#usapi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Clase 22 de noviembre de 2024
Charla sobre inclusión en cuanto a diversidad funcional.
Se habló sobre USAPI y CAOVAS y, posteriormente, se explicó y enseñó el lenguaje de señas, teniendo en cuenta que no es el mismo en todos los países ni en todas las ciudades de Colombia, debido a la diversidad que nos caracteriza en todos los aspectos. Es importante, al menos, conocer las señas y el abecedario para poder comunicarnos con personas sordas, especialmente considerando la carrera que estamos estudiando.
El lenguaje de señas, a decir verdad, no es complejo; sin embargo, se debe tener en cuenta que es tridimensional: todo radica en la corporalidad, los gestos y los movimientos; todo cuenta. Es un error común creer que una persona sorda también es muda, pero no es así. No toda persona sorda es muda, simplemente los sonidos que emiten son diferentes.
Además, debemos ser conscientes de los comentarios peyorativos que a veces hacemos sin darnos cuenta.
Fue un tema interesante de analizar y aprender. Debería ser una materia obligatoria en cualquier malla curricular de cualquier carrera universitaria.
0 notes
Text
Kesambi[1]atau kosambi[2] (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah kering anggota suku Sapindaceae. Beberapa nama daerahnya, di antaranya kasambi/kosambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi, kecacil (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.).[3]
0 notes
Text

Hugs can be healing.
Dengan cepat Loka raih gagang pintu kala deru suara motor itu berhenti di depan teras rumahnya. Tubuh jangkung yang dibalut kaus biru itu lantas menjadi hal pertama yang menyapa netra Loka kala daun pintu itu berhasil terbuka lebar.
Sendu tatapan si surai cokelat berhasil curi atensi Hannan kala ia mendekat. Di sapanya yang tengah berdiri di ambang pintu itu dengan senyum hangat. “Boleh masuk, kan?”
Loka mengangguk, “ayo, masuk,” katanya. “Ngobrol di ruang tengah aja, ya? Kamar gue lagi berantakan.”
Yang diajak hanya mengangguk setuju, toh tak akan bisa protes kalau tuan rumah sudah bilang begitu.
Ringan langkah keduanya lewati objek-objek yang tersusun rapi di ruang tengah, hingga mereka capai sofa empuk dihadapan televisi.
Sekilas Hannan curi pandang pada Loka sebelum ia raih ujung surai pemuda itu guna memilinnya pelan. “Cahaya lu redup, Ka.” Ucap Hannan.
“Maksudnya?”
Hannan tatap netra Loka, “Mata lu biasanya berbinar, tapi malem ini sendu. Sembab juga.” katanya. “Tadi abis nangis, ya, sebelum gue kesini?”
“Pas bales chat lu sambil nangis.”
Lantas setelahnya, hening meracau begitu saja. Hannan tarik kuasanya dari surai cokelat itu, kembali membiarkannya menganggur begitu saja di atas paha.
“Hannan,”
“Iya?”
“Salah, ya, kalo gue bareng lu terus?”
Si surai legam lantas kembali tatap wajah tak bersemangat Loka, “kenapa nanya gitu?” Hannan lemparkan tanya. “Selama ini juga lu bareng gue terus.”
“Hana...,” suara Loka tercekat. “Hana nggak suka gue bareng lu terus...”
“Gara-gara itu kalian putus?”
Yang ditanya lantas mengangguk. “Iya...” katanya. “Gue nggak paham kenapa masalah gini doang sampai minta putus. Bareng lu terus nggak bikin gue lupa sama dia, kan?”
Dapat Hannan lihat mata Loka yang berkaca-kaca. Merah hidung pemuda itu sudah dapat pastikan jika ia tengah tahan tangisnya.
“Nangis aja nggak apa-apa.” Lembut suara Hannan seiras dengan kuasanya yang kini raih punggung Loka untuk ia usap. Lantas setelahnya, ia bawa tubuh pemuda itu untuk masuk ke dalam dekapannya. “Lepasin aja tangisnya, jangan ditahan.”
Kalimat itu buat Loka merasa aman, namun hangat pelukan yang Hannan beri buat ia semakin merasa menyedihkan. “Sepuluh bulan gue sia-sia doang, Nan.”
“Nggak ada yang namanya sia-sia,” ujar yang surainya legam. “Seenggaknya lu udah dicintai selama sepuluh bulan itu.”
“Ya kalau ujung-ujungnya dibikin sakit hati, buat apa?”
“Resiko,” balas Hannan. ���Lu milih buat jatuh cinta berarti lu udah siap sama resiko patah hatinya.”
“Sialan, lu bikin gue makin nyesek gini.”
Ringan kuasa Hannan terangkat usapi lembut surai Loka yang tutupi tengkuknya. “Jangan ngejauh, ya, Ka?” gumam Hannan di dekat telinga Loka.
“Ngejauh kenapa?”
“Takutnya lu ngejauh gara-gara ini,” ujar si surai legam. “Gue takut lu kapok bareng gue terus. Takut lu nganggep gue perusak hubungan lu sama Hana.”
Mendengar itu, pelukan yang sebelumnya erat lantas merenggang. “Apa, deh, lu ngomongnya?”
“Gue cuma takut aja,”
“Nggak usah mikir gitu.”
Anggukan pelan lantas Hannan beri sebagai balasan, “sorry,” katanya.
Setelahnya, pelukan hangat itu disudahi begitu saja. Bukan karena marah, namun rasanya canggung menyergap tiba-tiba. Loka sandarkan tubuhnya pada sofa, menatap nyalang langit-langit ruangan yang sunyi kala itu.
“Nan,”
“Iya?”
“Lu mau nginep nggak?”
Sekilas Hannan lempar tatapan pada Loka sebelum netranya kembali pandangi layar televisi yang tak menyala. “Gue mau, tapi nggak bisa.”
“Kenapa?”
“Harus ngerjain pesenan desain.”
Loka hanya berdeham paham diiringi anggukan kecil. Kalau saja ia bisa memaksa, ia lebih ingin Hannan tinggal. Saat seperti ini, rasa sunyi yang sudah biasa baginya mendadak asing. Padahal sudah bertahun-tahun Loka terbiasa dengan rumah yang sepi sebab orang tuanya yang jarang pulang karena kesibukan mereka di luar kota.
“Atau lu mau nginep di rumah?” Tanya Hannan. “Biar bisa gue temenin ngegalau-nya.”
“Siapa yang mau galau?”
“Lu, lah.”
Si surai cokelat lantas berdecih pelan, “putus doang.”
“Barusan nangis, tuh?”
Yang di sebelah sana lantas menoyor kepala Hannan, “pulang sana, katanya mau ngerjain pesenan.”
“Gue di usir?”
“Iya.”
Lantas decak pelan terdengar dari yang surainya legam, “yaudah gue pulang.”
“Hm, hati-hati.”
Hannan bawa tubuhnya bangkit dari sofa, kemudian berdiri di hadapan Loka. Cukup lama pemuda itu berada pada posisinya sampai yang masih terduduk itu bingung dibuatnya. “Ngapain?”
Yang ditanya tak menjawab. Ringan kuasa Hannan terangkat mengusap pelan surai cokelat Loka, “jangan lama-lama galaunya,” katanya. “Kalau butuh sandaran telepon gue.”
“Iya, thanks, Nan.”
“Hm,”
Barulah setelahnya Hannan benar-benar menghilang dari balik pintu, meninggalkan Loka yang pandangi pintu itu dengan perasaan duka.
Dapat dipastikan bahwa setelah ini, kamar Loka—yang sudah berantakan setelah tuannya mengamuk hingga isi lemarinya berhamburan—akan diisi oleh lagu bertema patah hati bersama tangis pemuda yang sebelumnya bilang “putus doang” itu.
0 notes
Text

He's jealous.
Sore-sore sekitar jam empat, Cameron duduk santai di bangku teras, pandangi kolam ikan yang tak jauh dari pagar saat tiba-tiba muncul Jace dan Noah dari pagar yang terbuka cukup lebar, berboncengan menggunakan motor milik Noah. Cameron hanya pandangi keduanya acuh tak acuh, masih kesal sebab Noah berhasil ajak Jace pergi ke kampus lebih dulu dibanding dirinya.
Motor Noah berhenti di depan garasi, ia biarkan Jace turun lebih dulu. Jace tampak kesusahan lepaskan helm di kepalanya setelah ia turun dari motor. Cameron yang melihat itu hendak berdiri untuk membantunya, namun Noah lebih dulu berikan bantuan, buat Cameron hela napas berat dengan wajah datarnya.
Usai lepaskan helm, Jace lebih dulu beranjak menuju pintu, namun Cameron dengan sigap berdiri lalu halangi pintu masuk. “Gak bawain minuman abis nongkrong di starbucks?” Tanya Cameron, buat Jace dihadapannya terkekeh kecil.
Jace majukan tubuh, dekatkan wajahnya ke wajah Cameron selagi tangannya terangkat menyentuh dagu lelaki itu sekilas. “Entar gue bikinin kopi,” katanya. Sebenarnya tak ada yang salah dengan gerik ataupun kalimat yang keluar dari mulut Jace, namun entah kenapa Cameron merasa ia tengah digoda.
“Keep your words,” balas Cameron, seolah ia sering sekali ditipu oleh lelaki itu. Jace hanya balas dengan anggukan kepala, digesernya tubuh Cameron lalu masuk usai lepaskan sepatu.
Cameron sempat pandangi punggung Jace sampai lelaki itu lenyap di balik lorong kamar, kemudian beralih pandangi Noah yang berjalan ke arahnya. Baru satu langkah tungkainya lewati ambang pintu, tiba-tiba ia dikagetkan dengan tendangan Cameron di pantatnya.
“Cam, anjing! Sakit, goblok!” Misuhnya seraya usapi pantatnya yang terasa nyeri, sedangkan Cameron hanya lempar tatapan tajam tanpa keluarkan sepatah katapun. “Kenapa, sih, lu?” Tanyanya, merasa terintimidasi ditatap seperti itu oleh Cameron.
Beberapa detik kemudian Cameron berlalu lewati Noah begitu saja, buat lelaki itu mengernyit keheranan, sebab tak biasanya Cameron bertingkah seperti ini.
“Beneran jealous dia? Apa ngambek gak diajak nongkrong? Tau dah, anjing!”
•••
Cameron duduk di salah satu kursi meja makan setelah Jace kirimkan pesan kepadanya untuk segera ke dapur, sebab ia akan tepati janjinya untuk buatkan Cameron segelas kopi.
Cameron hanya pandangi punggung Jace yang tengah berdiri di depan pantri, sibuk menuangkan air hangat ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk kopi. Beberapa menit menunggu, akhirnya Jace bawa segelas kopi itu ke meja makan, diletakkannya di hadapan Cameron.
Cameron pandangi kopi yang masih kepulkan asap itu, lalu mendongak lempar tatapan pada Jace yang masih berdiri di sebelahnya. Tangannya terangkat, sentuh pinggang Jace dengan bibir yang cemberut. Jace yang melihat itu sontak tersenyum.
Bjir, minta cium banget bibir lu begitu.
“Apa lagi, Cam?” Tanyanya lembut.
“Thanks. I'm in a bad mood today, but just looking at your cute mug makes my mood better,” jawab Cameron, matanya tak lepas dari manik gelap milik Jace yang masih setia berdiri di sampingnya.
Jace terkekeh, diusapnya pucuk kepala Cameron beberapa kali, sebelum akhirnya ia sentuh tangan Cameron di pinggangnya, lalu dipindahkannya ke meja makan. “Then try the coffee, it's twice as sweet because it's in a cute mug,” balas Jace, menyuruh Cameron untuk segera coba kopi buatannya.
Ia ikut duduk di salah satu kursi selagi Cameron menyesap kopinya. “Gak manis,” komentari Cameron usai ia sesap kopi buatan Jace itu. “Serius? Perasaan udah pas gulanya,” timpal Jace, melongok ke gelas kopi di depan Cameron.
“Manisnya udah diborong semua sama lu,” ucap Cameron kemudian, berhasil buat Jace tertawa. Padahal ini jokes lama. “Ketawa aja terus kayak gitu, Jace, biar gue diabetes,” lanjutnya.
“Please, lah, jangan dangdut-dangdut amat!”
0 notes
Photo

今日からスパイラル 1階 Showcaseにて、 Transparent gla_gla+usapi始まります。 . ペンダントライトも多数持ってきてますので、ぜひお立ち寄りを! . ウサコさんも毎日います🐇 @usako.usapi . お待ちしております。 . . . . . #gla_gla #高臣大介 #daisuketakatomi #ガラス作家 #作家もの #ガラスの器 #吹きガラス #ガラス #宙吹き #宙吹きガラス #スパイラル #spiral #青山 #表参道 #transparent #usapi #jewelry #ジュエリー #ペンダントライト #glassblowing #glassware #glassartist #月浦 #tsukiura #洞爺湖 #laketoya #hokkaido (スパイラル SPIRAL) https://www.instagram.com/p/B2uyHRxg39B/?igshid=3441m0mrw4k0
#gla_gla#高臣大介#daisuketakatomi#ガラス作家#作家も���#ガラスの器#吹きガラス#ガラス#宙吹き#宙吹きガラス#スパイラル#spiral#青山#表参道#transparent#usapi#jewelry#ジュエリー#ペンダントライト#glassblowing#glassware#glassartist#月浦#tsukiura#洞爺湖#laketoya#hokkaido
0 notes
Text
Rassemblements et débrayages des 14 & 21 avril à Capgemini
Rassemblements et débrayages des 14 & 21 avril à Capgemini
Une intersyndicale réunissant 6 organisations (Cfdt – Cgt – FO – Lien Unsa – Solidaires – Usapie) avait appelé les salariés de l’Ues Capgemini (25 000 salariés auxquels se sont ajoutés 2 800 salariés transférés d’Altran le 1er avril) à un débrayage le jeudi 14 avril entre 11h30 et 12h30. Des rassemblements ont eu lieu sur de nombreux sites (Aix-en-Provence, Brest, Chambéry, Cherbourg, Clermont,…

View On WordPress
0 notes
Text
Ibu
Bu, bagaimana kabarmu disana?
Bu, maaf aku belum bisa pulang karena perjalanan ini masih panjang perjuangan ini belum selesai. Ada rindu yang harus terobati, ada rambut yang harus kau belai kembali, ada kasih sayang yang harus kau beri, ada pelukmu yang harus kau dekap lagi, ada air mata yang harus kau usapi, ada lelah yang harus kau beri energi. Ibu, aku ingin kembali seperti dulu lagi... Katamu dulu dewasa itu menyenangkan Bu, ternyata dewasa menyesakkan, melelahkan. Ternyata aku sadar bahwa kalimatmu dulu hanya bercanda.
Aku hanya ingin berpesan pada langit malam sampaikan rinduku, pelukku, ciumku pada ibu di rumah. Mungkin dia sedang rindu tapi takut mengganggu kesibukanku. Ibu tahan rindumu, aku akan bahagiakan disisa waktumu. Bu, maaf aku belum bisa pulang.
#ibu #rindu
5 notes
·
View notes
Video
youtube
ミックスナッツ (Mixed Nuts) by Official髭男dism
covered by USAPI (Makaino Ririmu, Lain Paterson & Arurandeisu)
2 notes
·
View notes
Text
Janji Mak, Pulang!
Kuciumi punggung tanganmu berkali-kali,
sebelum kau terbangkan kereta keberangkatanmu.
Puncak jambul kepalaku, kau usapi sambil meratap
"Mak mau pulang."
Pulang ke mana, Mak?
Di sini rumahmu.
Kurasakan aliran darahmu mendingin,
Manik netramu tak lagi menyinarkan hangatan pada sukma,
Tubuhmu ikut membeku seperti roh kutub merasukimu,
Janji lawas ikut terkubur bersama hilangnya jiwa.
"Emak yang akan menjemput dan membawamu pulang"
katamu tempo dulu.
1 note
·
View note
Text
Mill Creek Keto
What is Mill Creek Keto?
Buy Now :- www.nutramozo.com/mc01
Mill Creek Keto is the main weight reduction supplement that improves the Ketosis cycle inside the body and forestalls the transformations of carbs and utilizations the fat as vitality fuel of the body. The enhancement forestalls fat aggregation and consumes the extra involved calories rapidly. It drives for a thin and slick waistline and controls the perceivability of stomach and waistline fat. It improves the vitality and quality level to keep clients dynamic and lively for the duration of the day. The item controls the craving that outcomes in decreased yearning longings or passionate eating for restricted food consumption.
==> Read More Here: Don’t Miss Out Today’s Special Offer <==
==> Special Discount: Order Today With Best Price And Special Offers <==
What are the Advantages of Mill Creek Keto?
· Prompts improve the great cholesterol level inside the body
· Forestalls swelling and heftiness issues
· Drives to diminish the hunger and lift Ketosis
· Consumes and kills every one of extra calories from the body
· Improves the vitality and quality level
· Lifts insusceptibility and stomach related framework
· Improved thermogenic measure for quick fat consume
· Forestalls the appetite yearnings or passionate eating
==> Must Click: Tell Us Where To Send Your <==

Mill Creek Keto Ingredients - Are they Safe and Effective?
Mill Creek Keto is one of the best weight reduction supplement produced with the expansion of spices and plant aggravates that are tried clinically. The fixings are brimming with healthy benefit that makes them protected and powerful for weight reduction. There are no single augmentations made with fillers or concoction mixes to the jug. The rundown is long yet for client accommodation we would talk about some key components of the enhancement, for example,
· Forskolin Extracts: This splendid mint family plant has restorative properties that improves the metabolic pace of the body and forestalls the fat advancement on the body.
· Garcinia Cambogia: The tropical pumpkin molded plant has HCA separates and ground-breaking cancer prevention agents that help Ketosis and consumes the extra calories. It controls the hunger level and forestalls the yearning desires or passionate eating.
· Chromium: one of the amazing fixing assists with improving the quality and endurance intensity of the body. It controls swelling and obstruction issues and cleans the colon framework.
=> Order Today: Click Here To View Pricing and Availability
What are the Disadvantages of Mill Creek Keto?
· The item isn't suggested for minors or pregnant women
· The conclusive outcome changes from individual to individual
· The item is just accessible at this official site to buy
· Can't be blended in with other dietary details for use
· Ought not be overdosed as it prompts wellbeing reactions
· Hypertension patients should avoid the utilization
Buy Now !!!! Click on the Link below for more information. Hurry !!!
Who is the Manufacturer of Mill Creek Keto?
Mill Creek Keto Usa is one of the best weight reduction supplements that is made by a rumored online organization that manages different wellbeing items and is situated in the United States. The item assortments of the organization are FDA affirmed and the official site is GMP confirmed. The organization guarantees that the enhancement is 100% common and sourced with spices and plant separates. In this way, you may unquestionably go with the enhancement for weight reduction. To get subtleties of different items and administrations you may visit their official site whenever.
==> Special Discount: Order Today With Best Price And Special Offers <==
Where to Buy Mill Creek Keto?
The Purchase Mill Creek Keto is all advantageous as you have to tap the abovementioned or underneath pennant pictures that takes you to the booking structure. Here you have to fill the location structure effectively and snap to affirm the free-preliminary jug. The delivery of the item is liberated from cost and it gets dispatched inside 2-3 days of its booking.
==> Read More Here: Don’t Miss Out Today’s Special Offer <==

Related Searches:
Mill Creek Keto Fat Burner, Mill Creek Keto United States, Mill Creek Keto Weight Loss, Mill Creek Keto Diet Weight Loss, Mill Creek Keto Reviews, Mill Creek Keto Price, Mill Creek Keto Buy, Mill Creek Keto Foods, Mill Creek Keto Diet Pills, Mill Creek Keto Offer, Mill Creek Keto Trials, Mill Creek Keto Website, Mill Creek Keto Ingredients, Mill Creek Keto Free Trial, Mill Creek Keto Where to Buy, Mill Creek Keto Cost, Mill Creek Keto Official Store, The best diet pills, Lose weight, Mill Creek Keto Benefits, Mill Creek Keto Effects, Mill Creek Keto Slim body
==> Click Here to Visit Official Website and Order Now <==
Buy Now >>> www.nutramozo.com/mc01
https://millcreekketoreview.hatenadiary.com/entry/2020/08/26/211403
https://www.reddit.com/user/millcreekketousa/comments/igxydg/mill_creek_keto_review/
https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-review https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-price-buy-review https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-price https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-buy https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-diet-pills https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-offer https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-diet-weight-loss https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-united-states https://www.completefoods.co/diy/recipes/mill-creek-keto-weight-loss
https://online.fliphtml5.com/xkkvb/tvvn/
https://anyflip.com/hrgrl/gvtf
https://pubhtml5.com/fwyl/tawa
https://paper.li/e-1598462204/story/mill-creek-keto-review-qkwTOfoCJyxByBo4awdKz
https://twitter.com/MillKeto
https://gum.co/UsapI
2 notes
·
View notes
Photo
Abang dan Mimi Abang fikir apa tu?” Mimi tiba-tiba bertanya kepadaku. Aku tak sedar bila Mimi keluar dari biliknya. ”Mana Amir? Dah tidur ke?”"Dah….sekejap aja dia dah tidur. Itu yang kadang-kadang tak tahan….” keluh Mimi.”Kenapa?” tanyaku.”Ye lah… dia menyusu sikit aja… sekejap-sekejap. t*t*k Mimi masih penuh susu tapi dia dah tak mahu… Sakit rasanya bila susu bengkak….” terang Mimi.Ada chan untuk mengena perangkap nampaknya…. “Abang tolong nak….. Dulu Kak Siti kau macam tu juga setiap kali selepas bersalin.Lepas Abang tolongkannya, dah No problem lepas tu” jawab ku.”Eh macamana..?? Kalau boleh Mimi nak juga Abang tolong” jawab Mimi manja.”Mari sini, duduk sebelah Abang…” aku menunjukkan tempat di sebelahku.Mimi pun bangun dan merapati ku dan duduk bersebelahanku di sofa panjangnya. Dia menoleh kepadaku. Aku pun meletakkan tanganku di atas bahunya dan berkata…”Abang tolong hisapkan susu yang baki tu supaya tak rasa sakit lagi, itu aja caranya…” terang ku.”Eish…. Abang ni nakallah” sambil menampar pehaku dengan manjanya. “Mana boleh macam tu….kalau Abang Salim tahu, mampus Mimi kena sembelih…”"Kalau tak beritahu, mana Abang Salim akan tahu…. Kak Siti kau pun bukannya ada” terang ku sambil jariku memicit-micit bahu Mimi. “Dulu Kak Siti pun Abang buat macam tu” terang ku padanya.”Eh, malulah…” Mimi melekapkan mukanya ke dadaku. “Eh ini petanda baik ni…” fikirku.Aku mula memicit belakang bahu Mimi dan aku dapati Mimi tidak memakai bra di bawah T-shirtnya. Tanganku mula meraba belakang Mimi dan sesekali mencuit tepi t*t*k Mimi. Terasa Mimi mengeraskan badannya menahan geli.Tiba-tiba Mimi mengangkat mukanya dan berkata “Okay kita try, kalau teknik abang boleh menolong…. Mimi tak tahan sakit ni….” Jelasnya.”Kat dalam bilik lah abang, malu sebab terang sangat kat sini,” kata Mimi. Kami pun bangun dan menghala ke bilik tidurnya. Pertama kali aku memasuki biliknya, cantik dan kemas. Aku ternampak Amir tidur dalam kotnya.Cahaya dari ruang tamu sahaja yang menerangi bilik tersebut. Aku pun membaringkan Mimi di atas katil beralaskan dua biji bantal supaya tinggi sedikit. Aku duduk disebelahnya dan tiba-tiba Mimi memegang tangan ku dan dia membawa tanganku ke dalam T-shirtnya. Aku merasa kulitnya yang gebu dan aku mula meraba. Aku rasa panas.Kemudian aku ramas bertalu-talu t*t*k Mimi itu dan dapat merasakan ada air susu yang mengalir dari putingnya. Aku baru nak menyelak T-shirt Mimi tapi Mimi segera bangun dan menanggalkannya.”Senang,” jelasnya.Maka tersembullah dua gunung idamanku selama ini. Jariku mula menyukat nyukat di serata pelusuk t*t*k Mimi. Ternyata t*t*k Mimi memang besar seperti yang selalu aku lihat dan cukup istimewa untuk merangsang nafsu lelaki. Tanganku mengusap-usap teteknya dan puting teteknya ku gentel. Aku angkat kepala ku untuk menyonyot teteknya. Terasa air panas memancut ke dalam mulutku dan aku terus telan. Aku dah biasa menghisap air susu t*t*k isteriku dan rasanya sama sahaja, panas, masam sikit dan sedap. Aku menyonyot sebelah sambil mengusap-usap yang sebelah lagi. Puas menyonyot sebelah hingga kering, aku beraleh kepada t*t*k yang sebelah lagi sambil menggentel puting yang tadi. Puas menggentel aku mengusap pula. Teteknya menjadi tegang.Mulut Mimi hanya mendengus, “Us us us us us” sepanjang perlakuan ku. Walaupun teteknya besar, tapi susunya tidaklah banyak seperti yang Mimi adukan padaku. Sehingga kering kedua-dua belah teteknya, Mimi masih mengelus kesedapan dan memegang kepalaku ke teteknya sambil menarik tangan ku ke teteknya yang sebelah lagi.Sekali-sekala aku dengar Mimi menarik nafas panjang. Bunyi nafasnya juga bertambah kuat. Nafas ku juga begitu. Aku pun mula memberanikan diri lalu melonggarkan kain batik Mimi. Mimi tidak menghalang, dia hanya mendengus kesedapan. Tangan ku mula menjalar masuk, melalui getah seluar dalamnya dan merasa tundun cipapnya yang tembam dan menerokai persekitaran cipapnya yang berbulu itu. Perlahan lahan ku usapi bulu cipap Mimi yang halus dan jarang itu. Kemudian aku memanjangkan usapan untuk mencapai juntaian kelentit Mimi. Aku rasa sedap, kelentit Mimi lebih panjang dan keras dari Siti. Sambil itu jari hantu ku meraba masuk ke dalam lubang pukinya. Ternyata ianya sudah berlendir dan basah.”Arrgh…argh…Abang… jangan……. Oh..oh.. sedapnyer….” Mimi merengek….Jari aku masih lagi membuat pergerakan turun naik dengan lembut di cipap Mimi. Aku rasa seluar dalam Mimi telah basah di kawasan alur kemaluannya.. Kemudian aku menekan-nekan ke dalam alur cipapnya dengan jariku. Mimi menikmati rasa ghairah yang amat sangat. Semakin lama semakin tidak tertahan Mimi aku buatnya. Kain Mimi aku longgarkan dan kemudian aku lucutkan dan diikuti dengan seluar dalamnya yang berwarna pink itu aku lucutkan.Mata Mimi aku lihat terpejam sambil bibirnya yang munggil itu merengek kesedapan. Aku mengalih mulutku dari t*t*k Mimi dan aku lihat Mimi membukakan matanya seperti tertanya-tanya. Aku merapatkan bibir ku ke bibir Mimi dan mula mengucupnya sekuat hatiku. Mula-mula Mimi menarik bibirnya tapi aku kuatkan diri dan mula menjolok mulut Mimi dengan lidahku. Mimi akhirnya mengalah dan mula melawan lidahku sambil mengucup bibirku dengan rakusnya. Tak sangka gadis yang comel lote dari Kelantan ini berahi juga nafsu seksnya. Tangan aku mula menguak dan mengangkangkan kedua peha Mimi yang gebu itu sambil masih memainkan kelentitnya yang keras. Aku hairan kenapa tiada halangan dari Mimi tapi itu juga memberikan aku keberanian untuk bertindak seterusnya. Aku mula mengucup Mimi dari bibir, berhenti seketika di kedua teteknya dan terus menghala ke tundunya yang tembam itu.Aku menjilat tundunnya dan menciumi seluruh cipap Mimi di bibir luar sehinggalah menggunakan lidahku untuk menerokai lurah dan lubang cipap Mimi yang wangi itu. Dada aku begitu kencang berkocak bila melihat seluruh tubuh Mimi yang putih gebu melepak. Aku mengangkat kedua lutut Mimi ke atas dan mengangkangkannya. Aku sembamkan semula muka aku ke cipap Mimi yang tembam tu…. Mula-mula aku jilat kat tundun… Lepas tu turun sikit sampai ke lurah pantatnya. Bila aku jilat aja bibir lurah tu, secara automatik punggung Mimi terangkat dan mengerang kesedapan “Arghhh arghhh arghhhhh….!!!”.Aku kemudiannya bukak bibir p*nt*t Mimi dan aku jilat dengan rakusnya…”Urghh uurghhhh….!! ……. Sedapnyaaa Abangggg” antara keluar dengan tidak sahaja ayat tu dari mulut Mimi. Aku masokkan lidah aku dalam lubang p*nt*t Mimi dan aku kisar dekat dalam… Air yang keluar bukan mainlah banyaknyer. Walau pun rasa payau-payau sikit tapi aku hirup kering… Memang sedap dan memberangsangkan dan ditambah gerangan yang keluar dari mulut Mimi.”Arrkkkkkkkk!!” tetiba Mimi menjerit kecil bila aku gigit biji kelentit dia. Aku jilat aku gigit… Aku jilat aku gigit… Butuh aku dah membasahkan cadar katil dengan air mani.”Abang….. please f*ck me… Mimi dah tak tahan ni” pinta Mimi.Aku terus menjilat p*nt*t Mimi. Aku rasa aku belum puas lagi. Memang menjilat ni favourite aku cuma kadang-kadang sahaja Siti berikan kerana dia tak tahan geli.Selagi aku tak puas aku tak berenti menjilat.”Abang…. Abang… pleasseeee f*ck me… plzzz f*ck me Abang.. Mimi tak boleh bertahan lagi niiii” kata Mimi dengan begitu manja.Sekali lagi rasa ghairah yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata menjalar di seluruh tubuhku.Permainan jilat menjilat ini agak lama, dan Mimi puas mendesus dan menegang kerana mencapai klimaks tapi aku tetap meneruskannya. Mimi tidak banyak menjerit, hanya mengeliat dan mengerang kesedapan sahaja kerana mungkin bimbang Amir akan terjaga dan adengan ranjang ini terpaksa diberhentikan. Aku merenggangkan kepala dan lidahku dari kemaluan Mimi dan membetulkan adikku di celah kedua belah peha Mimi di mulut pantatnya. Sekali lagi kami bercium dan memberikan Mimi harum bau cipapnya. Mimi memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Sedap dan nikmat aku rasakan. Aku pun bangun melutut. b***ng butuh aku yang begitu menegang aku geselkan pada biji kelentit Mimi.”Oohhhhhh….!!! Masukkan Abang…. now plzzz” teriak Mimi.Aku mula menikamkan b***ng adikku yang keras dan besar ke sana sini, mencari lubang nikmat Mimi.Kepala z*kar ku masuk betul-betul pada sasarannya. Secara perlahan-lahan bibir cipap Mimi aku kuakkan dengan kepala zakarku. Terasa sempit sekali walaupun Mimi baru sahaja melahirkan anak melaluinya. Penjagaan tradisional yang diamalkan olehnya nyata berkesan untuk memulihkan lubang cipapnya kembali sempit seperti anak dara. Air pelicin Mimi membasahi kemaluanku namun begitu ketat kurasakan…dan itulah kenikmatan yang aku inginkan. Lain dengan Siti, setelah melahirkan anak yang kedua, lubang cipap Siti masih sedap tapi sedikit longgar. “Zzupppp……!!!” dengan sekali henjut sahaja b***ng z*kar aku dah separuh masok.”Oohhhh……!!!” kedengaran dari suara Mimi menggeluh.Zakarku semakin jauh menerokai lubang cipap Mimi dan akhirnya pangkal kemaluan kami bertaup rapat…terasa zakarku telah suntuk dengan rapat sekali. “Sedapnyer Abang….. Besar sungguh adik Abang…..… Kena slow-slow sikit eh…” kata Mimi.”Okay, Abang buat perlahan-lahan” jawab aku.…Mimi membuka kangkangnya dengan lebih luas dan aku mula sorong tarik sampai santak ke bibir p*nt*t Mimi. Aku meniarap atas badan Mimi tapi disokong dengan kedua-dua siku aku agar tak terlalu membebankan Mimi. Aku mula sorong tarik b***ng aku ke dalam dan keluar. “Abang…… adik Abang ni besar dan panjang lah…… Tak macam Abang Salim punya” tiba-tiba Mimi berbisik kat telinga aku.Aku hanya tersenyum sahaja. Punggung aku masih lagi menggepam. Kali ni lebih laju sikit sebab aku rasa ada kelicinan pada lubang p*nt*t Mimi. Mungkin air dia dah banyak keluar agaknya sebab aku rasa bulu-bulu di z*kar aku dah basah berlendir-lendir dan melekit-lekit.Dah puas cara meniarap, aku pusingkan Mimi buat cara doggy pulak. Mimi tidak membantah. Dia angkat punggung menaik tinggi sikit. Aku sendiri heran macam mana geram aku boleh melebih bila main dengan Mimi ini. Sedangkan dengan bini aku pon aku tak jilat lubang jubur dia. Mungkin disebabkan keputihan kulit Mimi berbanding bini aku yg menyebabkan berahi aku menggila. Ahhh….!!! tak kisah lah tu semua. Janji aku dapat lepaskan geram aku tuh…Aku pun masokkan b***ng aku ke p*nt*t Mimi dari belakang. Fuhhhh….!!! Lagi ketat rupanya main ikut belakang niii. Namun aku dapat juga masukkan seluruh b***ng dalam p*nt*t Mimi. Aku tak pernah buat doggy style dengan isteri aku kerana dia suka dari hadapan. Buat begini rasa macam bergigi-gigi dinding p*nt*t Mimi. Itu yg menambahkan rasa ngilu lagi kepala butuh aku.”Aaahhhh aaahhhhh….!!! Sedap Abang… Masukkan lagi Abangggg… Masukkan sedalam yang abang boleh…” pinta Mimi. Ermmm….!! Nampaknya dia dah boleh tahan dengan kebesaran b***ng z*kar aku ni. Aku pun hayun dengan lebih laju lagi sampai berbunyi cuppp cuppp cuppp….!!! Peha aku belaga dengan punggung Mimi… Aku tengok Mimi meramas t*t*k kanannya… Semakin membengkaklah t*t*k tu dan dah mula mengeluarkan susu semula….Kemudian kami bertukar posisi. Aku menelentang pulak dan Mimi naik di atas aku. Mimi pegang b***ng aku dengan tangan kiri dia memasukkan dalam lubang p*nt*t dia. Diturunkan punggungnya perlahan-lahan sehingga tenggelam keseluruhan b***ng sakti aku. Kini tiba pulak giliran aku untuk berehat dan Mimi pula yang memainkan peranan sebagai juragan melayari bahtera.Aku rasa macam nak terpancut bila Mimi menggelekkan bontotnya. Cepat-cepat aku tahan peha dia.Mimi ketawa kecil. “Kenapa Abang… Geli sangat ke?” Mimi bertanya.”A’ah… Abang takut terpancutlah… Abang tak puas lagi ni… Mimi jangan hayun laju sangat laa” kata aku.Mimi tersenyum manja sambil aku meramas dan menggentil puting t*t*k, Mimi terus memainkan peranan dia. Kali ni dia menolak kedepan dan kebelakang kemudian menghenjut ke atas dan ke bawah. Cipap dia semakin berlendir kerana banyak sangat menggeluarkan air. Entah berapa kali dia capai climax aku pun tak tau lah…. Kami bertukar posisi semula selepas Mimi mencapai klimaksnya yang entah ke berapa. Dia penat dan mahu bertukar posisi. Kali ini aku di atas dan mulakan semula menyorong tarik b***ng ku. Hampir 20 minit aku menyorong tarik b***ng aku di dalam kemaluannya dan tiba masanya aku hendak pancutkan air mani aku.Tiba-tiba Mimi mengerang dan aku rasa badan Mimi mengejang sekali lagi. Kali ini nafasnya juga kencang dan kepala nya bergoyang ke kiri-kanan. Aku tahu Mimi dah tak tahan. Tapi aku terus menyorong tarik butuh aku dalam cipap Mimi. Mimi semakin macam teransang. Puki Mimi semakin becak dan melengas. Mata Mimi pejam rapat dan mukanya berkerut seperti menahan suatu keperitan. Suaranya melongoh. Pelukannya keras. Nafas Mimi semakin kencang. Sah Mimi dah sampai puncaknya dan mulut Mimi yang kecil itu ternganga terutama bila aku tarik batangku keluar. Teteknya ku ramas dan ulit dan putingnya aku gentel. Tangan kiri ku turun ke bawah danmenggentel kelentitnya. Dia merengek keras…!! “Ummnnnghhh..!! …….. ” Mimi melenguhh.Aku percepatkan henjutan ku. Memang waktu itu ku rasa kesedapan yang terhingga.Ku tanya Mimi, “Sedapppp…??”Dia tidak menjawab, cuma mengeluh, melongoh umpama menyatakan…”Yaaaa…!!”.Henjutan ku semakin hebat. Seluruh tubuh Mimi aku peluk kuat……sambil kakinya memeluk kuat badan aku. Kemudian tiba-tiba dia menggelepar seperti ayam liar dipegang…!! Aku tahu dia sedang mencapai klimaksnya. Aku masih bertahan, walaupun cuma sedikit lagi. Secara tiba desakan air mani ku hampir bersemburan.Tambahan pula Mimi menggeliat dan punggungnya bergoyang ke kiri ke kanan. Kami saling berpautan. Waktu itu aku henjut dan tusuk seluruh b***ng aku habis, berdecit-decit pukinya. Lendirnya banyak dan seluruh tenaga ku merangkul tubuh Mimi. Aku terus tekan dan tekan dalam-dalam. Air mani ku pun rasa nak memancut. Aku terus menghenjut. Aku pun dah tak tahan juga. Aku pun memancut semua air mani aku ke dalam cipapnya. Dia hanya berdesis kesedapan apabila air mani aku bertakung didalam kemaluannya. Aku menghembuskan nafas kelegaan.Kami sama-sama mencapai klimaks. Kami sungguh-sungguh merasa nikmat. Tubuh Mimi masih belum aku lepaskan. b***ng ku masih terbenam dan aku rasa dalam saluran kemaluan ku mengalir air mani. Aku biarkan. Mulut kami berkucupan. Sesekali aku ramas t*t*k Mimi. Kemudian aku menjongkok dan menghisap puting teteknya. Sementara itu aku terus menghenjut b***ng ku keluar masuk, walaupun semakin lemah. Bila aku tarik, Mimi melenguh. Kemudian aku tusuk semula. Aku tengok Mimi tergapai-gapai. Aku peluk dia kemas-kemas. “Mimi puas?” aku tanya.Dia menganggguk.”Sedap?” tanya ku.Dia senyum.Bibirnya merah kena sedutan kucupan ku. Makin nampak kejelitaan Mimi. Kami masih bersatu tubuh dan batangku masih di dalam faraj Mimi. Aku rasa b***ng ku sudah makin lemah. Perlahan-lahan aku cabut. Aku tengok air mani ku mengalir keluar dari celah lubang cipapnya. Aku menggentelkankan puting t*t*k Mimi semula.”Dah hilang sakit tadi?” aku bertanya.”Sekarang hilang…… tapi nanti sakit semula….” jawab Mimi manja.Kami tersenyum. Aku biarkan Mimi baring tanpa seurat benang dan kami berdua telanjang ibarat suami isteri yang baru lepas bercengkerama. Kami berpelukan sambil memain-mainkan putting t*t*k Mimi, aku yang kiri dan Mimi menggentelkan yang kanan.Dalam berdakapan itu, aku bisikan, “Mimi betul puas?” Mimi menjawab, “Mhhhh…Anu abang besar, masakan tak puas….”Kami pun terlelap…..Kami dikejutkan oleh suara Amir menangis. Mimi bergegas bangun, berkemban dengan kain batiknya dan mengangkat Amir. Jam di dinding menunjukkan jam 12.00 tengahari. Aku segera bangun dan memakai kain pelikat dan T-shirt ku. Aku keluar bilik dan melihat Mimi sedang menyusukan Amir. Kain batiknya dilondehkan dan kedua-dua teteknya tersembul megah, satu puting dalam mulut Amir dan yang satu terdedah. Putingnya keras dan panjang seinci, mungkin kerana seronok aku memerhatikan atau mungkin seronok setelah apa yang baru dilakukan. Aku duduk disebelah Mimi dan mula menggentelkan puting teteknya. Mimi memandangku dan tersenyum sambil mengelus kesedapan.”Abang nyonyot yang sebelah sini, boleh?” tanyaku mengusik. “Abang haus ni….”"Janganlah bang, tengok Amir ni tak cukup susu sebab habis dah abang hisap tadi…. Tak sempat buat susu baru….. Tapi nanti kalau ada lebih, Mimi panggil Abang, okay….” sambung Mimi dengan manja.”Tak apa…. Abang bergurau aja….” jawab ku. “Mimi nak makan apa, Abang nak keluar cari makan sekejap…Abang belikan…” tanya ku.”Kalau nak ikutkan hati nak makan hot-dog Abang…… tapi tak ada tenaga pulak nanti… Abang cari nasi pun bolehlah…..”"Okay, Abang balik dulu…” aku mengucup dahi Mimi sambil memicit puting teteknya sekali lagi. Geram betul aku di buatnya melihatkan Mimi separuh bogel di ruang tamunya itu.Aku pun bangun dan pulang ke rumahku melalui pintu belakang. Plan aku dah mengena. Nasib baik badan dapatlah aku melapah tubuh monggel Mimi untuk seminggu. Isteriku tak ada dan suaminya
104 notes
·
View notes
Photo

more than palm trees // may have only been a tiny glimpse but a different perspective on the coast of #guam // #lastweek // #travel #travelphotography #beach #sky #kitcam #travelphotography #clouds #tropics #usapi #trees #nature #environment (at Beach Bar Gun Beach Tumon Bay Guam)
#travel#kitcam#sky#usapi#beach#travelphotography#clouds#nature#guam#tropics#lastweek#environment#trees
0 notes
Text

Chapter 12
CW // NSFW
“Dan...,”
“Hm...?”
Saagar baru saja ingin mengutarakan kalimatnya, namun suara vulgar di seberang sana membuat ia kembali bungkam mulutnya.
Saagar berkali-kali arahkan kameranya ke sembarang arah, merasa malu untuk nampakkan tubuh telanjangnya.
“Pegang hp-nya yang bener, Saagar, I wanna see your naked body.”
Yang diperintahkan lantas menurut. Ia sangga ponselnya pada bantal, sehingga tubuh yang tak tertutup apapun itu penuhi layar ponsel Jordan sekarang.
“Cantik,” begitu mudah Jordan membisikkan pujian. Wajah Saagar kini merona malu, warnanya menjalar hingga telinga dan leher.
“Gua malu...”
Mendengar itu lantas Jordan arahkan kameranya ke bawah, menunjukkan tangannya yang tengah memijat kejantanannya yang tegang. “Sekarang lu nggak malu sendirian.”
“Dan...,” panggil Saagar dengan suara yang sedikit gemetar. “Udahan aja, yuk?”
“Kenapa?”
“Udah, please...”
Jordan lihat wajah Saagar merengut. Kemudian ia arahkan kameranya ke wajah, “Lu tega bikin gua tegang terus lu tinggalin gitu aja.”
Jordan dengar Saagar merengek, mengambil ponselnya kemudian menutup kameranya menggunakan telapak tangan. “Kenapa harus video call gini? Gua malu.”
“Sorry. Udahan aja kalo lu nggak nyaman.”
“Maksud gua lu bisa liat langsung, kenapa harus video call gini? Gua malu telanjang depan kamera.”
Jordan sejenak mendelik, sedikit tak percaya. “Then, can I come to your apartment?”
“Hm, I'll wait for you here.”
Tanpa berpikir panjang, Jordan dengan segera membelah jalan di tengah malam yang dingin itu. Tak perduli dengan Heinz yang mengancamnya tak akan membukakan pintu jika ia kembali.
Tak perlu waktu lama untuk Jordan sampai pada apartemen Saagar. Setelah parkirkan motornya, dengan cepat tungkainya melangkah masuk ke dalam lift. Ia tekan tombol yang kemudian membawanya naik ke lantai dimana unit apartemen Saagar berada.
Jordan masukkan nomor pin pintu hingga bunyi bip—menandakan pintu tak lagi terkunci—terdengar. Dengan jantung yang berdebar, Jordan melangkah masuk, membuka sepatunya dengan cepat.
Tungkainya melangkah menuju kamar Saagar. Semakin ia mendekat pada kamar Saagar, semakin cepat degup jantungnya berdetak. Hingga sampailah ia di depan kamar Saagar. Perlahan ia buka pintu kayu yang ringan, membuat jalan untuknya masuk.
Hal pertama yang Jordan lihat saat ia masuk dalam kamar dengan cahaya remang itu, yakni; Saagar yang duduk di pinggiran ranjang dengan selimut yang bungkus tubuhnya.
Netra keduanya bertemu. Jordan masih berdiri di belakang pintu sambil pandangi Saagar. Tubuhnya berdesir saat ia lihat selimut yang tutupi tubuh Saagar perlahan merosot sampai ke perut.
“Kenapa berdiri di sana?” Kini Saagar bertanya, buat yang ditanya lantas melangkah mendekat. “Jadi gini, ya, rasanya?” Jordan bergumam. “Gini rasanya malam pertama.”
“Lu ngomong apaan?”
Yang ditanya tak menjawab. Pemuda surai legam itu justru bawa tubuhnya berdiri di hadapan Saagar. Maniknya tak berhenti pandangi Saagar, tak biarkan satu detik pun terlewatkan. Kuasanya terangkat, usap lembut wajah si surai gondrong.
“Ternyata liat langsung depan mata gini lebih cantik, Gar.”
Yang tengah digoda pun lantas merona. Ia palingkan wajahnya dari Jordan, merasa malu setelah dengar kalimat barusan.
Kuasa Jordan merosot turun, usapi leher Saagar hingga buat pemuda itu seketika mendongak pandangi Jordan.
“Geli...”
“That's because you're not turn on yet.”
“Kata siapa gua belum turn on?”
Jordan seketika menyeringai. Ia tundukkan kepalanya, membawa wajahnya mendekati wajah Saagar kemudian berbisik, “mau ngewe, nggak?”
Saagar tangkap jelas kalimat itu. Ia telan salivanya dengan susah payah saat rasa gugup menyerangnya tiba-tiba. Sejujurnya ia tak bisa menolak sebab dirinya yang terlanjur terangsang setelah sentuhan yang berkali-kali Jordan beri. “M-mau...”
Fuck. This ain't be real.
•••
Ternyata Jordan tak mimpi, sama sekali.
Sosok Saagar yang ada di hadapannya ini sungguhan nyata—begitu lembut, putih, berkilau karena peluh—dan ia baru menyentuh sepersekian bagian dari keseluruhan tubuh Saagar yang ingin dipujanya malam ini. Selimut yang tutupi tubuhnya tersingkap, mengekspos torso ramping dan sedikit berotot itu.
Napas pemuda itu terengah setelah berbagi ciuman dengan Jordan yang kini menaungi tubuhnya, separuh telanjang dengan gundukan yang prominen di bagian depan celananya.
“Badan lu kok responsif gini, sih, Gar? Tadi katanya geli, sekarang kok kayak seneng banget gua pegang?”
Saagar merengek, tubuhnya menggeliat di bawah Jordan saat pemuda itu menggenggam kejantanannya. Seketika Saagar menyentakkan kepalanya ke belakang, punggungnya melengkung nikmat saat kuasa Jordan kini bergerak naik turun memijat kejantanannya.
Jordan memperhatikan bagaimana bibir Saagar terbuka selagi meloloskan erang nikmat. Ia pun tergoda untuk mengejar kelembutan itu lagi dan membekapnya hingga Saagar tak bisa bernapas.
“J-Jordan... nggak...”
“Apanya yang nggak?” Jordan tertawa serak begitu melepaskan ciumannya yang brutal dari bibir Saagar. Ia akhirnya melepaskan genggamannya dari kejantanan Saagar untuk berpindah ke cerukan bokongnya.
Setelah mengambil pelumas—yang sebelumnya sengaja ia bawa di dalam saku jaketnya—dan melumurinya ke dua jarinya, ia mulai menggoda yang di bawah sebelum perlahan melesakkan jemarinya melewati sempitnya liang yang belum pernah dijamah.
“Jorda—bangsat, pelan-pelan!”
Tangan Saagar mendarat di pundak Jordan dengan suara tepukan yang cukup keras, tetapi Jordan hanya tertawa tanpa benar-benar merasa sakit. Mungkin karena ia terlalu fokus pada sentuhannya di tubuh Saagar—mendorong jarinya keluar masuk demi melonggarkan liang pemuda itu, sebab mereka akan melakukan sesuatu malam ini—membuatnya tak begitu peduli pada hal lain. Perhatiannya hanya tertuju pada ekspresi wajah serta suara yang diloloskan Saagar dari bibirnya, serta respon dari tubuh sang pemuda pada sentuhnya yang diusahakan tak tergesa.
“Gua nggak nyangka bisa liat muka sange lu yang begini, Gar. Beda banget sama muka sange lu pas nonton bokep.”
Sambil bicara demikian, tangan Jordan tak berhenti bergerak di bawah sana. Saagar yang kewalahan akhirnya mengalungkan tangan di leher Jordan sebelum meremas surai di tengkuknya, memintanya berhenti.
“Udah, udah longgar... Masukin aja, please... Gua mau keluar, Jordan...”
Lantaran sudah dibilang begitu, Jordan pun lekas mengeluarkan tangannya dari tubuh Saagar. Ia tarik pinggul Saagar agar sejajar dengan kejantanannya yang sudah melengkung tegang di selangkangannya.
“Gue masukin sekarang, ya? Lu udah longgar—”
“Jordan! Aahhh—”
Pinggulnya menyentak, mengintrusi, dan Saagar menjerit. Padahal belum seluruhnya karena, sumpah, Saagar sempit banget.
Mendengar bagaimana reaksi Saagar serta tubuhnya yang gemetar ketika menerima intrusi, Jordan seketika teringat jika ini pertama kalinya bagi Saagar bersenggama dengan seseorang—dan Jordan senang sebab seseorang itu adalah dirinya.
Menggigit bibir, Jordan berusaha untuk tidak kasar dan seenaknya pada tubuh Saagar. Namun, erangan nikmat itu seakan menuntut dirinya untuk semakin percepat temponya.
“I'm gonna cum, Dan...”
Mendengar itu, Jordan raih kejantanan Saagar kemudian menekan ujungnya. “Wait for me,”
Saagar seketika merengek, ia merasa seperti akan meledak saat jalan pelepasannya di tutup oleh jempol Jordan. “Dan... nghh...”
Saat Jordan rasa ia akan menuju pelepasannya, barulah ia keluarkan kejantanannya dari tubuh Saagar dan ia jauhkan jempolnya untuk Saagar keluarkan pelepasannya. Seketika cairan kental milik keduanya menyembur secara bersamaan.
Jordan ambruk dalam pelukan Saagar, mendekap erat tubuh yang dipenuhi oleh peluh. “Now, you're mine, Saagar,” Jordan berbisik sambil mengecup lembut daun telinga Saagar.
Setelah ini, Jordan tak yakin ia akan kembali tergoda dengan gadis-gadis seksi di majalah. Ia tak akan bisa memikirkan siapapun lagi selain Saagar. Apalagi setelah mereka menghabiskan waktu bersama sambil melakukan kegiatan senikmat ini, Jordan akan semakin menggila dibuatnya.
0 notes
Text
Mengutuk Sentot
kau jilati ludahmu sendiri hingga telanjang dan kau jilati kelaminmu sendiri. altar puja puji ego yang haus atensi.
tidak apa, sayang. usapi bibirnya dengan jarimu supaya dusta itu tetap tenang. o, kecupi lagi supaya dusta yang kaulukis di sana segera tertidur pulas.
cium! cium! ciumi kutang merah kesayanganmu yang masih bau sabun mandi. apa kau tidak resah jika ia bersaksi bahwa engkau pada malam-malam lalu mengemis di bawah selangkangan lacurmu?
itu dusta terus mengalir dalam darah. terus berhembus dalam napas. dan pada setiap jejak jalan pulang, cermin yang kaucari hanya serupa retak. seperti sumpah ucapmu yang tak lagi kudus. maka kupersembahkan kutukan paling keramat : takkan pernah kau temui pulang selain pada seorang perempuan, seorang lacur yang lebih rendah dan lebih hina dari seorang Sundari dalam sebuah babad tresna.
kuburlah putih tulang engkau tanpa kasih ayah ibu. sebab buah di meja telah busuk.
o, kutukan yang belum pernah kuberikan pada siapa-siapa selainmu, yang diaminkan seluruh penjuru langit dan bumi.
kau curi kata dariku. salam sayang aku.
10 November 2019
1 note
·
View note
Photo

2017.09.06 → 09.10 唯一無二 UNIVERS UNIQUE OBJETS ET BIJOUX EN VERRE SOUFFLÉ @ Paris / Galerie Hayasaki . . . . . . . . . #gla_gla #高臣大介 #daisuketakatomi #usapi #ウサコ #usako #吹きガラス #宙吹き #glassblowing #glassart #水に咲く #glass #glasswere #clear #transparent #グラスジュエリー #glassjewelry #paris #パリ #france #フランス #toya #tsukiura #japan (Galerie Hayasaki Paris)
#france#吹きガラス#clear#glassblowing#glasswere#glass#usako#水に咲く#ウサコ#グラスジュエリー#toya#paris#宙吹き#daisuketakatomi#高臣大介#フランス#パリ#usapi#japan#gla_gla#tsukiura#glassjewelry#glassart#transparent
0 notes
Text
Abang dan Mimi
Abang fikir apa tu?” Mimi tiba-tiba bertanya kepadaku. Aku tak sedar bila Mimi keluar dari biliknya. ”Mana Amir? Dah tidur ke?”"Dah….sekejap aja dia dah tidur. Itu yang kadang-kadang tak tahan….” keluh Mimi.”Kenapa?” tanyaku.”Ye lah… dia menyusu sikit aja… sekejap-sekejap. t*t*k Mimi masih penuh susu tapi dia dah tak mahu… Sakit rasanya bila susu bengkak….” terang Mimi.Ada chan untuk mengena perangkap nampaknya…. “Abang tolong nak….. Dulu Kak Siti kau macam tu juga setiap kali selepas bersalin.Lepas Abang tolongkannya, dah No problem lepas tu” jawab ku.”Eh macamana..??
Kalau boleh Mimi nak juga Abang tolong” jawab Mimi manja.”Mari sini, duduk sebelah Abang…” aku menunjukkan tempat di sebelahku.Mimi pun bangun dan merapati ku dan duduk bersebelahanku di sofa panjangnya. Dia menoleh kepadaku. Aku pun meletakkan tanganku di atas bahunya dan berkata…”Abang tolong hisapkan susu yang baki tu supaya tak rasa sakit lagi, itu aja caranya…” terang ku.”Eish…. Abang ni nakallah” sambil menampar pehaku dengan manjanya. “Mana boleh macam tu….kalau Abang Salim tahu, mampus Mimi kena sembelih…”"Kalau tak beritahu, mana Abang Salim akan tahu…. Kak Siti kau pun bukannya ada” terang ku sambil jariku memicit-micit bahu Mimi. “Dulu Kak Siti pun Abang buat macam tu” terang ku padanya.”Eh, malulah…”
Mimi melekapkan mukanya ke dadaku. “Eh ini petanda baik ni…” fikirku.Aku mula memicit belakang bahu Mimi dan aku dapati Mimi tidak memakai bra di bawah T-shirtnya. Tanganku mula meraba belakang Mimi dan sesekali mencuit tepi t*t*k Mimi. Terasa Mimi mengeraskan badannya menahan geli.Tiba-tiba Mimi mengangkat mukanya dan berkata “Okay kita try, kalau teknik abang boleh menolong…. Mimi tak tahan sakit ni….” Jelasnya.”Kat dalam bilik lah abang, malu sebab terang sangat kat sini,” kata Mimi.
Kami pun bangun dan menghala ke bilik tidurnya. Pertama kali aku memasuki biliknya, cantik dan kemas. Aku ternampak Amir tidur dalam kotnya.Cahaya dari ruang tamu sahaja yang menerangi bilik tersebut. Aku pun membaringkan Mimi di atas katil beralaskan dua biji bantal supaya tinggi sedikit. Aku duduk disebelahnya dan tiba-tiba Mimi memegang tangan ku dan dia membawa tanganku ke dalam T-shirtnya.
Aku merasa kulitnya yang gebu dan aku mula meraba. Aku rasa panas.Kemudian aku ramas bertalu-talu t*t*k Mimi itu dan dapat merasakan ada air susu yang mengalir dari putingnya. Aku baru nak menyelak T-shirt Mimi tapi Mimi segera bangun dan menanggalkannya.”Senang,” jelasnya.Maka tersembullah dua gunung idamanku selama ini. Jariku mula menyukat nyukat di serata pelusuk t*t*k Mimi. Ternyata t*t*k Mimi memang besar seperti yang selalu aku lihat dan cukup istimewa untuk merangsang nafsu lelaki. Tanganku mengusap-usap teteknya dan puting teteknya ku gentel. Aku angkat kepala ku untuk menyonyot teteknya.
Terasa air panas memancut ke dalam mulutku dan aku terus telan. Aku dah biasa menghisap air susu t*t*k isteriku dan rasanya sama sahaja, panas, masam sikit dan sedap. Aku menyonyot sebelah sambil mengusap-usap yang sebelah lagi. Puas menyonyot sebelah hingga kering, aku beraleh kepada t*t*k yang sebelah lagi sambil menggentel puting yang tadi. Puas menggentel aku mengusap pula.
Teteknya menjadi tegang.Mulut Mimi hanya mendengus, “Us us us us us” sepanjang perlakuan ku. Walaupun teteknya besar, tapi susunya tidaklah banyak seperti yang Mimi adukan padaku. Sehingga kering kedua-dua belah teteknya, Mimi masih mengelus kesedapan dan memegang kepalaku ke teteknya sambil menarik tangan ku ke teteknya yang sebelah lagi.Sekali-sekala aku dengar Mimi menarik nafas panjang.
Bunyi nafasnya juga bertambah kuat. Nafas ku juga begitu. Aku pun mula memberanikan diri lalu melonggarkan kain batik Mimi. Mimi tidak menghalang, dia hanya mendengus kesedapan. Tangan ku mula menjalar masuk, melalui getah seluar dalamnya dan merasa tundun cipapnya yang tembam dan menerokai persekitaran cipapnya yang berbulu itu. Perlahan lahan ku usapi bulu cipap Mimi yang halus dan jarang itu. Kemudian aku memanjangkan usapan untuk mencapai juntaian kelentit Mimi. Aku rasa sedap, kelentit Mimi lebih panjang dan keras dari Siti. Sambil itu jari hantu ku meraba masuk ke dalam lubang pukinya. Ternyata ianya sudah berlendir dan basah.”Arrgh…argh…Abang… jangan……. Oh..oh.. sedapnyer….” Mimi merengek….Jari aku masih lagi membuat pergerakan turun naik dengan lembut di cipap Mimi.
Aku rasa seluar dalam Mimi telah basah di kawasan alur kemaluannya.. Kemudian aku menekan-nekan ke dalam alur cipapnya dengan jariku. Mimi menikmati rasa ghairah yang amat sangat. Semakin lama semakin tidak tertahan Mimi aku buatnya. Kain Mimi aku longgarkan dan kemudian aku lucutkan dan diikuti dengan seluar dalamnya yang berwarna pink itu aku lucutkan.Mata Mimi aku lihat terpejam sambil bibirnya yang munggil itu merengek kesedapan. Aku mengalih mulutku dari t*t*k Mimi dan aku lihat Mimi membukakan matanya seperti tertanya-tanya. Aku merapatkan bibir ku ke bibir Mimi dan mula mengucupnya sekuat hatiku. Mula-mula Mimi menarik bibirnya tapi aku kuatkan diri dan mula menjolok mulut Mimi dengan lidahku. Mimi akhirnya mengalah dan mula melawan lidahku sambil mengucup bibirku dengan rakusnya. Tak sangka gadis yang comel lote dari Kelantan ini berahi juga nafsu seksnya.
Tangan aku mula menguak dan mengangkangkan kedua peha Mimi yang gebu itu sambil masih memainkan kelentitnya yang keras. Aku hairan kenapa tiada halangan dari Mimi tapi itu juga memberikan aku keberanian untuk bertindak seterusnya. Aku mula mengucup Mimi dari bibir, berhenti seketika di kedua teteknya dan terus menghala ke tundunya yang tembam itu.Aku menjilat tundunnya dan menciumi seluruh cipap Mimi di bibir luar sehinggalah menggunakan lidahku untuk menerokai lurah dan lubang cipap Mimi yang wangi itu. Dada aku begitu kencang berkocak bila melihat seluruh tubuh Mimi yang putih gebu melepak. Aku mengangkat kedua lutut Mimi ke atas dan mengangkangkannya. Aku sembamkan semula muka aku ke cipap Mimi yang tembam tu…. Mula-mula aku jilat kat tundun… Lepas tu turun sikit sampai ke lurah pantatnya. Bila aku jilat aja bibir lurah tu, secara automatik punggung Mimi terangkat dan mengerang kesedapan “Arghhh arghhh arghhhhh….!!!”.Aku kemudiannya bukak bibir p*nt*t Mimi dan aku jilat dengan rakusnya…”Urghh uurghhhh….!! ……. Sedapnyaaa Abangggg” antara keluar dengan tidak sahaja ayat tu dari mulut Mimi.
Aku masokkan lidah aku dalam lubang p*nt*t Mimi dan aku kisar dekat dalam… Air yang keluar bukan mainlah banyaknyer. Walau pun rasa payau-payau sikit tapi aku hirup kering… Memang sedap dan memberangsangkan dan ditambah gerangan yang keluar dari mulut Mimi.”Arrkkkkkkkk!!” tetiba Mimi menjerit kecil bila aku gigit biji kelentit dia. Aku jilat aku gigit… Aku jilat aku gigit… Butuh aku dah membasahkan cadar katil dengan air mani.”Abang….. please f*ck me… Mimi dah tak tahan ni” pinta Mimi.Aku terus menjilat p*nt*t Mimi. Aku rasa aku belum puas lagi. Memang menjilat ni favourite aku cuma kadang-kadang sahaja Siti berikan kerana dia tak tahan geli.Selagi aku tak puas aku tak berenti menjilat.”Abang…. Abang… pleasseeee f*ck me… plzzz f*ck me Abang..
Mimi tak boleh bertahan lagi niiii” kata Mimi dengan begitu manja.Sekali lagi rasa ghairah yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata menjalar di seluruh tubuhku.Permainan jilat menjilat ini agak lama, dan Mimi puas mendesus dan menegang kerana mencapai klimaks tapi aku tetap meneruskannya. Mimi tidak banyak menjerit, hanya mengeliat dan mengerang kesedapan sahaja kerana mungkin bimbang Amir akan terjaga dan adengan ranjang ini terpaksa diberhentikan. Aku merenggangkan kepala dan lidahku dari kemaluan Mimi dan membetulkan adikku di celah kedua belah peha Mimi di mulut pantatnya. Sekali lagi kami bercium dan memberikan Mimi harum bau cipapnya. Mimi memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Sedap dan nikmat aku rasakan. Aku pun bangun melutut. b***ng butuh aku yang begitu menegang aku geselkan pada biji kelentit Mimi.”Oohhhhhh….!!! Masukkan Abang…. now plzzz” teriak Mimi.Aku mula menikamkan b***ng adikku yang keras dan besar ke sana sini, mencari lubang nikmat Mimi.Kepala z*kar ku masuk betul-betul pada sasarannya. Secara perlahan-lahan bibir cipap Mimi aku kuakkan dengan kepala zakarku.
Terasa sempit sekali walaupun Mimi baru sahaja melahirkan anak melaluinya. Penjagaan tradisional yang diamalkan olehnya nyata berkesan untuk memulihkan lubang cipapnya kembali sempit seperti anak dara. Air pelicin Mimi membasahi kemaluanku namun begitu ketat kurasakan…dan itulah kenikmatan yang aku inginkan. Lain dengan Siti, setelah melahirkan anak yang kedua, lubang cipap Siti masih sedap tapi sedikit longgar. “Zzupppp……!!!” dengan sekali henjut sahaja b***ng z*kar aku dah separuh masok.”Oohhhh……!!!” kedengaran dari suara Mimi menggeluh.Zakarku semakin jauh menerokai lubang cipap Mimi dan akhirnya pangkal kemaluan kami bertaup rapat…terasa zakarku telah suntuk dengan rapat sekali. “Sedapnyer Abang….. Besar sungguh adik Abang…..… Kena slow-slow sikit eh…” kata Mimi.”Okay, Abang buat perlahan-lahan” jawab aku.…Mimi membuka kangkangnya dengan lebih luas dan aku mula sorong tarik sampai santak ke bibir p*nt*t Mimi. Aku meniarap atas badan Mimi tapi disokong dengan kedua-dua siku aku agar tak terlalu membebankan Mimi.
Aku mula sorong tarik b***ng aku ke dalam dan keluar. “Abang…… adik Abang ni besar dan panjang lah…… Tak macam Abang Salim punya” tiba-tiba Mimi berbisik kat telinga aku.Aku hanya tersenyum sahaja. Punggung aku masih lagi menggepam. Kali ni lebih laju sikit sebab aku rasa ada kelicinan pada lubang p*nt*t Mimi. Mungkin air dia dah banyak keluar agaknya sebab aku rasa bulu-bulu di z*kar aku dah basah berlendir-lendir dan melekit-lekit.Dah puas cara meniarap, aku pusingkan Mimi buat cara doggy pulak. Mimi tidak membantah. Dia angkat punggung menaik tinggi sikit. Aku sendiri heran macam mana geram aku boleh melebih bila main dengan Mimi ini. Sedangkan dengan bini aku pon aku tak jilat lubang jubur dia. Mungkin disebabkan keputihan kulit Mimi berbanding bini aku yg menyebabkan berahi aku menggila. Ahhh….!!! tak kisah lah tu semua. Janji aku dapat lepaskan geram aku tuh…Aku pun masokkan b***ng aku ke p*nt*t Mimi dari belakang.
Fuhhhh….!!! Lagi ketat rupanya main ikut belakang niii. Namun aku dapat juga masukkan seluruh b***ng dalam p*nt*t Mimi. Aku tak pernah buat doggy style dengan isteri aku kerana dia suka dari hadapan. Buat begini rasa macam bergigi-gigi dinding p*nt*t Mimi. Itu yg menambahkan rasa ngilu lagi kepala butuh aku.”Aaahhhh aaahhhhh….!!! Sedap Abang… Masukkan lagi Abangggg…
Masukkan sedalam yang abang boleh…” pinta Mimi. Ermmm….!! Nampaknya dia dah boleh tahan dengan kebesaran b***ng z*kar aku ni. Aku pun hayun dengan lebih laju lagi sampai berbunyi cuppp cuppp cuppp….!!! Peha aku belaga dengan punggung Mimi… Aku tengok Mimi meramas t*t*k kanannya… Semakin membengkaklah t*t*k tu dan dah mula mengeluarkan susu semula….Kemudian kami bertukar posisi. Aku menelentang pulak dan Mimi naik di atas aku.
Mimi pegang b***ng aku dengan tangan kiri dia memasukkan dalam lubang p*nt*t dia. Diturunkan punggungnya perlahan-lahan sehingga tenggelam keseluruhan b***ng sakti aku. Kini tiba pulak giliran aku untuk berehat dan Mimi pula yang memainkan peranan sebagai juragan melayari bahtera.Aku rasa macam nak terpancut bila Mimi menggelekkan bontotnya. Cepat-cepat aku tahan peha dia.Mimi ketawa kecil. “Kenapa Abang… Geli sangat ke?” Mimi bertanya.”A’ah… Abang takut terpancutlah… Abang tak puas lagi ni… Mimi jangan hayun laju sangat laa” kata aku.Mimi tersenyum manja sambil aku meramas dan menggentil puting t*t*k, Mimi terus memainkan peranan dia. Kali ni dia menolak kedepan dan kebelakang kemudian menghenjut ke atas dan ke bawah. Cipap dia semakin berlendir kerana banyak sangat menggeluarkan air. Entah berapa kali dia capai climax aku pun tak tau lah….
Kami bertukar posisi semula selepas Mimi mencapai klimaksnya yang entah ke berapa. Dia penat dan mahu bertukar posisi. Kali ini aku di atas dan mulakan semula menyorong tarik b***ng ku. Hampir 20 minit aku menyorong tarik b***ng aku di dalam kemaluannya dan tiba masanya aku hendak pancutkan air mani aku.Tiba-tiba Mimi mengerang dan aku rasa badan Mimi mengejang sekali lagi. Kali ini nafasnya juga kencang dan kepala nya bergoyang ke kiri-kanan. Aku tahu Mimi dah tak tahan. Tapi aku terus menyorong tarik butuh aku dalam cipap Mimi. Mimi semakin macam teransang. Puki Mimi semakin becak dan melengas. Mata Mimi pejam rapat dan mukanya berkerut seperti menahan suatu keperitan. Suaranya melongoh. Pelukannya keras. Nafas Mimi semakin kencang. Sah Mimi dah sampai puncaknya dan mulut Mimi yang kecil itu ternganga terutama bila aku tarik batangku keluar.
Teteknya ku ramas dan ulit dan putingnya aku gentel. Tangan kiri ku turun ke bawah danmenggentel kelentitnya. Dia merengek keras…!! “Ummnnnghhh..!! …….. ” Mimi melenguhh.Aku percepatkan henjutan ku. Memang waktu itu ku rasa kesedapan yang terhingga.Ku tanya Mimi, “Sedapppp…??”Dia tidak menjawab, cuma mengeluh, melongoh umpama menyatakan…”Yaaaa…!!”.Henjutan ku semakin hebat. Seluruh tubuh Mimi aku peluk kuat……sambil kakinya memeluk kuat badan aku. Kemudian tiba-tiba dia menggelepar seperti ayam liar dipegang…!! Aku tahu dia sedang mencapai klimaksnya. Aku masih bertahan, walaupun cuma sedikit lagi. Secara tiba desakan air mani ku hampir bersemburan.Tambahan pula Mimi menggeliat dan punggungnya bergoyang ke kiri ke kanan. Kami saling berpautan. Waktu itu aku henjut dan tusuk seluruh b***ng aku habis, berdecit-decit pukinya. Lendirnya banyak dan seluruh tenaga ku merangkul tubuh Mimi. Aku terus tekan dan tekan dalam-dalam. Air mani ku pun rasa nak memancut. Aku terus menghenjut. Aku pun dah tak tahan juga. Aku pun memancut semua air mani aku ke dalam cipapnya. Dia hanya berdesis kesedapan apabila air mani aku bertakung didalam kemaluannya. Aku menghembuskan nafas kelegaan.Kami sama-sama mencapai klimaks. Kami sungguh-sungguh merasa nikmat.
Tubuh Mimi masih belum aku lepaskan. b***ng ku masih terbenam dan aku rasa dalam saluran kemaluan ku mengalir air mani. Aku biarkan. Mulut kami berkucupan. Sesekali aku ramas t*t*k Mimi. Kemudian aku menjongkok dan menghisap puting teteknya. Sementara itu aku terus menghenjut b***ng ku keluar masuk, walaupun semakin lemah. Bila aku tarik, Mimi melenguh. Kemudian aku tusuk semula. Aku tengok Mimi tergapai-gapai. Aku peluk dia kemas-kemas. “Mimi puas?” aku tanya.Dia menganggguk.”Sedap?” tanya ku.Dia senyum.Bibirnya merah kena sedutan kucupan ku. Makin nampak kejelitaan Mimi. Kami masih bersatu tubuh dan batangku masih di dalam faraj Mimi. Aku rasa b***ng ku sudah makin lemah. Perlahan-lahan aku cabut. Aku tengok air mani ku mengalir keluar dari celah lubang cipapnya. Aku menggentelkankan puting t*t*k Mimi semula.”Dah hilang sakit tadi?” aku bertanya.”Sekarang hilang…… tapi nanti sakit semula….” jawab Mimi manja.Kami tersenyum.
Aku biarkan Mimi baring tanpa seurat benang dan kami berdua telanjang ibarat suami isteri yang baru lepas bercengkerama. Kami berpelukan sambil memain-mainkan putting t*t*k Mimi, aku yang kiri dan Mimi menggentelkan yang kanan.Dalam berdakapan itu, aku bisikan, “Mimi betul puas?” Mimi menjawab, “Mhhhh…Anu abang besar, masakan tak puas….”Kami pun terlelap…..Kami dikejutkan oleh suara Amir menangis. Mimi bergegas bangun, berkemban dengan kain batiknya dan mengangkat Amir. Jam di dinding menunjukkan jam 12.00 tengahari. Aku segera bangun dan memakai kain pelikat dan T-shirt ku. Aku keluar bilik dan melihat Mimi sedang menyusukan Amir. Kain batiknya dilondehkan dan kedua-dua teteknya tersembul megah, satu puting dalam mulut Amir dan yang satu terdedah.
Putingnya keras dan panjang seinci, mungkin kerana seronok aku memerhatikan atau mungkin seronok setelah apa yang baru dilakukan. Aku duduk disebelah Mimi dan mula menggentelkan puting teteknya. Mimi memandangku dan tersenyum sambil mengelus kesedapan.”Abang nyonyot yang sebelah sini, boleh?” tanyaku mengusik. “Abang haus ni….”"Janganlah bang, tengok Amir ni tak cukup susu sebab habis dah abang hisap tadi…. Tak sempat buat susu baru….. Tapi nanti kalau ada lebih, Mimi panggil Abang, okay….” sambung Mimi dengan manja.”Tak apa…. Abang bergurau aja….” jawab ku. “Mimi nak makan apa, Abang nak keluar cari makan sekejap…Abang belikan…” tanya ku.”Kalau nak ikutkan hati nak makan hot-dog Abang…… tapi tak ada tenaga pulak nanti… Abang cari nasi pun bolehlah…..”"Okay, Abang balik dulu…” aku mengucup dahi Mimi sambil memicit puting teteknya sekali lagi.
Geram betul aku di buatnya melihatkan Mimi separuh bogel di ruang tamunya itu.Aku pun bangun dan pulang ke rumahku melalui pintu belakang. Plan aku dah mengena. Nasib baik badan dapatlah aku melapah tubuh monggel Mimi untuk seminggu. Isteriku tak ada dan suaminya
44 notes
·
View notes