;
etika/eti·ka/ /étika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
Dari pengertian pada KBBI tesebut, dapat disimpulkan bahwa moral merupakan nilai yang umum diterima tentang baik dan buruk dan etika merupakan ilmu untuk menjalankan moral. Karena statusnya sebagai nilai, moral yang berlaku pada suatu daerah dapat berbeda dengan daerah lain. Mungkin seperti ungkapan “adat orang Timur dan orang Barat berbeda”. Orang Barat seperti di Eropa atau di Amerika Serikat memanggil orang dengan nama walaupun itu kepada orang tuanya sendiri, sedangkan kalau orang Timur seperti kita, hmmm... mungkin ada sendal melayang, haha.
Terkadang nilai moral dan etika yang harusnya umum diketahui oleh masyarakat sebagai tindakan buruk menjadi abu-abu karena sering dilanggar, seperti perilaku menyontek. Menyontek sendiri merupakan tindakan “mengutip (tulisan dan sebagainya) sebagaimana aslinya; menjiplak” yang jika dilihat dari nilai moralnya termasuk tindakan buruk karena merupakan bentuk kecurangan plagiarisme. Namun nyatanya perilaku ini masih dilakukan oleh pelajar seperti mahasiswa yang menjadi responden dari survei yang pernah dilakukan seperti berikut.
Apakah anda pernah menyontek?
Apakah menyontek tindakan yang baik?
Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan pada 20 responden. Hampir 50% mengatakan pernah melakukannya karena desakan deadline atau tugas yang terlalu banyak sehingga kurang waktu mencari referensi. Ada pula yang melihat laporan lain untuk menjadikannya patokan format laporan, tetapi ada pula yang terpaksa karena sebelumnya terlanjur malas. Untuk responden yang mengaku tidak menyontek kebanyakan karena lebih memilih me ngerjakan sendiri dibanding menunggu atau mencari sontekan yang terkadang memang sulit didapat. Selanjutnya alasan apakah perilaku menyontek itu baik atau buruk? Banyak yang menjawab tidak dan tergantung situasi, tetapi sebagian besar pemberi jawaban tergantung beralasan seperti tersebut jika karena rasa malas dari diri penulis laporan bukan karena deadline laporan.
0 notes
Text
#2 Makna
PERINGATAN: Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Komunikasi Ilmiah, harap maklum jika konten tidak selaras dengan konten-konten non tugas milik penulis.
Sebenarnya interpretasi lagu itu berbeda-beda pada tiap individu apalagi jika kondisi jiwanya berbeda. Aku tidak tahu apa maksud dari lagu ini bagi penulis, tapi menurutku, makna yang aku tangkap dari lagu ini yaitu tadi euforia kebebasan. Kebebebasan tentang apa itu dapat berbeda-beda. Kenapa? Karena pada liriknya terdapat kata-kata “Terasa lepas... Tancap! Melesat di jalan... Angin menerpaku, serigala lepas”. Kemudian pada lirik “kilometer terakhir” yang mengisyaratkan yang ditempuh sudah jauh dan akan tiba pada akhirnya. Namun, bait terakhir yang berbunyi “Hampir esok, seperti kemarin, kilometer terakhir” membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dikejar atau yang ingin diraih penulis lagu berulang-ulang? Mungkin menjadi euforia akan kebebasan yang sebentar lagi didapatkan maka akan dikejar terus menerus.
Bagi diriku sendiri, aku memaknainya sebagai pencapaian akan akhir dari mimpi/ tujuan hidup. Karena ini yang terakhir, sebentar lagi semuanya selesai, aku akan mengejar untuk menggapainya dalam penuh kebahagian. Apakah benar seperti itu atau tidak, tidak apa-apa, tetapi menurutku aku dapat menemukan motivasi dari lagu ini.
NB: Sekarang aku terkena earworm lagu ini, haha. Mungkin bisa seminggu aku menyanyikannya di kepalaku. Kilometer terakhir!
0 notes
Text
#1 Komunikasi

PERINGATAN: Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Teknik Komunikasi Ilmiah, harap maklum jika konten tidak selaras dengan konten-konten non tugas milik penulis.
Komunikasi. Pada saat tugas menulis tulisan populer mengenai komunikasi diberikan, aku merasa kebingungan. “Apa aku bisa menulisnya, aku bahkan kesulitan untuk berkomunikasi saat membeli makanan di mang-mang jajan atau warteg? Orang-orang juga sering melongo saja saat aku ajak mengobrol. Bagaimana bisa menulis suatu tulisan yang bisa menjadi tulisan populer?”. Untuk tulisan sendiri, hanya laporan yang selalu kuperhatikan sitasinya saja, yang aku sering buat. Menulis dalam media sosial pun jarang dan dapat berkonsentrasi dalam membuat tulisan yang padu juga tidak. Coba cek saja paragraf ini, kemungkinan besar sudah beralih gaya penulisan tanpa aku ketahui, haha.
Pada akhirnya aku berpikir, apa yang sebenarnya membuatku tidak bisa berkomunikasi dengan baik seperti teman-teman lainnya? Tidak perlu dibandingkan dengan orang yang kharismatik dalam berbicara, siapapun yang awam disekitarku saja. Apakah suara, intonasi, kata atau bahkan kalimatku yang tidak jelas? Atau keseluruhan pada diriku, haha? Lalu bagaimana aku bisa belajar untuk mengubahnya? Sebagai seorang bakal calon saintis (masih bakal, harap maklum), pendekatan masalah berkomunikasiku akan aku lihat dari definisi komunikasi itu terlebih dahulu.

Komunikasi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin commūnicāre, yang berarti berbagi (to share) atau menyamakan sesuatu (to make common). Nah, masalah akan muncul ketika ada penghambat yang membuat suatu informasi tidak bisa dibagikan atau disamakan antara pengirim dan penerimanya. Dalam teori yang ilustrasinya dapat dilihat di atas, hambatan dan kesulitan yang mengurangi ketersampaian dalam komunikasi itu disebut dengan noise atau gangguan komunikasi. Noise dalam komunikasi inilah yang menyebabkan suatu pesan yang diterima tidak sesuai dengan pesan awal. Jika boleh dibedakan, noise dapat terjadi karena alasan seperti:
• Environmental noise atau gangguan fisik seperti karena adanya suara keras atau kebisingan
• Physiological-impairment noise atau gangguan kekurangan fisik seperti tunarungu atau tunawicara
• Semantic noise atau gangguan makna karena adanya perbedaan pemahaman makna kata.
• Syntactical noise atau gangguan karena kesalahan grammar yang membuat kalimat atau ucapan menjadi rancu.
• Organizational noise atau gangguan struktur komunikasi yang membuat penerima kesulitan menginterpretasikan informasi.
• Cultural noise atau gangguan karena perbedaan kultur atau generalisasi yang salah.
• Psychological noise atau gangguan karena sikap mental saat berkomunikasi seperti kesedihan atau perasaan marah sehingga informasi tidak dapat diterima dengan baik.
Masalah komunikasiku itu adalah beberapa dari noise ini. Setelah mengetahuinya, aku akan ingin bisa berkomunikasi dengan lebih baik lagi yang salah satunya dengan belajar melalui tulisan ini. Namun, untuk masalah apakah aku bisa mmembeli makanan di mang-mang jajan atau warteg itu? Entahlah.
Referensi:
Roy M. Berko, et al. 2010. Communicating. 11th ed. Boston: Pearson Education, Inc.
C.E. Shannon. 1948. “A Mathematical Theory of Communication”. The Bell System Technical Journal, 27: 379-423 dan 623-656. [online]. http://math.harvard.edu/~ctm/ home/text/others/shannon/entropy/entropy.pdf pada 26 Agustus 2017 pukul 22:32.
0 notes