Lebih suka bermain kata, daripada mempermainkan hatimu.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Merakit Perahu Tidak Mudah
Hari ini aku duduk lagi, di tempat jauh dari rumah dan kerumuman.
aku sebal karena kekasihku lebih memilih pergi bersepeda ketimbang pergi bersamaku. Sementara, hari ini aku rapuh, aku capek ingin sekali menangis. capek idup, mati juga masih takut masuk neraka
0 notes
Text
2020 dan kami yang tertegun
Peristiwa covid19 membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Banyak orang yang mulai berafiliasi untuk memulai usaha bersama orang-orang terpercaya. tanpa terkecuali mereka, teman-teman yang 5 tahun lalu selalu hadir di hidupku.
suatu sore yang cantik, suami sahabatku melakukan panggilan video call. Dengan mata sayu dan mengantuk, kubuka panggilannya. dia tertawa lepas, mengajakku mengobrol, sampai ketika ia menggeserkan layar ponselnya ke seseorang yang sangat tidak asing untukku.
laki-laki paling brengsek yang pernah kutemui di muka bumi ini.
sebagai dua manusia yang sudah dewasa dan dapat mengatur emosi, aku menyapanya,mengangkat tangan sambil bekata “halo...” sengaja kuberikan senyum terhangatku supaya ia menyadari bahwa mentari yang pernah ia tenggelamkan di dalam palung, telah bersinar lebih terang dari sebelumnya.
tau apa yang ia lakukan? have no sound, have no blink. Dia hanya tersenyum, menatapku cukup lama. Kata-katanya seolah habis, kau pikir aku tidak tau tatapan apa itu di matamu? iya. itu rindu.
kau menunjukkan mata itu setelah kamu berhasil meruntuhkan hati seorang anak manusia, menikahi wanita lain, dan memiliki satu anak perempuan? enak? sukurin!
I wanna show him jika cara dia akan selalu salah, dan dipastikan akan ada penyesalan dan rasa bersalah tiap ia mendengar namaku ataupun kabarku. kupastikan, kisanak. rasa nyaman akan diriku tidak akan kau dapatkan sampai kapanpun. Penyesalah tentu saja akan ku usahakan agar kau selalu merasakannya. jangan salahkan aku,itu pilihanmu sendiri.
kututup telepon dengan berkata, “sudah ya. kerjaan kantorku lagi banyak” dia mengangguk, dan masih tersenyum. kututup telepon. Jangan bilang aku baik-baik saja. tanganku bergetar karena saking benci dan puas melihat wajahnya yang seperti itu.
--***--
Hari itu sepulang kerja, kekasihku menjemput. Kata dia, dia lagi ngidam. Ajakan yang tidak pernah ku tolak. How I loves him so much. Tapi sejujurnya karena hati yang hancur sepak terjang yang tidak masuk akal dahulu, aku bersyukur menemukannya. Lelaki yang kucintai dengan segala kurang dan lebihnya. Cerita tadi sore tidak kuceritakan kepadanya, aku hanya memeluknya lebih erat kali ini dan bersyukur lebih banyak-banyak-banyak.
God loves me :)
0 notes
Text
Nothing for Sure.
Waktu menunjukkan pukul 15.03 di kota kecilku. coffeeshop dan sialnya banyak abg yang lagi foto-foto berisik di sekitarku. thesis yang tak juga ku revisi sementara orang tua punya angan2 cumlaude akan studiku. bagaimana bisa cumlaude?
kantor ku lagi brengsek minta di bakar mood ngerjain tesis yang timbul tenggelam karena kebanyakan membenci orang-orang toxic di sekitar. ditambah tuntutan untuk segera menikah di usia late 28 ini yang membuat orang sekitar ketar ketir sementara aku masih asik makan eskirm, rambut acakadut, sambil nonton doraemon di hari minggu. kerjaanku belum settle begitu juga dengan kekasihku. Kami sabar namun sekitar menghimpit. fak. pepet terus sampai meletus dan hilang :)
satu yang pasti aku janjikan, aku akan settle bagaimanapun caranya, aku akan lulus entah bagaimanapun caranya. untuk hal hal yang sudah di mulai, harus dapat diselesaikan dengan baik entah bagaimanapun caranya. mau terjungkir sakit menangis dan tenggelam. Sabar ya, biar ku selesaikan satu per satu.
0 notes
Text
Emosi milik seseorang bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan orang lainnya.
Jangan minta seseorang berubah mengikutimu, karena kamu yang akan jatuh sendiri ditelan espektasi.
Sudah kubilang, satu satunya yang mampu kau jaga adalah dirimu sendiri. Setidaknya kau pastikan bahwa dirimu sendiri mau menerima dalam setiap keadaan.
0 notes
Text
Sumber kehidupan itu, kuberi nama Perempuan
memandang rel kereta api lagi, sambil sayup-sayup terdengan musik keroncong semarangan. setiap habis pulang ke kota halaman, pikirannya menjadi berantakan. Rasa-rasa tidak terima akan mulut-mulut manusia sekitar seolah menjadi pisau yang perlahan merogoh, merengsek, dan menusuk jantungmu secara perlahan-perlahan dan kamu tau jika tujuannya adalah membunuhmu.
Bukan, ini bukan tentang aku, aku, dan aku, namun tentang perempuan yang berjuang melawan jahatnya budaya patriarki di ibu pertiwinya sendiri. Dibilang masih 29 tahun, tapi sekitarmu minta kamu segera menikah dengan entah berantah yang penting nikah dengan alasan yang gado-gado. Takut keburu tua, kesehatan biologis, takut tidak cantik lagi dan tidak ada yang melirik. Namun mereka mungkin lupa bahwa it needs two to tanggo. bagaimana dengan hati kita? ketentraman, rasa aman, bahagia dalam senang-gusar bersama orang yang tepat. bukankan itu juga perlu?
Perempuan kodratnya kan manut sama laki-laki terlebih bapak dan suami. Kamu nanti punya kecenderungan untuk mengurus urusan domestik-melahirkan, kenapa harus cari uang banyak-banyak sih? tamak banget pengen ngelebihin suami nanti. Katanya. Memang kenapa? jika perempuan berjuang untuk punya banyak uang? bukan tanggung jawab perempuan untuk berusaha menjadi rendah demi meng superiorkan pasangan mereka nanti. They has their own struggle to makes money tugas masing-masing bisa jadi sebagai support system.
Ada juga yang mati-matian sekolah lagi ambil gelar master sambil bekerja dan benar-benar menguras waktu, hidup, dan kelelahan untuk mengejar mimpi namun masih juga mulut-mulut sekitar mencemooh untuk apa semua itu. ayolah, biarkan mereka berjuang.
kenapa jika tidak juga menikah di usia 20an akhir? kenapa jika perempuan berusaha pontang-panting punya uang banyak untuk hidupnya? kenapa memang jika belum bisa masak atau bersih-bersih rumah? kenapa memang jika perempuan tidak perawan sebelum menikah? kenapa memang jika perempuan memiki anak tanpa bapak? they’re still family! kenapa memang jika perempuan duduk di parlemen, memimpin, angkat2 barang berat, pulang malam sendiri, dan bersikap arogan terhadap haknya?
STFU! mulut kamu itu bisa membunuh seseorang yang sedang mati-matian berjuang mendapatkan mimpinya. Berkaitan dengan mimpi, aku termasuk orang yang percaya bahwa untuk mendapatkannya, kau harus mengorbankan sesuatu. Memang kenapa? Mengorbankan sesuatu juga bukan hal yang mudah. Kenapa tidak didukung selama jalan mereka benar dan tidak menyakiti orang lain?
Perempuan yang melahirkanmu, perempuan juga yang mendapatkan stigma-stigma negatif darimu. Kesetaraan gender menurutku bukan tentang sama rata, namun tentang keadilan. Keretaku sudah tiba, sudah aku mau berangkat dulu. Merangkai perjalanan panjang menyelesaikan mimpi-mimpi kecil yang harus tercapai sebelum aku bertemu manusia yang tepat mendampingi dan saling melaksanakan kewajiban bersama. Tidak apa-apa tidak tampan, yang penting dia tahu bagaimana cara menghargai pandangan dan mimpi-mimpi kami nantinya. Diajak bertengkarpun tidak apa-apa selama kami berdua masih punya nalar, rasa sayang, dan tujuan. Kapan? jangan tanya. kamu ditanya kapan mati aja juga pasti gabisa jawab.
0 notes
Text
Malu
merah yang kulihat, tapi bukan di pipi melainkan mata. Lelah yang kulihat, tapi bukan sehabis yoga atau workout melainkan tidak tidur beberapa malam. Senyum yang kulihat, tapi bukan kebahagiaan yang meletup melainkan syukur dari hal-hal kecil yang ia lewati. Rengkuh yang ia tawarkan bukan karena dia mampu membawamu baik-baik saja melainkan ajakan untuk berjalan menuju baik bersama.
Takjubku, bagamana manusia dapat hidup dengan begitu ihklas. Rasanya malu memandanginya kemudian menatap bayanganku sendiri di cermin. Engkau yang bersyukur, aku menjadi tambah malu. Nanti jika ada kesempatan, aku mau ajak kamu beli es krim dan jalan menyusuri kota bersama. Jangan ditolak, hanya itu yang mampu aku beri saat ini.
0 notes
Text
Satu Hari di Bulan Juni
Mengulang pagi lagi, kulihat dia sedang mendengkur memunggungiku. Oke, aku akan menyelinap keluar dulu sebelum ia terbangun. Bahaya.
Hari ini bulan kesekian kami mau tidak-mau menikmati hari-hari work from home (wfh) hingga waktu yang entah belum tentu kapan berakhir.
Sebelum wfh ini diberlakulan, tiap pagi kita selalu ribut, aku yang cari jam tanganku dimana dan kamu yang cari kaos kakimu yang herannya selalu ilang sebelah. Drama kami sebelum ngantor selalu sama.
Nanti sampai pertigaan dekat kantorku, aku merajuk minta diantar sampai gerbang depan, tapi kamunya ga mau karena akan makan waktu walau menurutku kamu cuma butuh putar balik dikit. Sorenya, kamu suruh aku pulang sendiri karena kamu pulang malam. Sebal.
Pandemi mengharuskan kami work from home, mengembalikan kami yang sebelumnya sempat mengalami keterasingan ditelan kerjaan kantor.
Aku mulai belajar memasak, saking bosannya di rumah. Dia takjub.
Aku mulai tidak peduli berdandan dan pakai baju apa hari ini, yang penting kerjaan kantorku selesai. Dia bilang, aku lebih cantik pas no make up.
Dia mulai bersepeda tiap pagi, lumayan buat ngimbangi hobi dia ngerokok.
Taman kecil didepan rumah kami juga ia rapikan setelah bertahun dijadikan real estate cacing dan jangkrik.
Ada syukur didalam sini, kami sepakat ambil yang indah-indah aja.
Gapapa enggak pernah ke mall lagi, nonton netflix sambil cemil mendoan aja udah seneng.
Gapapa enggak pernah dandan cantik/ganteng, we love just the way we are.
Gapapa gapernah nongkrong lagi ke kedai kopi, kita nonton meme2 lucu disosmed sambil goleran di sofa aja udah bikin gemes.
Terima kasih ya, kali ini kamu buat aku jatuh hati lagi dalam kesederhanaan.
Iya, besok kita beli taiwan streetfood sukaan mu
Delivery aja tapi ya, aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu tuh cuma satu, kalo kamu kenapa-kenapa aku timpang.
0 notes
Text
Aku ingin bersama.
Lebih lama lagi.
Aku mau menikmati pulang kerja yang berantakan, meletakkan lelah di pundakmu, dan mendengar cerita tentang bosmu yang ajaib hari itu.
Bangun tidur entah nyenyak atau tidak, semoga kau tidak keberatan ku duseldusel sampai nyawa kembali jadi 100% baru mulai bangun.
Semoga kamu juga mau, bergantian menggantikan popok bayimu pada jamjam 2 pagi, atau mengajari mereka kelak ketika aku menyerah dengan PR matematika atau fisikanya.
Aku suka uang, namun selama syukur selalu ada bersama kita, besarnya pun kupikir tidak jadi masalah selama hati kita selalu bisa mencukupkan.
Nanti, jika aku atau mungkin dirimu sedang mood swing dan ajak bertengkar hebatpun takpapa. Kupikir kita sama-sama tahu kemana arah pulang. Ohiya, jangan lebih dari 3 hari.
Terbaca begitu menyenangkan. Namun kita tahu bahwa menyenangkan tidak selamanya, demikian pula sedihnya.
Merakit, merakit, merakit, akan terpatri kuat, jika bersama orang yang tepat.
Semoga.
0 notes
Text
Kamu ada dua, atau aku yang ada dua?
Minum teh aku malam ini. Biasa kopi yang kuseduh, tapi supaya kami berdua masih bisa hidup lebih lama bersama, kami memutuskan untuk ngeteh aja selagi bisa. hah, kupandangi wajahnya, ku buang ketika dia mulai mengangkat kepala memandangku balik dan tersenyum. “hey! lihat apa kamu? cari yang lain. ini jantung udah mau copot!” teriakku.
lucu. cermin ini, kini ada didepanku. cermin ini yang bisa-bisanya ikut memutar otak untuk membuang segala riuh, gaduh, berantakan yang ada di kepala. kepala siapa? iya. kepalaku dan kepala dia sendiri. cermin ini, yang ku iyakan untuk bersama merakit dan menambal perahu untuk berlayar sejauh mungkin hingga nanti, kami tenggelam bersama. iya. rencana. Aku memandanginya lagi. Bertahun aku merakit sendiri, ternyata manusia macam ini yang mampu diajak meramu. butuh belasan tahun untuk pergi-berputar-kembali menemukan cermin ini. Terima kasih.
0 notes
Text
Teman seperti apa disekitarmu?
Aku mulai melamun, memandang pemandangan gunung tepat didepan mataku.
Aku menghitung berapa kali ia hadir dalam mingguku, dan berapa kali yang lainnya dalam mingguku. Perbandingannya 1:3
Aku mulai mencerna, teman macam apa yang aku miliki dengan sederet SOP yang begitu bajingan untuk dinikmati berdua.
Seperti mula ia minta mari minum teh dan berbagi cerita. Siapa bisa duga bahwa isi kepala kita adalah sama?
Kami bisa membicarakan apapun yang kami senangi berdua hingga larut malam kamipun tak peduli.
Dimulai dari mulai kapan tau, ia memperhatikan jadwal dismenore ku. Ia memperhatikan kapan saja aku ganti anting, sejak kapan juga ia mencondongkan badan untuk sekedar bercerita seru denganku.
Suatu hari aku tahu kamu takut tikus, dan bagaimana senangnya kamu ketika kamu tau aku tidak takut tikus.
Suatu hari, aku cerita heboh ketika aku mau ketubruk truk. Kamu ketawa sambil bilang "nggapapa yang penting km sekarang udah sehat, disini" tapi sambil eluselus dengkul diatas motor.
Jahat.
Atikumbokobrakabrik dengan segala SOPmu yang aku tidak tau, ini maksudnya gimana. Bentengku dijebol.
Sementara aku berjuang bertahan bersama lakilaki di kota seberang. Tapi lamalama yakinku dibawa kamu.

0 notes
Text
Jalan aja aku dibawah deras rintik hujan.
Rasa excited ku menggelapkan cuaca dan rasa capek. Aku baru memahami bahwa kota kecilku ini penuh dengan sejarah yang membuat bungah hati. Salah sendiri mengajakku menikmati sejarah. Hujan badai, semangatku masih turah-turah.
Kami salah pilih tanggal. Hari itu imlek. Hah. Takpapa. Aku masih bersyukur.
Temanku satu itu ribut melulu ngelihat bajuku yang basah, ujung payungku yang agak sedikit bocor and I always told him " it's okay. Its not your responsibility. It's mine!" Lalu dia cemberut. Aku tertawa.
Berjalan lagi kami serombongan, kudekati temanku yang lain. Mengajaknya berbincang dengan seru dan lucu. Kami semua lelah namun terlalu senang menikmati hujan.
Hari mulai gelap, hujan juga awet, kami selesai jalan-jalan mengitari sejarah, lapar. Ramai-ramai kami obrak abrik mobil temanku itu didalam kemacetan kota kecilku. Merengsek lapar.
Pukul 10 malam, semua teman sudah diantar sampai rumah, tinggalah ia mengantarkanku pulang. Lantas ia tibatiba memastikan bertanya
"Ini hari dapetmu ya bener?" Kujawab aja sekenanya iya, malas juga dibahas. Lantas ia diam, memandangiku sebentar dan menatap jalan lagi
"Oooh pantesan. Hari ini kamu kayak lagi mood swing banget. Tiba-tiba diem, terus apa, apa gitu"
Aku cuma diam mendengarkan, menatap rintik hujan diluar jendela. Berfikir kenapa orang ini juga ikutan memperhatikan kapan moodswing ku ini keluar tak beraturan.
Aku diam, kutenggelamkan kepala pada jendela. Tidak mau membahas apaapa lagi. Aku harus mengajarinya kali ini. Bawa seorang teman tidak perlu ikut menghitung tanggal berapa moodswingmu itu muncul. Tidak perlu membukakan pintu keseringan, dan menjaga tasmu. Tidak perlu. Kamu tidak perlu meneruskan.
0 notes
Text
Pukul 01:00
I think that deep conversation happens at 01:00 a.m.
Iya, mau-maunya manusia ngobrol jam segitu, tapi itulah seni dalam menciptakan cerita.
Sudah pukul setengah satu dini hari, aku mulai mengangkat telepon. Mencari nomor yang familiar ku telepon tiap dini hari itu.
Tidak begitu lama, terdengar suara menjawab
"Telpon nanti 10 menit. Aku baru sampai rumah. Sholat isya dulu ya"
Kami tutup telepon. Sebal karena membayangkan apa yang ia lakukan dari tadi. Kenapa ngga sempet sholat isya?
Tepat 10 menit, ia menderingkan telepon genggamku. Nada bass sumringah yang selalu kudapatkan. Mulai kami bertukar cerita, tentang apa saja yang kami lakukan hari itu. Diskusi-diskusi kecil tentang tata surya, tentang kenapa budaya-budaya di negri ini lucu dan apik, atau kenapa persimpangan jalan didekat mall terbesar di kota kami disebut persimpangan kaki budha. Ia senang ketika aku bercerita tanpa titik koma. Akupun.
Lama lama lama lama, mungkin telinga bisa jadi bosan. Kami berhenti, tergantikan ia mulai bermain video call dengan orang lain. Well, menyenangkan. Untuknya.
Mari kita hitung beberapa tahun kedepannya. Kami diberi kesempatan untuk bertatap muka kembali, di kedai kopi ujung jalan yang apik.
Si suara bass itu bilang "aku rindu telepon 01:00 mu" kami tertawa bersama.
Pukul 01:00 adalah saat yang penting untuk kami. Pada saat itu, pikiran kami berkecambuk, gelisah. Sepi memaksa kami untuk kembali ke masa-masa dimana rasanya ingin hilang saja dari dunia ini. Sepi membuat kami jadi ingin menabur jeruk nipis pada luka yang kami obati pelan-pelan sendiri.
Benar, ternyata pada saat itulah we heal each other. Dengan adanya seseorang yang mampu diajak berbicara apa saja dengan riang pada jam-jam riskan, membuat hidup kami lebih tertata.
Kami merasa bahwa dalam sepi, masih ada yang mau mendengarkanmu. Untuk apa mencari sedih yang selalu menyetubuhimu?
Kini, kami sudah mampu berjalan sendiri, tanpa perlu dikuatkan oleh telepon pukul 01:00 pagi.
Selain waktu, dukungan dari orang lain juga perlu. Takpapa terdengar aneh dikepala orang lain, namun cukup masuk akal untuk kami, yang sempat berusaha berbagi luka demi hidup yang lebih baik.
Hidup kami masing-masing menjadi lebih baik.
0 notes
Text
SIBUK.
Sudah pukul lima sore. Segera kurapikan kerjaanku, ambil peralatan mandi dan berdandan kembali setelahnya. Di kantor Buru-buru aku berlarian ke parkiran mencari sepeda motor yang selalu lupa kutaruh di sebalah mana. Kupacu mesinnya secepat mungkin menuju kampus. Aku harus kuliah malam, sampai 3 jam kedepan. Dosen yang sama lelahnya denganku ketika mengajar, selalu kunikmati. Selepas pulang kerja dan kuliah, tentu saja aku harus menyelesaikan tugas kuliah yang tidak masuk akal ini. Sampai tengah malam.... ... Pagi, aku kembali bangun bekerja dan mengulanginya lagi. Hari Sabtu liburku? kupakai untuk sebagian tidur, ketika sore menjelang, aku harus berangkat mengajar les privat. Sampai sebelum magrib, dan sepulangnya, aku selalu mencari teman untuk mengobrol hingga larut malam. Mingguku? Tidur sampai sore. Makan mie instan. Menonton drama korea. Atau pulang ke rumah Bapak dan Ibu. Minta makan. Menunggu hari kembali ke Senin. Kembali lagi. Aku boleh sombong? Aku sangat sibuk. Aku suka sibuk. Aku butuh sibuk. Jika tidak sibuk, aku jadi gila. Karena merindukanmu. Bajingan sialan yang sedang mendekap istri dan anaknya di ruang keluarga, di kota sebelah.
Asu.
0 notes
Text
Sayang, kamu bukan sedang memilih.
Kamu bukan sedang memilah yang terbaik.
Kamu ketakutan, sayang.
Kamu ketakutan untuk menikah.
Sebalik apapun yang datang ditengah hidupmu, akan berakhir sama.
Sayang, berfikirlah dengan baik dan bijak.
Aku yakin kamu bisa.
Takutmu dilawan ya :)
0 notes
Text
Bernafas
Dari yang aku tahu, kau suka melangkah. Kau tidak tahu pasti kemana berjalan. Tapi yang aku suka, kau tetap terus melangkah. Yang membutku terkesan adalah, kau tidak pernah putar balik. Dari yang aku tahu, apa yang sudah terlanjur kau ambil akan selalu kau habiskan.
Aku tahu, ini tidak mudah untukmu. Bagaimana jika kau lebih terbuka? Terbuka pada alam mu dan Tuhanmu, mungkin? Eh iya, tapi kau terlalu malu untuk minta banyak ditengah kebaikan Nya yang lebih berlipat ganda ya? ah, emang. manusia sok tahu juga masalah ukur-mengukur kebaikan dengan penciptanya.
Rasa malu itu pasti muncul kok, tapi tanpa kau minta Tuhanmu juga memberikan celah. Menurutmu kenapa kau masih mau-maunya melangkah kedepan tak tentu arah namun masih yakin? Karena Dia. Ah, malu lagi kan kau.
*** Lama juga ini aku menatap cermin. tugas-tugas sekolah juga belum selesai. namun ini salah satu cara juga. Untuk membuatku dan kau, tetap terus berjuang. Nggakpapa pelan-pelan, tapi jangan berhenti.
0 notes
Text
Pengingat
selamat pagi. teduh ya sabtu pagi kali ini. cucian sudah beres dan rumah sudah berhasil ku pel dari ujung ke ujung. hari ini adalah hari kesekian aku hidup sendiri di rumah baru yang berhasil kucicil lewat KPR. Rumah tipe 32 yang lumayan luas. Di kota kecil ini rumah-rumah masih murah. Setelah ku berhasil merengek pada orangtuaku, supaya mengizinkan aku untuk membeli rumah dan kutinggali sendiri, akhirnya mereka mengiyakan, walau aku tahu. itu sama sekali bukan impian mereka.
kali ini, aku ingin mengajak diriku berdiskusi. Ini untuk kau baca ya. kelak, kau harus tahu bahwa semuanya adalah usaha.
orang tuaku adalah manusia-manusia yang sebisa mungkin menjaga keutuhan keluarga dengan berbagai macam cara yang unik. sejak kecil, mereka tidak pernah lelah mengajakku tamasya kemanapun. Dulu mereka belum punya uang banyak, namun setiap sore mereka berusaha membawa anak-anaknya jalan ke taman kota, entah pergi berenang, atau kerumah saudara. Semakin aku beranjak besar dan dewasa, orang tuaku masih saja selalu sering mengajak pergi-pergi, kali ini karena ekonomi keluarga semakin membaik, kami mulai merencanakan pergi ke tempat-tempat yang lebih seru. pergi camping, snorkeling, ke kota2 kecil,atau apapun yang penting kami bersama. Mereka menginvestasi kebersamaan dengan sangat sangat baik.
Dari semua kegiatan bersama itu, pasti tidak selalu berjalan mulus. Mengikat anak-anaknya yang dulu ABG harus ikut orang tua kemana-mana. tidak perlu kujelaskan detail ya, bagaimana respon anak-anak yang masih ingin explore namun selalu kepentok acara piknik keluarga. Dulu aku juga marah, sebal karena di monopoli. Kini aku tahu jawabannya, aku tahu alasannya. Dan sungguh, ini membuatku lega, dan bersyukur lebih. Banyak anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan kesempatan serupa, menjadi jauh satu sama lain walau jarak mereka hanya sejengkal kaki.
Namun sialnya, semakin dewasa, aku memiliki prinip-prinsip yang tumbuh subur dari pengalaman-pengalaman di kehidupanku. terkadang aku masih saja bertengkar dengan orang tua masalah pandangan-pandangan tentang kehidupan. Tentang bagaimana cara menggunakan uang, tentang pandangan politik, cara memandang pernikahan, atau mungkin pandangan dalam membereskan rumah. Jujur, semakin lama aku menikmatinya, sebel-sebel dimarahin.
Aku keras kepala, aku cerewet jika ada orang-orang yang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, benar-benar batu. Tidak heran jika aku selalu ditegur. namun, kuberitahu satu rahasia kecil yang mungkin para orang tua kurang aware pada sikap anak-anaknya. Dear bro and sist, keras kepalaku adalah hasil kromosom ibu yang mengakar di diriku sejak ditiupkan arwahku di rahimmu. Aku yang terkadang cuek setengah mati dan berbicara tajam, adalah hasil dari satu-satunya sperma yang berhasil menempel di ovarium.
Sikap sangat menyayangi orang lain juga berhasil diturunkan, menjadi pengengar yang baik, dan selalu terlihat tenang dalam segala kekacauan, tanpa diajarkan detailpun anakmu sudah bisa melakukannya. Bukan sombong kali ini.
Tapi ingaat satu hal, di tubuh ini, dengan segala sifat baik, buruk, manis, kurang ajar adalah representasi dari dirimu sendiri, orang tua. Aku adalah anak, hasil leburan kalian. aku adalah kalian. no excuse. aku yang buruk adalah kalian yang buruk, aku yang baik adalah kalian yang baik.
Jadi, ingatlah untuk diriku sendiri, kelak jika akhirnya dirimu memiliki anak, jangan pernah mengutuk anakmu. karena yang sedang kau lakukan adalah mengutuk dirimu sendiri. Sayangilah dia, karena dengan itu, kau juga menyayangi dirimu sendiri. Akan lebih menyenangkan jika akhirnya aku memiliki partner yang memiliki pola pikir sama. Bonus sih.
Hari ini, hari pertamaku dismenore, sakit sekali. kuputuskan untuk, tiduran di rumah sendirian. Aku tidak mau bilang Ibu, nanti beliau malah repot-repot ke rumahku sambil marah-marah tidak jelas, diantar bapak yang kelelahan pulang kerja. hehe.
Untuk diriku dan orangtuaku. Bekerjasamalah dengan buah hatimu. dia adalah dirimu yang lain. Tempa dia dengan sebaik-baiknya, kasihi dia dengan secukup cukupnya. genggam dan jaga dia se eratnya. Temukan dirimu yang lebih baik melalui anak-anakmu. Barakallah.
Aku mau tidur lagi, kuturunkan suhu Ac menjadi 16 derajat, kuputar lagu indo 80an. dan aku merintih kesakitan dibawah selimut. sendirian. kadang berandai-andai ada yang datang membawa sebotol air panas untuk menyeka perutku. HAH. becanda. bye!
0 notes
Text
Tepuk tangan kiri tanpa kanan.
Kota kelahiran Bapak, dan Kota kelahiranku yang berjarak kurang lebih 2 jam. Saat adzan subuh berkumandang, aku membangunkan Bapak untuk bersiap mengantarku ke terminal. Aku yang ingin segera kembali ke Kota Kelahiranku hari ini. Secepatnya. Untuk pertama kalinya Aku berani naik bus sendirian dari sini. Aku terbiasa berkendara menaiki mobil jika bertandang ke kota kelahiran Bapak. Selalu. Setelah berhasil merengek ke Bapak untuk menemaniku di terminal sampai aku mendapatkan bus, bus yang kami tunggu ternyata terlambat datang. Hampir satu jam.
Kemudian akhirnya bus datang, aku menjabat tangan Bapak dan mengucapkan terima kasih. Fajar, Bus, headset yang mendendangkan lagu-lagu 80an, adalah bentuk dari secuil kenikmatan dunia untukku. Pikiranku melayang-layang diatas bus, meluruskan benang kusut di hidupku yang mau tak mau harus kuuraikan sendiri.
Setelah sampai di Kota Kelahiranku, akupun turun dari bus, aku menemukan kami semua penumpang bus yang ditipu oleh Pak Kernet (HAHAHAHA) dia bilang turun di terminal A, Ternyata mereka turun di terminal B. Dengan setengah sadar karena masih ngantuk, aku turun dari bus. Iya, aku turun di persimpangan jalan yang akupun belum pernah menapakinya. Bukan di salah satu terminal. Sempat agak bingung, namun ternyata pengalaman 6 bulan merantau di kota orang, membuatku keberanianku bertambah. Aku menemukan angkutan dengan tujuan ke daerah yang aku kenal. Aku dengan santai menaikinya. 15 menit sudah sampai, ku putuskan naik bus dalam kota pagi itu. Bus yang sesungguhnya baru kedua kalinya aku menaikinya, setelah 4 tahun.
Baru aku menginjakkan kaki masuk ke dalam bus, sopir bus pagi ini ternyata injak gas ngga pakek bismillah. Benar, aku hampir terjungkal ke belakang, untung Bapak kondektur bersiap menahan badanku yang tidak ringan ini. Ingin kubisikan minal aidzin di telinganya :) Tidak ada setengah jam aku sudah sampai rumah. Bersyukurlah, semesta masih sempat mendukungku yang sedang dikejar waktu. Ku buka pintu rumah, bersamaan dengan itu, ponselku berdering, kubaca whatsapp darinya "Aku perjalanan ke rumahmu ya"
Buru-buru aku mandi dan berdandan, menunggu seorang teman datang ke rumah. Hari ini, dia memintaku untuk menemaninya membeli oleh-oleh sebelum kembali ke perantauan. Sekitar 45 menit, Dia sampai dan kami segera bergegas, mengingat keretanya yang akan meninggalkan kota ini sekitar pukul 4 sore. Sesampainya disana, ternyata antrian tidak selenggang yang kami bayangkan. Berdirilah 2 jam, maka kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Gila. Kami memutuskan untuk pergi ke taman bermain yang jaraknya tidak cukup dekat, setelah kita menulis pesanan kita.
Sesampainya disana, kita bermain. such a date. Aku capek tertawa, begitu juga dengan Dia yang ingin naik jetcoster sekali lagi. Gila. Ditengah-tengah makan siang kami, kami mulai berbincang. Ia menceritakan dan kami berdiskusi, bagaimana cara menolak seorang wanita yang sedang mendekatinya. Aku mulai penasaran alasan-alasannya, sampai suatu kesempatan aku menemukan jawaban. Laki-laki didepanku ini, telah jatuh hati pada seorang wanita. Wanita yang sangat Dia inginkan. Saling menginginkan lebih tepatnya. Aku mendengarkan ceritanya dengan seksama dan tersenyum. Pandanganku kosong menatapnya. Karena dari semua ceritanya, sudah bisa dipastikan, wanita itu bukan aku.
Aku kembali flashback tentang apa yang sudah kulakukan dari pagi-pagi buta. Berlarian mengejar bus, berpacu dengan waktu, untuk menepati janjiku menemaninya. Ternyata, hari itu aku disadarkan oleh semesta, bahwa tepukan riuh itu tidak ada. Tidak ada yang bertepuk, karena tangan kanan, sedang menepuk tangan yang lain. Aku tertawa kecil.
Setelah kami puas bermain, kami kembali ke tempat oleh-oleh, dan akhirnya kami mendapatkan apa yang kami inginkan. Ia mendapatkan apa yang diinginkan. Aku juga mendapatkan apa yang dia inginkan. Untuk dirinya.
Diatas motor aku terdiam, memikirkan betapa lucunya aku hari ini. Aku capek, aku ingin bersandar, tapi masih ada benang kusut yang harus kuuraikan sendiri, karena kejadian ini. Dalam perjalanan pulang, kuminta ia menurunkanku di salah satu mall saja. Hari itu, aku mau nonton. Aku butuh tertawa.
0 notes