Text
Aku pikir kamu menomorsatukan aku tapi ternyata tidak. Ekspetasiku sendiri menyakiti perasaanku.
- @yourbhae
0 notes
Photo

Tidak perlu memaksa diri terlalu keras untuk melupakan, sebab ribuan hari setelahnya pun ingatan itu bisa saja datang. Melangkahlah terus berjalan, temukan kembali bahagia lainnya, sembari terus belajar meluaskan penerimaan.
473 notes
·
View notes
Text
Kamu (Part II)
Pertama kali.
Sejak saat itu kamu tak pernah absen untuk membuat handphone-ku berdering. Pagi, siang, malam selalu ditemani oleh pesan singkatmu. Suaramu diujung telepon selalu menjadi penghantar tidurku. Pelan-pelan aku mulai terbiasa. Pelan-pelan aku mulai nyaman. Dan pelan-pelan aku mulai menyukainya.
Bel berbunyi.
Hari ini hari kamis. Jam pulang sekolahku tepat pukul 13.30 setiap kamis. Hari ini akan sedikit berbeda. Biasanya aku akan pulang dijemput papaku tapi hari ini tidak. Kamu ingin mengajakku jalan dengan mengatasnamakan jemputan pulang.
Aku berjalan ke depan gerbang sekolah, kulihat kamu tersenyum manis menyapaku. Ada banyak mata yang melihat membuatku sedikit kurang nyaman. Aku tahu ini akan sering terjadi jika bersamamu. Memang tak sepantasnya anak kecil yang tak pernah peduli dengan tampilannya dijemput oleh pria dewasa sepertimu. Aku minder. Kalau diingat-ingat memang dulu itu sangat lucu.
Kita memutuskan untuk berhenti di tongkrongkan pinggir jalan; penjual es kelapa. Kita bercerita tanpa sadar waktu sudah hampir sore. Sangkin sibuknya menikmati pembicaraan kita berdua, aku tak sadar es kelapa yang ada di depanku hampir tak tersentuh. Kamu memaksaku untuk menghabiskannya. ‘Gak boleh buang makanan atau minuman. Harus habis ya’ katamu. Aku coba tapi tak bisa. Alhasil, kamu membiarkanku kali ini karena tak tega melihatku memohon. Tapi lucunya, kamu malah minta di take away supaya aku bisa minum di rumah nanti. Dasar si tuan gak mau rugi!
1 note
·
View note
Text
Kamu (Part I)
Untuk kamu yang (masih) aku cintai.
Masih kuingat jelas pertama kalinya kamu mengungkapkan perasaanmu kepadaku. Lewat pesan singkat yang terdiri dari 3 kata yang hampir saja kuhiraukan. Ketiba-tibaanmu membuatku merasa bahwa kamu sedang bercanda.
Kita sama-sama tahu bahwa saat itu aku sedang menyukai orang lain. Kamu menyadari itu. Sangat. Entah malaikat apa yang memberanikanmu untuk mendekatiku dengan tujuan yang tak pernah aku pikirkan.
Bagiku, disukai oleh seorang sepertimu adalah hal yang sangat tak mungkin. Sebentar. Biarkan aku perjelas tentang dirimu. Kamu adalah pria bermata setajam elang, berkulitkan sawo matang, diberikan senyuman ternyaman, dibalut tubuh dengan proporsi yang pas. Ah, rasanya mengingat kamu membuatku ingin merasakan hangat senyuman dan pelukanmu.
Aku kembali tersadar, mungkin kamu memang hanya bercanda. Aku membalas pesan itu dengan guyonan recehku. Merasa tak diindahkan olehku, handphone-ku berdering, ada namanya dilayar kaca handphone-ku.
“Halo”
“Iya?”
“Lagi apa?”
“Main hp”
“Jadi gimana?”
“Gimana apanya?”
“Yang aku bilang tadi itu serius.”
“Oh.”
“Terus respon kamu gimana?”
“Maaf, aku gabisa. Kamu tau aku suka sama Angga.”
“Emang aku ada ngajak jadian? Haha. Aku kan cuma bilang sayang sama kamu.”
“Eh hahaha”
“Aku gak minta sekarang. Kita pelan-pelan aja biar kita saling kenal dekat dulu. Gimana ke depannya kamu yang mutusin.”
“Oh oke.”
“Kamu tidur sana. Udah malem.”
“Oke”
“Mimpi indah ya. Sayang kamu.”
“Oke”
Percakapan tersingkat yang membuat kepalaku sakit dan jantungku berdetak tak menentu. Tanpa sadar, aku tersenyum sedikit setelah menyadari bahwa pria itu mengharapkanku.
0 notes
Text
Ex : Hey. Will you back home this christmas?
Me : No. Why?
Ex : I just wanna give you an invitation.
Me : For what?
Ex : My wedding day.
Me : 💔
0 notes
Text
“Sorry myself for forcing you to believe that oneday he will come back”
- yourbhae
1 note
·
View note