Suarakan. Walaupun tidak bisa didengar. Kamu akan tetap tenang.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Kepingan puzzle itu.
Hidup bagaikan memecahkan sebuah puzzle,
Setiap kepingannya akan kamu temukan di tiap langkah yang kamu hadapi.
Jam enam pagi, saat embun polusi kota masih menggantung di ujung batang pohon depan rumah, aku menemukan kepingan harapan yang terpantul dalam senyuman orang-orang tercinta.
Di tengah hari yang sibuk, di antara hiruk-pikuk dan keramaian, ada kepingan kesabaran yang teruji dalam setiap tantangan yang dihadapi.
Ketika sore tiba dan langit yang sudah jarang berwarna jingga, kepingan kenangan masih berbisik hangat, mengingatkan kita pada perjalanan panjang yang telah dilalui.
Setiap momen, setiap keputusan, adalah kepingan kecil yang saling melengkapi, membentuk gambaran utuh tentang makna hidup yang kita susun dengan penuh cinta dan kesabaran.
Namun, hidup aku dan hidup kamu kini berjalan di jalur yang tak lagi sama, bagai dua sungai yang dulu berpadu kini mengalir pada dua sisi yang berbeda.
Perpisahan yang mengisyaratkan bayangmu melalui benak di pikiran. Saat sedang melihat langit terbenam, dan hembusan udara yang harapku menyejukan tetapi sejalan menyesakan.
Pertanyaan bersama, cinta yang belum pudar atau sekadar kenangan yang enggan memudar? Mereka tetap mencoba menjauh dari realita yang harus dihadapi sekarang.
Dalam puzzle kehidupan yang aku susun, kepingan-kepingan tentang kamu masih terselip di sudut-sudut tersembunyi, memanggil di antara jeda bekerja atau album melankolis taylor swift terbaru (?). Mengingatkan bahwa ada bagian dari kita yang tak akan pernah benar-benar hilang.
Beberapa malam, saat ingin terlelap, tidak ada yang menginginkan bayang itu hadir di tahapan tidurku.
Aku bertanya-tanya, sampai kapan ceritaku akan dimulai dengan cerita dan ingatan "ia" yang baru, setelah kepergian hari itu tanpa ada kata selamat tinggal.
Aku terus mengharapkan waktu itu akan datang, mulai dari setiap harinya aku belajar berdamai dengan kenyataan bahwa jalan inilah yang harus aku terima.
Karena aku percaya, Tuhan membawa kebaikan di setiap perpisahan, bukan hanya untukku, tetapi juga untuk diri yang meninggalkan.
Dari perasaanku yang paling dalam, terselip harapan bahwa aku dan kamu akan menemukan kebahagiaan yang lebih besar, meski di jalur yang berbeda.
Dan mungkin suatu hari nanti,
Kepingan puzzle yang hilang ini akan melengkapi gambaran utuh yang lebih indah,
Mengingatkan aku dan kamu,
Bahwa segala sesuatu terjadi untuk kebaikan yang lebih besar.
Jakarta, 7 Juni 2024
TD
1 note
·
View note
Text

It's my 7 year anniversary on Tumblr 🥳
❤️❤️❤️
0 notes
Text
Duka dari seorang Anak, Istri, Saudara, dan Teman
"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.”
Ucap ramai menyelimuti hari ini tepat di tanggal 13 Juli 2023, keluarga kami dan warga rukun tetangga kami sedang dipikul duka yang tidak terduga.
Kepulangan seorang Ayah untuk seseorang yang kepergiannya tidak pernah diinginkan nyatanya hadir di waktu yang tidak pernah “siap”.
Ayah dari seorang teman, seperti saudara sendiri. Kabar pilu tidak sampai 24 jam, kepergiannya membuat semua orang terdekat “bertanya-tanya” dan mendengar cerita yang terus diulang dan membekas untuk mereka yang sedang berduka.
"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.”
Hikmah dari kematian mengingatkan diri lagi dan lagi:
“Setiap jiwa yang bernyawa pasti akan mati.”
“Tidak dapat hindari.”
“Tidak kenal siapa seorang diri, usia berapa, memiliki apa.”
“Kehadirannya sangat dekat, atau bahkan tidak terpikirkan sama sekali akan tiba di waktu yang dekat.”
Fisiknya akan terkubur dan tidak tersisa, entah apa yang dirasakan sebagai subjek yang mengalami kematian.
Apakah diri bertanya-tanya telah lepas dari tubuhnya di dunia.
Apakah diri bertanya-tanya bahwa “nyawa” sudah tidak bisa terlihat oleh diri selain dirinya sendiri.
“Nyawa yang akan menghadap Tuhan.”
“Dengan kesiapan atau tanpa kesiapan.”
Nyawa yang tidak bisa dirasakan oleh siapapun selain nyawanya sendiri….
Nyawa yang bertanggung jawab akan semua pikiran dan perilakunya sendiri….
Subjek sendiri, yang akan menghadap Tuhan, dengan kesiapan atau tanpa kesiapan.
Dengan harapan:
Semoga Tuhan Baik memberi limpah kebaikan dan ruang yang nyaman di tempat yang bernama “Surga” untuk umat yang memercayai-Nya sejak berada di Dunia. Semoga Allah kabulkan.
Wallahu A’lam.
Jakarta, 13 Juli 2023
TD
1 note
·
View note
Text
Perahu Kertas
Binar, binar, hangatnya terpancar
Senyumnya utuh, tawa berkauh merdu
Tiba
Tiba
Awan tak terbendung
Alirnya rusuh
Bawa terang-ku jauh
Perahu kertasku
Sampaikan pesanku padaku
Luka dan kelam
Jangan keraskan hatimu
Oh tanda tanyamu, tiada mengubah Jatimu
Biar terurai lepas dan lebur, berlalu
Ingat ceritamu
Kenali caramu
Terima rasamu
Rayakan utuhmu
Ingat ceritaku
Kenali caramu
Terima rasamu
Rayakan utuhmu
Ingat ceritamu
(Perahu kertasku)
Kenali caramu
(Sampaikan padaku)
Terima rasamu
(Jangan keraskan)
(Tuk tanda tanyamu)
Kenali caramu
(Takkan ubah jatimu)
Terima rasamu
(Biarlah)
Rayakan utuhmu
Ingat ceritamu
(Ingat ceritamu)
Kenali caramu
(Kenali caramu)
Terima rasamu
(Terima rasamu)
Kerahkan utuhmu
(Kerahkan utuhmu)
Media meditasi terbaru yang diterapkan sebelum tidur.
By Ranjani.
0 notes
Text
Yang Meninggalkan dan Ditinggalkan
“Setiap kita adalah Ibrahim.”
Keluarga, jabatan, kekayaan, yang kita miliki adalah Ismail yang kita cintai, sayangi, dan pertahankan.
Allah tidak meminta nabi Ibrahim untuk membunuh Nabi Ismail, tapi Allah hanya meminta untuk membunuh “rasa memiliki” Ismail, karena hakikatnya semua adalah milik Allah.
Semoga Allah menganugerahkan kita kesalehan Ibrahim dan keikhlasan Ismail.
Begitulah ucap Dr. Nurofiah, seorang akademisi juga penulis buku nalar kritis muslimah di salah satu postingan @afkarunaofficial.
Membuka halaman ke dunia diri yang tertampar keras oleh kalimat tersebut.
“Allah hanya meminta untuk membunuh “rasa memiliki” Ismail.”
Pernyataan tersebut sangat menampar diri yang tidak sengaja memaksa kehadiran yang telah hilang, yang tidak sengaja masih berlalu lalang karena belum sanggup membunuh “rasa memiliki” yang sangat membekas. Karena masih terus mengikat.
Seharusnya hari merayakan ber-Qurban bisa menerangkan pikiran lagi untuk terus belajar “mengikhlaskan”, belajar “melepaskan”, belajar menyirami aspek yang lain, jangan sirami kembali bunga yang sudah gugur, karena nyatanya sudah tidak bisa tumbuh, kalau pun masih ingin tumbuh. Bunga tersebut memilih gugur & tidak ingin diselamatkan, atau sudah tidak bisa diselamatkan.
Sirami bunga yang masih hidup. Enam tahun adalah waktu yang lama, tapi jangan sia-kan usia setelahnya yang masih lebih lama. Masih ada sepuluh, dua puluh, tiga puluh, atau empat puluh tahun lagi kesempatan menyirami bunga kehidupan lain di dunia.
Yang ditinggalkan, tegarkanlah…
Yang meninggalkan, ikhlaskanlah…
Yang ditinggalkan atau yang meninggalkan, memori itu tetap nyata, membekas, dan selalu ada….
Keduanya, tegarkanlah, ikhlaskanlah….
Sekali lagi, “Allah hanya meminta untuk membunuh “rasa memiliki” Ismail….”
Rasa memiliki yang mengikat…
Ikhlaskanlah… Tegarkanlah…. Lepaskanlah….
Karena nyatanya, dengan wujud ataupun tanpa wujud, “Setiap yang berjiwa akan alami kematian.”

Jakarta, 29 Juni 2023 – TD -
0 notes
Text
(Saya sambil mendengarkan perahu kertas by trinity youth symphony orchestra saat menuliskan pesan ini)
——————
Mengetahui bahwa aku yang dipenuhi dengan aktivitas padat seperti mengajar, mengerjakan berbagai project yang ku setujui, menghadiri undangan pekerjaan, mengambil jeda untuk belajar meditasi, berolahraga, menabung, mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan, jajan ke supermarket, sampai sesekali termenung di waktu ingin terlelap.
Tuhan telah banyak beri aku keberkahan. Rasa syukur tidak ada henti-hentinya.
Di setiap aktivitasku yg sangat variatif, celah pikiran tentang seseorang masih saja mengikatku tanpa terlihat wujudnya. Katanya semakin aku berusaha lepaskan, semakin kuat ia mengikatnya.
Semakin kuat aku menggenggam,semakin terasa genggamannya. Semakin kuat aku mencari, semakin sulit aku menemukannya.
Celah pikiran yang mempengaruhi perasaan atau perasaan yang mempengaruhi pikiran, membawaku akan memori dan pengalaman-pengalaman tentang seseorang.
Seseorang yang ku sebut kekasihku.
Kekasihku yang telah hilang keberadaannya. Kekasihku yang terlanjur memilih pergi.
Karena ucap kekasihnya sendiri, karena ucap kekasihnya sendiri.
Apalah kata-kataku hanya bualan harap yang sudah tidak bisa mengembalikan bulan-bulan yang telah berlalu.
Meromantisasi sisa harap dan memori yang masih membekas mungkin satu jalan terapi yang bisa menyembuhkan. (Sebuah harapan).
Kekasihku yang telah memilih pergi, hari ini adalah genap tahun ke enam kami.
Terang yang terlalu banyak dihidupkan di masa depan sampai lupa bahwa kami tidak menghidupkan terang di bulan-bulan yang lalu sehingga terlanjur padam sampai hanya bisa dikenang di hari ini.
Meluap-luap kami lupa telah membakar rumah kami sendiri, tidak tersisa.
Kekasihku yang telah memilih pergi, bolehkah aku kembali ke beberapa chapter yang sudah ku baca, dan masih ingin ku baca lagi?
Perjalanan menguatkan cinta yang sudah tidak perlu, atau menguatkan cinta yang pada akhirnya bertemu dengan diri yang lebih bijak menghadapi cintanya sendiri.
Memilikimu atau tidak memilikimu, kebahagiaannya masih sama.
Semakin kuat, semakin sulit aku lepaskan.
Kekasihku yang telah memilih pergi, sia-siakah aku menulis nama untuk anak-anak kami di masa depan? Pesan yang pernah ku sampaikan di chapter yang sudah ku tulis di bulan-bulan berlalu.
Kekasihku yang telah memilih pergi, sanggupkah kamu sejauh ini tidak mengabariku?
Pertanyaan-pertanyaan sentimental yang tidak perlu, berharap mungkin hanya ini jalan terapi yang bisa menyembuhkan.
Chapter-chaptermu yang masih ku baca, lagu-lagumu yang masih ku dengar, serta puisiku sendiri yang masih menguatkan. Apakah masih perlu?
Kekasihku… apakah masih perlu?
Perjalanan menguatkan cinta yang sudah tidak perlu, atau menguatkan cinta yang pada akhirnya bertemu dengan diri yang lebih bijak menghadapi cintanya sendiri.
Cintanya sendiri dihadapkan waktu yang terus berjalan, sesekali ku beri jeda dengan menghelas nafas panjang, menyadari bahwa aku hidup di saat ini, bukan di ingatan chapter serta lagu di bulan-bulan berlalu.
Mengetahui kamu yang sehat, kamu yang bisa wujudkan mimpimu, kamu yang dipenuhi makna hidup dan orang-orang tersayang, harusnya sudah menjadi keberkahan untukku.
Mengetahui aku yang sehat, aku yang sedang wujudkan mimpiku, aku yang dipenuhi makna hidup dan orang-orang tersayang, harusnya juga sudah menjadi keberkahan untukku.
Tidak peduli ucap tidak pedulimu lagi kepadaku, Tidak peduli ucap tidak percayamu lagi kepadaku,
Tidak pedulikan semua amarah yang membakar “rumah” kami.
Nyatanya pesan ini masih bisaku tulis dengan perasaan yang sangat sentimental dan memenuhi rasa untuk kekasihku.
Kekasihku yang telah memilih pergi, hari ini adalah tanggal dua-dua juni dua ribu dua puluh tiga.
Allah masih memberi kita nafas, cinta yang melimpah, dikelilingi orang baik.
Berkali-kali kuucap, berharap mungkin hanya ini jalan terapi yang bisa menyembuhkan.
Menyembuhkanku,
Berupaya mewujudkan permintaanmu, melepaskan kamu dari genggamanku.
Berharap mungkin hanya ini jalan terapi yang bisa menyembuhkan.
Selamat beristirahat, kekasihku yang telah memilih pergi.
Tanpa nama ataupun dengan nama.
Sajakku adiktif telah menuliskan banyak hal tentang kekasihku.
Jakarta, 22 Juni 2023
TD

0 notes
Text
Sajakku Adiktif
Saya tidak pernah menjelaskan sebelumnya, mengapa saya memberikan pesan-pesan, kisah, maupun skenario yang saya rasakan dan tumpahkan di profile ini dengan nama Sajakku Adiktif.
Saya senang sekali bercerita maupun berpuisi, namun sudah sejak lama saya tidak pernah memberitahu maupun menunjukannya. Hanya kamu, iya kamu para pembaca setia entah siapa yang mengetahui mengenai beranda ini.
Baru saja saya mendengar, suara saya sendiri di podcast “maripadabaca”. Benar, bulan Juni tahun lalu, 2019. Saya diundang untuk menjadi pencerita di salah satu buku fiksi kesukaan saya, yaitu Sepotong Senja Untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidharma. Saya tertawa kecil dan mengingat betapa senangnya saya menceritakan dan menghidupkan dunia fiksi saya di malam hari atau di sore senggang seperti hari ini. Yang meminta diri saya untuk menceritakan mengapa saya sangat menandai diri saya sebagai Sajakku Adiktif, karena memang sebenarnya saya sangat suka sekali dengan karya-karya yang mungkin terkesan “sangat fantasi” dan di luar nalar.
Sajakku Adiktif, saya mendefinisikannya sebagai tanda bahwa tulisan yang mungkin dinilai indah. Entah kesan indah memang sangat subjektif sekali. Saya sangat suka dengan diksi-diksi yang sulit untuk dipahami namun indah untuk diceritakan. Itulah sajakku, menurut saya. Kemudian adiktif, seperti candu yang sulit untuk berhenti, kemudian, diulang kembali., bedanya adiksi ini tidak membuat saya sakit melainkan membuat saya menginginkannya lebih karena terlalu indah dan mesti diceritakan. Sebagai obat untuk menenangkan diri yang ingin memberikan lebih pada diri yang lain, padahal masih pada diri yang sama.
Karena sajakku adiktif, rasa-rasa yang sulit saya tampung bisa saya tuangkan dengan liar dan dalam untuk diri saya sendiri....
Semoga Sajakku adiktif, tetap hidup, agar saya bisa tetap merasakan dan menceritakan indahnya hidup yang sedang saya jalani. Apakah hidup itu tentang cinta saya, karir saya, keluarga saya, atau di luar yang melibatkan saya.
Semoga yang tidak terlihat, yang tidak terdengar, yang tidak tersampaikan, diri yang lain pada diri yang sama bisa tetap merasakan bahwa kata yang indah, cerita-cerita yang tidak indah pun bisa dituangkan untuk segala tujuan yang baik dan menenangkan.
Terima kasih diri, saya sangat senang sekali dengan kamu yang mungkin ditelan dengan realita bahwa sajak hanyalah sajak, bait adalah bait, tulisan adalah tulisan, namun pesan, kesan, dan pengalaman ketika saya menuliskannya bisa dimaknai dan diingatkan untuk merenung dan melihatnya lebih dalam.
Oh, sajakku adiktif.
Kamu akan tetap tenang, walaupun tidak dapat didengar.
26 Agustus, 2020
0 notes
Text
Kosong.
Sudah larut, tapi tetap tidak ada rasanya.
Bagaimana menutup hari ini dengan lebih tenang?
Lebih terasa, agar tidak ada yang hilang?
30 menit lagi 1 ramadhan 1441 H.
Saya harusnya besyukur dan bertanya,
Sudah sampai manakah perjalananmu di dunia?
Apa saja yang kamu lihat?
Apa saja yang kamu rasakan?
Sudah lebih baikkah?
Adakah cerita yang bisa kamu bagikan?
Kenapa rasanya seperti ada yang hilang?
Apakah kamu berpikir untuk pindah haluan?
Maksudnya apa?
Aku tidak benar benar memahami apa yang ada dikepalamu sekarang.
Hanya, kosong.
Topik apa yang sebaiknya menarik untuk diceritakan?
Bagaimana memulai percakapan dengan teman?
Bagaimana agar kamu tidak membiarkan ini terus mengekang pikiran?
15 menit 1 Ramadhan 1441 H.
Apa sudah tidak berdaya kamu meminta kepada-Nya?
Dengarkan lagi yang terasa hilang, yang terasa melelahkan.
Yang tidak benar benar kosong.
Tapi memang begitu rasanya, bagaimana saya harus membagikannya?
23 April 2020
0 notes
Text
Struggle adalah menerjemahkan temuan angka dari analisis statistik menjadi sebuah bahasa.
:-)
10 April, 2020
0 notes
Text
Puan
Dengan melihat semua diri di masa lalu Aku semakin belajar bahwa hari ini diri semakin bertumbuh berada di ruang yang baru menemukan diri yang lebih memahami diri lebih baik mencintai diri lebih baik
Dengan melihat semua diri di masa lalu sepertinya Aku tidak butuh ucap sayang itu Aku semakin menyayangi diriku sendiri
Menyayangkan untuk membuatnya mudah larut akan sedih sangat disayangkan
Dengan melihat semua diri di masa lalu sepertinya Aku tidak perlu menyesal keputusan yang selalu di ambil atas mulutku sendiri bukan mulut orang lain... Untuk apa?
Dengan melihat semua diri di masa lalu apa Aku harus marah? tentu, seharusnya tidak kamu berjalan begitu cepat harus lebih cepat, agar kamu tidak lagi khawatir, tidak lagi tertinggal sudah dekat langkahmu, hanya untuk dirimu sendiri
Perempuan katanya seringkali dibiarkan begitu saja ketika ia telah terlihat iba di mata kekasihnya sendiri kekasihnya berhasil membuat perempuan itu jatuh, sampai ia lupa... dengan dirinya sendiri
Perempuan katanya subjek nomor dua yang seringkali disalahkan karena ucap sebagai subjek "penunggu" sesuatu yang dibilang seperti sebuah penunggu ucap "kepastian"
Kenapa harus Perempuan? Aku kira bisa saja dirubah dengan mudahnya, tanpa harus melihat stereotype yang tidak langsung melekat pada perempuan itu sendiri
Perempuan katanya yang seringkali menangis karena kalah dengan tingkah kekasihnya sendiri
Kenapa harus perempuan?
Mungkin saja, dia bisa menilainya bukan karena dia perempuan yang selalu butuh diperhatikan?
Berhenti
Menjadikan dirimu sebagai perempuan yang dinilai "terlalu melekat kebiasaannya di mata sosial”
Mulai saja jadikan dirimu sebagai perempuan tanpa perlu merengek seperti seharusnya perempuan mampu melindungi dirinya sendiri
Mulai saja jadikan dirimu sebagai perempuan yang sering-sering ajak bicara diri sendiri
Temui kamu, seperti apa kamu ingin hidup sebagai perempuan yang kamu inginkan?
Temui juga mimpimu, wujudmu, merepresentasikan semua yang ada di kepalamu, hatimu sebagai perempuan
Jangan sampai, kamu jatuh.... di genggaman mereka
Barangkali kamu mungkin tidak sengaja jatuh... pada akhirnya semua hilang begitu saja
Tidak boleh terjadi
Sebagai perempuan, Aku adalah subjek
Maka Aku harus tetap sadar karena Aku memilih untuk menjadi perempuan yang Aku inginkan
Bukan yang mereka inginkan
Sebagai perempuan, Aku adalah pengingat
Untuk kehidupan anak perempuanku di masa depan
Untuk cintanya di masa depan
Untuk kebahagiaannya di masa depan
.
Tidurlah Puan
3 April 2020
0 notes
Text
Pesan syukur sabtu!
Jarang-jarang kami duduk berempat, makan bersama. Diringankan pikiran kami masing-masing. Kami hanya fokus di ruang yang sama. Kami makan masakan Ibu seperti biasa. Kami ringankan dengan memberi sedikit tawa diantara kami. Kami dengar musik kental ayah seperti lantunan gamelan jawa. Kami makan ketan hitam kacang hijau bersama. Ditemani pendatang baru di rumah seperti ikan di dalam kolam yang menjadi kawan pertama kami memulai percakapan.
Hari yang sangat baik untukku, percakapan kecil yang mungkin jarang kami luangkan. Hari ini kami menikmatinya.
Pesan syukur untuk sabtuku yang baik, untuk orang-orang terbaik!
Thank you tino' fams terbaik.
28 maret 2020
0 notes
Text
Apapun yang terjadi pada hidupmu sekarang.
Kamu harus tetap sadar akan hari ini.
Dimana kamu temui dirimu yang lebih baik.
Apapun yang terjadi, apapun yang kamu pikirkan.
Hanya hal-hal baik yang mampu menguatkan dirimu setiap hari.
Mengenal dirimu lebih dalam.
Tetap berusaha, Tina.
Belajar untuk tidak terus marah.
Belajar untuk tidak terus memaki.
Belajar untuk terus melihat hal baik.
Hal yang lebih besar dalam dirimu.
Temui dia... Temui dirimu..
Ajak dia bicara...
Biarkan mereka melihat dirimu yang sebenarnya...
Sebaik-baiknya dirimu, Tina.
Fighting.
25 Maret 2020
0 notes
Text
Siapa bisa tebak?
Terlalu mudah untuk dijawab. Tp, terlalu sulit untuk dipahami.
18 Maret 2020
0 notes
Text
Hidup seseorang yang seringkali melibatkan orang lain untuk memberitahu keadaan yang tidak menyenangkan, menjadi kesakitan yang lain.
Sehingga terus bertanya, pantaskah?
Berkali-kali dihadapi situasi yang sangat sulit.
Benar-benar sulit.
Yaa, salah satunya.
Sulit sekali mengidentifikasi emosi marah.
Sulit sekali memberitahu kekecewaan.
Sering kali meluap sendiri, tidak memiliki kendali.
Seperti memaki, tapi tidak pandai memaki.
Seperti menahan, yang seringkali menjadi arogan.
Tidak ada kesan arti memaafkan dalam ucap.
Hanya disimpan. Sampai individu merasa tenang.
Sesekali menghela nafas, membiarkan keadaan akan membaik seperti semula.
Beginikah, yang seharusnya?
Beginikah, orang dewasa menunjukkan ketidaknyaman?
Beginikah, orang dewasa menunjukkan ketidaksukaan?
Beginikah, orang dewasa menyampaikan kekecewaan?
Beginikah, orang dewasa menghargai seseorang?
Beginikah, orang dewasa bertanya kepada orang dewasa lainnya untuk menjelaskan "Ini yang sedang saya rasakan sekarang, tolong dimaklumkan".
.
.
11 Maret 2020
0 notes
Text
Ketakutan bisa hadir dari hal kecil, begitu tenang tapi kau bisa pura-pura tidak mendengarnya. Namun itu semakin bising. Sangat bising. Sampai tak bisa diabaikan lagi.
1 Maret 2020
0 notes
Text
Apa yang sedang kamu lakukan?
Terpenjara oleh rasamu sendiri, berdiam diri di ruang sesak susah bernafas.
Menangis di malam hari, mengasihani diri sendiri.
Senjata ampuh kau hanya mampu menuliskan kematian rasamu.
Tak ada yang peduli, kau hanya dipusingkan dengan ideal mu yang menyulitkan diri.
Mereka tidak benar benar menginginkanmu.......
Mereka tidak benar benar menginginkanmu......
Kembalikan dirimu......
Bukan kamu yang terus membungkam......
Kembalikan dirimu.....
Tidak ada yang lebih baik.....
Kembalikan dirimu.....
Sadarkan dirimu......
Sekali lagi, aku ingatkan dirimu.....
Kembalikan dirimu......
Jangan kau tunda seolah kau merasakan kepahitan ini pantas untukmu...
Segera sudahi marahmu....
Segera sudahi marahmu...
Segera sudahi perihmu....
Sudahi perihmu...
Tenangkan....
Tenangkan...
Tenangkan...
*****
21 Februari 2020
0 notes
Text
Normal yang baru.
Hari-hari, kaya akan waktu, menggali yang belum terjawab. Terus menerus, berulang-ulang.
Tidak kenal pagi, tidak kenal malam.
Naik tangga atau tidak turun tangga. Sepertinya bukan itu, bukan berarti "aku" menetap.
Aku menemukan diri yang tidak biasa. Seperti perjalanan yang terus menanjak.
Ku lihat wajah yang sama, suara yang sama, tempat yang sama.
Bercakap-cakap dengan sekumpulan mereka.
Kadang ada sekumpulan lain, yang berbicara pelan. Namun apa yang ada didalam isi hatinya?
Hari-hari itu,
Langkah yang dituntut untuk memahami apa yang ada diisi kepala.
Setiap kali ku datang, tatapan yang tidak biasa? Atau ada yang ingin disampaikan?
Aku tetap, dengan langkahku.
Aku tetap, dengan pilihanku.
Kebebasanku.
Penentuan oleh aku yang diizinkan diriku sendiri.
Hari-hari yang sangat indah, kaya akan waktu. Aku dan diriku, menyehatkan akal sehatku.
Seperti, Normal yang baru.
15 Februari 2020
0 notes